Anda di halaman 1dari 6

Hubungan antara Konflik Peran Ganda dengan Kecenderungan Burnout pada Perawat Wanita RSUD Pamekasan

HUBUNGAN ANTARA KONFLIK PERAN GANDA DENGAN KECENDERUNGAN


BURNOUT PADA PERAWAT RSUD PAMEKASAN
Arina Afira Putri
Jurusan Psikologi, FIP, UNESA, email: arinaputri@mhs.unesa.ac.id

Olievia Prabandini Mulyana


Jurusan Psikologi, FIP, UNESA, email: olieviaprabandini@unesa.ac.id

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara konflik peran ganda dengan
kecenderungan burnout pada perawat wanita RSUD Pamekasan. Penelitian ini menggunakan metode
kuantitatif. Subjek penelitian berjumlah 51 orang yang diperoleh dengan teknik purposive sampling
dengan kriteria perawat wanita di ruang inap, berstatus PNS dengan masa kerja minimal 2 tahun,
menikah dan memiliki anak. Instrumen yang digunakan adalah skala konflik peran ganda dan skala
burnout. Metode analisis data dengan menggunakan korelasi product moment untuk menguji
hubungan antara konflik peran ganda dengan kecenderungan burnout. Hasil analisis data
menunjukkan bahwa nilai koefien korelasi sebesar r = 0,853 (p<0,000). Hasil tersebut menunjukkan
bahwa terdapat hubungan antara konflik peran ganda dengan kecenderungan burnout.
Kata Kunci : Konflik peran ganda, burnout, perawat

Abstract
The purpose of this research is to examine the relationship between multiple role conflict and the
tendency to burnout in female nurses at Pamekasan Hospital. This research used quantitative
methods. Subjects in this were 51 people obtained by purposive sampling technique with the criteria
of female in the host room, civil servants with a minimum work period of 2 years, married and having
children. The data were collected using multiple role conflict scale and burnout scale. The data were
analysed using product moment correlation to exmine the relationship between multiple role conflicts
with burnout tendency. The results showed the velue of correlation coefficient of r=0.853 (p<0,000).
These results indicate that there is a relationship between multiple role conflicts with burnout
tendencies.
Keywords: Multiple role conflict, Burnout, female nurse

PENDAHULUAN keperawatan dengan di dasari oleh kemampuan yang


Rumah sakit merupakan salah satu sarana pelayanan tinggi berdasarkan standar asuhan keperawatan, sehingga
kesehatan yang diberikan pada masyarakat sehingga dapat terjamin kualitas
memiliki peran dalam memajukan pembangunan dalam pelayanannya. Rumah sakit dalam memberikan
kesehatan dan peran dalam menningkatkan derajat pelayanannya dengan cepat, akan menimbulkan kondisi
masyarakat di Indonesia (Fitriah dan Supriyanto, 2013). yang jenuh.
Oleh karena itu baik buruknya pelayanan yang diberikan Kondisi kelelahan kerja (Burnout) yang dialami
dapat dilihat berdasarkan sumber daya yang dimiliki perawat disebabkan oleh faktor situasional dan juga
oleh rumah sakit. individu, yang mengakibatkan pada asuhan keperawatan
Berdasarkan pusat data dan informasi kementrian yang tidak efektif, karena burnout memberikan dampak
kesehatan RI bahwa persentasi dari Badan terhadap emosi, sosial dan juga pencapaian prestasi
Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya pribadi. Berdasarkan hasil penelitian dari Azeem, dkk
Manusia Kesehatan (BPPSDMK) menyatakan pada (2014) menemukan bahwa profesi perawat umumnya
bulan Desember 2016, tenaga keperawatan merupakan mengalami penuh tekanan dan tuntutan pekerjaan.
sumber daya manusia yang berpersentasi terbesar di Keduanya secara fisik dan psikologis menantang karena
antara tenaga kesehatan yang lain yaitu berjumlah mereka berurusan dengan orang yang menderita masalah
29,66% dari hasil seluruh rekapitulasi tenaga kesehatan kesehatan besar atau kecil dan situasi yang mengancam
di Indonesia. Hal ini membuktikan banyak tenaga kerja jiwa. Hal ini mengakibatkan perawat rentan terhadap
dalam sektor pelayanan sosial, yang akan dihadapkan kelelahan karena terus menerus dihadapkan dengan
pada tanggung jawab terhadap kesejahteraan orang lain. stressor di tempat kerja. Kerentanan profesi perawat
Profesi perawat dianggap sebagai pekerjaan yang terhadap burnout tentu berdasarkan pada karakteristik
harus memenuhi kebutuhan pasien dengan menghadapi pekerjaan yang dijalaninya. Proses pemberian asuhan
berbagai macam karakter (Gunadarsa dalam Anggraeni, keperawatan melibatkan hubungan emosional karena
2009). Oleh karena itu dibutuhkan pelayanan perawat harus menerima respon emosional dari pasien

1
Volume 06, Nomor 03. (2019). Character : Jurnal Penelitian Psikologi

yang dirawatnya. Kontak emosional secara terus- Tekanan lainnya yang dialami oleh perawat sehingga
menerus dengan pasien merupakan stressor bagi menjadikan tantangan pada perawat wanita yang sudah
perawat, terlebih lagi jika pasien sulit untuk diajak kerja berkeluarga disebabkan oleh adanya kerja shift malam
sama. Perilaku burnout yang terjadi berdasarkan yang harus siap dan beresiko dalam kelalahan secara
penelitian yang dilakukan Hera, dkk (2016) yaitu fisik dan emosional, juga akan mengurangi waktu
mengalami kelelahan fisik, terjadinya emosi yang labil berkumpul dengan keluarga. Fenomena ini dapat dilihat
sehingga sering merasakan sakit kepala, pernah berdasarkan dari hasil wawancara dengan empat perawat
merasakan bosan dengan pekerjaannya yang dianggap yang berada diruang inap secara acak yang pernah
sangat monoton karena terlalu banyak tuntutan, serta menjalankan shift malam. Gejala burnout pada perawat
perawat berperilaku tidak disiplin dan absen dari yang bertugas shift malam mengatakan lebih lelah
pekerjaannya. dibandingkan shift pagi dan shift sore. Kemudian
Berdasarkan hasil wawancara perawat wanita yang terdapat keluhan yang diutarakan oleh perawat yang
memiliki karakteristik sudah berkeluarga, perawat PNS berinisial A bahwa dirinya mengalami pusing, susah
dengan masa kerja minimal 2 tahun dan bertugas di tidur yang disebabkan pola tidur tidak teratur, adanya
ruang rawat inap. Gejala burnout yang terjadi pada salah perasaan cemas, terkadang merasa kurang konsentrasi.
satu perawat yang berada diruang rawat inap anak Keluhan lainnya juga disampaikan oleh perawat B dan
mengalami emosi yang terkuras karena harus dihadapkan perawat C. Perawat B mengatakan bahwa dirinya
dengan pasien yang masih berusia sangat kecil, seperti mengalami gangguan tidur yang disebabkan adanya
saat melakukan pemasangan infus tentunya anak tersebut perasaan cemas, selera makan menurun, merasa lelah,
akan nangis sampai terkadang ada yang mengamuk, saat lesu, karena harus siaga dalam menghadapi pasien.
minum obat tentunya harus sabar dalam membujuk anak Terkadang perawat merasa berat saat diminta bantuan
tersebut untuk mau minum obat, terkadang perawat untuk melayani pasien seperti dibangunkan pada tengah
merasakan jenuh dengan pekerjaanya yang sangat malam saat diminta untuk membuang urine pasien,
monoton dan banyaknya tuntutan, capek, pernah membersihkan muntah pasien, dan lain-lain. Sedangkan
merasakan kecewa terhadap rekan kerja dan atasan perawat D mengatakan bahwa dirinya pernah merasakan
karena merasa tidak dihargai. Peneliti juga melakukan bosan terhadap pekerjaanya, lesu, merasa tidak produktif
wawancara dengan delapan perawat yang berada di saat bekerja, sulit berkonsentrasi, mudah terbawa emosi.
ruang inap dewasa, gejala burnout seperti mengalami Terkadang perawat D merasa tertekan saat ada keluhan
kelelahan fisik yang ditandai rasa lesu, pusing, sehingga dari beberapa keluarga pasien yang menganggap perawat
merasa kurang efektif dalam memberikan layanan lalai dan tidak ramah dalam memberikan pelayanan
terhadap pasien, merasakan emosi yang terkuras karena padahal menurut perawat D bahwa dirinya sudah
banyaknya pasien, merasa jenuh terhadap pekerjaan memberikan asuhan pelayanan yang maksimal.
dengan banyaknya tuntutan tugas selain memberi Menurut Maslach (2001) bahwa faktor yang
layanan pada pasien, perawat juga harus melakukan mempengaruhi burnout terbagi menjadi dua faktor
tugas administratif, lebih sensitif terhadap orang lain situasional dan faktor individu. Faktor situasional
seperti mudah marah saat menghadapi pasien dan juga meliputi karakteristik pekerjaan, karakteristik organisasi,
keluarga yang tidak mau diberi saran oleh perawat. Saat dan konflik peran. Faktor selanjutnya adalah faktor
melakukan studi pendahuluan peneliti juga melihat dari individu yang meliputi karakteristik demografi,
salah satu perawat yang berada di ruang inap dewasa karakteristik kepribadian, status pernikahan, dan juga
sedang memarahi mahasiswa yang ingin mewawancarai pendidikan.
perawat tersebut, namun perawat tersebut menolaknya Berdasarkan kedua faktor yang mempengaruhi
dengan suara yang keras, kasar dan sikap acuh tak acuh burnout terdapat konflik peran, yang menuntut antara
terhadap mahasiswa tersebut. pekerjaan dan juga keluarga. Sehingga keterlibatan
Beban kerja dan tekanan waktu menjadi hal yang dengan keluarga dan anak dapat dipersepsikan dengan
kuat dan konsisten terkait dengan kelelahan, khususnya mental seseorang dalam menghadapi masalah pribadi
kecapaian pada dimensi (Maslach, 2001). Beban kerja dan konflik emosional.
yang dirasakan oleh perawat berdasarkan hasil studi Perawat yang bekerja dan telah berumah tangga
pendahuluan dengan melakukan wawancara pada berarti mereka menjalankan dua peran sekaligus yaitu
perawat wanita yang berada di ruang inap anak maupun sebagai ibu rumah tangga dan juga sebagai seorang
dewasa secara acak diperoleh informasi bahwa beban pekerja. Oleh karena itu, tentu memerlukan banyak
kerja yang dirasakan terkait dengan jumlah perawat yang energi dan keterlibatan kelelahan kerja yang disebabkan
belum seimbang dibandingkan dengan jumlah pasien, banyaknya beban kerja yang dihadapi, sehingga mereka
manejemen ruang yang belum optimal sehingga tugas harus menyeimbangkan waktu, tenaga, dan pikiran
perawat makin berat karena disamping memberikan antara pekerjaan dan keluarga.
layanan pada pasien perawat juga harus melakukan tugas Menurut Greenhous & Beutell (1985) terjadinya
administratif seperti menulis rekam medis dan laporan konflik peran ganda disebabkan oleh tekanan yang
perawat, kerumitan dalam pendataan pasien yang harus berasal dari pekerjaan dan keluarga. Pengertian ini juga
dilakukan dengan teliti, terkadang perawat memilih sependapat dengan Carlson, dkk (2002) yang
untuk bersikap acuh tak acuh terhadap pasien, karena menyatakan bahwa konflik peran ganda terjadi karena
harus menyelesaikan administrasi. adanya tekanan peran pekerjaan dan juga tekanan peran
dari keluarga yang tidak sesuai. Ini mengindikasikan

2
Hubungan antara Konflik Peran Ganda dengan Kecenderungan Burnout pada Perawat Wanita RSUD Pamekasan

bahwa konflik peran ganda menimbulkan adanya kecenderungan burnout pada perawat wanita di RSUD
ketidakpuasan dan ketidaknyamanan dalam pekerjaan Pamekasan” sebagai judul penelitian.
dan keluarga sehingga berdampak negatif.
Berdasarkan hasil wawancara perawat wanita yang METODE
sudah berkeluarga di semua rawat inap, didapatkan Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif
informasi bahwa perawat tersebut mengeluh dalam karena penelitian ini menguji hipotesis dan menekankan
pembagian waktu antara rumah tangga dan pergantian pada pengujian teori-teori melalui variabel-variabel
shift yang tidak menentu, apabila mendapatkan shift penelitian dengan menggunakan angka-angka dan dalam
malam akan mengurangi waktu berkumpul dengan melakukan analisis data dengan menggunakan prosedur
keluarga. Merasa kurangnya memberi perhatian terhadap statistika (Sugiyono, 2012). Penelitian yang digunakan
keluarga karena berkurangnya ketersediaan waktu luang ialah penelitian korelasional dimana untuk
dengan keluarga. Mengalami tekanan dalam mengidentifikasi sejauh mana variasi dari variabel
menyelesaikan pekerjaan tugas sebagai perawat dengan berhubungan dengan variabel lain berdasarkan koefisien
tugas keluarga pada saat bersamaan, banyak yang korelasi. Uji hipotesis dilakukan pada pendekatan
menyaktakan masih sering melakukan aktivitas tugas kuantitatif sebagai tujuan utama untuk mengetahui
rumah yang belum selesai pada saat bekerja dan sulit apakah hipotesis awal diterima atau ditolak setelah
berkonsentrasi sehingga tugas pendokumentasian askep dilakukan penelitian (Azwar, 2008).
tidak dapat diselesaikan dengan baik. Berdasarkan Penelitian ini dilaksanakan di RSUD Pamekasan
fenomena konflik peran ganda yang ada pada perawat yang mana partisipan pada penelitian ini sejumlah 81
wanita yang sudah berkeluarga di ruang rawat inap, perawat. Pengambilan sampel dalam penelitian ini
diduga merupakan salah satu faktor penyebab dari menggunakan teknik purposive sampling, dengan
burnout. Menjalankan dua peran dan tanggung jawab kriteria yang digunakan adalah perawat wanita di RSUD
sebagai seorang perawat dan ibu rumah tangga tidaklah Pamekasan yang telah berkeluarga, status perawat PNS
mudah. Mereka harus menyeimbangkan waktu yang dengan minimal masa kerja dua tahun, dan perawat di
diakibatkan oleh jam kerja, pengaturan jadwal yang bagian ruang inap. Teknik pengumpulan data yang
dimana tuntutan dari kelurga yang harus dapat digunakan dalam penelitian ini ialah menggunakan
menjalankan perannya sebagai seorang ibu seperti dalam kuisioner skala psikologis konflik peran ganda dan
memasak, mengurus anak, sehingga menuntut tanggung kecenderungan burnout. Teknik analisis data yang
jawab kewenangan dan peran menjadi terbatas. digunakan pada penelitian ini adalah uji korelasi product
Seorang perawat yang tidak mampu dalam membagi moment.
waktu dan juga beban yang dihadapi menunjukkan
bahwa perawat tersebut mengalami konflik peran ganda. HASIL PENELITIAN
Menurut Greenhous & Beutell (1985) terdapat tiga Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan
dimensi dari konflik peran ganda yaitu time based pada 81 perawat di RSUD Pamekasan, didapatkan data
conflict, strain based conflict, behaviour based conflict. yang diolah menggunakan bantuan SPSS 21 for windows
Time based conflict, karena adanya tuntutan waktu berupa descriptive statistics sebagai berikut:
antara pekerjaan dan keluarga, sulit membagi waktu
dalam memenuhi kewajiban pekerjaan dan kebutuhan Tabel 1. Descriptive Statistics
keluarga, jika ini terjadi terus menerus menunjukkan
Std.
pada kondisi dimensi burnout yaitu kelelahan emosional. N Minimum Maximum Mean
Deviation
Strain based conflict disebabkan oleh peran satu
Konflik
mempengaruhi peran lain, misalnya kecemasan yang peran 51 36 100
68.12 14.656
diciptakan pekerja yang mengganggu dalam menjelaskan ganda
tugas keluarga dan sebaliknya, kondisi ini ditunjukkan Burnout 51 54 128 87.24 17.126
pada dimensi burnout yaitu kelelahan emosional dan
depersonalisasi (mudah marah, tidak peduli dengan Berdasarkan tabel diatas, bahwa variabel konflik
lingkungan). Sedangkan Behaviour based conflict terjadi peran ganda memiliki minimum 36 dan nilai maksium
karena tidak sesuai antara perilaku yang diinginkan 100, serta memiliki nilai rata-rata sebesar 68,12 dan
dengan peran lain, kondisi ini dapat mempengaruhi standard deviasi sebesar 14,656. Variabel kecenderungan
dimensi burnout pada pencapaian prestasi pribadi burnout memiliki nilai minimum 54 dan nilai maksimum
Konflik peran ganda menyebabkan individu tidak 128, serta nilai rata-rata sebesar 87,24 dan standard
dapat berfungsi normal dan menghambat proses deviasi sebesar 17,126. Langkah berikutnya ialah
pelaksanaan suatu pekerjaan (Almasitoh, 2011). Jika peneliti melakukan uji normalitas. Berikut hasil
tidak ditangani dengan baik konflik peran ganda yang perhitungan uji normalitas kedua variabel penelitian
dialami oleh perawat wanita yang sudah menikah yang dengan menggunakan Kolomogorov-Smirnov sebagai
bekerja akan menimbulkan dampak negatif bagi berikut:
individu, keluarga, maupun lingkungannya
Berdasarkan penjelasan diatas, maka peneliti tertarik
dan merasa penting untuk melakukan penelitian
mengenai “Hubungan konflik peran ganda dengan

3
Volume 06, Nomor 03. (2019). Character : Jurnal Penelitian Psikologi

Tabel 2. Hasil Uji Normalitas Data variabel terikat searah, sehingga semakin meningkat
variabel bebas maka variabel terikat semakin meningkat
Variabel Nilai Signifikansi Keterangan juga, dan sebaliknya apabila variabel bebas menurun
Konflik peran
0,383 Berdistribusi normal maka variabel bebas akan menurun. Nilai signifikansi
ganda yang didapatkan yaitu sebesar 0,000 dimana nilai
Burnout 0,589 Berdistribusi normal
tersebut kurang dari 0,05 (p<0,05) yang berarti bahwa H1
diterima dan H0 ditolak. Kesimpulan dari hasil uji
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa nilai
hipotesis tersebut adalah terdapat hubungan yang sangat
signifikansi variabel konflik peran ganda sebesar p =
kuat antara konflik peran ganda dengan kecenderungan
0,383 (p>0,05) dan nilai signifikansi untuk variabel
burnout pada perawat wanita RSUD Pamekasan.
kecenderungan burnout sebesar p = 0,589 (p>0,05).
Hasil kedua variabel menunjukkan bahwa kedua variabel
berdistribusi normal atau memiliki data normal karena PEMBAHASAN
signifikansinya lebih dari 0,05 (p>0,05). Langkah Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan
berikutnya ialah peneliti melakukan uji linieritas. Uji antara konflik peran ganda dengan kecenderungan
linieritas pada penelitian ini dilakukan untuk mengetahui burnout pada perawat wanita di RSUD Pamekasan.
antara variabel satu dengan variabel lain yang di teliti Berdasarkan hasil korelasi product moment yang
memiliki hubungan yang linier. Uji linieritas pada dilakukan dengan menggunakan bantuan SPSS 21.0 for
penelitian ini menggunakan bantuan SPSS 21 for windows, menyatakan bahwa memiliki korelasi sebesar
windows. Berikut hasil uji linearitas pada penelitian ini : 0,853 dengan nilai signifikasi sebesar 0,000 kurang dari
0,05 (p<0,05). Hal ini dapat diartikan bahwa terdapat
Tabel 3. Hasil Uji Linearitas Data hubungan yang signifikan antara konflik peran ganda
Nilai dengan kecenderungan burnout.
Variabel Keterangan
Signifikansi Hasil analisis korelasi sebesar r = 0,853, koefisien
Konflik peran ganda 0,000 Linear korelasi positif menunjukkan bahwa semakin meningkat
Burnout 0,000 Liniear
konflik peran ganda, maka kecenderungan burnout
seorang perawat semakin meningkat. Prosentasi yang
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa nilai tinggi pada gejala burnout yang dialami perawat yaitu
signifikansi hasil penelitian variabel konflik peran ganda pada kategori penurunan pencapaian prestasi pribadinya
dan hasil dari variabel kecenderungan burnout sebesar seperti penilaian diri yang negatif terhadap kompetensi
0,000, maka dapat diartikan bahwa nilai signifikansinya dirinya, menganggap dirinya tidak mampu terhadap
lebih kecil dari 0,05. Kesimpulan dari hasil tersebut pekerjaannya yang disebabkan minimnya pendidikan
adalah terdapat hubungan linier antara variabel konflik yang dimiliki serta usia yang sudah cukup tua. Penelitian
peran ganda dan kecenderungan burnout. Selanjutnya ini memiliki nilai hubungan yang sangat kuat. Hal ini
peneliti melakukan uji hipotesis berupa uji korelasi sejalan dengan pernyataan yang dikemukakan Bustan
produk moment. Tujuan dilakukannya uji hipotesis ini (2016) yang menyatakan bahwa semakin tinggi konflik
adalah untuk mengukur hubungan antar variabel yang peran ganda yang dialami perawat maka semakin tinggi
didasarkan pada besar nilai r (koefisien korelasi). Uji pula perawat mengalami kecenderungan burnout.
hipotesis ini menggunakan teknik korelasi product Sebaliknya, semakin rendah konflik peran ganda yang
moment dengan bantuan SPSS 21 for windows. Berikut dialami seseorang, maka akan semakin lemah dalam
merupakan hasil dari korelasi product moment untuk mengalami kelelahan kerja atau burnout sehingga sangat
menguji hipotesis pada penelitian ini : mempengaruhi pada kualitas pelayanan kesehatan.
Pengukuran kecenderungan burnout digunakan
Tabel 4. Hasil korelasi product moment
Konflik
dalam sekala yang didalamnya beberapa dimensi
peran ganda Burnout menurut Maslach (2001), yaitu kelelahan emosional,
depersonalisasi, dan penurunan prestasi pribadi. Faktor-
Konflik peran Pearson 1 ,853** faktor yang dapat mempengaruhi burnout diantaranya
ganda Correlation
Sig. (2-tailed) 0,000
ialah faktor situasional, dan faktor individu. Faktor
situasional berhubungan dengan konflik peran yang
N 51 51
Burnout Pearson Co ,853** 1 mengakibatkan tuntutan yang saling bertentangan
rrelation ditempat kerja maupun dirumah. Faktor individu
Sig. (2-tailed) 0,000 berhubungan demografi, kepribadian, status pernikahan,
N 51 51 dan pendidikan.
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Azem, dkk (2014) mengungkapkan seseorang yang
merasakan dimensi kelelahan emosional dikarenakan
Hasil analisis data uji hipotesis menyatakan bahwa adanya peran yang berlebihan, dimana seorang perawat
konflik peran ganda dengan kecenderungan burnout wanita harus tetap memberikan pelayanan terhadap
memiliki korelasi sebesar 0.853 (r = 0,853) dengan pasien namun begitu pula harus dapat mengurus
signifikansi 0.000, hal ini memiliki makna bahwa pekerjaan dirumah. Seseorang yang berdimensi
variabel konflik peran ganda dengan kecenderungan depersonalisasi akan berdampak pada sikap negatif
burnout memiliki korelasi yang sangat tinggi. koefisien terhadap orang lain dan mencoba untuk menghindar dari
korelasi positif menunjukkan bahwa variabel bebas dan

4
Hubungan antara Konflik Peran Ganda dengan Kecenderungan Burnout pada Perawat Wanita RSUD Pamekasan

kontak sosial, hal ini dikarenakan ketidakjelasan yang perawat mengalami kesulitan dalam membagi dua peran
membuat seseorang merasakan bahwa dirinya dalam satu waktu, dan waktu yang dihabiskan tidak
mengalami overload dalam pekerjaannya baik dirumah dapat fokus dalam menjalankan satu peran. Oleh karena
maupun ditempat kerja. Seseorang yang mengalami itu penyebab perawat mengalami burnout karena adanya
dimensi pencapaian prestasi pribadi akan mengalami konflik peran yang dirasakan seperti beban pekerjaan
ambiguitas, menganggap bahwa dirinya tidak mampu baik dirumah maupun di tempat kerja, tinggi harapan
mengerjakan pekerjaannya. yang diinginkan, serta terlalu banyak tuntutan yang
Hasil penelitian menunjukkan bahwa setiap perawat dialami, kerja shift yang kurang proposional, hal ini
memiliki tingkat burnout yang berbeda. Hal ini dikarenakan faktor usia yang belum dapat mengontorol
ditunjukkan dari hasil pengolahan data penelitian dengan emosional, serta kurangnya pengalaman yang dirasakan
menggunakan uji statistik deskriptif yang diperoleh nilai sehingga mengalami stres yang sering dialami perawat.
standar deviasi untuk variabel burnout sebesar 17,26. Hasil perhitungan statistik deskriptif kedua variabel
Nilai standar deviasi 17,26 menunjukkan bahwa data memiliki perbedaan dan variabel kecenderungan
beragam, terdapat perawat yang mengalami burnout burnout selalu menunjukkan skor lebih tinggi
tinggi maupun mengalami burnout rendah. Perawat yang dibandingkan variabel konflik peran ganda dikarenakan
mengalami burnout tinggi ditandai dengan sering aitem skala burnout lebih banyak dibandingkan dengan
merasakan kelelahan emosional yang disebabkan oleh aitem dari skala konflik peran ganda.
sosial dan juga psikologis yang dimana wanita Konflik peran ganda memiliki hubungan positif
mempunyai cara yang berbeda dalam menghadapi dengan kecenderungan burnout dimana tekanan peran
masalahnya, memiliki tugas yang cukup berat, seperti yang meningkat akan mengalami stres dan cenderung
mengalami kerja shift yang beresiko mengurangi waktu kelelahan, efek negatif dari stres peran yaitu kepuasan
berkumpul bersama keluarga dan mengakibatkan terhadap pekerjaan yang dilakukan serta komitmen
kelelahan emosional, depersonalisasi, dan penururan (Prasanjit, 2012). Konflik peran ganda mempengaruhi
prestasi pribadi, dituntut untuk selalu siap dalam individu untuk kuat terhadap stresor karena antara
memberikan pelayanan pada pasien yang membutuhkan individu yang satu dengan individu yang lainnya tentu
perawatan (Sihotang, 2004). Faktor-faktor lainnya, mengalami pengalaman yang berbeda, serta mekanisme
seperti merasa lesu, pusing, dan merasa terkuras emosi coping stresnya akan mempengaruhi tingkat tinggi
dan beban kerja yang dialami perawat menjadi penyebab rendahnya stres yang merujuk pada terjadinya burnout
stres kerja sehingga menimbulkan burnoutt. (Hasil (Bustan, 2016)
wawancara dengan perawat RSUD Pamekasan) Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan,
Berdasarkan hasil perolehan perhitungan data penelitian hipotesis yang menyatakan terdapat hubungan antara
menunjukkan bahwa hubungan antara konflik peran konflik peran ganda dengan kecenderungan burnout
ganda dengan kecenderungan burnout pada perawat pada perawat wanita RSUD Pamekasan diterima.
wanita di RSUD Pamakesan bersifat positif dan Hubungan korelasi berada ditingkat yang sangat kuat
signifikan. Hasil uji deskripsi data dengan berjumlah 51 dengan bertanda positif, dibuktikan dengan nilai
perawat menunjukkan bahwa nilai rata-rata (mean) koefisien korelasi atau nilai r sebesar 0,853. Nilai
variabel konflik peran ganda sebesar 68,12 dan skor korelasi 0,853 menunjukkan bahwa 85,3% burnout.
rata-rata variabel burnout 87,24. Skor terendah yang Kecenderungan burnout dibentuk oleh faktor yaitu
dicapai perawat untuk skala burnout 54 dan skor sebesar 85,3%, oleh karena itu konflik peran ganda
tertinggi sebesar 128. Nilai rata-rata pada variabel diharapkan bagi pihak rumah sakit untuk menyelesaikan
kecenderungan burnout diantaranya aspek kelelahan konflik peran ganda yang dialami perawat wanita yang
emosional nilai reratanya sebesar 99,85, aspek sudah berkeluarga sehingga tidak mengakibatkan stres
depersonalisasi nilai reratanya sebesar 98,86, dan aspek yang berkepanjangan yang berdampak perawat
pencapaian prestasi pribadi nilai reratanya sebesar mengalami burnout dan 14,7 dapat dibentuk oleh faktor
104,46. Aspek tertinggi pada kecenderungan burnout lainnya seperti masa kerja, kepribadian, dan usia yang
adalah pencapaian prestasi pribadi dimana perawat tidak diteliti oleh peneliti.
merasa tidak berkompeten terhadap pekerjaannya. Para Penelitian ini hanya berfokus pada variabel konflik
perawat mengalami kejenuhan dalam pekerjaan rutin, peran ganda dan kecenderungan burnout. Faktor faktor
yang sifat pekerjaannya berhubungan dengan yang dapat diteliti untuk penelitian lebih lanjut mengenai
antarmanusia (pasien) selalu dituntut untuk memberikan konflik peran ganda dan kecenderungan burnout antara
peningkatan mutu dalam pemberian pelayanan terhadap lain faktor usia, masa kerja, pendidikan, status
pasien, serta minimnya reward dari pemimpin terhadap pernikahan, karaketristik pekerjaan, karakteristik
pekerja yang sudah lama bekerja. organisasi, kepribadian, dan dapat diperluas dengan
Skor terendah yang dicapai skala konflik peran penelitian pada perawat laki-laki,
ganda sebesar 36 dan skor tertinggi 100. Nilai rata-rata
pada variabel konflik peran ganda diantaranya aspek PENUTUP
time based conflict nilai reratanya sebesar 105,58, aspek Simpulan
strain based conflict nilai reratanya sebesar 97, Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya
sedangkan nilai rerata dari aspek behavior based hubungan antara konflik peran ganda dengan burnout
conflict sebesar 103,63 Aspek tertinggi pada variabel pada perawat wanita RSUD Pamekasan. Berdasarkan
konflik peran ganda adalah time based conflict dimana Uji product moment di peroleh koefisien korelasi r yaitu

5
Volume 06, Nomor 03. (2019). Character : Jurnal Penelitian Psikologi

0,853 yang menunjukkan adanya hubungan yang sangat Rumah Sakit Islam Surabaya. Jurnal
kuat antara konflik peran ganda dengan kecenderungan Administrasi Kesehatan Indonesia, 29-36.
burnout dengan nilai probabilitas sebesar 0,000 kurang
Greehaus, J.H & Beutell, N.J. (1985). Sources of
dari 0,05 (p<0,05). Nilai koefisien korelasi tanda positif
conflict between work and family roles.
menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif
Academy of Management Review, 10,76-88.
pada kedua variabel. Hubungan positif memiliki arti
semakin tinggi konflik peran ganda yang dialami Hera., dkk. (2016). Pengaruh konflik peran ganda,beban
perawat, maka semakin tinggi pula mengalami kerja dan kelelahan kerja (burnout) dengan
kecenderungan burnout. kinerja perawat wanita di RSUD I Lagaligo
Kabupaten Luwu Timur. Jurnal Mirai
Saran Management, 119-135.
1. Bagi Instansi
Kesehatan, K. (2017, Januari 2019). Pusat data dan
Saran bagi instansi adalah memberikan informasi
untuk menurunkan burnout dengan memperbaiki informasi: situasi tenaga keperawatan
atau menyelesaikan konflik peran ganda sehingga Indonesia . Retrieved from
http://www.depkes.go.id/resource/download/pu
pelayanan tersebut dapat lebih optimal.
sdatin/infodatin/infodatin%20perawat%202017
Menyelesaikan konflik peran ganda dapat dilakukan
.pdf
dengan memberikan pelatihan dengan arahan
menajemen waktu yaitu dengan gaya strategi yang Maslach, C., Schaufeli, W. B., & Leiter, M. P. (2001).
tidak merugikan salah satu pihak, dan strategi kedua Job Burnout. Psychology, 52: 397 - 422.
dengan berkompromi sebagai gaya penyelesaian
masalah antara mereka dengan pasangannya, agar Prasanjit, D. (2012). Effect of role ambiguity, conflict
pelatihan dapat dilaksanakan dengan baik instansi and overload in private Hospital nurses burnout
dapat memberikan reward sebagai bentuk apresiasi and mediation thourgh self efficacy. Journal of
terhadap perawat. Health Management , 513-534.
2. Bagi Peneliti Selanjutnya Sihotang, N. (2004). Burnout pada karyawan ditinjau
Bagi peneliti yang tertarik untuk mengangkat dari persepsi terhadap lingkungan kerja
masalah konflik peran ganda dan kecenderungan psikologis dan jenis kelamin . Jurnal Psyche,
burnout disarankan untuk dapat memperhatikan 10-16.
faktor-faktor lain seperti usia, masa kerja dan dapat
diperluas dengan penelitian pada perawat laki-laki, Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif
karena penelitian ini dibatas hanya perawat wanita. Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Oleh karena itu, diharapkan bagi penelitian yang lain
untuk mengungkapkan lebih banyak hal yang
mempengaruhi faktor pada kecenderungan burnout.

DAFTAR PUSTAKA
Almasitoh, U. (2011). Stres Kerja Ditinjau dari Konflik
Peran Ganda. Psikologi Islam, 63-82.
.
Anggraeni, G. (2009). Pengaruh big five personality
terhadap burnout pada perawat rumah sakit
islam Jemursari Surabaya . Skripsi, 181.
Azeem, S.M., dkk . (2014). Role of Stress and Burnout
among Nurses in the Private Hospitals.
International Journal of Academic Research in
Business and Social Sciences, 420-428.
Azwar, S. (2008). Reliabilitas dan validitas .
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Bustan, R. (2016). Hubungan antara konflik peran
ganda dengan burnout pada perawat wanita di
RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta. 50-62.
Carlson, D.S., dkk . (2000). Construction and Initial
Validation of a Multidimensional. Journal of
Vocational Behavior, 249–276.
Fitriah, K.N & Supriyanto, S. (2013). Analisis perilaku
konsumen di rawat inap obstetri ginekologi

Anda mungkin juga menyukai