PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ajaran cinta kasih ternyata tidak hanya milik agama Kristen saja. Nabi Muhammad
sendiri yang notabene pembawa agama Islam diutus oleh Allah untuk membawa misi
sebagai kasih sayang bagi alam semesta (rahmah lil alamin). Lebih jauh lagi, tasawuf
sebagai salah satu bentuk pemahaman dalam Islam telah memperkenalkan betapa
ajaran cinta (mahabbah) menempati kedudukan yang tinggi. Hal itu terlihat dari
bagaimana para ulama sufi, seperti al-Ghazali, menempatkan mahabbah sebagai salah
satu tingkatan puncak yang harus dilalui para sufi
Banyak diantara kita yang terlena dengan kehidupan dunia, cinta kepada harta,
istri, anak, jabatan dan lain sebagainya terkadang sangat dikedepankan oleh
sebagian orang tanpa sadar bahwa semua itu hanyalah amanah dari Allah SWT
semata dan cinta yang sesungguhnya hanyalah cinta kepada Allah.
Oleh karena itu di sini akan dijelaskan beberapa permasalahan yang mencakup
mahabah tersebut.
1.2 Rumusan Masalah
1. Definisi mahabbah
2. Apa alat untuk mencapai mahabbah
3. Siapakah tokoh yang mengembangkan mahabbah
4. Filosofis Cinta
1.3 Metode Penulisan
Dalam penulisan makalah ini saya menggunakan metode library research
(metode kepustakaan), yaitu dengan jalan mengumpulkan dan mempelajari buku-
buku dengan tujuan untuk mengambil dan mendapatkan bahan-bahan yang ada
hubungannya dengan mahabbah
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Definisi Mahabbah
Kata mahabbah berasal dari kata ahabba, yuhibbu, mahabatan, yang
secara harfiah berarti mencintai secara mendalam, atau kecintaan atau cinta yang
mendalam. Dalam Mujamal-Falsafi, Jamil Shaliba mengatakan mahabbah adalah
lawan dari al-baghd, yakni cinta lawan dari benci. Al-Mahabbah dapat pula
berarti al-wadud, yakni yang sangat kasih penyayang. Selain itu al-
manbbah dapat pula berarti kecenderungan kecenderungan kepada sesuatu yang
berjalan, dengan tujuan untuk memperoleh kebutuhan yang bersifat material
maupun sepiritual, seperti cintanya seseorang yang kasmaran pada sesuatu yang
dicintainya, orang tua pada anaknya, seseorang pada sahabatnya, suatu bangsa
pada tanah airnya, atau seorang pekerja kepada pekerjaannya. Mahabbah pada
tingkat selanjutnya dapat pula berarti suatu usaha sungguh-sungguh dari
seseorang untuk mencapai tingkat rohaniah tertinggi dengan tercapai gambaran
Yang Mutlak, yaitu cinta kepada Allah.
Secara harfiah, mahabbah atau al-hubb sering di artikan dengan cinta dan
kasih sayang. Mahabbah adalah usaha mewujudkan rasa cinta dan kasih sayag
yang di tunjukkan kepada Allah swt. mahabbah juga dapat di artikan sebagai
luapan hati dan gejolaknya ketika di rundung keinginan uuk bertemu dengan
kekasih, yaitu Allah swt. tasawuf menjadikan mahabbah sebagai tempat
persinggahan orang yang berlomba untuk memperoleh cinta Ilahi menjadi
seseorang yang beramal dan menjadi curahan orang-orang yang mencintai
tuhannya.
Cinta adalah sesuatu yang membawa orang pada keridaan Allah. Bagi
mereka yang mendambakan cinta, mereka rela mengorbankan apa saja asal
dengan pengorbanan itu ia sampai pada tujuan cintanya.
Adapun sikap orang yang mahabbah antara lain:
1. Menyukai kepatuhan kepada tuhan dan memenci sikap melawan-Nya
2. Menyerahkan seluruh diri (jiwa dan raga) kepada yang di kasihi
3. Mengosongkan hati dari segala-segalanya, kecuali dari yang di kasihi.
2.2 Alat Untuk Mencapai Mahabbah
Dapatkah manusia mencapai mahabbah seperti yang disebutkan? Para ahli
tasawuf menjawabnya dengan menggunakan pendekatan psikologis, yaitu
pendekatan yang melihat adanya potensi rohaniah yang ada dalam diri
manusia. Harun Nasution, dalam bukunyaFalsafah dan Mistisis dalam Islam
mengatakan, bahawa alat untuk memperoleh marifat oleh sufi disebut sir.
Dengan mengutip pendapat al-Qusyairi, Harun Nasution mengatakan, bahawa
dalam diri manusia ada tiga alat :
Pertama, al-qalbu hati sanubari, sebagai alat untuk mengetahui sifat-sifat
Tuhan. Sama hal nya dengan pendapat Al-Ghazali bahwa cinta yang
sesungguhnya berasal dari hati atau sering disebut dengan nama cinta insani.
Kedua, roh sebagai alat untuk mencintai Tuhan.
Ketiga, sir yaitu alat untuk melihat Tuhan. Sir lebih halus dari pada roh,
dan roh bertempat di qalb, dan sir timbul dan dapat menerima ilusi dari Allah,
kalau qalb dan roh telah suci sesuci-sucinya dan kososng sekosong-kosongnya,
tidak berisi apa pun.
Dengan keterangan tersebut, dapat diketahu bahwa alat untuk mencintai
Tuhan adalah roh, yaitu roh yang sudah dibersihkan dengan dosa dan maksiat,
serta yang dikosongkan dari kecintaan kepada segala sesuatu, melainkan hanya
diisi oleh cinta kepada Tuhan.
Roh yang digunakan untuk mencintai Allah itu telah
dianugrahkan Allah kepada manusia sejak kehidupannya dalam kandungan ketika
umur empat bulan. Dengan demikian alat untuk mahabbah itu sebenarnya telah
diberikan Allah SWT. Allah berfirman yang artinya :
Artinya: Mereka itu bertanya kepada Engkau (muhammad) tentang roh, katakan
bahwa roh itu urusan Tuhan, tidak kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit
sekali.
(QS. Al-Isra, 17:85)y
Selanjutnya di dalam hadits pun diinformasikan bahwa manusia itu diberi
roh oleh Tuhan, pada saat manusia berada dalam usia empat bulan di dalam
kandungan. Hadits tersebut selengkapnya berbunyi :