Oleh kelompok 8
Nama NPM
M. Naufal Ali 23.11.1530
Lukmanul Hakim 23.11.1549
﷽
Dengan mengucapkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT yang mana
telah memberikan kita rahmat, hidayah, dan karunia-Nya. Serta sholawat dan salam
tidak lupa pula kita tujukan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW. Tidak
lupa pula Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak H.M. Syarif Dibaj,
Lc.M.Sy selaku Dosen Pembimbing dan juga teman-teman yang telah bekerja sama
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “MANSUBAAT” untuk
mata kuliah Bahasa Arab.
Kami sebagai Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna, masih terdapat kesalahan dan kekurangan, sehingga Kami menerima
kritik dan saran dari pembaca sekalian, supayadi waktu yang akan datang Kami bisa
belajar dan mengevaluasi kembali agar bisa membuat makalah yang lebih baik lagi.
Kelompok 8
i
DAFTAR ISI
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
BAB II ..................................................................................................................... 2
PEMBAHASAN ..................................................................................................... 2
PENUTUP ............................................................................................................... 7
A. Simpulan ...................................................................................................... 7
B. Saran ............................................................................................................. 7
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pembagian Mansubaat
Juga termasuk munaada (berikut seluruh pembagiannya). Hal ini akan dijelaskan
nanti. Contoh: ًللاه
ً = يًًعًبًدHai Abdullah!
2. Mashdar, dan ini dinamakan pula maf’ul mutlak, seperti dalam contoh:
= نًصًرًتًًزًيًدًاًنًصًرًاAku telah menolong Zaid dengan sebenar-benarnya.
3. Zharaf zaman dan zharaf makan, dan ini dinamakan maf’ul fiih.
Contoh zharaf zaman: = صًمًتًًيًومًاAku telah berpuasa satu hari.
Baqarah: 249).
2
10. Khabar kana dan saudara-saudaranya, seperti dalam contoh:
= كًانًًزًيًدًًقًائهماAdalah Zaid berdiri.
11. Khabar huruf-huruf yang diserupakan dengan laisa, seperti dalam contoh:
= مًاًزًيًدًًقًائهًمًاTiadalah Zaid berdiri.
14. Isim laa yang digunakan untuk meniadakan jenis, seperti contoh:
ًًاحًبًًعهًلًمًًمًقًوًت
= لًًص هTiada seorang berilmu pun terkutuk.
15. Tabi’ (lafazh yang mengikuti) kepada lafazh yang di nashab-kan, yaitu ada
empat macam, sebagaimana hal ini telah dikemukakan (dalam bab isim-isim
yang di rafa’-kan).1
B. Perincian Mansubaat
Isim-isim yang dinashab. Isim yang dinashab ada lima belas: maf’ul bih,
mashdar, zharaf zaman, zharaf makan, haal, tamyiz, mustatsna, isim laa, munada,
maf’ul min ajlih, maf’ul ma’ah, khabar kana dan saudara-saudaranya, isim inna
dan saudara-saudaranya, isim yang mengikuti isim manshub ada empat: na’at,
‘athaf, taukid, dan badal.
1. Maf’ul Bih. Yaitu: isim manshub yang menjadi objek perbuatan. Contohnya
perkataanmu: ًً( ضًًربًتً زيداAku telah memukul Zaid),ًًً( ًرًكهبًتًًًالفًًرسAku telah
mengendarai kuda).
Maf’ul bih ada dua bagian: zhahir dan mudhmar. Adapun yang zhahir
(tampak), telah lewat penyebutannya. Yang mudhmar ada dua bagian: muttashil
(bersambung) dan munfashil (terpisah). Yang muttashil ada dua belas, yaitu:
ًًوضًًربًن,
ً ً ًوضًًربً ًم, ً ًوضًًربً ًما,ًوضًًربًا,
ً ً ً ًوضًًربًه,ًًوضًًربًكًن, ًًوضًًربً ه,
ً ً ً ًوضًًربً ًكم, ًًوضًًربًكًمًا,ك ً ًًوضًًربًك,ا
ً ًوضًًرًبتًن,
ً ن ً ضًًربً ه. Dan
3
yang munfashil ada dua belas, yaitu: ً,ًوًإهيًهًا,
ً ًًًوًإهيًه,ًًوًإهيًكًن,
ً ًًوًإهيًكًم,ا ً ًًوإًهيً هًك,ًًوًإهيًك,
ً ًًوًإهيًكًم, ً ًًوًإهيً ًن,ًًإهيًي
ًًوًإهيًهًن,
ً ًًوًإهيًهًم,ا
ً ً ًوًإهيًه.
2. Mashdar. Mashdar adalah isim manshub yang datang di urutan ketiga dalam
tashrif fi’il. Contoh: ًضًًربًًًيضًًهربًًضًًرب.
Maf’ul mutlak ada dua bagian: lafzhi dan maknawi. Jika lafazh maf’ul
mutlak sama dengan lafazh fi’ilnya maka ini adalah lafzhi. Contoh: ًقًتًلًتًهًًقًتًل. Dan
jika maknanya yang sama sedangkan lafazhnya tidak, maka ini adalah maknawi.
Contoh: جلست قعوداdan قمت وقوفا, serta yang semisalnya itu.
3. Zharaf zaman adalah isim zaman yang di nashab dengan taqdir يف, seperti: ً,ًاليً ًوم
ًو هًحيًنًا,ا
ً ًوأًمً ًد,ا
ً ًًوأًبً ًد,ًساء
ً ًًًوم,حا
ً ًصب
ً ًو,
ً ًًوعًتًمًة,ا
ً ًًًوغًد,ًوسًحًًرا,
ً ًًوبًكًًرة,
ً ًًوغًدًًوة,
ً ًًواللًيًلة, serta yang menyerupai itu.
4. Zharaf makan adalah isim makan (tempat) yang di nashab dengan taqdir يف.
ً ًًوًتهلًقًاء,
Contoh: ًًوهًنًا,ًو ًث, ً ًًو هًحذًاء, ً ًًو ًعهنًد,
ً ًًوًإهًزاء, ً ًًوتًت,
ً ًًوفً ًوق,
ً ًًًوًوًراء,ًًوقًدًام,
ً ًًوخًلًف,
ً ًًأمًام,. dan isim-isim yang
menyerupai itu.
5. Haal. Haal adalah isim yang manshub yang memperinci keadaan yang belum
jelas. Contohnya adalah ucapanmu: ( جاء زيد راكِباZaid telah datang dengan
berkendara), ( ركِبت الفرس مسرجاAku telah mengendarai kuda dalam keadaan
berpelana), ( ل ِقيت عبد للاِ راكِباAku telah berjumpa dengan ‘Abdullah dalam keadaan
berkendara), dan contoh lain yang semisal itu.
Syarat-syarat Haal dan Shahibul Haal:
Haal hanya bisa berupa isim nakirah, terletak setelah sempurnanya kalimat,
dan shahibul haal-nya berupa isim ma’rifah.
6. Tamyiz. Tamyiz adalah isim manshub yang menerangkan benda yang masih
belum jelas. Contohnya ucapanmu: ( تًصًبًبً ًًزيًدً ًعًًرقًاZaid bercucuran keringatnya),
حمًا
ً ً( تًفًقًأًًبًكًرً ًشBakr penuh lemaknya), ( ًطابً ًمًمًدً ًنًفساMuhammad bahagia jiwanya),
ً( اشً ًتيًتًًً ًعهشًًهريًنًًكهتابAku telah membeli dua puluh kitab), ً( مًلًكًتًًًًتهسً ًعهيًًًن عجةAku telah
mulia bapaknya daripada engkau dan lebih bagus rupanya daripada engkau).
4
Syarat-syarat Tamyiz:
Tamyiz hanya bisa berbentuk nakirah dan hanya terdapat setelah
sempurnanya kalimat.
7. Istitsna’. Huruf-huruf istitsna’ ada delapan, yaitu: ً,ً ًًوخًل,ًًوسًًواء,ى ً ًو هًسًو,
ً ًوسًًو,ى ً ًًإهل
ً ًًوغًي,
شا
ً ًًوح,
ً ًوعًدًا.
negatif dan sempurna, maka boleh badal dan boleh nashab karena istitsna’,
ً ً مًاًقًامً ًالًقً ًومً ًًإهلdan إهلًزيدا. Dan apabila kalimatnya tidak sempurna, maka
contoh: ًًزيًد
8. Syarat Penerapan Laa Ber-‘Amal seperti Inna: Laa. Ketahilah bahwa laa me-
nashab-kan isim nakirah dengan tanpa tanwin, apabila ia tersebut bertemu
langsung dengan nakirah dan ia tersebut tidak berulang. Contoh: لً ًًرجًلًًهيفًالدا هًر.
Adapun apabila ia tidak bertemu langsung dengan isimnya, maka wajib rafa’
dan wajib mengulang ia. Contoh: ًيفً الدًا هًرًًًرجًلًًًًولًً امًًرًأة
ً لًً ه. Adapuan apabila ia-nya
berulang, maka boleh engkau terapkan dan boleh engkau abaikan. Jadi, jika
engkau mau, engkau bisa katakan: ًيفًالدًا هًر ًًولًًامًًرًأة
ً لً ًًرجًلً ًه. Dan apabila engkau mau,
5
b. Nakirah maqshudah (nakirah yang termaksud)
c. Nakirah ghairu maqshudah (nakirah yang belum termaksud)
d. Mudhaf (bersandar)
e. Syabih bil mudhaf (yang menyerupai mudhaf)
Hukum Munada:
Adapun mufrad ‘alam dan nakirah, mabni atas tanda dhamah tanpa tanwin.
Contoh: ً يً ًًزيًدdan ًيًرجل. Dan ketiga sisanya di nashab, tidak yang lain.
10. Maf’ul Lahu / Maful min Ajlih. Yaitu isim manshub yang disebutkan untuk
menjelaskan sebab terjadinya perbuatan. Contohnya adalah ucapanmu: ًًقًامًًًالًقًًوم
(Pemimpin itu datang bersama tentara) dan ً( اسًتًًوىًالًمًاءًًًوالًشًبًتAir itu naik bersama
sepotong kayu).
Adapun khabar kana dan saudara-saudaranya dan isim inna dan saudara-
saudaranya, telah lewat penyebutnya di isim-isim yang di rafa’. Demikian pula
tawabi’ yang telah berlalu di sana.2
2
Muhammad Muhyiddin ‘Abdul Hamid, Terjemah At-tuhfatus Saniyyah, (Maktabah
ismail bin Isya’), Hal 199-261.
6
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
B. Saran
7
DAFTAR PUSTAKA