Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya dan tidak lupa pula sholawat serta salam kami panjatkan kepada
Nabi Besar kita Muhammad SAW yang telah membawa umatnya dari zaman kegelapan
menuju zaman yang terang benderang seperti saat ini.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada yang telah membantu kami dalam
pembuatan makalah ini, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari
bahwa masih terdapat kekurangan dalam makalah ini, sehingga kami senantiasa terbuka
untuk menerima saran dan kritik pembaca demi penyempurnaan makalah berikutnya. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................................... i
DAFTAR ISI......................................................................................................................... ii
BAB I Pendahuluan ............................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................ 1
1.3 Tujuan Penulisan .............................................................................................................. 1
BAB II Pembahasan ............................................................................................................ 2
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
mendapatkan sesuatu hasil setelah kalimat perintah ungkapan atau fi'il yang berisi pekerjaan
yang dikehendaki oleh Mutakallim (pembicara) sebagai orang yang memerintah agar
dilakukan oleh Mukhathab (lawan bicara) sebagai orang yang diperintah.1
Perlu diingat bahwa yang menjadi Fa'il (Pelaku) dari Fi'il Amar (Kata Kerja Perintah)
adalah Dhamir Mukhathab (lawan bicara) atau "orang kedua" sebagai orang yang diperintah
untuk melakukan pekerjaan tersebut. Dhamir Mukhathab terdiri dari: ْأَنت ُ َما-ْْْأَنتُم-ْن
َّ ُ أَنت - ِْأَنت
َ ( –ْأَنkamu berdua lk/pr, kamu sekalian lk, kamu sekalian pr, kamu lk, kamu pr )2
ْت
1
Muhammad Bakr Isma’il, Qawa’id Al sharfi bi ushlub Al Ashri, (Kairo: Dar Al Manar, 2000), hlm. 50
2
Adib Bisri dan Munawir A. Fatah, Kamus Al-Bisri, (Surabaya: Pustaka Progresif, 1999), hlm. 658
3
Musthofa al-Ghalainy, Jami’ Al Durus Al ‘Arabiyyah jilid 1, (Beirut: Maktabatul ‘Ashriyah, 1984), hlm. 44-45
2
c) Apabia setelah dibuang ya mudlora’ahnya itu huruf permulaanya, terdiri dari hamzah
sukun, maka boleh mengikuti cara pertama, atau mengikuti cara pertama, atau
mengikuti cara kedua dengan membang hamzah sukun itu.
Contoh :
ْ =يَأ ُكلُْ–ْاُأ ُكلْ–ْاَو ُكلMakanlah
ُْ – َف ِعلْفَعَلَْ–ْيُف ِع
b) Wazan fa’ala ل
ْ َعلَّ َمْ–ْيُعَ ِل ُم- ْ = َع ِلمAjarkanlah
ُْ َّتَفَعَّلَْ–ْ َيتَف
e) Wazan tafa’ala ْلْ–ْتَفَعَّل
ْْتَ َعلَّم-ْ =تَ َعلَّمْ–ْ َيتَ َعلَّ ُمBelajarlah
4
Adib Bisri dan Munawir A. Fatah, Kamus Al-Bisri, hlm. 485
5
Fuadun Nikmah, Qawa’id Al Lughoh Al ‘Arabiyah jilid 2, (Beirut: Darul Hikmah, 787 H.), hlm. 78.
3
h) Wazan Istaf’ala ْْاِست َف َعلَْ–ْ َيستَف ِعلُْ–ْاِستَف ِعل
ْ =اِست َغفَ َرْ–ْيَستَغ ِف ُرْ–ْاِس ِتغفَرMohon Ampunlah
(ke delapan wazan diatas merupakan wazan yang sering dipakai)2
َ أَن
ْت ْاِف َعل = (engkau -lk) kerjakanlah!
ِ أَن
ْت ْاِف َع ِلي = (engkau -pr) kerjakanlah!
ِ اِع َملُو
اْآل ِخ َر ِت ُك ْم bekerjalah untuk akhirat kalian (lk)
َ ْأَقِم
صلَتَك dirikanlah shalatmu (lk)
َ ْأَقِ ِمي
ْصلَت َ ِك dirikanlah shalatmu (pr)
َ ْأَقِ َما
صلَت َ ُك َما dirikanlah shalat kamu berdua
َ ْأَقِي ُموا
ْصلَتَ ُكم dirikanlah shalat kalian (lk)
َ ْ َأَقِمن
ْصلَت َ ُك َّن dirikanlah shalat kalian (pr)
4
Sebagai catatan, bila huruf akhir yang sukun dari sebuah Fi'il bertemu dengan awalan
Alif-Lam dari sebuah Isim Ma'rifah, maka baris sukun dari huruf akhir fi'il tersebut berubah
menjadi baris kasrah. Contoh:
ْبْ–ْاُكتُب
ُ ُ بْ–ْ َيكت
َ َ َكت
ُ اِق َرأْ – قَ َرأَْ–ْيَق َرْأ
ْسْ–ْاِجلَس َ ََجل
ُ سْ–ْيَج ِل
b. Membuang huruf akhirnya, bagi huruf ‘ilat (alif, wawu , dan ya’)
Contoh:
ُ عوْ–ْاُد
ْع ُ عاْ–ْ َيد
َ َد
َْرأَىْ–ْ َي َرىْ–ْ َر
ْفَ َّرْ–ْيَ ِف ُّرْ–ْفِْ ُّر
c. Difathah huruf akhirnya bagi yang Mudha’af, yaitu fi’il yang kelihatannya tasydid.
Contoh:
ُْ ْ–ْظ ُّن
ْظ ُّن ُ ظ َّنْ–ْ َي
َ
ْس
َّ سْ–ْ َْم
َّ سْ–ْ َي َم
َّ َم
ْفَ َّرْ–ْيَ ِف ُّرْ–ْفِ ُّر
2. Fi’il Amar itu bisa menerima nun Taukhid disamping menunjukan perintah itu.
Contoh:
1. َ َطال
Bersungguh-sungguhlah engkau belajar ع ِْة َ ْفىْال َم
ِ اِجت َ ِهدَ َّن 6
6
Adib Bisri dan Munawir A. Fatah, Kamus Al-Bisri, hlm. 82
5
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Fi’il amar adalah fi'il yang berisi pekerjaan yang dikehendaki oleh Mutakallim
(pembicara) sebagai orang yang memerintah agar dilakukan oleh Mukhathab (lawan bicara)
sebagai orang yang diperintah.
Pelaku fi’il amar yaitu dhomir mukhatab yaitu
Cara membuat ْ فِ ِعل ْاأل َ َمرbagi fi’il yang asli tiga huruf ialah berpedoman kepada fi’il
6
DAFTAR PUSTAKA