Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH BAHASA ARAB

FI’IL AMR DAN NAHI

DISUSUN OLEH KELOMPOK 6

1. Nadia Saila Qotrunnada (2110103008)


2. Sindi (2120103025)

Dosen Pengampu : Bambang Irawan M.Pd

PROGRAM STUDI HUKUM PIDANA ISLAM


FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UIN RADEN FATAH PALEMBANG
TAHUN AJARAN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan
nikmat dan rahmat kepada kita semua, sehingga kita mampu menyelesaikan tugas pembuatan
makalah Bahasa Arab ini, sesuai dengan waktu yang telah di tentukan.

Kami juga menyampaikan banyak terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu
dalam penggarapan makalah ini, terutama kepada dosen pengampu kami Pak Bambang Irawan
M.Pd Sehingga kami mampu melaksanakan tugas mata kuliah ini.

Kami juga memohonkan maaf kepada semuanya apabila dalam makalah yang kami buat ini,
karena masih terdapat banyak sekali kekurangan-kekurangan, lebih-lebih mengenai referensi.
Untuk itu kami kelompok tiga sangat menunggu kritik maupun saran dari semua pembaca agar
kedepannya kami bisa membuat makalah yang lebih baik lagi.

Palembang, 02 November 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................................ i


DAFTAR ISI.......................................................................................................................................... ii
A. Latar Belakang Masalah ............................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................................................ 1
C. Tujuan Penulisan ......................................................................................................................... 1
BAB II .................................................................................................................................................... 2
PEMBAHASAN .................................................................................................................................... 2
A. Pengertian Fi’il Amr dan Fi’il Nahi ............................................................................................ 2
B. Cara Membuat Fi’il Amr ......................................................................................................... 4
C. Tanda-tanda Fi’il Amar dan Fi’il Nahi .................................................................................. 7
D. Sighat Fi’il Nahi dan Pembagian Fi’il Nahi............................................................................ 8
A. Kesimpulan ................................................................................................................................. 10
B. Saran............................................................................................................................................ 11
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................................... 12

ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sebagai Umat Islam, kita dituntut untuk bisa mengkaji dan mempelajari Al-Qur’an dan
Sunnah, sebagai dua sumber utama ajaranIslam yang harus kita pegang teguh. Tentunya, kita
tidak mungkin memahami kedua sumber itu kecuali setelah mengetahiu kaidah-kaidah Bahasa
Arab, khususnya Ilmu Nahwu dan Ilmu Sharaf. Karena keduanya merupakan kunci dalam
mempelajari al-Qur’an dan Sunnah.

Ketika hendak mempelajari ilmu Nahwu dan Sharaf, kebanyakan kalangan Umat Islam masih
mempunyai pandangan bahwa belajar Ilmu Nahwu itu sulit, Sehingga banyak juga kalangan
Umat Islam yang merasa malas untuk mempelajari kaidah Bahasa Arab yang disebut dengan
Ilmu Nahwu dan Sharaf. Menurut kaidah hukum Islam, mengerti akan ilmu Nahwu bagi
mereka yang akan memahami Al-qur’an Hukumnya Fardhu’ain.

Dalam Behasa Arab terdapat kata kerja atau kata perintah, sementara itu di dalam Ilmu nahwu
kata kerja ini disebut dengan Fi’il. Menurut waktunya, fi’il dibagi menjadi 3 yaitu Fi’il Madhi,
Fi’il Mudhari’ dan Fi’il Amr. Makalah ini akan mengupas tentang apa itu Fi’il Amar dan
bagaimana kaidah-kaidahnya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari fi’il amr dan nahi?
2. Bagaimana cara membuat fi’il amr?
3. Apa Tanda-tanda dari fi’il amr dan nahi?
4. Apa saja sighat fi’il nahi dan pembagian fi’il nahi?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui pengertian fi’il amr dan fi’il nahi
2. Mengetahui cara untuk membuat fi’il amr.
3. Mengetahui Tanda-tanda dari fi’il amr dan fi’il nahi.
4. Mengetahui sighat fi’il nahi dan pembagian fi’il nahi.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Fi’il Amr dan Fi’il Nahi


1. Pengertian Fi’il Amr
Fi’il Amr adalah kata kerja yang menunjukkan arti permintaan melakukan sesuatu,
dengan kata lain fi’il amr berarti kata kerja perintah.1 Fi’il Amr adalah kata kerja yang
mengandung perintah dengan tuntutan untuk mendapatkan sesuatu hasil setelah kalimat
perintah ungkapan atau fi’il yang berisi pekerjaan yang dikehendaki oleh Mutakallim
(pembicara) sebagai orang yang memerintah agar dilakukan oleh Mukhathab (lawan
bicara) sebagai orang yang diperintah.
Fi’il amr adalah kata kerja perintah untuk oeang ke 2 laki-laki atau orang ke 2
perempuan.2 Digunakan untuk memerintah orang ke-II (yang diajak bicara) untuk
pekerjaan yang belum dikerjakan. Karena pelakunya yang akan mengerjakan perintah
hanya orang kedua, maka Fi’il amar hanya mempunyai 6 (enam) bentuk untuk mukhotob
dan mukhotobah.3

No Dhamir F. Amar Arti Perubahan

1 ‫هُــو‬ ——— ———

2 ‫هُـمـا‬ – ——— ———

3 ‫هُــم‬ – ———- ———

4 ‫هِـي‬ – ———- ———

5 ‫هُمـا‬ – ———- ———

6 ‫هُـن‬ – ———- —–

Nawang Wulandari,2015,Belajar Bahasa Arab Asyik dan Menyenangkan,Lampung:CV. Laduny Aliftama,hlm.6.


1

2
Abu Hamzah Yusuf Al-Atsary,2007,Pengantar Mudah Belajar Bahasa Arab,Bandung:Pustaka Adhwa,hlm.35.
3
Annisa Mardhotilla,Makalah Bahasa Arab Fi;il,http://annisa-mardhotilla.blogspot.co.id/2012/02/makalah-bahasa-arab-fiil.html

2
7 ‫انـت‬ ‫اُكـت ُب‬ Menulislah kamu (lk) Asli

8 ‫انت ُمـا‬ ‫اُكت ُبــا‬ Menulislah kalian (lk) …..‫ا‬

9 ‫انت ُـم‬ ‫اُكـتُبُـوا‬ Menulislah kalian (lk) …ُ.‫و‬

10 ‫ت‬
ِ ‫انـ‬ ‫اُكـتُبِي‬ Menulislah kamu (pr) …ِ.‫ي‬

11 ‫انت ُمـا‬ ‫ا ُ ْكـتُبَت َـا‬ Menulislah kalian (pr) …‫تـا‬

12 ‫انت ُـن‬ ‫اُكـت ُبـن‬ Menulislah kalian (pr) ….‫ِن‬

13 ‫انــا‬ – —- —-

14 ُ‫نحـن‬ – —- —–

Berdasarkan contoh diatas dapat dipahami bahwa ketentuan-ketentuan berikut:

1. Fi’il amr ber-dhamir ََ‫ ا َ ْنت‬huruf akhir fi’il di-harakt-i dengan sukun (َْْ).

2. Fi’il amr ber-dhamir َ‫ ا َ ْنت‬huruf akhir fi’il di-harakat-i dengan kasrah dan ditambahi

huruf ya’ sukun (‫ي‬


َْ ).
3. Fi’il amr ber-dhamir ‫ ا َ ْنت ُ َما‬huruf akhir fi’il di-harakat-i dengan fathah dan ditambahi

dengan alif (‫)ا‬.

4. Fi’il amr ber-dhamir َ‫ ا َ ْنت ُ ْم‬huruf akhir fi’il di-harakat-i dengan dhammah dan ditambahi
dengan waw sukun (‫و‬
َْ ).
5. Fi’il amr ber-dhamir َ‫ ا َ ْنتُن‬huruf akhir fi’il di-harakat-i dengan sukun dan ditambahi

huruf nun ber-harakat fathah (ََ‫)ن‬.


Contoh :

‫اُدْ ُخ ْل‬ (udkhul)=masuklah ‫ِس‬


ْ ‫( ِإ ْجل‬ijlis)=duduklah

3
2. Pengertian Fi’il Nahi
Nahi menurut bahasa artinya mencegah, melarang (al-man’u), sedangkan Menurut
istilah adalah lafadz yang meminta untuk meninggalkan sesuatu perbuatan kepada orang
lain dengan menggunakan ucapan yang sifatnya mengharuskan, atau lafadz yang
menyuruh kita untuk meninggalkan suatu pekerjaan yang diperintahkan oleh orang yang
lebih tinggi dari kita. Akal juga disebut nuhyah (nahyu), karena dia dapat mencegah
orang yang berakal itu untuk tidak berbuat salah.
Menurut Abdul Hamid Hakim menyebutkan bahwa nahiadalah perintah untuk
meninggalkan sesuatu dari atasan kepada bawahan. Jadi Nahi adalah suatu larangan
yang harus ditaati yang datangnya dari atasan kepada bawahan, yakni dari Allah SWT
kepada hamba-Nya.
Adapun maksud nahi yang sebenarnya adalah menunjukkan haram, seperti dalam firman
Allah:

ًَ‫عفَة‬ ْ َ ‫َو ََلتَأ ْ ُكلُواَالربَاَأ‬


َ ‫ضعَافًاَ ُم‬
َ ‫ضا‬
Artinya: “dan janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda”. (QS. Ali Imran:
130)
Karena La ta’kulu berbentuk nahi, sedangkan ketentuan nahi adalah haram,
maka makan harta riba hukumnya haram, karena tidak diridlai Allah swt. Inilah hukum
asli dari nahi.
Kecuali apabila ada qarinah yang memengaruhinya, maka nahi tersebut tidak lagi
menunjukkan hukum haram, tetapi menunjukkan hukum makruh, mubah, dan
sebagainya. Sesuai dengan qarinah yang memengaruhinya itu. Ada ulama yang
berpendapat bahwa nahi yang masih asli itu menunjukkan hukum makruh. Namun,
pendapat yang lebih kuat, bahwa nahiadalah haram.

B. Cara Membuat Fi’il Amr


1. TSULA TSIY MUJARROD
Cara membuat ‫ فِع ِْل األ َ َم ْر‬bagi fi’il yang asli tiga huruf ialah berpedoman kepada fi’il
mudhori’nya dengan ketentuan sebagai berikut:
a) Ya’ mudhori’ dibuang. Bila setelah dibuag ya’nya, hurf pertamanya sukun, maka
harus ditambah hamzah washol didepannya. Harokatnya: bila huruf kedua sebelum
akhir dlomah, maka harokatnya dlomah.bila huruf kedua sebelum akhirnya fathah

4
atau kasroh maka harokatnya: kasroh (hamzah washol itu, bila ditegah kalimat, maka
tidak terbaca).
Contoh:
ُ‫ = فَ ْكتُبْ – أ ُ ْكتُبْ – يَ ْكتُب‬Tulislah
b) Bila setelah dibuang ya’ mudlora’ahnya, huruf permulaanya , terdiri dari huruf hidup
(dlomah atau fathah atau kasroh) maka langsung itulah yang menjadi fi’il amarnya
tanpa ada tambahan.
Contoh :
‫ = يَقُ ْو ُل – قُ ُل‬Katakanlah
c) Apabia setelah dibuang ya mudlora’ahnya itu huruf permulaanya, terdiri dari hamzah
sukun, maka boleh mengikuti cara pertama, atau mengikuti cara pertama, atau
mengikuti cara kedua dengan membang hamzah sukun itu.
Contoh :
‫ = يَأ ُك ُل – اُأْ ُك ْل – اَ ْو ُك ْل‬Makanlah
2. TSULA TSIY MAZID DAN RUBA’IY
Bagi fi’il tsula tsiy mazid dan ruba’iy, cara membuat fi’il amarnya sama, yaitu dengan
memperhatikan fi’ il madhi’ dan fi’il mudhori’nya. Jumlah huruf dan harokat fi’il
amar, sama dengan fi’il madhi’nya. Hanya saja huruf kedua sebelum akhir, mengiuti
fi’il mudhori’nya. Contoh masing-masing wazan:
a) Wazan af’ala ‫ يُ ْف ِع ُل – اَ ْفع ِْل‬-‫اَ ْفعَ َل‬
‫س َل – ي ُْر ِس ُل – ا َ ْرس ِْل‬
َ ‫ = ا َ ْر‬Kirimlah
b) Wazan fa’ala ‫– فَع ِْل فَعَ َل – يُ ْف ِع ُل‬
َ – ‫علَّ َم – يُ َع ِل ُم‬
‫ع ِل ْم‬ َ = Ajarkanlah
c) Wazan fa- ‘ala ‫ع َل – يُفَا ِع ُل – فَاع ِْل‬
َ ‫فَا‬
‫ = قَات َ َل – يُقَاتِ ُل – قَات ِْل‬Perangilah
d) Wazan tafa-‘ala ‫ع ْل‬
َ ‫ع ُل – تَفَا‬
َ ‫ع َل – يَت َفَا‬
َ ‫تَفَا‬
‫او ْن‬
َ َ‫ = تَعَ َاونَ – يَتَعَ َاو ُن – تَع‬bertolong- tolonglah
e) Wazan tafa’ala ‫تَفَعَّ َل – يَتَفَّ ُل – تَفَعَّ ْل‬
‫ = ت َ َعلَّ ْم – يَت َ َعلَّ ُم – تَ َعلَّ ْم‬Belajarlah
f) Wazan ifta’ala ‫اِ ْفت َ َع َل – َي ْفتَ ِع ُل – اِ ْفتِ َع ْل‬
‫س َل – يَ ْغتَ ِس ُل – اِ ْغتَس ِْل‬
َ َ‫ = اِ ْغت‬Mandilah
g) Wazan infa’ala ‫اِ ْنفَعَ َل – يَ ْنفَ ِع ُل – اِ ْنفَع ِْل‬
ْ‫ = اِ ْنفَـتَ َح – يَ ْنفَتِ ُح – اِ ْنفَتِح‬Terbukalah

5
h) Wazan Istaf’ala ‫اِ ْست َ ْف َع َل – َي ْستَ ْف ِع ُل – اِ ْستَ ْفع ِْل‬
‫ = اِ ْست َ ْغف ََر – َي ْست َ ْغف ُِر – اِ ْس ِت ْغف َْر‬Mohon Ampunlah

Contoh Fi’il Amr

Contoh dalam kalimat:

• Dari fi’il ‫عمِ َل‬


َ (= beramal, bekerja) menjadi Fi’il Amar:
َ‫ = اِ ْع َم ْل ِآلخِ َرتِك‬bekerjalah untuk akhiratmu (lk)
ِ‫اِ ْع َم ِل ْي ِآلخِ َرتِك‬ = bekerjalah untuk akhiratmu (pr)
‫اِ ْع َمالَ ِآلخِ َرتِ ُك َما‬ = bekerjalah untuk akhirat kamu berdua
‫اِ ْع َملُ ْوا ِآلخِ َرتِ ُك ْم‬ = bekerjalah untuk akhirat kalian (lk)
‫اِ ْع َم ْلنَ ِآلخِ َرتِ ُك َّن‬ = bekerjalah untuk akhirat kalian (pr)
• َ َ‫=( أَق‬mendirikan) menjadi Fi’il Amar:
Dari fi’il ‫ام‬
َ‫صالَتَك‬َ ‫ = أَقِ ْم‬dirikanlah shalatmu (lk)
ِ‫صالَتَك‬َ ‫أَقِمِ ْي‬ = dirikanlah shalatmu (pr)
َ ‫أَقِ َما‬
‫صالَت َ ُك َما‬ = dirikanlah shalat kamu berdua
‫صالَتَ ُك ْم‬َ ‫أَ ِق ْي ُم ْوا‬ = dirikanlah shalat kalian (lk)
‫صالَتَ ُك َّن‬َ َ‫أَق ِْمن‬ = dirikanlah shalat kalian (pr)
Sebagai catatan, bila huruf akhir yang sukun dari sebuah Fi’il bertemu dengan awalan Alif-
Lam dari sebuah Isim Ma’rifah, maka baris sukun dari huruf akhir fi’il tersebut berubah
menjadi baris kasrah. Contoh:
َّ ‫أَق ِِم ال‬
َ‫صالَة‬ = ‫أَقِ ْم‬ + َ ‫صالَة‬
َّ ‫ال‬
(shalat) (dirikanlah) (dirikanlah shalat)

Contoh Fi’il Nahi

Contoh dalam kalimat:

Dari fi'il ‫َاف‬


ََ ‫ =( خ‬takut) dan fi'il ََ‫ =( َح ِزن‬sedih) menjadi Fi'il Nahy:
َ‫َوالََتَحْ زَ ْن‬ ْ ‫الََتَخ‬
َ ‫َف‬ = jangan (engkau -lk) takut dan jangan sedih
َ‫َوالََتَحْ زَ ِن ْي‬
َ ‫الََتَخَا ِف ْي‬ = jangan (engkau -pr) takut dan jangan sedih
َ‫اَوالََتَ ْحزَ نَا‬
َ َ‫الََتَخَاف‬ = jangan (kamu berdua) takut dan jangan sedih

6
َ ‫الََتَخَافُ ْو‬
َ‫اَوالََتَحْ زَ نُ ْوا‬ = jangan (kalian -lk) takut dan jangan sedih
َ َ‫الََت َ َخ ْفن‬
َ‫َوالََتَحْ زَ ن‬ = jangan (kalian -pr) takut dan jangan sedih

Cara membuat Fi’il Nahi :


Fi’il nahi dikeluarkan dari fi’il mudhari’ mukhathab yang enam dengan tiga cara:
• Tambah awalnya.
• Matikan akhir mufrad mudzakkar yaitu kalimat yang pertama.
• Buang semua nun yang di akhir kalimat kecuali nun yang di akhir kalimat keenam.

C. Tanda-tanda Fi’il Amar dan Fi’il Nahi


1. Tanda-tanda Fi’il Amar4
Ciri (tanda) fi’il Amar dapat dilihat pada huruf terakhir.
• Sukun (disukun) bagi huruf shahih selain fi’il Mudha’af
Contoh:
ْ‫َب – يَ ْكتُبُ – ا ُ ْكتُب‬ َ ‫َكت‬
ْ‫قَ َرأ َ – يَ ْق َرأ ُ – اِ ْق َرأ‬

ْ ‫ِس – اِ ْج َل‬
‫س‬ َ َ‫َجل‬
ُ ‫س – َي ْجل‬
• Membuang huruf akhirnya, bagi huruf ‘ilat (alif, wawu , dan ya’)
Contoh:
ُ‫عا – يَدْع ُْو – اُدْع‬
َ َ‫د‬
‫َرأَى – َي َرى – َر‬
‫فَ َّر – َيف ُِّر – ف ُِّر‬
• Difathah huruf akhirnya bagi yang Mudha’af, yaitu fi’il yang kelihatannya tasydid.
Contoh:
ُ – ‫ظ ُّن‬
‫ظ ُّن‬ ُ َ‫ظ َّن – ي‬
َ
‫س‬
َّ ‫س – َم‬
َّ ‫س – َي َم‬
َّ ‫َم‬
‫فَ َّر – يَف ُِّر – ف ُِّر‬
• Fi’il Amar itu bisa menerima nun Taukhid disamping menunjukan perintah
itu. Contoh:
َ ‫فى ْال َم‬
✓ Bersungguh-sungguhlah engkau belajar ‫طالَ َع ِة‬ ِ ‫اِجْ ت َ ِهدَ َّن‬
✓ Sungguh, diamlah kamu semua!3 ‫ا ُ ْس ُكت ُ َّن‬
✓ Hendaklah menunjukan permintaan.

4
http://dedyenha.blogspot.co.id/2012/06/fiil-amar-kata-kerja-perintah.html

7
✓ Dapat dimasuki atau menerima ya’ mukhotobah.
✓ Mengikuti wazan yang digunakan

2. Tanda-tanda Fi’il Nahi

• Terbentuk daripada fi'il mudhari'


• Dihadapan kalimahnya didahului oleh harf la nahyi ( ‫ = ال‬jangan )
• Dipangkal kalimahnya terdapat huruf ta' ( ‫) ت‬.
• Akhir kalimahnya disukunkan.

D. Sighat Fi’il Nahi dan Pembagian Fi’il Nahi


1. Sighat Fi’il Nahi
Kalimat larangan yang tidak memiliki qarinah menunjukkan hakikat larangan yang
mutlak. Seperti firman Allah:

‫َارى‬
َ ‫سك‬ُ َ‫َوأ َ ْنت ُ ْم‬
َ َ‫بَالصالَة‬ َ ُ‫يَاأَيُّ َهاَالذ ْي َنَا َمن‬
ُ ‫واََلت َ ْق َر‬
Artinya: “hai orang-orang yang beriman, jangan kamu kerjakan shalat dalam
keadaan mabuk”. (QS.An Nisa : 43)
Ungkapan yang menunjukkan kepada nahi (larangan) itu ada beberapa bentuk
diantaranya:
1. Fi’il Mudhari’ yang disertai dengan la nahi, seperti:
ْ ‫ََلَت ُ ْفسد ُْواَف‬
َ‫ىَاَلَ ْرض‬
Artinya: “janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi”. (QS. Al
Baqarah: 11).
2. Lafadz-lafadz yang member pengertian haram atau perintah meninggalkan
sesuatu perbuatan, seperti:
َ َ‫َوا َ َحلَّللا‬
‫َو َحر َمَالربَوَا‬
Artinya: “dan Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba”. (QS.
Al Baqarah: 275).
Kaidah-kaidah Nahi:
a. Kaidah pertama, pada dasarnya larangan itu menunjukkan haram, seperti:
َ َ‫َو ََلت َ ْق َرَبُواَالزن‬
‫ى‬
Artinya: “dan janganlah kalian mendekati zina”. (QS. Al Isra: 32).
Sighat Nahi mengandung beberapa pengertian, antara lain sebagai berikut:
1. Untuk do’a
‫طأ ْ َنَا‬
َ ‫اََلتُؤَاخ ْذنَاَا ْنَنَس ْينَاا َ ْوا َ ْخ‬
َ َ‫َربن‬
“hai Tuhan kami, janganlah engkau hukum kami, bila kami lupa atau
salah”.
2. Untuk pelajaran

8
ُ َ ‫شيَا َءَا ْنَت ُ ْب َدلَ ُك ْمَت‬
ََََََََََ‫س ْؤ ُك َْم‬ ْ َ ‫سئَلُ ْواع َْنَا‬
ْ َ ‫ََََََََ ََلت‬
“janganlah kamu menanyakan hal-hal yang jika diterangkan kepadamu,
niscaya menyusahkan kamu”.
3. Putus asa
‫ََلت َ ْعتَذ ُرواَا ْل َي ْو ََم‬
“janganlah kamu cari-cari alasan hari ini”
4. Untuk menyenangkan (menghibur)
‫ََلتَحْ َز ْنَإنَّللاََ َمعَنَا‬
“jangan bersedih kamu, bahwa sesungguhnya Allah bersama kita”
b. Kaidah kedua: larangan terhadap sesuatu berarti perintah akan kebalikannya,
seperti:
َ ‫ََلَتُشْر ْكَب‬
‫الل‬
Artinya: “janganlah kamu mempersekutukan Allah”.
c. Kaidah ketiga: pada dasarnya larangan yang mutlak menghendaki pengulangan
larangan dalam setiap waktu. Seperti:
‫ى‬
َ ‫َار‬
َ ‫سك‬ َ َ‫ََلت َ ْق َربُواَالصلَواة‬
ُ َ‫َوا َ ْنت ُ ْم‬
Artinya: “janganlah shalat sedang kamu dalam keadaan mabuk”. (QS. An
Nisa’:43).

2. Pembagian Fi’il Nahi


Nahi terbagi kedalam 4 bagian yakni:
1. Nahi yang menunjukkan perbuatan itu sendiri sebagaimana contoh di atas yang
menyebabkan perbuatan yang dilarang itu hukumnya fasid (rusak) haram.
2. Nahi yang menunjukkan juz’I dari perbuatan (bagian dari perbuatan). Misalnya,
larangan jual beli anak binatang yang masih dalam kandungan ibunya.
3. Nahi yang menunjukkan sifat perbuatan yang tidak dapat dipisahkan, misalnya
larangan berpuasa pada hari raya karena hikmah di hari raya ialah agar semua umat
Islam dapat menikmati kegembiraan makan minum di hari tersebut.
4. Nahi yang menunjukkan hal-hal di luar perbuatan yang tidak mesti
berhubungan dengan perbuatan tersebut. Misalnya, larangan dalam jual beli
sewaktu shalat jum’at yang akibatnya akan meninggalkan shalat jum’at.

9
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Fi’il amar adalah fi’il yang berisi pekerjaan yang dikehendaki oleh Mutakallim
(pembicara) sebagai orang yang memerintah agar dilakukan oleh Mukhathab (lawan
bicara) sebagai orang yang diperintah.
Pelaku fi’il amar yaitu dhomir mukhatab yaitu
‫ا َ ْنتَ = اِ ْفعَ ْل‬
‫اَ ْنت = اِ ْفعَ ِل ْي‬
َ َ‫اَ ْنت ُ َما = اِ ْفع‬
‫ال‬
‫اَ ْنت ُ َّن = اِ ْف َعلُ ْوا‬
َ‫اَ ْنت ُ ْم = اِ ْف َع ْلن‬
2. Cara membuat Fi’il Amar ada 3 cara, yaitu:
3. Tsula tsiy mujarrod
Cara membuat ‫ فِع ِْل األ َ َم ْر‬bagi fi’il yang asli tiga huruf ialah berpedoman kepada fi’il
mudhori’nya dengan ketentuan sebagai berikut:
• Ya’ mudhori’ dibuang.
• Bila setelah dibuang ya’ mudlora’ahnya, huruf permulaanya , terdiri dari huruf hidup
(dlomah atau fathah atau kasroh) maka langsung itulah yang menjadi fi’il amarnya tanpa
ada tambahan.
• Apabia setelah dibuang ya mudlora’ahnya itu huruf permulaanya, terdiri dari hamzah
sukun, maka boleh mengikuti cara pertama, atau mengikuti cara pertama, atau mengikuti
cara kedua dengan membang hamzah sukun itu.
4. Nahi menurut bahasa artinya mencegah, melarang (al-man’u), sedangkan Menurut istilah
adalah lafadz yang meminta untuk meninggalkan sesuatu perbuatan kepada orang lain
dengan menggunakan ucapan yang sifatnya mengharuskan, atau lafadz yang menyuruh kita
untuk meninggalkan suatu pekerjaan yang diperintahkan oleh orang yang lebih tinggi dari
kita. Akal juga disebut nuhyah (nahyu), karena dia dapat mencegah orang yang berakal itu
untuk tidak berbuat salah.
5. Ciri-Ciri Fi’il Nahi
• Terbentuk daripada fi'il mudhari'
• Dihadapan kalimahnya didahului oleh harf la nahyi ( ‫ = ال‬jangan )
• Dipangkal kalimahnya terdapat huruf ta' ( ‫) ت‬.
• Akhir kalimahnya disukunkan.

10
B. Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis akan lebih
fokus dan details dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan sumber – sumber yang
lebih banyak yang tentunga dapat di pertanggung jawabkan.

11
DAFTAR PUSTAKA

Nawang Wulandari, Belajar Bahasa Arab Asyik dan Menyenangkan 2, (Metro: CV.
Laduni Alifatama, 2018), Cetakan Kedua
Efendi,Satria dan Ma’shum Zein.tt. UshulFiqh.Jakarta: Kencan Perdana Media Group.
Karim,Syafi’i.2001. Fiqih-Ushul Fiqih.Bandung: Pustaka Setia.
Uman,Chaerul dan Achyar Aminudin.2001. Ushul Fiqih II.Bandung: Pustaka Setia.
Zudbah, Muhammad Ma’sum Zein.2008. UshulFiqh.Jawa Timur:Darul Hikmah.
Zuhri,Moh dan Ahmad Qarib.1994.Ilmu Ushul Fiqih.Semarang:Toha Putra Group.

12

Anda mungkin juga menyukai