Anda di halaman 1dari 14

HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI (SELF EFFICACY) DAN

STRES KERJA DENGAN KEJENUHAN KERJA (BURNOUT) PADA


PERAWAT IGD DAN ICU RSUD KOTA BEKASI

Novita Dian Iva Prestiana dan Dewanti Purbandini

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara


self efficacy, stres kerja, dan burnout pada perawat di ruang ICU dan IGD RSUD
Kota Bekasi.
Metode dalam penelitian ini menggunakan teknik sampling jenuh atau
sensus. Sampel berjumlah 37 orang yang terdiri atas 20 orang perawat di ruang
IGD dan 17 orang perawat di ruang ICU.
Hasil analisa data menunjukkan bahwa hubungan antara self efficasy
dengan burnout menunjukkan hasil koefisien korelasi sebesar r=-0.470 dan tingkat
signifikansi 0.003 (p<0.05), artinya semakin tinggi tingkat self efficacy perawat
maka semakin rendah burnoutnya. Hubungan antara stres kerja dengan burnout
menunjukkan hasil koefisien korelasi sebesar r=0.596 dan tingkat signifikansi 0.000
(p<0.05) artinya semakin tinggi tingkat stres kerja seseorang maka semakin tinggi
pula burnoutnya.

Kata kunci : Efikasi Diri, Stres Kerja, Kejenuhan kerja

Pendahuluan memberikan pelayanan yang maksimal


bagi orang lain. Hal ini, apabila tidak
Salah satu profesi atau segera diatasi oleh pihak rumah sakit,
pekerjaan yang dapat memberikan maka akan menguras stamina dan
banyak manfaat bagi orang lain adalah emosi perawat, serta menimbulkan
profesi sebagai perawat. Harlley tekanan yang mengakibatkan perawat
(dalam Fahrizal, 2010) menjelaskan mengalami burnout atau kejenuhan
pengertian dasar seorang perawat yaitu kerja.
seseorang yang berperan dalam Menurut Kleiber & Ensman
merawat atau memelihara, membantu (Uus, 2010), bibliografi terbaru yang
dan melindungi seseorang karena memuat 2496 publikasi tentang
sakit, terluka dan proses penuaan. burnout di Eropa menunjukkan 43%
Pada kenyataannya tidak burnout dialami pekerja kesehatan dan
semua perawat mampu menjalankan sosial (perawat), 32% dialami guru
tugas dan fungsinya dengan baik, (pendidik), 9% dialami pekerja
sering kali mereka mengalami administrasi dan manajemen, 4%
kelelahan mental dan emosional akibat pekerja di bidang hukum dan
tugasnya yang harus selalu siap kepolisian, dan 2% dialami pekerja
Novita Dian Iva Prestiana dan Dewanti Purbandini

lainnya. Dari persentase di atas dapat pelayanan menerima apa yang


dilihat bahwa profesi perawat diberikan. Jadi, bisa dikatakan yang
menempati urutan tertinggi sebagai satu seolah-olah memberi sedangkan
profesi yang paling banyak mengalami yang lain selalu menerima saja.
burnout. Hampir setengah dari jumlah Akhirnya, hubungan yang tidak
keseluruhan pekerja yang mengalami seimbang ini menyebabkan
burnout adalah perawat. Hal ini terkurasnya sumber-sumber emosional
menunjukkan kurangnya perhatian pemberi pelayanan, yang merupakan
dari berbagai pihak terhadap profesi salah satu simtom utama burnout.
perawat. Padahal apabila semakin Berdasarkan hasil dari
banyak perawat yang mengalami wawancara terhadap enam orang
burnout maka semakin rendah kualitas perawat di Rumah Sakit Umum
pelayanan yang diberikan. Hal ini Daerah (RSUD) Bekasi yang bertugas
tentu berdampak buruk bagi di ruang IGD dan ICU, ditemukan
masyarakat karena akan memperoleh bahwa lima orang perawat mengalami
kualitas pelayanan yang kurang kejenuhan dan kebosanan dalam
maksimal. melakukan rutinitas kerjanya.
Dari hasil penelitian yang Berbagai alasan yang dikemukan oleh
dilakukan oleh Himle, Jayaranthne, mereka antara lain, karena jumlah
dan Chess, memperlihatkan bahwa pasien yang melebihi kapasitas dan
pekerja yang memperoleh skor tinggi tidak seimbang dengan jumlah
pada skala kejenuhan kerja perawat yang ada, rutinitas pekerjaan
mempunyai keinginan yang kuat untuk yang monoton tanpa diimbangi dengan
berhenti bekerja. selain itu, kejenuhan waktu libur yang panjang, jumlah
kerja juga terkait dengan kelambanan kompensasi yang tidak mencukupi
dalam menyelesaikan tugas, kebutuhan, ketidakpahaman dalam
kecelakaan kerja, pencurian dan pengoperasian alat, dan tidak adanya
kelalaian dalam bertugas (dalam hubungan timbal balik antara perawat
Rostiana, 2005). Hal ini apabila tidak dengan pasien membuat para perawat
dapat ditangani dengan baik, akan merasakan kelelahan dan mengalami
menghambat pelayanan yang penurunan motivasi.
dilakukan oleh perawat kepada Hal senada juga diungkapkan
masyarakat sehingga secara otomatis oleh salah satu perawat di RSUD Kota
akan memperburuk citra rumah sakit Bekasi pada tanggal 1 Maret 2011,
di mata masyarakat. yang mengatakan bahwa perawat yang
Maslach (dalam Marihot, bekerja di RSUD Kota Bekasi
2001) menjelaskan bahwa hubungan memiliki beban kerja yang tinggi
yang terjadi antara pemberi dan karena jumlah pasien yang melebihi
penerima pelayanan merupakan kapasitas atau daya tampung rumah
hubungan yang asimetris. Di satu sisi, sakit. Selain itu, gaji yang diterima
pekerja pada bidang pelayanan sosial perawat sangat minim sehingga
berusaha memberikan perawatan, banyak perawat yang mengalami
perhatian, dukungan, dan bantuan ketidakpuasan dalam bekerja dan
pada orang lain. Di sisi lain, penerima harus mencari pekerjaan di luar RSUD

2 Jurnal Soul, Vol. 5, No.2,September 2012


Hubungan Antara Efikasi Diri (Self Efficacy) dan Stres Kerja Dengan Kejenuhan Kerja (Burnout) Pada
Perawat IGD Dan ICU RSUD Kota Bekasi

Kota Bekasi. Terdapat perawat yang Cherniss (Prawasti, 1991)


merangkap bekerja di klinik swasta mengemukakan bahwa faktor yang
untuk memenuhi kebutuhan meraka. cukup mempengaruhi terjadinya
Hal ini apabila berlangsung terus burnout pada individu adalah
menerus maka akan menimbulkan karakteristik pribadi. Setiap individu
kelelahan fisik dan emosional para memiliki Karakteristik yang unik dan
perawat tersebut karena harus bekerja berbeda antara satu dengan lainnya,
ekstra keras untuk memenuhi faktor kunci terjadinya burnout pada
kebutuhan mereka. individu adalah motivasi berprestasi.
Burnout merupakan suatu Motivasi berprestasi ini
situasi dimana individu menderita mempengaruhi level stres dan bentuk
kelelahan kronis, kebosanan dan coping yang dipilih individu dalam
menarik diri dari pekerjaan (Davis & mengatasi masalah yang dihadapi.
Newstroom, dalam Rulin; 2004). Seseorang dengan motivasi berprestasi
Lebih lanjut, Rulin (2004) tinggi akan memiliki daya tahan yang
menjelaskan, pada perawat, penarikan tinggi pula terhadap masalah yang
diri secara psikologis ditandai dengan datang. Sebaliknya, seseorang yang
tingkah laku seperti menurunnya sikap memiliki motivasi berprestasi rendah,
positif terhadap pasien yang ditangani, cenderung mudah menyerah dalam
mudah tersinggung, dan menghindar menghadapi masalah.
dari pasien. Motivasi berprestasi dari
Menurut Maslach (Mareike, setiap individu sangat erat kaitannya
2005) dalam keadaan burnout, perawat dengan Self efficacy yang dimiliki oleh
tidak dapat bekerja dengan baik dan masing-masing individu tersebut.
hal ini tentu saja mempengaruhi Seseorang yang memiliki self efficacy
kualitas pelayanannya. Dampak bagi yang tinggi juga memiliki motivasi
pasien sebagai penerima pelayanan berprestasi yang tinggi pula. Menurut
ialah menurunnya kualitas pelayanan Bandura (Ghufron, 2010) self efficacy
yang diberikan dan meningkatnya atau efikasi diri adalah keyakinan
perilaku negatif terhadap penerima individu mengenai kemampuan
pelayanan. Menurut Musanif (dalam dirinya dalam melakukan tugas atau
Khotimah, 2010), perawat rumah sakit tindakan yang diperlukan untuk
pemerintah dan puskesmas di Padang mencapai hasil tertentu. Self efficacy
dilaporkan bersikap judes dan ini dapat menggerakkan motivasi,
membentak-bentak pasien dan kemampuan kognitif dan tindakan
keluarganya. Perawat rumah sakit yang diperlukan untuk memenuhi
umum Mataram juga dilaporkan telah tuntutan situasi sehingga meskipun
bersikap tidak menyenangkan. Pasien memiliki beban kerja yang berat dan
bangsal kelas tiga yang kebanyakan dihadapkan dengan permasalahan
dihuni pasien dari program jaringan yang berat, perawat masih memiliki
pengaman sosial (JPS) yang mendapat semangat kerja yang tinggi.
pembebasan biaya perawatan, merasa Pada ruang IGD maupun ICU,
sering tidak dipedulikan dan mendapat seorang perawat harus dapat berpikir
perlakuan sinis oleh perawat (Ntb, cepat mengenai tindakan apa yang
2007). harus dilakukan terhadap pasien yang

Jurnal Soul, Vol .5, No 2, September 2012 3


Novita Dian Iva Prestiana dan Dewanti Purbandini

ditanganinya. Sedikit kesalahan saja tugas tertentu dibandingkan dengan


dilakukan oleh perawat akan membuat orang yang memiliki self efficacy yang
pasien yang ditangani tidak dapat rendah. Sehingga seorang perawat
terselamatkan. Schaufeli dan Jauczur yang memiliki self efficacy yang tinggi
(Andarika, 2004) mengatakan bahwa akan mengembangkan sikap-sikap
dalam menjalankan peran dan positif seperti percaya diri dan
fungsinya seorang perawat dituntut berkomitmen tinggi, dengan demikian
memiliki keahlian, pengetahuan, dan ia pun mampu menjalankan peran dan
konsentrasi yang tinggi. Sedangkan fungsinya dengan baik.
menurut Tim Keperawatan (Rulin, Hal ini sesuai dengan hasil
2004) setiap perawat dituntut untuk wawancara terhadap enam orang
memberikan perawatan dengan cepat, perawat di RSUD Kota Bekasi yang
tepat, dan cermat agar dapat mencegah bertugas di ruang IGD dan ICU,
terjadinya kecacatan dan kematian mereka mengatakan yakin akan
yang seharusnya dapat dihindari. kemampuan yang dimilikinya dalam
Dengan Self efficacy yang melaksanakan tugasnya sehari-hari.
tinggi, seorang perawat akan memiliki Dengan memiliki keyakinan yang
rasa optimisme yang tinggi. Mereka tinggi akan kemampuan, mereka
mempunyai kepercayaan diri yang mampu menjalankan tugas dengan
tinggi berkaitan dengan baik meskipun tuntutan dan beban
kemampuannya dalam bekerja kerja yang tinggi di RSUD Kota
dibandingkan dengan orang yang Bekasi.
memiliki self efficacy rendah, selain Sebaliknya, perawat yang
itu self efficacy yang tinggi juga tidak memiliki keyakinan bahwa
menurunkan rasa takut akan kegagalan dirinya mampu dalam memberikan
karena perawat lebih berani pelayanan dan perawatan yang baik
mengambil resiko sehingga pada saat kepada pasiennya akan menimbulkan
menolong pasien mereka akan berpikir ketidakgairahan pada pasiennya.
cepat dan dapat mengatasi pasien Schultz (Octary, 2007), menyatakan
tersebut secara efektif karena tidak bahwa seseorang yang memiliki self
ragu-ragu dalam bertindak. Menurut efficacy rendah akan cenderung
Octary (2007), seseorang yang merasa helpless, tidak mampu
memiliki self efficacy tinggi percaya melakukan pengaturan pada keadaan
bahwa mereka dapat menanggulangi yang terjadi pada hidupnya. Pada saat
kejadian dan situasi secara efektif. mereka menghadapi hambatan,
Tingginya self efficacy menurunkan mereka akan dengan cepat menyerah,
rasa takut akan kegagalan, bila pada usaha pertama mengalami
meningkatkan aspirasi, meningkatkan kegagalan. Seseorang yang memiliki
cara penyelesaian masalah, dan self efficacy sangat rendah tidak akan
kemampuan berfikir analitis. Menurut melakukan upaya apapun untuk
Bandura (Setiawan, 2009) orang yang mengatasi hambatan yang ada, karena
memiliki self efficacy yang tinggi akan mereka percaya bahwa tindakan yang
mempunyai semangat yang lebih mereka lakukan tidak akan membawa
tinggi di dalam menjalankan suatu pengaruh apapun. Self efficacy yang

4 Jurnal Soul, Vol. 5, No.2,September 2012


Hubungan Antara Efikasi Diri (Self Efficacy) dan Stres Kerja Dengan Kejenuhan Kerja (Burnout) Pada
Perawat IGD Dan ICU RSUD Kota Bekasi

rendah dapat merusak motivasi, perawat mengalami stres kerja, pusing,


menurunkan aspirasi, mengganggu lelah, kurang istirahat karena beban
kemampuan kognitif, dan secara tidak kerja yang terlalu tinggi. Angka ini
langsung dapat mempengaruhi hanya menunjukkan sebagian kecil
kesehatan fisik. Kenyatan negatif dari keseluruhan jumlah perawat yang
seperti ini cepat atau lambat akan mangalami stres kerja di beberapa
mempengaruhi kondisi kejiwaan wilayah di Indonesia. Bayangkan,
perawat. Akibatnya, tak apabila survei tersebut dilakukan di
mengherankan apabila terdapat seluruh wilayah Indonesia maka
perawat yang mengalami stres dalam jumlahnya tentu sangat besar. Hal ini
pekerjaannya. Menurut Jex, Blies dan tentu saja akan mengganggu kualitas
Primeau (dalam Mariza, 2011) pelayanan yang diberikan oleh rumah
Pekerjaan pun dapat benar-benar sakit, khususnya oleh perawat itu
menjadi ancaman dan sumber stres sendiri.
bagi individu yang tidak memiliki Individu yang tidak berhasil
keyakinan dan self efficacy yang tinggi mengatasi stres cenderung menghindar
bahwa dirinya mampu mengerjakan atau menarik diri secara psikologis
dan menyelesaikan tugas-tugas yang dari pekerjaannya. Masalah yang
diberikan padanya. timbul kemudian adalah tubuh tidak
Menurut Rulin (2004), stres dapat membangun kembali
kerja terjadi karena adanya tuntutan kemampuannya untuk menghadapi
pekerjaan yang tidak seimbang dengan stres. Menurut Leatz dan Stolar
kemampuan individu. Perawat yang (Andarika, 2004) apabila keadaan stres
memiliki kemampuan kerja yang di terjadi dalam jangka waktu yang lama
bawah standar rentan mengalami dengan intensitas yang cukup tinggi,
tekanan karena tidak mampu ditandai dengan kelelahan fisik,
memenuhi tuntutan pekerjaannya. Jika kelelahan emosional, dan kelelahan
tekanan kerja mulai terjadi, hal ini mental, maka akan mengakibatkan
dapat menyebabkan hambatan proses perawat mengalami gejala burnout.
berfikir, lebih emosional, dan Dari hasil wawancara terhadap
gangguan pada kondisi fisik salah seorang perawat di RSUD Kota
(Makmuri, 2005). Bekasi yang bekerja di ruang ICU,
Rachmawati (Khotimah, meskipun ia mampu bertahan hingga
2010), menyebutkan hasil survei yang 13 tahun dan selalu melaksanakan
dilakukan Persatuan Perawat Nasional tugasnya dengan baik, ia merasa
Indonesia (PPNI) tahun 2006, bahwa dirinya tidak disukai oleh
menunjukkan sekitar 50,9 % perawat rekan-rekannya. Ia pun mulai jenuh
yang bekerja di empat profinsi di dengan pekerjaanya, menurutnya,
Indonesia mengalami stres kerja. seandainya ada pekerjaan lain, ia ingin
Perawat sering mengalami pusing, sekali keluar dari pekerjaannya.
lelah, tidak bisa istirahat karena beban Self Efficacy pertama kali
kerja yang tinggi dan menyita waktu. dikembangkan oleh Bandura (dalam
Tidak berbeda jauh, hasil data yang Ghufron, 2010). Ia menyatakan bahwa
dihimpun PPNI pada Mei 2009 di self efficacy adalah keyakinan individu
Makassar juga menunjukkan 51 % mengenai kemampuan dirinya dalam

Jurnal Soul, Vol .5, No 2, September 2012 5


Novita Dian Iva Prestiana dan Dewanti Purbandini

melakukan tugas atau tindakan yang Pengalaman keberhasilan maupun


diperlukan untuk mencapai hasil kegagalan seorang individu dalam
tertentu. melakukan suatu usaha akan
Self efficacy memang tidak mempengaruhi tingkat self efficacy
selalu berhubungan dengan orang tersebut. Pengalaman
kemampuan seseorang yang keberhasilan akan menaikkan self
sebenarnya untuk melakukan suatu efficacy, sedangkan kegagalan akan
tugas tertentu, melainkan lebih menurunkan tingkat self efficacy
menekankan pada sejauh mana orang seseorang. Selain pengalaman sendiri,
tersebut merasa dan berpikir bahwa self efficacy juga dapat dipengaruhi
dirinya mampu berhasil dalam oleh pengalaman keberhasilan orang
melakukan tugas itu (Bandura, 1982; lain. Seseorang yang melihat orang
Cantor & Kihlstrom, 1987; Matlin, lain yang sebanding kemampuannya
1995; dalam Arisusetio, 2005). berhasil dalam melaksanakan tugas
Self efficacy tidak secara maka ia akan merasa percaya diri
kebetulan muncul dalam diri seorang bahwa ia pun sanggup melakukannya.
individu. Ini berkembang dalam diri Sebaliknya, apabila ia melihat orang
individu melalui pengamatan- tersebut gagal, maka ia juga akan
pengamatan terhadap akibat-akibat kehilangan rasa percaya dirinya. Pada
tindakan yang dilakukannya. Reward persuasi verbal, seorang individu
dan punishment (hukuman) yang diarahkan dengan nasihat, saran, dan
diterima individu dari lingkungannya bimbingan dari orang lain. Dengan
atas tindakan yang dilakukan dapat nasihat-nasihat yang diberikan,
membentuk persepsi diri individu diharapkan dapat meningkatkan self
terhadap kemampuan diri. Seseorang efficacy seseorang. Selain itu, secara
yang lebih sering mendapatkan reward fisiologis, seseorang akan merasakan
dalam hidupnya akan mempersepsikan reaksi pada tubuhnya apabila ia
diri secara positif sehingga merasa kurang yakin dengan
terbentuklah keyakinan akan kemampuan yang dimilikinya. Reaksi
kemampuan diri. Sebaliknya, yang sering ditimbulkan adalah
seseorang yang sering mendapatkan tegang, berkeringat dingin, demam,
punishment (hukuman), akan dan lain sebagainya. Ketegangan yang
mempersepsikan dirinya secara berlangsung dan tidak dapat
negatif. Ia cenderung merasa bahwa ditanggulangi oleh individu akan
dirinya tidak dapat melakukan apa-apa berimbas pada performa kerjanya.
sehingga ketika dihadapkan dengan Ghufron (2010) mengatakan
suatu masalah ia mudah menyerah. bahwa self efficacy merupakan salah
Menurut Bandura (dalam satu aspek pengetahuan tentang diri
Bastable, 2002), self efficacy secara atau self-knowledge yang paling
kognitif dapat dinilai dan diproses berpengaruh dalam kehidupan
melalui empat sumber informasi, manusia sehari-hari karena self
yaitu: pengalaman keberhasilan, efficacy yang dimiliki ikut
pengalaman orang lain, persuasi mempengaruhi individu dalam
verbal, dan kondisi fisiologis. menentukan tindakan yang akan

6 Jurnal Soul, Vol. 5, No.2,September 2012


Hubungan Antara Efikasi Diri (Self Efficacy) dan Stres Kerja Dengan Kejenuhan Kerja (Burnout) Pada
Perawat IGD Dan ICU RSUD Kota Bekasi

dilakukan untuk mencapai suatu dalam menghadapi hambatan. Mereka


tujuan, termasuk didalamnya perkiraan tidak akan melakukan upaya apapun
terhadap tantangan yang akan untuk mengatasi hambatan yang ada,
dihadapi. Ketika menghadapi situasi karena percaya bahwa tindakan yang
yang sulit, perasaan efficacy yang mereka lakukan tidak akan membawa
tinggi, mendorong seseorang untuk pengaruh apapun (Octary, 2007).
tetap tenang dan mencari solusi dari Apabila perawat terus menerus
pada merenungkan mengalami kecemasan karena merasa
ketidakmampuannya. tidak mampu dalam menjalankan
Seorang perawat yang tugasnya dengan baik maka ia rentan
memiliki keyakinan yang tinggi bahwa mengalami stres kerja. Hal ini sesuai
ia mampu melaksanakan tugas dengan dengan pendapat dari Jex Bliese,
baik, akan memiliki kepercayaan diri Buzzel dan Primeau ( dalam Mariza,
yang tinggi pula dalam melaksanakan 2011), yang menyatakan bahwa
pekerjaannya sehingga ketika pekerjaan pun dapat benar-benar
menghadapi situasi kurang kondusif, menjadi ancaman dan sumber stres
seperti pasien yang tiba-tiba kejang kerja bagi individu yang tidak
atau pasien yang mengalami luka memiliki keyakinan dan self efficacy
cukup serius, perawat tersebut mampu yang tinggi bahwa dirinya mampu
menanggulangi situasi tersebut secara mengerjakan dan menyelesaikan
efektif tanpa terlihat ragu-ragu dan tugas-tugas yang diberikan padanya.
cemas. Self efficacy yang tinggi Perawat yang tidak memiliki
membantu individu untuk keyakinan bahwa ia dapat
menyelesaikan tugas dan mengurangi menyelesaikan tugasnya dengan baik,
beban kerja secara psikologis maupun rentan mengalami tekanan karena
fisik. tidak mampu memenuhi tuntutan
Dengan rutinitas pekerjaan pekerjaannya. Jika tekanan kerja mulai
yang memiliki tingkat kesulitan yang terjadi, hal ini dapat menyebabkan
tinggi dan jam kerja yang cukup hambatan proses berfikir, lebih
panjang, seorang perawat yang emosional, dan gangguan pada kondisi
memiliki self efficacy tinggi tidak akan fisik (Makmuri, 2005). Menurut
mudah mengalami stres. Mereka Bandura (dalam Siela dan Wieseke,
memiliki keyakinan dan motivasi yang 2000), reaksi stres pada seseorang
tinggi bahwa ia mampu untuk terjadi karena rendahnya self efficacy
menyelesaikan tugas tersulit orang tersebut untuk mengontrol
sekalipun. Mereka juga percaya bahwa ancaman dari lingkungan yang tidak
mereka mampu untuk mengontrol menyenangkan, sehingga ketika
ancaman maupun stressor yang datang dihadapkan dengan situasi yang
baik dari dalam diri maupun dari kurang menyenangkan, mereka tidak
lingkungan, sehingga mereka memiliki mampu berfungsi dengan baik.
strategi koping yang efektif.
Sebaliknya, perawat yang METODE
merasa tidak yakin dengan Dalam penelitian ini yang
kemampuannya cenderung mudah menjadi populasi adalah Perawat di
merasa cemas dan mudah menyerah Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD)

Jurnal Soul, Vol .5, No 2, September 2012 7


Novita Dian Iva Prestiana dan Dewanti Purbandini

Kota Bekasi yang bekerja di ruang


b
ICU dan IGD dengan jumlah 37 orang ANOVA
perawat yang terdiri dari 17 orang Model Sum D Mean F Sig
perawat ICU dan 20 orang perawat 1 Regres 994,1 2 497,0 14,1 ,00
of f Squa .
IGD. Berdasarkan tujuan penelitian Residua 1196, 3 35,18 a
dan jenis data yang ada maka metode sion 61 81 30 0
Total Squar
2190, 3 re
statistik yang diungkapkan untuk l 109 4 0
a. Predictors: (Constant), SK, SE
analisis data adalah teknik korelasi es
270 6
Spearman, teknik ini digunakan untuk b. Dependent Variable: B
melihat apakah ada hubungan antara Dalam regresi berganda
Self Efficacy dan Stres Kerja dengan sebesar 0.000 < 0.05 menjelaskan
Burnout pada perawat IGD dan ICU di bahwa hipotesis (Ho) yang
RSUD Kota Bekasi. diajukan ditolak. Berarti bahwa
variabel self efficacy dan stres kerja
HASIL secara bersama-sama berpengaruh
Adapun hasil dari uji terhadap burnout.
normalitas data Self Efficacy, Stres
Dari hipotesis yang
Kerja, dan Burnout adalah sebagai
berikut:
diajukan, maka dapat ditarik
Hubungan Stres Kerja dengan kesimpulan bahwa Ho ditolak
Burnout Pada Perawat dalam keseluruhan hipotesis. Hal
ini menandakan bahwa terdapat
StresK Burn hubungan antara stres kerja dengan
Spearm StresK Correla 1,000 ,596* burnout, serta terdapat hubungan
erja out
Sig. (2- . ,000
* antara self efficacy, stres kerja, dan
an's erja tion
N 37 37 burnout. Selain itu terdapat
tailed) **
rho Burno Correla
Coeffic ,596 1,00 hubungan antara self efficacy
Sig. (2- ,000 . dengan burnout.
ut tion
ient 0
N 37 37
tailed) DISKUSI
**. Correlation is significant
Coeffic at the 0.01

level (2-tailed) Dari hasil wawancara terhadap


Korelasi ient
antara stres kerja
enam orang perawat RSUD Kota
dengan burnout adalah signifikan Bekasi ditemukan bahwa sebagian
(probabilitas adalah 0.000 yang besar perawat merasa kurang puas
jauh di bawah 0.05) sehingga Ho dengan gaji atau kompensasi yang
ditolak, yang berarti adanya diberikan. Hal ini karena status RSUD
hubungan signifikan antara stres Kota Bekasi yang saat ini sebagai
kerja dengan burnout perawat di Badan Layanan Umum Daerah
ruang IGD dan ICU RSUD Kota (BLUD) sehingga tidak dapat
Bekasi. sepenuhnya bergantung pada Pemkot
Bekasi (Pos Kota, 2011). Sedangkan
Pengaruh Self Efficacy dan Stres Kerja pasien yang datang berobat ke RSUD
terhadap Burnout Pada Perawat Kota Bekasi adalah pasien yang

8 Jurnal Soul, Vol. 5, No.2,September 2012


Hubungan Antara Efikasi Diri (Self Efficacy) dan Stres Kerja Dengan Kejenuhan Kerja (Burnout) Pada
Perawat IGD Dan ICU RSUD Kota Bekasi

tergolong tidak mampu dan tidak kerja pada perawat RSUD Kota
memiliki biaya untuk berobat. Hal Bekasi. Hal ini terbukti dari mayoritas
tersebut membuat semakin minimnya karakteristik subyek dalam penelitian
dana yang dimiliki oleh RSUD Kota ini yang memiliki tingkat stres kerja
Bekasi sehingga berdampak pada gaji yang rendah yaitu sebesar 38% (14
yang diberikan pada pegawainya orang). Hal ini dimungkinkan karena
termasuk perawat. Dengan gaji yang faktor dukungan sosial antar sesama
minim, seorang perawat harus perawat yang cukup tinggi. dari hasil
memutar otak untuk memenuhi segala wawancara dengan enam orang
kebutuhannya sehingga apabila perawat di RSUD Kota Bekasi,
sebagian kebutuhannya tidak terpenuhi ditemukan bahwa sebagian besar
maka perawat tersebut akan perawat merasa nyaman berada di
mengalami stres. lingkungan kerjanya. Hubungan yang
Selain itu, RSUD Kota Bekasi erat dan saling mendukung dengan
merupakan rumah sakit pemerintah, cara membagi problem-problem dan
yang tentu saja menjadi pilihan atau kegembiraan dengan sesama anggota
alternatif utama bagi masyarakat Kota perawat membuat stres kerja yang
Bekasi terutama bagi pasien yang mereka alami menurun. Dessler (2007)
kurang mampu. Hal ini karena biaya menyatakan bahwa membangun
yang dikenakan lebih terjangkau hubungan yang bermanfaat,
dibandingkan dengan rumah sakit menyenangkan dan kooperatif dengan
swasta, bahkan bagi pasien kurang para kolega dan karyawan dapat
mampu yang memiliki kartu mengurangi tekanan pekerjaan.
jamkesmas maupun surat keterangan Dukungan sosial ini telah terbukti
lain yang menyatakan kurang mampu mengurangi stres diantara individu
dapat diberikan potongan biaya atau yang bekerja. dukungan sosial dapat
gratis sama sekali. Dengan demikian, berbentuk dukungan emosi, dukungan
seringkali jumlah pasien yang berobat penilaian, dan dukungan informasi
justru melebihi kapasitas atau daya (memberi nasihat, saran, dan
tampung rumah sakit. Hal ini juga pengarahan).
berdampak pada kondisi fisik dan Hubungan antara stres kerja
psikologis perawat. Jumlah perawat dengan burnout pada perawat RSUD
yang tidak seimbang dengan jumlah Kota Bekasi, menunjukkan hasil
pasien yang berobat setiap harinya koefisien korelasi sebesar r=0.596 dan
membuat perawat harus bekerja ekstra tingkat signifikansi 0.000 (p<0.05)
keras untuk memberikan pelayanan sehingga Ho ditolak. Hal tersebut
bagi pasien. Hal ini apabila terjadi menunjukkan bahwa terdapat
setiap hari dan terus menerus maka hubungan positif dan signifikan antara
akan menguras emosi perawat dan variabel stres kerja dengan variabel
menimbulkan tekanan yang burnout pada perawat RSUD Kota
mengakibatkan perawat mengalami Bekasi. Ini berarti semakin tinggi
stres kerja. tingkat stres kerja seseorang maka
Akan tetapi faktor-faktor semakin tinggi pula burnoutnya. Hal
tersebut pada kenyataannya tidak ini sesuai dengan karakteristik subyek
cukup mempengaruhi tingkat stres yang mayoritas memiliki tingkat stres

Jurnal Soul, Vol .5, No 2, September 2012 9


Novita Dian Iva Prestiana dan Dewanti Purbandini

kerja yang tergolong rendah yaitu 38% yang tepat agar perawat memperoleh
(14 orang) dan tingkat burnout yang suasana baru dan kepuasan kerja
juga tergolong rendah yaitu 38 % (14 setinggi mungkin serta dapat
orang). menunjukkan prestasi yang lebih
Hal ini diperkuat dengan tinggi. Dari data yang diperoleh dalam
pengaruh stres kerja terhadap burnout penelitian, hampir sebagian besar
yang memiliki koefisien determinan perawat yang bekerja di ruang IGD
(r2) sebesar 0.368 atau 36.8% sehingga dan ICU mengaku sudah lama tidak
dapat dikatakan bahwa variabel stres mengalami pertukaran tempat (rotasi
kerja mempengaruhi variabel burnout kerja) dengan perawat lainnya. Hal ini
sebesar 36.8%. Selain faktor stres tentu saja menimbulkan kebosanan
kerja yang telah dijabarkan di atas, karena setiap hari perawat tersebut
masih terdapat 63.2% faktor lain yang harus menghadapi ruang kerja yang
mempengaruhi burnout. Menurut sama dan pekerjaan yang sama. Hal ini
Cherniss (1991), Maslach (1982) dan sesuai dengan karakteritik mayoritas
Sullivan (1989) (dalam Lumongga, subyek yang memiliki masa kerja
2009), sumber penyebab burnout lebih dari 11 tahun di ruang IGD dan
terdiri dari empat faktor, yaitu faktor ICU tanpa pernah dipindah ke ruang
keterlibatan dengan pelanggan, faktor lain.
lingkungan kerja, faktor individu, dan Dari faktor-faktor yang
faktor sosial budaya. dikemukakan tersebut, ternyata tidak
Seorang perawat tentu saja sesuai dengan karakteristik tingkat
memiliki keterlibatan yang tinggi burnout yang dialami oleh perawat.
dengan pasien. Hal ini karena Dari data yang diperoleh, mayoritas
merekalah yang terjun langsung perawat RSUD Kota Bekasi memiliki
menangani pasien. Berbagai tingkat burnout yang tergolong rendah
permasalahan yang timbul karena yaitu 38% (14 orang). Hal ini
keterlibatan ini membuat perawat kemungkinan karena faktor
mengalami kelelahan secara fisik lingkungan kerja yaitu faktor
maupun emosional. Selain itu, dukungan dari rekan kerja yang cukup
karakteristik subyek yang mayoritas baik sehingga mampu menurunkan
bekerja lebih dari enam tahun dan burnout yang dialami oleh perawat.
setiap hari diharuskan memberikan Dari hasil wawancara terhadap enam
pelayanan pada orang lain tanpa orang perawat RSUD Kota Bekasi
mendapatkan timbal balik dari mengungkapkan bahwa hubungan
pelanggan membuat perawat antar sesama perawat terjalin cukup
mengalami kebosanan. baik. kondisi yang saling mendukung
Burnout yang terjadi pada antar sesama perawat dapat
perawat RSUD Kota Bekasi juga dapat menurunkan burnout yang dialami
terjadi karena faktor tidak efektifnya perawat. Hal ini sesuai dengan
perputaran kerja (rotasi kerja). pendapat dari Kanner, dkk (dalam
Menurut (Martoyo, dalam Simamora, Etzion, 1984; Andarika, 2004) yang
2008), rotasi kerja bertujuan untuk mengatakan bahwa dukungan sosial
menempatkan perawat pada tempat secara langsung berhubungan dengan

10 Jurnal Soul, Vol. 5, No.2,September 2012


Hubungan Antara Efikasi Diri (Self Efficacy) dan Stres Kerja Dengan Kejenuhan Kerja (Burnout) Pada
Perawat IGD Dan ICU RSUD Kota Bekasi

burnout. Semakin tinggi dukungan Dengan pergantian sihft ini, tidak ada
sosial, maka semakin rendah burnout. perawat yang merasa paling tinggi jam
Pendapat ini diperkuat dengan kerjanya karena setiap perawat
penelitian yang dilakukan oleh Rita memiliki pergantian sihft yang sama.
Andarika (2004) terhadap perawat Pergantian shitf ini menyebabkan
puteri di RS St Elizabeth, yang burnout yang dialami perawat di
memperoleh hasil hubungan yang RSUD Kota Bekasi menjadi rendah.
negatif dan signifikan antara dukungan Hubungan antara self efficacsy
sosial dengan burnout sehingga dengan burnout pada perawat RSUD
semakin tinggi dukungan sosial maka Kota Bekasi, menunjukkan hasil
semakin rendah burnout yang dialami koefisien korelasi sebesar r=-0.470
oleh perawat puteri. dan tingkat signifikansi 0.003 (p<0.05)
Selain itu, di tempat penelitian sehingga Ho ditolak. Hal tersebut
ini yaitu di RSUD Kota Bekasi, menunjukkan bahwa terdapat
terdapat tiga shitf (pergantian waktu hubungan negatif antara variabel self
kerja) yang harus dilaksanakan oleh efficacy dengan variabel burnout pada
perawat. Perawat tersebut akan perawat RSUD Kota Bekasi. Ini
berganti sihft sesuai waktu yang berarti semakin tinggi tingkat self
ditentukan, yaitu perawat yang bekerja efficacy perawat maka semakin rendah
pada sihtf pagi bekerja dari pukul burnoutnya. Hal ini sesuai dengan
07.00-14.00 WIB, perawat yang karaktersitik subyek yang mayoritas
bekerja sihft sore bekerja dari pukul memiliki tingkat self efficacy yang
14.00-22.00 WIB, sedangkan perawat tergolong sedang yaitu sebesar 49%
yang bekerja sihft malam bekerja dari (18 orang) dan tingkat burnout yang
pukul 22.00-07.00 WIB. Pergantian tergolong rendah yaitu sebesar 38%
sifth ini sangat menguntungkan bagi (14 orang).
perawat karena semakin banyak waktu Dari hipotesis yang diajukan,
libur untuk mereka. Apabila perawat maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
tidak dikenakan sihft kerja, maka ia Ho ditolak dalam keseluruhan
hanya memiliki waktu libur satu hari hipotesis. Hal ini menandakan bahwa
saja dalam satu minggu, tetapi apabila terdapat hubungan antara self efficacy
perawat dikenakan sifth kerja maka dengan stres kerja, terdapat hubungan
hari kerjanya hanya empat hari dan antara stres kerja dengan burnout,
satu hari libur, begitu seterusnya. serta terdapat hubungan antara self
Beban kerja yang tinggi dialami oleh efficacy, stres kerja, dan burnout.
perawat yang bekerja pada sihft pagi, Selain itu, ditemukan juga hubungan
hal ini karena pencatatan dan di luar hipotesis, yaitu terdapat
pemeriksaan kondisi pasien dilakukan hubungan antara self efficacy dengan
hanya pada sifht pagi, sedangkan pada burnout
sihft sore dan sifth malam tidak
dilakukan pencatatan berkas karena
sudah dilakukan oleh perawat yang
bekerja sihft pagi, mereka hanya
memeriksa kondisi pasien sehingga
beban kerjanya tidak terlalu tinggi.

Jurnal Soul, Vol .5, No 2, September 2012 11


Novita Dian Iva Prestiana dan Dewanti Purbandini

KEPUSTAKAAN Handoko, T. Hani.1987. Manajemen


Personalia dan Sumber Daya
Manusia. Yogyakarta: BPFE.
Ahmad Gimmy.1991. Burnout Khotimah, Kusnul. 2010. Hubungan
Syndrome. Fakultas Psikologi antara Persepsi terhadap
Universitas Padjadjaran. Lingkungan Kerja Psikologis
Andarika, Rita.2004. Burnout pada dengan burn out pada Perawat
Perawat Puteri RS St. Elizabeth RSU Budi Rahayu Pekalongan.
Semarang Ditinjau dari Semarang: FPUNDIP.
dukungan Sosial. Palembang : Komandyahrini, eko.2009. Hubungan
Fakultas Psikologi Bina Darma. Self Efficacy dan Kematangan
Andriani, Rulin.2004. Pengaruh dalam Memilih Karier Siswa
Persepsi Mengenai Kondisi Program Percepatan Belajar.
Lingkungan Kerja dan Jurnal Indigenous Vol. 11, No.2
Dukungan Sosial terhadap Edisi Nopember 2009.
Tingkat Burn Out pada Perawat Mangkunegara, Anwar Prabu.2007.
IRD RSUD dr. Soetomo Manajemen Sumber Daya
Surabaya. Surabaya : Fakultas Manusia Perusahaan. Bandung:
Psikologi Universitas PT Remaja Rosdakarya.
Airlangga. Mareike, Flaviani & Sugiarti A.
Arisusetio, Aditya.2005. Hubungan Musabiq. 2005. Peranan Gaya
Antara Self Efficacy Dengan Kepemimpinan Terhadap
Stres Pada Atlet Bola Basket Burnout pada Perawat Rumah
Profesional Di Indonesia. Sakit. Jurnal Psikologi Sosial
Depok : Fakultas Psikologi Vol.12 No.01 Edisi September
Universitas Indonesia. 2005.
Azwar, Saifuddin.1999. Penyusunan Mariana, Sofia.2006. Hubungan
Skala Psikologi, (Eds. 1). Antara Stres Kerja dan Persepsi
Yogyakarta: Pustaka. Terhadap Sistem Kompensasi
Baron, Robert A & Donn Byrne. 2004. Dengan Burnout Pada Petugas
Psikologi Sosial: Edisi Ke Lapas Di LP Anak Tanggerang.
Sepuluh. Jakarta: Erlangga. Jakarta : Fakultas Psikologi
Ford, Gilboe Marilyn and Judith A. Y.A.I.
Cohen. Handbook Of Stres, Maslach, Christina & Michael P.
Coping, And Health: Leiter.1997. The Truth About
Implication For Reasearch, Burnout : How Organizations
Theory, And practice.2000. Cause Personal Stres And What
London : Sage Publication., Inc. To Do About It. California :
Ghufron, M. Nur & Rini Risnawita Jossey-Bass Inc., Publishers.
.S.2010. Teori-teori Muchlas, Makmuri.2005. Perilaku
Psikologi.Jogyakarta: Ar-ruzz Organisasi. Yogyakarta: UGM Press.
Media. Munandar, Ashar Sunyoto.2004.
Gulo, W.2005. Metodologi Penelitian. Psikologi Industri Dan
Jakarta: Gramedia

12 Jurnal Soul, Vol. 5, No.2,September 2012


Hubungan Antara Efikasi Diri (Self Efficacy) dan Stres Kerja Dengan Kejenuhan Kerja (Burnout) Pada
Perawat IGD Dan ICU RSUD Kota Bekasi

Organisasi. Jakarta : Penerbit Santoso, Singgih.2007. Menguasai


Universitas Indonesia. Statistik Di Era Informasi
Napitupuli, & Marihot Jimmy Dengan SPSS 15. Jakarta : PT.
Naftaly.2001. Peranan Dimensi Elexmedia Komputindo.
Gaya Kepemimpinan Atasan Santoso, Singgih.2010. Statistik
yang Dipersepsi terhadap Burn Parametrik: Konsep dan
Out pada Guru SMU Swasta di Aplikasi dengan SPSS. Jakarta:
Jakarta. Depok: Fakultas PT. Elexmedia Komputindo.
Psikologi UI. Schaufeli, Wilmar & Dirk
Niven, Neil.2002. Psikologi Enzmann.1998. The Burnout
Kesehatan : Pengantar Untuk Companion To Study &
Perawat Profesional Kesehatan Practice A Critical Analysis.
lain. Jakarta : Penerbit Buku UK : T.J. International Ltd.
Kedokteran EGC. Setiawan, Nurmayadi. 2009. Pengaruh
Oktary, M. Anton.2007. Hubungan Pelatihan Peduli Lingkungan
antara Self Efficacy dengan Terhadap Efikasi Diri Siswa
Kecemasan pada Mahasiswa Daerah Rawan abrasi. Jurnal
yang sedang Mengerjakan Indigenous Vol.11 No.2 Edisi
Skripsi. Depok: FPUI. Nopember 2009.
Pedoman Penyusunan dan Penulisan Sitohang, Imelda Novelina.2004. Burn
Skripsi.2006. Bekasi : Fakultas Out pada Karyawan Ditinjau
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik dari Persepsi terhadap
Universitas Islam “45”. Lingkungan Kerja Psikologis
Prawasti, Cicilia Yeti. 1991. dan Jenis Kelamin. Jurnal
Hubungan Antara Burnout Dan psyche Vol. 1, No. 1, Juli 2004.
Dukungan Sosial Di Kalangan Snyder, C.R. & Shane J. Lopez. 2005.
Perawat Rumah Sakit Di Handbook Positive Psychology.
Jakarta. Depok : Fakultas New York:Oxford University
Psikologi Universitas Indonesia. Press.
Pristiana, Pergiwati Kusuma & Ully Snyder, C.R. & Shane J. Lopez. 2007.
Gusniarti.2008. Hubungan Positive Psychology & The
Antara Penyesuaian Diri Sosial Scientific Dan Practical
Dengan Stres Pada Siswa Explorations Of Human
Akselerasi. Jurnal Gifted Strengths. USA : Sage
Review Vol. 02. No. 01 Edisi Publications,. Inc.
Februari. Sujianto, Agus Eko.2009. Aplikasi
Rostiana.2005. Kejenuhan Kerja pada Statistik dengan SPSS 16.0.
Perawat Ditinjau dari Faktor Jakarta : PT. Prestasi
Kepribadian dan Organisasi, Jurnal Pustakarya.
Insan Vol. 7 No. 1, April. Sugiyono.2010.Metode Penelitian
Santoso, Singgih.2001. Buku Latihan Pendidikan: Pendekatan
SPSS : Statistik Parametrik. Kuantitatif, Kualitatif, dan
Jakarta : PT. Elexmedia R&D. Bandung : Alfabeta.
Komputindo. Sugiyono.2010.Statistik Untuk
Penelitian. Bandung : Alfabeta.

Jurnal Soul, Vol .5, No 2, September 2012 13


Novita Dian Iva Prestiana dan Dewanti Purbandini

Sunaryanti, Eko. 2010. Hubungan IGD 24


antara Kecemasan Emosi Jam.http://rsudkotabekasi.com/f
dengan Sikap Perawat Ketika asilitas/igd-24-jam.html.
Memberikan Asuhan Diakses tanggal 6 Mei 2011
Keperawatan Pasien Joe.2009.Konsep Dasar keperawatan
Skizofrenia di RSJD Surakarta. Perkembangan Konsep Dan
Surakarta : Fakultas Ilmu Tren keperawatan.
Kesehatan Universitas http://perawattegal.wordpress.c
Muhammadiah. om. Diakses tanggal 2 Februari
Tua, Marihot.2006. Perilaku 2011.
Organisasi: Memahami & Medistra.2011.Instalasi Gawat
Mengelola Perilaku dalam Darurat.
Organisasi. Bandung: Unpar http://www.medistra.com/2011/.
Press. html. Diakses Tanggal 30 Juli
Wijaya, Tony.2011. Cepat Menguasai 2011.
SPSS 19.00 Untuk Olah dan Ners, Akatsuki.2011.Standar
Interpretasi. Jakarta : Cahaya Pelayanan Keperawatan
Atma. ICU.http://akatsuki-
Windayanti.2007. Burnout Pada ners.blogspot.com/standar-
Perawat Rumah Sakit pelayanan-keperawatan-
Pemerintah Dan Perawat icu.html. Diakses tanggal 30
Rumah Sakit Swasta. Depok : Juli 2011.
Fakultas Psikologi Universitas Rohman,Abdul.2004.Hubungan
Indonesia. Antara self Efficacy Dengan
Stres Kerja Pada Sales
A. INTERNET Marketing PT. Lion Metal
Bangfad.2008.Peran Dan Fungsi Works Jakarta.
Perawat. http://digilib.unimus.ac.id/.html.
http://www.fadlie.web.id/bangfa Diakses tanggal 29 Juli 2011.
d/peran-dan-fungsi- Sejarah RSUD
perawat.html. Diakses tanggal 2 Bekasi.http://rsudkotabekasi.co
Februari 2011. m/tentang-kami/sejarah.html.
Fahrizal,http://fahrizal89.wordpress.co Diakses tanggal 6 Mei 2011
m/2010/03/25/pengertian- Ulfa, Mariza Sumitro, Rfieda NRH, &
perawat/. Diakses tanggal 2 Nofiar Aldriandy.2011.Correlation
Februari 2011. Between Self Efficacy To Job Stress
Firdaus, Uus.2010. Mewaspadai Of Seles Operation Employee’s PT.
Gejala Burnout Pada Nasmeco Group
Semarang.http://skripsi7.wordpress
Guru.http://demiszi.blogspot.co
.com/2011/06/02/.html. Diakses
m/2010/07/mewaspadai-gejala- tanggal 29 Juli 2011
burnout-pada-guru.html. Wicaksono, Tosi.
Diakses tanggal 16 Desember http://www.mediaindonesia.com/w
2010. ebtorial/tanahair/?bar_id=MTU5M
zI1.html. Diakses tanggal 2
Februari 2011.
14 Jurnal Soul, Vol. 5, No.2,September 2012

Anda mungkin juga menyukai