Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH BAHASA ARAB

Tentang
“ Fi’il amr “

DISUSUN OLEH :

KURNIA WATI NIM.S.HTN. 12020006

DOSEN PENGAMPU
H. EKA ADI CANDRA,Lc,MA.Hum

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM


SYEIKH MAULANA QORI BANGKO
TAHUN AJARAN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr,Wb.
Puji syukur atas kehadiran Allah swt. Yang telah
memberikan kita rahmat dan hidayatnya sehingga saya dapat
menyelesaikan makalah Bahasa arab Ini dengan pembahasa
tentang “fi’il madi”. Sholawat dan salam kepada nabi junjungan
alam yakni nabi Muhammmad Saw.
Kemudian saya ucapkan terimakasih kepada pihak yang
telah membantu sehingga makalah ini dapat selesai sesuai
dengan waktunya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
kita semua. Dalam penulisan makalah ini saya merasa banyak
sekali kekurangan , maka dari itu saya sangat mengharapkan
kritik dan saran yang bersipat membangun dari teman-teman
semua.
Daftar Isi

KATA PENGANTAR.................................................................. I
Daftar Isi....................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................. iii
1.1 Latar Belakang............................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah....................................................... 1
1.3 Tujuan.......................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian fi’il amr..................................................... 2
2.2 Cara membuat fi’il amr................................................ 3
2.3 Ciri-ciri fi’il amr........................................................... 4
BAB III........................................................................................... 8
3.1 Kesimpulan.................................................................. 9
3.2 Daftar Pustaka............................................................. 10

 
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG

Sebagai Umat Islam, kita dituntut untuk bisa mengkaji dan


mempelajari Al-Qur’an  dan Sunnah, sebagai dua sumber utama
ajaranIslam yang harus kita pegang teguh. Tentunya, kita tidak
mungkin memahami kedua sumber itu kecuali setelah mengetahiu
kaidah-kaidah Bahasa Arab, khususnya Ilmu Nahwu dan Ilmu Sharaf.
Karena keduanya merupakan kunci dalam mempelajari al-Qur’an dan
Sunnah.

Ketika hendak mempelajari ilmu Nahwu dan Sharaf, kebanyakan


kalangan Umat Islam masih mempunyai pandangan bahwa belajar
Ilmu Nahwu itu sulit, Sehingga banyak juga kalangan Umat Islam
yang merasa malas untuk mempelajari kaidah Bahasa Arab yang
disebut dengan Ilmu Nahwu dan Sharaf. Menurut kaidah hukum
Islam, mengerti akan ilmu Nahwu bagi mereka yang akan memahami
Al-qur’an Hukumnya Fardhu’ain.

Dalam Behasa Arab terdapat kata kerja atau kata perintah, sementara
itu di dalam Ilmu nahwu kata kerja ini disebut dengan Fi’il. Menurut
waktunya, fi’il dibagi menjadi 3 yaitu Fi’il Madhi, Fi’il Mudhari’ dan
Fi’il Amr. Makalah ini akan mengupas tentang apa itu Fi’il Amar dan
bagaimana kaidah-kaidahnya.

1.1 RUMUSAN MASALAH

 Apa pengertian dari fi’il amr?


 Bagaimana cara membentuk fi’il amr?
 Apa ciri-ciri dari fi’il amr?

1.3 TUJUAN

 Sebagai salah satu syarat untuk memenuhi tugas mata kuliah


bahasa arab dan agar dapat memahami isi makalah.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Fi’il Amr

Istilah fi’il amr (‫ )فعل األمر‬terdiri atas dua kata, yaitu kata fi’il (‫)فعل‬
yang artinya kata kerja, kemudian kata amr (‫ )األمر‬yang artinya
perintah, sehingga fi’il amr adalah kata kerja bahasa arab yang
digunakan untuk memerintah (menyuruh).

Fi’il Amr adalah kata kerja yang menunjukkan arti permintaan


melakukan sesuatu, dengan kata lain fi’il amr berarti kata kerja
perintah.Fi’il Amr adalah kata kerja yang mengandung perintah
dengan tuntutan untuk mendapatkan sesuatu hasil setelah kalimat
perintah ungkapan atau fi’il yang berisi pekerjaan yang dikehendaki
oleh Mutakallim (pembicara) sebagai orang yang memerintah agar
dilakukan oleh Mukhathab (lawan bicara) sebagai orang yang
diperintah.

Fi’il amr adalah kata kerja perintah untuk oeang ke 2 laki-laki atau
orang ke 2 perempuan.Digunakan untuk memerintah orang ke-II
(yang diajak bicara) untuk pekerjaan yang belum dikerjakan. Karena
pelakunya yang akan mengerjakan perintah hanya orang kedua, maka
Fi’il amar hanya mempunyai 6 (enam) bentuk untuk mukhotob dan
mukhotobah.

No Dhamir F. Amar Arti Perubahan


1 ‫ُــو‬
َ ‫ه‬ ——— ———
2 ‫هُـ َمـا‬ – ——— ———
3 ‫هُــ ْم‬ – ———- ———
4 ‫ِهـ َي‬ – ———- ———
5 ‫ُه َمـا‬ – ———- ———
6 َّ‫هُـن‬ – ———- —–
7 َ‫اَ ْنـت‬ ‫اُ ْكـت ُْب‬ Memukullah kamu (lk) Asli
8 ‫اَ ْنتُ َمـا‬ ‫اُ ْكتُبَــا‬ Memukullah kalian (lk) …..َ‫ا‬
9 ‫اَ ْنتُـم‬ ‫ـوا‬ْ ُ‫اُ ْكـتُب‬ Memukullah kalian (lk) ….ُ‫ْو‬
10 ِ ‫اَ ْنـ‬
‫ت‬ ‫اُ ْكـتُبِي‬ Memukullah kamu (pr) ….ِ‫ي‬ ْ
11 ‫اَ ْنتُ َمـا‬ ‫اُ ْكـتُبَتَـا‬ Memukullah kalian (pr) …َ‫تَـا‬
12 َ َّ‫ا ْنتُـن‬ َ‫اُ ْكـتُبْـن‬ Memukullah kalian (pr) ….ْ‫ِن‬
13 ‫اَنَــا‬ – —- —-
14 ُ‫نَ ْحـن‬ – —- —–

Contoh :

ْ‫ اُ ْد ُخل‬   (udkhul)=masuklah                           ْ‫ إِجْ لِس‬  (ijlis)=duduklah

2.2 Cara membuat Fi’il Amr 

1. Tsula tsiy mujarrod

Cara membuat ْ‫ فِ ِعــ لْ األَ َمــر‬bagi fi’il yang asli tiga huruf ialah
berpedoman kepada fi’il mudhori’nya dengan ketentuan sebagai
berikut:

Ya’ mudhori’ dibuang. Bila setelah dibuag ya’nya, hurf


pertamanya sukun, maka harus ditambah hamzah washol
didepannya. Harokatnya: bila huruf kedua sebelum akhir dlomah,
maka harokatnya dlomah.bila huruf kedua sebelum akhirnya
fathah atau kasroh maka harokatnya: kasroh (hamzah washol itu,
bila ditegah kalimat, maka tidak terbaca).

Contoh:

ُ‫ = فَ ْكتُبْ – أُ ْكتُبْ – يَ ْكتُب‬Tulislah

Bila setelah dibuang ya’ mudlora’ahnya, huruf permulaanya ,


terdiri dari huruf hidup (dlomah atau fathah atau kasroh) maka
langsung itulah yang menjadi fi’il amarnya tanpa ada tambahan.
Contoh

‫ = يَقُوْ ُل – قُ ُل‬Katakanlah

1. Apabia setelah dibuang ya mudlora’ahnya itu huruf permulaanya,


terdiri dari hamzah sukun, maka boleh mengikuti cara pertama,
atau mengikuti cara pertama, atau mengikuti cara kedua dengan
membuang hamzah sukun.

Contoh

ْ‫ = يَأ ُك ُل – اُ ْأ ُكلْ – اَوْ ُكل‬Makanlah

2. Tsula tsiy mazid dan ruba’iy

Bagi fi’il tsula tsiy mazid dan ruba’iy, cara membuat fi’il
amarnya sama, yaitu dengan memperhatikan fi’ il madhi’ dan
fi’il mudhori’nya. Jumlah huruf dan harokat fi’il amar, sama
dengan fi’il madhi’nya. Hanya saja huruf kedua sebelum akhir,
mengiuti fi’il mudhori’nya. Contoh masing-masing wazan:

Contoh Fi’il

Contoh dalam kalimat:

 fi’il ‫َع ِم َل‬ (= beramal, bekerja) menjadi Fi’il Amar:


‫اِ ْع َملْ ل‬ ‫ك‬َ ِ‫آِ ِخ َرت‬ = bekerjalah untuk akhiratmu (lk)
‫ك‬ ِ ِ‫اِ ْع َملِ ْي ِآل ِخ َرت‬ = bekerjalah untuk akhiratmu (pr)
‫اِ ْع َمالَ ِآل ِخ َرتِ ُك َما‬ = bekerjalah untuk akhirat kamu berdua
‫ اِ ْع َملُوْ ا ِآل ِخ َرتِ ُك ْم‬  = bekerjalah untuk akhirat kalian (lk)
‫ اِ ْع َم ْلنَ ِآل ِخ َرتِ ُك َّن‬     = bekerjalah untuk akhirat kalian (pr)

 fi’il ‫أَقَا َم‬ (=mendirikan) menjadi Fi’il Amar:


َ‫صالَتَك‬َ ‫= أَقِ ْم‬ dirikanlah shalatmu (lk)
ِ َ‫صالَت‬
‫ك‬ َ ‫أَقِ ِم ْي‬       = dirikanlah shalatmu (pr)
َ ‫= أَقِ َما‬
‫صالَتَ ُك َما‬ dirikanlah shalat kamu berdua
         

Sebagai catatan, bila huruf akhir yang sukun dari sebuah Fi’il
bertemu dengan awalan Alif-Lam dari sebuah Isim Ma’rifah, maka
baris sukun dari huruf akhir fi’il tersebut berubah menjadi baris
kasrah.

Contoh:
َّ ‫ ال‬   =   ‫أَقِ ْم‬
+   َ‫صالَة‬ ‫صالَةَ أَقِ ِم‬
َّ ‫ال‬
(shalat)   +     (dirikanlah)  = (dirikanlahshalat)

2.3 Ciri – Ciri Fi’il Amar

1. Ciri (tanda) fi’il Amar dapat dilihat pada huruf terakhir.


2. Sukun (disukun) bagi huruf shahih selain fi’il
Mudha’af
Contoh:
ْ‫َب–يَ ْكتُب–اُ ْكتُب‬ َ ‫َكت‬
‫ـــــــــــــــــــــــــــــــــــر ْأ‬
َ ‫قَـــــــــــــــــــــــــــــــــــ َرأَ–يَ ْقـــــــــــــــــــــــــــــــــــ َرأُ–اِ ْق‬
ْ‫س – يَجْ لِسُ – اِجْ لَس‬ َ َ‫َجل‬
3. Membuang huruf akhirnya, bagi huruf ‘ilat (alif, wawu , dan
ya’)
Contoh:
‫ع‬ ُ ‫َدعَــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــا–يَــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــ ْد ُعو–اُ ْد‬
ُّ‫فَ َّر – يَفِرُّ – فِر‬
4. Difathah huruf akhirnya bagi yang Mudha’af, yaitu fi’il yang
kelihatannya tasydid.
Contoh:
‫ظَ َّن–يَظُ ّن–ظُ ُّن‬
َّ‫س– َمس‬ َ ‫َمسَّ –يَ َم‬
ُّ‫فَ َّر – يَفِرُّ – فِر‬
5. Fi’il Amar itu bisa menerima nun Taukhid disamping
menunjukan perintah itu.  Contoh:
6. Bersungguh-sungguhlah engkau belajar ‫فى ْال َمطَالَ َع ِة‬ ِ ‫اِجْ تَ ِهد ََّن‬
7. Sungguh, diamlah kamu semua!3 ‫اُ ْس ُكتُ َّن‬
8. Hendaklah menunjukan permintaan.
9. Dapat dimasuki atau menerima ya’ mukhotobah.
10. Mengikuti wazan yang digunakan

Dhamir fi’il amr yaitu:

- َ‫أَ ْنت‬
-‫ت‬ِ ‫أَ ْن‬
- ‫أَ ْنتُ َما‬
- ‫أَ ْنتُ ْم‬
- ‫أَ ْنتُ َّن‬

wazan fi'il amr


- fi'il mudhari untuk  anta ialah  ُ‫تَ ْكتُب‬
Untuk menjadikannya ke fi'il amr adalah sebagai berikut:

a. hilangkan huruf   mudhara'ahnya yakni  ‫ ت‬, dan ganti dengan


hamzah washal.

b. berhubung  harakat 'ain fi'il dhammah maka hamzah


washalnya berharakat dhammah.
c. Jadi fi'il amrnya ialah  ْ‫اُ ْكتُب‬

- fi'il mudhari untuk  anti ialah  َ‫تَ ْكتُبِين‬


a. hilangkan huruf   mudhara'ahnya yakni  ‫ ت‬, dan ganti dengan
hamzah washal.

b. Lihat harakat 'ain fi'il nya pada fi'il mudhaari di atas,


harakatnya dhammah.

c. sebab  harakat 'ain fi'il dhammah maka hamzah washalnya


berharakat dhammah.
d. hilangkan nun (‫)ن‬
e. Jadi fi'il amrnya ialah  ‫اُ ْكتُبِي‬

- fi'il mudhari guna  antum ialah  َ‫تَ ْكتُبُون‬

Untuk menjadikannya ke fi'il amr merupakan :

Dengan tahapan  yang sama maka anda  dapatkan fi'il


amrnya ialah  ‫اُ ْكتُبُوا‬
Contoh dua fi'il yang huruf pertamanya hamzah qatha.
dikenalkan format  fi'il amr nya, yaitu:

1. ‫ يَأْ ُك ُل‬- ‫( أَ َك َل‬akala- ya'kulu), dengan kata lain  makan.

Fi'il amr nya ialah  ْ‫( ُكل‬kul)

Tashrif lengkapnya merupakan :

- ْ‫ ُكل‬: َ‫أَ ْنت‬


- ‫ ُكلِي‬: ‫ت‬ ِ ‫أَ ْن‬
- ‫ ُكاَل‬: ‫أَ ْنتُ َما‬
- ‫ ُكلُوا‬: ‫أَ ْنتُ ْم‬
- َ‫ ُك ْلن‬: ‫أَ ْنتُ َّن‬

2. ‫ يَأْ ُخ ُذ‬- ‫( أَ َخ َذ‬akhadza - ya'khudzu), dengan kata lain  mengambil;


menerima.

Fi'il amrnya ialah  ‫( ُخ ْذ‬khudz).

Tashrif lengkapnya adalah sebagai berikut :

- ‫ ُخ ْذ‬: َ‫أَ ْنت‬


- ‫ ُخ ِذي‬: ‫ت‬ ِ ‫أَ ْن‬
- ‫ ُخ َذا‬: ‫أَ ْنتُ َما‬
- ‫ ُخ ُذوا‬: ‫أَ ْنتُ ْم‬
- َ‫ ُخ ْذن‬: ‫أَ ْنتُ َّن‬

Hamzah washal tidak berharak


Berikut Ini contohnya:

‫ار َك ْب َم َعنَا‬
ْ ‫ي‬َّ َ‫يَا بُن‬      'Wahai anakku, naiklah (mengendarai kapal) bersama
kami' 

Pada contoh fi'il amr di atas, perhatikan hamzah washal yang Tak
berharokat, ia tetap ditulis tapi Tak dibaca. Karena itulah hamzah
washal sesuai namanya hamzah yang disambung artinya Dari kata
sebelumnya ke Dan ke huruf setelah hamzah washal itu langsung
disambung tanpa membaca hamzahnya.

BAB III

PENUTUP
Kesimpulan

1. Fi’il amar adalah fi’il yang berisi pekerjaan yang dikehendaki oleh
Mutakallim (pembicara) sebagai orang yang memerintah agar dilakukan
oleh Mukhathab (lawan bicara) sebagai orang yang diperintah.
Pelaku fi’il amar yaitu dhomir mukhatab yaitu
ْ‫اَ ْنتَ = اِ ْف َعل‬
‫اَ ْنت = اِ ْف َعلِ ْي‬
َ‫اَ ْنتُ َما = اِ ْف َعال‬
‫اَ ْنتُ َّن = اِ ْف َعلُوْ ا‬
َ‫اَ ْنتُ ْم = اِ ْف َع ْلن‬
2. Cara membuat Fi’il Amar ada 3 cara, yaitu:
3. Tsula tsiy mujarrod
Cara membuat ْ‫ فِ ِعلْ األَ َمر‬bagi fi’il yang asli tiga huruf ialah berpedoman
kepada fi’il mudhori’nya dengan ketentuan sebagai berikut:

 Ya’ mudhori’ dibuang.


 Bila setelah dibuang ya’ mudlora’ahnya, huruf permulaanya , terdiri dari
huruf hidup (dlomah atau fathah atau kasroh) maka langsung itulah yang
menjadi fi’il amarnya tanpa ada tambahan.
 Apabia setelah dibuang ya mudlora’ahnya itu huruf permulaanya, terdiri
dari hamzah sukun, maka boleh mengikuti cara pertama, atau mengikuti
cara pertama, atau mengikuti cara kedua dengan membang hamzah sukun
itu.

1. Tsula tsiy mazid dan ruba’iy


Bagi fi’il tsula tsiy mazid dan ruba’iy, cara membuat fi’il amarnya sama,
yaitu dengan memperhatikan

DAFTAR PUSTAKA

 
Diana, Ilfi Nur. 2012.  Hadis-hadis Ekonomi. Malang: UIN-Maliki Press.

Hadi , Abu Sura’i Abdul. 1993.  Bunga Bank Dalam Islam, alih bahasa M.
Thalib. Surabaya: al-Ikhlas.

Sabiq, Sayyid. 2013.  Fiqh Sunnah Jilid 5. PT.Tinta Abadi Gemilang, cet.1.

Suhendi, Hendi. 2013. Fiqh Muamalah. Jakarta: Rajawali Perss.

Abu Sura’i Abdul Hadi, Bunga Bank Dalam Islam, alih bahasa M. Thalib,
(Surabaya: al-Ikhlas, 1993), hal. 125.

Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah Jilid 5, (PT.Tinta Abadi Gemilang,cet.1, 2013), hal.
103.

https://susiwariyanti.wordpres.com

Anda mungkin juga menyukai