Kelompok 5
Disusun oleh
Puji syukur dipanjatkan kepada TUHAN YANG MAHA ESA ,yang telah memberikan jalan
,kekuatan serta petunjuknya sehingga kita mampu menyusun makalah ini .
Terima kasih kepada ibu Nurdiana Arofah atau yang biasa kami panggil Bu Nana yang telah
membimbing kami dengan sabar .
Apabila dalam penyusunan makalah ini ada kesalahan kami mohon maaf sebesar –besarnya.
Ahir kata semoga ALLAH selalu melimpahkan rahmat,karunia, dan hidayah kepada kita.Semoga
makalah dapat bermanfaat bagi yang membaca.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ilmu nahwu merupakan salah satu ilmu alat yang bisa memahamkan kita dalam berbahasa
arab serta memahami al-Quran dan Hadits yang menjadi pedoman umat islam di dunia. Serta
dapat memahamkan kita dalam mengkaji kitab-kitab karangan para ulama pada zaman dahulu
maupun sekarang. Ilmu nahwu dan shorof kalau kita ibaratkan bagaikan perahu dan dayung yang
kita gunakan untuk menuju ke sebuah pulau yang indah. Tanpa dayung dan perahu tersebut kita
tidak akan dapat menuju ke sebuah pulau tersebut, sama halnya apabila kita tidak tahu tentang
ilmu alat ( nahwu dan shorof ) kita tidak akan bisa memahami al-Quran dan Hadits secara baik
dan benar. Maka dari itu ilmu alat mempunyai peran yang sangat penting sekali bagi kita semua
sebagai media untuk memahamkan kita mempelajari konteks arab. Dalam makalah ini akan
dijelaskan sebagian kecil dari ilmu nahwu, yaitu tentang Kaana dan Saudara-saudaranya.
B. Rumusan Masalah
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui bagaimana penggunaan Kana
dan Saudara-saudaranya yang baik dan benar sesuai kaidah bahasa Arab.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kaana
Kaana dan Saudaranya berfungsi merafa’kan mubtada yang sekaligus sebagai isim kaana dan
menashabkan khabar yang sekaligus menjadi khabar kaana.
َْس َو َمازاَ َل َو َما ْنفَكَ صا َر َولَيَ س َواَصْ بَ َح َواَضْ َحى َوظَ َّل َوبَاتَ َو َ صبُ ْال َخبَ َر َو ِهى َكانَ اَ ْم ِ فَا َ َما َكانَ َوا َخ َوا تُهَا فَاِنَّهَا تَرْ فَ ُعاِال ِسم َوتَ ْن
ْس َع ْم ٌر َ صرَّفَ ِم ْنهَا نَحْ ُو َكانَ َويَك ُونُ َو ُك ْن َواَصْ بَ َح يُصْ بِ ُح َواَصْ بِحْ تَقُو ُل كاَنَ زَ ْي ُد قَا ئِ ًماولَيَ ََو َما فَتِ َئ َو َما بَ ِر َح َو َمادَا َم َو َما ـ
َ َو َشا ِخصًا َو َما أَ ْشبَهَ َذلِك.
َ زَ ْي ٌد
Menggambarkan hal yang diberitakan itu terjadi pada siang hari. Siang hari zaid puasa صائِ ًما
َ Menggambarkan hal yang diberitakan itu terjadi pada malam hari. Malam hari zaid sahur َبَات
ظ َّل
زَ ْي ٌد َسا ِهرًاMenggambarkan hal yang diberitakan itu terjadi pada waktu dhuha. Waktu dhuha zaid
pergi اَضْ َحى َز ْي ٌد َذا ِهبًاMenggambarkan hal yang diberitakan itu terjadi pada waktu subuh.
اَصْ بَ َح ْالبَرْ ُد َش ِد ْيدًا
Menggambarkan hal yang diberitakan itu terjadi pada sore hari. Sore hari zaid pulang اَ ْم َسى زَ ْي ٌد
اجعًا
ِ َرMenggambarkan hal yang diberitakan itu terjadi pada siang hari.
Bermakna bukan atau tidak Zaid bukan dokter ْس زَ ْي ٌد طَبِ ْيبًا
َ لَي
Bermakna senantiasa atau masih Zaid masih berdiri َما َزا َل زَ ْي ٌد قَائِ ًما
َ َمابَ ِر َح زَ ْي ٌد
Bermakna senantiasa atau masih Zaid masih puasa صائِ ًما
Bermakna senantiasa atau masih Zaid masih di mesjid َمافَتِ َئ َز ْي ٌد فِى ْال َم ْس ِج ِد
Bermakna senantiasa atau masih Zaid masih bermuqim َمابَ ِر َح زَ ْي ٌد ُمقِ ْي ًما
Kaana dan saudaranya semuanya adalah kalimah fi’il dan dapat dibedakan menjadi tiga macam
:
َ ,صا َر
1. Fi’il-fi’il yang mempunyai bentuk madhi, mudhari, dan amar, yaitu : , اَصْ بً َح, اَ ْم َسا, َ بَا ت,ظ َل َ
2 َ َكان.
Khabar kaana dan saudaranya sering ditambah dengan harf jat ba’ ( ) ْالبَا ُء.
Ada lagi fi’il yang fungsinya sama dengan kaana dan saudaranya, antara lain :
a. Fi’il muqarobah, yaitu fi’il yang menunjukan dekat atau hampir terjadinya khabar, seperti َكاد
dan َ اَوْ َشكContoh : ( َكا َد الفَ ْق ُر أَ ْن يَ ُكوْ نَ ُك ْفرًاhampir saja kekafiran merubah kekufuran) َواَوْ َش ْكتَ ال َحرْ بُ أَ ْن
( تَ ْنتَهىPerang Hampir Selesai)
b. Af’alur raja’, yaitu fi’il yang menunjukkan harapan akan terjadinya khabar, fi’il ini antara
lain: َس
َ عdan َج َرى
Contoh:
Kaana dan saudaranya yang mempunyai isim dan khabar seperti pembahasan tersebut di atas,
َ لَي, َما فَتِئ. ) َمازاَ َلyang tidak
disebut fi’il naqis. Akan tetapi kaana dan saudaranya kecuali (ْس
mempunyai isim dan khabar, dan hanya memiliki fai’l, maka dalam hal ini disebut fi’il tam,
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kaana dan saudaranya berfungsi merafa’kan mubtada yang sekaligus sebagai isim kaana dan
menashabkan khabar yang sekaligus menjadi khabar kaana. Kaana dan saudaranya semuanya
adalah kalimah fi’il dan dapat dibedakan menjadi tiga macam :
َ ,صا َر
1. Fi’il-fi’il yang mempunyai bentuk madhi, mudhari, dan amar, yaitu : , اَصْ بً َح, اَ ْم َسا, َ بَا ت,ظ َل َ
َ َكان.
Kaana dan saudaranya yang mempunyai isim dan khabar disebut fi’il naqis. Akan tetapi kaana
َ لَي, َما فَتِئ. ) َمازاَ َلyang tidak mempunyai isim dan khabar, dan hanya
dan saudaranya kecuali (ْس
memiliki fai’l, maka dalam hal ini disebut fi’il tam,
B. Saran
Sukamto Imanuddin, Akhmad Munawari, Tata Bahasa Arab Sistematis, Yogyakarta: Nurma
Media Idea, 2007. Anwar, Moch, Tarjamah Matan Alfiyah, Bandung: Alma’arif, 1972.