Anda di halaman 1dari 19

KANA WA AKHWATUHA

Oleh ;
Agna Azkia Arsyi
XII IPA 1
MA PI DDI MANGKOSO 2023/2024

i
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim
Puji syukur saya ucapkan kepada Allah SWT,atas rahmat dan hiidayah-Nya/
penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “ KANA WA
AKHWAATUHA “ dengan tepat waktu.
Penulis mengucapkan banyak terimah kasih kepada Bapak\Ustdz Munir Lc. selaku
guru mata pelajaran nahwu. Ucapan terimah kasih penulis juga disampaikan
kepada semua pihak yang telah membantu diselesaikannya makalah ini.
Penulis menyadari maklah ini masih jauh dari kata sempurna.Oleh sebab itu, saran
dan kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini. Semoga
makalah Nahwu ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Gowa,08 Mei 2023

Penyusun

DAFTAR ISI

iii
HALAMAN
JUDUL ……………………………………………................................
……………………..

KATA PENGANTAR……………………………...............................………..
…………………………..

DAFTAR ISI………………………………..............................…..….
……………………………………..

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang………….....…………………….
……………................................…………………..

B.RumusanMasalah………..…………………………..................................
………………………..

C.Tujuan………………………..……………………..…...................................
…………………………..

BAB II PEMBAHASAN

A.Pengertian Kana Wa Akhwatuha……………..........................


…………………………………..
B. Macam-macam Kana Wa Akhwatuha………........................
…………………….…………..
C. keistimewaan Kana dibanding yang lainnya…........................
……………………………...

D. Fungsi-fungsi kana wa akhwatuha…........................................................


……………..
E. Fiil-Fiil yang bisa kembali menjadi Tam………........................
……………………………....

iii
BAB III PENUTUP

A.Kesimpulan …………………………..…….............................
…………………………………………..
B.Saran …………………………..
………………………………………………................................……..

BAB IV DAFTAR PUSTAKA…………..……………..


……………………………....................................

BAB I
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang
Ilmu nahwu merupakan salah satu ilmu alat yang bisa memahamkan kita
dalam berbahasa arab serta memahami al-qur’an dan hadis yang menjadi pedoman
umat islam di dunia. Serta dapat memahamkan kita dalam mengkaji dalam kitab-
kitab karangan para ulama pada zaman dahulu maupun sekarang. Ilmu nahwu dan
sharaf kalau kita ibaratkan bagaikan perahu dan dayung yang kita gunakan untuk
menuju ke sebuah pulau yang indah. Tanpa dayung dan perahu tersebut kita tidak
akan dapat menuju ke pulau tersebut, sama halnya apabila kita tidak tahu tentang
ilmu alat ( nahwu dan sharaf ) kita tidak akan bisa memahami al-qur’an dan hadis
secara baik dan benar. Maka dari itu ilmu alat mempunyai peran yang sangat
penting bagi kita semua sebagai media untuk memahamkan kita mempelajari
konteks arab. Selama ini kita mengetahui bagaimana cara “Kana Wa Akhwatuha “
Merafa’kan pada mubtada’ sebagai isimnya dan kepada khabar yakni
menasabkannya. Dalam makalah ini akan dijelaskan sebagian kecil dari ilmu
nahwu, yaitu tentang kana dan saudara-saudaranya
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang perlu diperhatikan dari Kana wa Akhwatuha
2. Apa saja macam-macam Kana wa Akhwatuha
3. Apa Keistimewaan kana itu sendiri
4. Apa saja fungsi-fungsi kaana

iii
5. Apa saja kana wa akhwatuha yang bias menjadi tam
C.Tujuan
a) Untuk mengetahui pengertian kana wa akhwatuha
b) Untuk mengetahui macam-macam kana wa akhwatuha beserta contohnya
c) Untuk mengetahui kekhususan kana dibanding yang lainnya
d) Untuk mengetahui fungsi-fungsi kana wa akhwatuha
e) Untuk mengetahui yang mana saja dari kana wa akhwatuha bias kembali tam

BAB II
PEMBAHASAN

A.Pengertian Kana Wa Akhwatuha


Kana Wa Akhwatuha merupakan salah satu dari amil nawasikh. Amil nawasikh
ialah amil baik fi’il maupun huruf yang merusak susunan jumlah ismiyyah. Kana
wa akhwatuha merupakan suatu fi’il, dimana ketika ia masuk pada jumlah
ismiyyah akan menyebabkan marfu’nya mubtada dan disebut sebagai isim kana,
serta mansubnya khabar yang dinamakan khabar kana.
 Awal mula jumlah ismiyyah sebelum masuk kana wa akhwatuha ialah
marfu’.
Contoh :

‫ُهللا َسِمْيًع‬
Allah itu maha mendengar

 Setelah dimasuki kana wa akhwatuha, maka mubtada berubah status menjadi


ism kana dan Khobar hukumnya berubah menjadi nashob. Karna fungsi kana
wa akhwatuha ialah

‫ َو َتْنِص ُب َاْلَخ َبَر‬, ‫ َفِإَّنَها َتْر َفُع َااِل ْس َم‬,‫َفَأَّم ا َك اَن َو َأَخ َو اُتَها‬
Adapun kana dan saudara-saudaranya itu merofa’kan isim dan menashobkan
Khobar
Contoh :

iii
‫َك اَن ُهللا َسِمْيًعا‬
‫َسِمْيعا‬, yang tadinya rofa’ dengan tandanya dhommah, menjadi nashob,
dengan tanda berupa fathah.
Demikian juga susunan mubtada khobar lain, jika kemasukkan kaana wa
akhawatuha, maka khobarnya dii’robi nashab, bukan rofa’ lagi.

 Menurut kesepakatan ahli nahwu kana dan saudara-saudaranya


merupakan fi’il akan tetapi al-farisi dan abu bakar Syukair
mengatakan bahwa laisa adalah huruf.
 Kana mempunyai tiga arti yang berbeda-beda, sesuai dengan konteks
yang diinginkan yakni:

1. Bisa berarti terus menerus ( Istimrar )


2. Bisa berarti menjadi
3. Bisa berarti madhi ( dulu )

iii
B. Macam-macam kana wa akhwatuha
Perlu kita ketahui bahwa, kana wa akhwatuha itu berjumlah 13. Dari 13 fiil
tersebut, kita dapat mengelompokkan menjadi tiga yaitu:

1. Anggota kana dan saudaranya yang bekerja tanpa syarat

Kana dan saudaranya yang termasuk kelompok kana yang dapat


merafa’kan mubada dan manshabkan khabar tanpa syarat. Terdiri dari:

 ( ‫)َك اَن‬, kebanyakan tidak diartikan


 (‫)َأْمَس ى‬, artinya berada di waktu sore
 ( ‫)َأْص َبَح‬, artinya menjadi/ berada di waktu pagi
 (‫)َأْض َح ى‬, artinya menjadi/ berada di waktu dhuha
 (‫)َظَّل‬, artinya berada di waktu siang
 ( ‫)َباَت‬, artinya bermalam
 ( ‫)َص اَر‬, artinya menjadi
 ( ‫)َلْيَس‬, artinya tidak

2. Anggota kana dan saudaranya yang bekerja dengan syarat

Anggota Kana Wa Akhwatuha yang bekerja dengan syarat harus


didahului dengan nahi (larangan) atau nafi (peniadaan). Anggota kana dan
saudaranya ini antara lain:

 ( ‫)َز اَل‬, artinya senantiasa


 ( ‫)َفِتَئ‬, artinya senantiasa
 ( ‫)َبِر َح‬, artinya senantiasa
 ( ‫)اْنَفَّك‬, artinya senantiasa

3. Anggota kana dan saudaranya yang harus didahului (‫)َم ا‬

Anggota kana dan saudaranya yang hanya bisa dimasukan dengan syarat
harus didahului mashdariyah dhorfiyyah (‫ )َم ا‬hanya ada satu, yaitu:

 ( ‫)َداَم‬, artinya senantiasa

Kesimpulan :

iii
Kana dan saudaranya terdiri dari 13 anggota yaitu:

1. ( ‫)َك اَن‬
2. (‫)َأْمَس ى‬
3. ( ‫)َأْص َبَح‬
4. (‫)َأْض َح ى‬
5. (‫)َظَّل‬
6. ( ‫)َباَت‬
7. ( ‫)َص اَر‬
8. ( ‫)َلْيَس‬
9. ( ‫)ما َز اَل‬
10. ( ‫)ما َفِتَئ‬
11. ( ‫)ما َبِر َح‬
12. ( ‫)ما اْنَفَّك‬
13. ( ‫)ما َداَم‬

Selain itu, dari ke 13 fiil tersebut juga memiliki keunikan masing-masing . Ada
yang lengkap fiil madhi, fiil mudhori dan fiil amar,. Ada yang cuman fiil madhi
dan fiil mudhori. Bahkan, ada yang hanya fiil madhi. Berikut ini jabarannya :

Arti ‫فعل أمر‬ ‫فعل مضارع‬ ‫فعل ماض‬ ‫رقم‬

Dulu ‫ُك ْن‬ ‫َيُك ْو ُن‬ ‫َك اَن‬ 1

Jadi ‫صر‬ ‫َيِص ْيُر‬ ‫َص اَر‬ 2

di waktu ‫بت‬ ‫َيِبْيُت‬ ‫َباَت‬ 3


.malam
ada di waktu ‫اصبح‬ ‫ُيْص ِبُح‬ ‫َأْص َبَح‬ 4
.pagi
di waktu ‫ظل‬ ‫َيَظُّل‬ ‫َظَّل‬ 5
siang
menjadi (pada ‫امس‬ ‫ُيْمِس ى‬ ‫َأْمَس ى‬ 6
waktu sore)

iii
di waktu ‫اضح‬ ‫يضحى‬ ‫اضحى‬ 7
dhuha
masih atau - ‫مايبرح‬ ‫مابرح‬ 8
senantiasa
masih atau - ‫َالَيَز اُل‬ ‫َم اَز اَل‬ 9
senantiasa
masih atau - ‫مايفتاء‬ ‫مافتى‬ 10
senantiasa
masih atau - ‫ماينفك‬ ‫ماانفك‬ 11
senantiasa
bukan atau - - ‫َلْيَس‬ 12
tidak
selama - - ‫َم اَداَم‬ 13

Berikut ini contoh dari setiap kana wa akhwatuha :


1.‫كان‬

Contohnya:

‫َك اَن َز ْيٌد َقاِئًم ا‬


‫ َقاِئًم ا‬dibaca nashab karena menjadi khobarnya kana.

Contoh lainnya:

‫ُك ْن َعاِلًم ا‬
Jadilah kamu orang yang ‘alim.

2.‫امسى‬

Contohnya:

‫َأْمَس ى اْلَبَقُر َش اِبًعا‬


Sapi itu kenyang di waktu sore.

iii
3.‫اصبح‬

Contohnya:

‫َاْص َبْح ُت ُم َدِّر سا‬


Aku menjadi guru di waktu pagi.

4‫اضحى‬

Contohnya :

‫َأْض َح ى اْلَغَنُم َم ِر ْيًضا‬


Artinya: kambing itu sakit di waktu dhuha.

5. ‫َظَّل‬

Contohnya:

‫َظَّل الَع اِم ُل ُمِكًّبا َع َلى َع َم لِه‬


Pekerja itu tetap terpaku pada pekerjaannya.

6. ‫َباَت‬

Contohnya:

‫َباَت الَّنْج ُم الِم ًعا‬

Bintang itu bersinar di waktu malam.

7. ‫َص اَر‬

Contohnya:

‫َص اَر ُمَحَّم ٌد َتاِج ًرا‬

Muhammad menjadi seorang pedagang.

iii
8. ‫َلْيَس‬

Contohnya:

‫َلْيَس الَّنَج اُح َس ْهًال‬

Kesuksesan itu tidaklah mudah.

9. ‫َم اَز اَل‬

Contohnya:

‫َم اَز اَل اْلَس اِرُق ُم َك ِّدًرا‬

Pencuri itu senantiasa menjadi orang yang membuat resah.

10. ‫َم ا اْنَفَّك‬

Contohnya:

‫َم ا اْنَفَّك الِّطْفُل َناِئًم ا‬


Anak itu masih terus tidur.

11. ‫َم ا َفِتَئ‬

Contohnya:

‫َم ا َفِتَئ اْلَج ُّو َباِر ًدا‬

Artinya: cuacanya senantiasa dingin.

12. ‫َم ا َبِر َح ِت‬

Contohnya:

‫َم ا َبِر َح ِت الَّس َم اُء َص اِفَيًة‬

Langitnya senantiasa cerah.

iii
13. ‫َم ا داَم‬

Contoh:

‫َلْن َينَتِص َر الَع ُد ُّو َم ا داَم الَّتَع اُو ُن َقاِئًم ا‬

Musuh tidak akan menang selama kerja sama ditegakkan.

C. keistimewaan kana dibanding yang lainnya

Keistimewaan kāna di antara saudara-saudaranya, sebagai berikut :

1. Menjadi zāidah saja (tidak berfungsi) bila


terletak di antara ‫ ماتعجب‬dan ‫فعل تعجب‬
contoh :

‫ ( ما كان اعدل عمر‬alangkah adilnya umar )

2. Boleh dibuang kāna bersama isim-nya bila terletak


sesudah inna dan law.
contoh :

‫ ( كل الطعام لو كان قايال‬setiap makanan itu jika sedikit )

3. Dibuang kāna saja sehingga tinggal isim dan khabar-


nya dan diganti ‫ مازائدة‬yaitu terletak sesudah ‫ان مصدرية‬.
Contoh :

‫ ( ما انت غنيا تفتخ‬kamu kaya karena itu kamu bangga )

4. Terkadang dibuang semuanya (kāna), isim, dan khabar-


nya diganti dengan ‫ مازائدة‬bila didahului ‫ان شرطية‬.
Contoh :

‫ ( افعل هذا اما ال‬Kerjakan ini bila tidak )

iii
Aslinya =‫ان كنت ال تفعل غيره افعل هذا‬

5. Boleh dibuang nun huruf mudāri’-nya bila tanda


jazam-nya sukūn dan sesudahnya bukan huruf yang
sukūn dan bukan damir mu’tasil.
contoh :
‫ ( ولم اكن بغيا‬saya bukan perempuan pelacur )

D.Fungsi kana Wa akhwatuha

iii
Dalam penemuan Fadhil Salih al samirai , Kaana dalam struktur kalimat
positif memiliki sepuluh fungsi yaitu :
 Al-Madhi al-Munqathi ; makna ini terbagi dua bagian
1. Menunjukkan suatu kejadian terdahulu dengan sifat kejadian yang
tetap, sehingga masih dianggap berlaku pada masa sesudahnya.
2. Menunjukkan kepada makna bahwa suatu peristiwa hanya terjadi
satu kali saja.
 Al-Madhi al-Mutajaddid wa al-mu’taad: makna ini muncul apabila
kata yang menjadi khabar “kana” berupa fiil mudhari. Dalam struktur
seperti ini, makna yang ditunjukkan terbagi kepada dua bagian
1. Menunjukkan kepada suatu kejadiaan atau peristiwa yang
sedang berlangsung.
2. Menunjukkan bahwa suatu pekerjaan yang terjadi di masa
lampau merupakan suatu kebiasaan pada masa lampau itu.
 Tawaqqu al-Hudus fi al-Madli : makna ini menunjukkan kepada suatu
pekerjaan yang terjadi pada masa lampau saja.
 Al-Dawwam wa al-Istimrar bi makna Lam yazal; makna ini
menunjukkan bahwa suatu peristiwa terus berlangsung dan tidak
pernah berhenti.
 Chal; Dalam bahasa indonesia berarti “keadaan” dengan ini, terdapat
struktur kalimat yang mengandung kana menunjukkan kepada makna
“keadaan”.
 Istiqbal; menunjukkan kepada usatu kejadian pada masa yang akan
datang.
 Shairurrah;artinya adalah menjadi. Sehingga diantara struktur kalimat
yang ada kata kana menunjukkan kepada makna “menjadi”
 Yanbagii Wa al-qudrat wa al-istitha’ah; secara harfiah kata yanbagi
diartikan “patut”, “pantas”. Sementara kata al-qudrat dan al-istitha’ah
memiliki arti yang sama “kemampuan”.
 Wajada dan waqa’a, secara harfiah kata wajada berarti “mendapati”
dan kata waqa’ah berarti “melimpah” Makna seperti ini bisa muncul
ketika kana berlaku tam yakni hanya membutuhkan ma’mul marfu’
saja.
 Zaidah, artinya adalah tambahan . Kana berlaku zaidah jika:
1. Berupa fiil madhi ( lampau)
2. Berada diantara dua kata yang multazim (terikat).

iii
E.Fi’il-fi’il yang bisa kembali menjadi tam
Kana wa akwatuha terbagi menjadi dua. Ada yang Tam dan ada yang
Naqish. Kāna dan saudara-saudaranya dapat menjadi tām, yaitu hanya
menghendaki fā’il saja kecuali tiga fi’il yang tetap menjadi nāqis selamanya, yaitu .
‫ َم اَز اَل‬, ‫ َم ا َفِتَئ‬dan ‫َلْيَس‬

iii
Kāna dan saudara-saudaranya itu menjadi tām
adalah sebagai berikut:
1. Kāna berarti ( ‫ )حصل‬mendapat / berhasil dan kadang berarti menjadi, contoh:

‫و ان كان ذو عشرة فنظرة‬


(jika mendapat kesulitan hidup, maka tunggulah sampai lapang).

2. Bila ( ‫ ) صار‬berarti berpindah


contoh:
‫صار االم اليك‬

(persoalan itu pindah kepada engkau).

3. Bila ( ‫ ) اصبح‬berarti masuk waktu subuh.


Contoh:
‫صلي تصبح قبل اصبح‬

(salat subuhlah engkau sewaktu subuh).

4. Bila ( ‫ ) اضحى‬berarti masuk waktu duhā.


Contoh:
‫صليت حين اضحى‬
(saya salat duhā di waktu duhā).

5. Bila ( ‫ ) ظل‬berarti tetap dan lama terus menerus,


contoh:
‫لن تتقدم اذا يظل الحرب‬
(kita tidak akan maju bila peperangan tetap ada).

6. Bila ( ‫ ) امسى‬berarti masuk waktu sore.


contoh:
‫سبحان هللا حين تمسون‬
(maha suci Allah sewaktu kamu masuk waktu sore).

7. Bila ( ‫ ) بات‬berarti menginap / bermalam.


contoh:

iii
‫كان للي بات في بيتي‬
(Ali pernah menginap di rumahku).

8. Bila ( ‫) انفك‬berarti terlepas / terpisah.


Contoh:
‫هذا االم انفك عن المسئلة‬
(perkara itu terlepas dari masalah itu).

9. Bila ( ‫ ) برح‬berarti hilang/pergi memisahkan diri.


Contoh:
‫هو يبرح عني‬
(dia menghilang diri dari saya).

10. Bila ( )berarti tinggal (sisa) terus menerus,

contoh:
‫كن مشغولون دامت الحيات‬
(kita sibuk semasih hidup)

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kaana dan saudaranya berfungsi merafa’kan mubtada yang sekaligus sebagai
isim kaana dan menashabkan khabar yang sekaligus menjadi khabar kaana. Kaana

iii
dan saudaranya semuanya adalah kalimah fi’il dan dapat dibedakan menjadi 3
macam:
1. Fi’il-fi’il yang mempunyai bentuk madhi, mudhari, dan amar, yaitu : ‫ َبا‬, ‫ َظَل‬, ‫َص اَر‬
‫ َك اَن‬, ‫ َاْص ًبَح‬,‫ َاْمَس ا‬, ‫ َت‬.
2. Fi’il-fi’il yang mempunyai bentuk madhi dan mudhari, yaitu : ‫ َو َم ا‬. ‫ َم ا ْنَفَك‬, ‫َم ازَاَل‬
‫ َم ا َبِر َح‬, ‫ َفِتَئ‬.
3. Fi’il-fi’il yang mempunyai bentuk madhi saja ‫ َلْيَس‬, dan ‫َو َم اَداَم‬
Kaana dan saudaranya yang mempunyai isim dan khabar disebut fi’il naqis. Akan
tetapi kaana dan saudaranya kecuali ( ‫ َلْيَس‬,‫ َم ا َفِتئ‬. ‫ ) َم ازَاَل‬yang tidak mempunyai isim
dan khabar, dan hanya memiliki fai’l, maka dalam hal ini disebut fi’il tam.

B. Saran
Dengan mempelajari pembahasan kaana wa akhowatuhu, semoga kita dapat
mengaplikasikan berbahasa arab yang baik dan benar.

DAFTAR PUSTAKA
Sukamto Imanuddin, Akhmad Munawari, Tata Bahasa Arab Sistematis,
Yogyakarta: Nurma Media Idea, 2007. Anwar, Moch, Tarjamah Matan Alfiyah,
Bandung: Alma’arif, 1972.
https:\\www.nahwusharaf.id\2021\12\isim-kana-dan-saudaranya.html?m=1

iii
https:\\www.stoduco.com\id\document\universsitas-negeri-manado\management\
ilmu-nahwu-kana-wa-akwatuha\48594849

iii

Anda mungkin juga menyukai