Anda di halaman 1dari 7

1.

Pelayanan Kesehatan/ Keperawatan Child abuse


Komponen program penurunan perilaku kekerasan pada individu, keluarga
dan komunitas.
Hal yang utama perlu dilakukan perawat yaitu sebagai:
a. Advokat pasien / klien: menginterprestasikan berbagai informasi dari
pemberi pelayanan atau informasi lain khususnya dalam pengambilan
persetujuan atas tindakan keperawatan yang diberikan kepada pasien-
mempertahankan dan melindungi hak-hak pasien.
b. Pendidik / Edukator
membantu klien dalam meningkatkan tingkat pengetahuan kesehatan,
gejala penyakit bahkan tindakan yang diberikan, sehingga terjadi
perubahan perilaku dari klien setelah dilakukan pendidikan kesehatan
c. Koordinator
mengarahkan, merencanakan serta mengorganisasi pelayanan
kesehatan dari tim kesehatan sehingga pemberian pelayanan kesehatan
dapat terarah serta sesuai dengan kebutuhan klien
d. Kolaborator
Peran ini dilakukan karena perawat bekerja melalui tim kesehatan
yang terdiri dari dokter, fisioterapis, ahli gizi dan lain-lain berupaya
mengidentifikasi pelayanan keperawatan yang diperlukan termasuk
diskusi atau tukar pendapat dalam penentuan bentuk pelayanan
selanjutnya
e. Konsultan
tempat konsultasi terhadap masalah atau tindakan keperawatan yang
tepat untuk diberikan. Peran ini dilakukan atas permintaan klien
terhadap informasi tentang tujuan pelayanan keperawatan yang
diberikan
f. Peneliti
mengadakan perencanaan, kerja sama, perubahan yang sistematis dan
terarah sesuai dengan metode pemberian pelayanan keperawatan

Tabel 2. Komponen program penurunan perilaku kekerasan pada individu,


keluarga dan komunitas

Prevensi primer-tujuan : Promosi orang tua dan keluarga sejahtera

Prevensi sekunder tujuan : diagnosa dan tindakan bagi keluarga yang stress
Individu Keluarga Komunitas

Prevensi sekunder tujuan : diagnosa dan tindakan bagi keluarga yang stress

Pengkajian yang Pelayanan Semua profesi kese-


lengkap pada tiap masyarakat untuk hatan terampil mem-
kejadian kekerasan individu dan berikan pelayanan
pada keluarga pada keluarga pada korban dengan
tiap pelayanan menggunakan
Rujuk pada
kesehatan standard prosedur
kelompok
dalam menolong
Rencana pendukung di
korban
penyelamat-an diri masyarakat (self-
bagi korban secara help group), Unit gawat
adekuat misalnya : daruratdan unit
kelompok pemerhati layanan 24 jam
Pengetahuan tentang
keluarga sejahtera memberi respon,
hukuman untuk
melaporkan,
minta bantuan dan Rujuk pada
pelayanan kasus,
perlindungan lembaga/ institusi di
koordinasi dengan
masyara-kat yang
Tempat perawatan
penegak
memberikan
atau foster home
hukum/dinas sosial
pelayanan pada
untuk korban
untuk memberi
korban
pelayanan segera

Tim pemeriksa
mayat akibat
kecelakaan/ cidera,
khususnya bayi dan
anak

Peran serta
pemerintah

Prevensi tertier-tujuan : reedukasi dan rehabilitasi keluarga dengan kekerasan

Strategi pemulihan Reedukasi orang tua Foster home,


kekuatan dan percaya dalam pola asuh anak tempat perlindungan
diri bagi korban Konseling Peran serta
Konseling profesional bagi pemerintah
profesional pada keluarga Follow up pda
individu Self-help-group kasus penganiayaan
(kelompok peduli) dan kekerasan.

Kontrol pemegang
senjata api dan tajam

2. Pelayanan Kesehatan/ Keperawatan Kekerasan seksual


Selaku perawat komunitas, kita mempunyai peran dalam mencegah
permasalahan ini melalui pendekatan asuhan keperawatan komunitas dan
keluarga melalui strategi promosi kesehatan. Langkah pertama yang harus kita
lakukan adalah melakukan pengkajian dari segala aspek atau sektor terkait
dengan perilaku kekerasan, tindakan kekerasan dan juga korban dari kekerasan
itu sendiri. menggali informasi keterlibatan pihak-pihak tertentu dalam upaya
pencegahan timbulnya tindakan kekeraasan dalam bentuk apapun serta
menyusun rencana atau strategi-strategi yang dapat dilakukan bersama
masyarakat. Sehingga bentuk intervensi yang dapat kita lakukan merupakan
tindakan yang melibatkan lintas sektoral atau multidisipliner (Sutomo, 1997).
Berikut strategi yang dapat dilakukan kita sebagai perawat komunitas guna
mecegah kekerasan pada anak yaitu :
a. Pencegahan primer
Perawat Komunitas melakukan tindakan pencegahan primer yang
ditujukan untuk semua orang tua dalam upaya meningkatkan kemampuan
pengasuhan dan menjaga agar perlakuan salah atau abuse tidak terjadi
meliputi perawatan anak dan layanan yang memadai, kebijakan tempat
bekerja yang medukung, serta pelatihan life skill bagi anak.Yang
dimaksud dengan pelatihan life skill meliputi penyelesaian konflik tanpa
kekerasan, ketrampilan menangani stress, manajemen sumber daya,
membuat keputusan efektif, komunikasi interpersonal secara efektif,
tuntunan atau guidance dan perkembangan anak, termasuk
penyalahgunaan narkoba.
b. Pencegahan sekunder
Pencegahan ini ditujukan bagi kelompok masyarakat dengan risiko
tinggi dalam upaya meningkatkan ketrampilan pengasuhan, termasuk
pelatihan dan layanan korban untuk menjaga agar perlakuan salah tidak
terjadi pada generasi berikut. Kegiatan yang dilakukan di sini di antaranya
dengan melalukan kunjungan rumah bagi orang tua yang baru mempunyai
anak untuk melakukan self assessment apakah mereka berisiko melakukan
kekerasan pada anak di kemudian hari.
c. Pencegahan tersier
Dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan pengasuhan yang
menjaga agar perlakuan salah tidak terulang lagi, di sini yang dilakukan
adalah layanan terpadu untuk anak yang mengalami korban kekerasan,
konseling, pelatihan tatalaksana stres. pada saat kasus kekerasan pada anak
ditemukan, sebenarnya ada masalah dalam pengasuhan anak (parenting
disorder) di belakang kejadian tersebut. Maka dari itu, dasar dari strategi
pencegahan adalah tersedianya secara luas akses untuk mendapatkan
informasi pengasuhan bagi para orang tua khususnya bagi mereka yang
memiliki anak pertama. Di sisi lain, anak dengan segala haknya harus pula
dimengerti dan dipahami para orang tua sebagai orang yang paling
bertanggung jawab atas pemenuhan hak anak tersebut. Semua usaha yang
dilakukan dalam rangka mengubah perilaku orang tua agar melek
informasi pengasuhan dan hak anak. membutuhkan upaya edukasi sejak
dini dan terus menerus. Sehingga pendidikan sebagai bagian dari strategi
pencegahan kekerasan pada anak menjadi sangat penting.

3. Pelayanan Kesehatan/ Keperawatan Gelandangan dan Pemulung


a. Bimbingan social
Bimbingan yang ditujukan kearah tatanan kerukunan dan
kebersamaan hidup bermasyarakat, sehingga diharapkan dapat
menumbuhkan kesadaran dan tanggung jawab sosial baik di lingkungan
keluarga maupun dilingkungan masyarakat. Bimbingan sosial dilakukan
melalui teori dan praktek hidup berteman, berrelasi dan
bersosialisasi;hidup bermasyarakat, bergotong royong, bertanggung jawab
dan bertoleran; hidup tertib dan berprilaku sesuai aturan dan tata nilai yang
berlaku di masyarakat; hidup selalu optimis, bekerja keras dan percaya
diri; bimbingan pengetahuan dasar; kesehatan, keluarga berencana;
kewirausahaan dan keteraturan bermasyarakat dan taat hukum. Teori
bimbingan sosial dilakukan secara klasikal, WBS dikelompokkan
berdasarkan latar belakang
pendidikan (SD, SMP, SMA). Kemudian diskusi kelompok dan dinamika
kelompok, serta terapi komuniti yang dilakukan melalui pertemuan pagi,
bimbingan kelompok, curahan hati/ pengalaman hidup.

b. Bimbingan fisik dan kesehatan


Bimbingan fisik dan kesehatan merupakan bimbingan atau tuntunan
untuk pengenalan dan praktek cara-cara hidup sehat secara teratur dan
disiplin agar kondisi badan/ fisik selalu dalam keadaan sehat. Pelayanan
dan kegiatan yang mendukung bimbingan fisik dan kesehatan melalui
pelayanan menu makanan yang diberikan dalam bentuk natural yang
diberikan dalam 5 hari sekali. Bahan makanan yang diberikan per WBS
adalah beras 2,5 kg, ikan/daging/ sarden/ayam (diberikan bergantian),
telur, teh, gula, kopi, minyak goreng, indomi, garam, gas 3 kg dan lain lain
yang
diperlukan. Kemudian bimbingan fisik berupa olah raga, PBB, outbound,
kebersihan ketertiban dan keindahan (K3) dan SKJ. Selain itu bimbingan
kesehatan juga dilakukandengan pemeriksaan kesehatan dan pengobatan
di poliklinik milik panti, bimbingan hidup sehat, kesehatan reproduksi,
penyuluhan HIV/AIDS dan pelayanan Keluarga Berencana. Sedangkan
khusus untuk ibu hamil diadakan pemeriksaan kehamilan dan imunisasi.
Bagi anak balita selain pemeriksanaan kesehatan secara rutin, juga
diberikan imunisasi sesuai kebutuhan anak balita serta pemberian vitamin
A.
WBS yang sakit yang tidak biasa diobati di poliklinik panti, maka
akan dirujuk ke rumah sakit Umum Bekasi, atau ke rumah sakit terdekat
yangtelah diadakan kerjasama seperti Klinik, Rumah Bersalin/ Bidan dll.
Dalam pemeriksanaan kesehatan, kadangkala terdeteksipenyakit yang
berat yang diderita oleh WBS yang tidak terdeteksi saat penerimaam
WBS, seperti HIV/AIDS dannarkoba. WBS seperti ini dirujuk ke panti
lain yang sesuai dengan permasalahannya untuk penanganan lebih lanjut.
Bimbingan fisik dan kesehatan dilaksanakan sesuai dengan jadwal yang
telah disusun dan dibimbing oleh pekerja sosial bekerja sama dengan
Polres Bekasi, Puskesmas/ kesehatan dan RSUD.

c. Bimbingan Mental Spiritual


Bimbingan mental spiritual ditujukan untuk memahami diri sendiri
dan orang lain melalui bimbingan keagamaan, etika/ budi pekerti dan
disiplin diri. Bimbingan spiritual dilakukan melalui ceramah agama 2
kali/minggu, pengajian 1x seminggu, belajar membaca Al Quran 1x
seminggu. Bimbingan mental diberikan oleh pekerja sosial yang dianggap
mampu dalam bimbingan agama. Sementara ceramah agama selain
diberikan oleh petugas panti, juga bekerja sama dengan Dep. Agama dan
Pasantren.

d. Bimbingan keterampilan kerja


Bimbingan keterampilan kerja ditujukan agar WBS terampil
dibidangnya sehingga memungkinkan mereka mampu memperoleh
pendapatan yang layak sebagai hasil pendayagunaan keterampilan kerja
yang dimiliki. Masing-masing jenis keterampilan di bimbing oleh seorang
instruktur yang didampingi oleh seorang pekerja sosial. Pekerja sosial
dalam bimbingan keterampilan ini bertugas untuk memantau dan memberi
dorongan kepada WBS agar setiap bimbingan dilakukan dengan tekun.
Keterampilan yang diberikan sesuai dengan minat dan bakat WBS yang
mencakup pertukangan kayu, pertukangan las, olahan pangan, sablon, tata
rias, montir mobil, montir motor, tahu/tempe, menjahit, budi daya
perikanan dan pertanian.
Menurut instruktur ruang yang digunakan untuk bimbingan
keterampilan terasa sempit, sehingga membatasi ruang gerak
WBS. Peralatan dan bahan keterampilan juga tidak mengikuti
perkembangan pasar.

Anda mungkin juga menyukai