Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

GIZI DAN DIET


“Diet Pada Gangguan Sistem Pencernaan ”

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 3

1. Anisa Laila Isnaini


2. Chendrist Mahrani
3. Desti Darlia
4. Feby Atika Putri Amira
5. Feno Suci
6. Kusrini
7. Lidia

DOSEN PEMBIMBING : Hj.Susmini,SKM,M.kes

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN LUBUKLINGGAU


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Taufik dan
Hinayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk
maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah
satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam memahami pendidikan
kewarganegaraan. Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah
ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.

Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami miliki
sangat kurang. Oleh kerena itu kami harapkan kepada para pembaca untuk memberikan
masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Lubuk Linggau, April 2019

Penyusun

4
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................2
DAFTAR ISI.............................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah.............................................................................................................4
C. Tujuan................................................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi Diet Saluran Pencernaan.............................................................................................5
B. Gangguan Saluran Pencernaan.................................................................................................5
C. Diet Pada Penyakit Saluran Pencernaan......................................................................................8

1. Diet Saluran Cerna Atas.........................................................................................................8


2. Diet Penyakit Saluran Cerna Bawah.....................................................................................11

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan......................................................................................................................13
B. SARAN...........................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................14

4
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kebutuhan akan asupan nutrisi merupakan salah satu kebutuhan mendasar bagi manusia untuk bertahan hidup.
Nutrisi tersebut juga harus memiliki persyaratan kelengkapan gizi untuk pemenuhan secara sempurna bagi
seseorang dalam melengkapi kebutuhan nutrisi. Namun terkadang kebutuhan akan nutrisi tersebut terhambat
manakala terjadi gangguan pada sistem pencernaan. Gangguaan tersebut utamanya adalah gangguan pada saluran
cerna.Jika seseorang mengalami gangguan saluran cerna, maka harus ada langkah rehabilitasi, salah satu caranya
yaitu dengan melakukan diet saluran cerna.

B. Rumusan Masalah
Berikut ini adalah rumusan masalah mengenai diet pada saluran pencernaan:
1. Apa definisi diet saluran pencernaan?
2. Apa saja gangguan saluran pencernaan?
3. Bagaimana diet pada penyakit saluran pencernaan?

C. Tujuan Penulisan Makalah


Tujuan dari pembahasan mengenai diet saluran cerna adalah sebagai berikut:
1. Menjelaskan tentang definisi diet saluran pencernaan.
2. Menjelaskan gangguan saluran pencernaan
3. Menjelaskan diet pada penyakit saluran pencernaan

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Diet Saluran Pencernaan


Dalam konteks bahasa, istilah diet memiliki arti sebagai jumlah makanan yang dikonsumsi oleh
seseorang.Di Indonesia, penggunaan istilah diet lebih menunjukkan pada usaha menurunkan berat badan atau
mengatur asupan nutrisi. Definisi diet menurut para ahli: 1. Muda (2003) Diet merupakan aturan makan khusus
untuk kesehatan dan sebagainya (biasanya atas petunjuk dokter), berpantang atau menahan diri terhadap makanan
tertentu untuk kesehatan, mengatur kuantitas, dan jenis makanan untuk mengurangi berat badan atau karena
penyakit. 2. Kim dan Lennon (2006) Diet adalah pengurangan kalori untuk mengurangi berat badan. 3. Hawks
(2008) Diet merupakan usaha sadar seseorang dalam membatasi dan mengontrol makanan yang akan dimakan
dengan tujuan untuk mengurangi dan mempertahankan berat badan.
Diet Saluran Pencernaan
Sistem pencernaan atau sistem gastrointestinal adalah sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk
menerima makanan, mencernanya menjadi zat-zat gizi dan energi, menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran darah
serta membuang bagian makanan yang tidak dapat dicerna atau merupakan sisa proses tersebut dari tubuh.Saluran
pencernaan terdiri dari mulut, kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, rektum dan anus. Sistem
pencernaan juga meliputi organ-organ yang terletak diluar saluran pencernaan yaitu pankreas, hati dan kandung
empedu. Diet saluran cerna berarti diet yang dilakukan saat terjadi gangguan pada saluran pencernaan.Penderita
dapat mengalami gangguan pencernaan walaupun penyebab dan mekanisme terjadinya gangguan tersebut secara
pasti belum diketahui secara pasti, namun gangguan tersebut sangat dipengaruhi oleh faktor psikologis.

B. Gangguan Saluran Pencernaan


1. Gastritis (Upper Abdominal Syndrome)
Gangguan pencernaan bagian atas yang secara umum dikenal sebagai penyakit “maag” merupakan
gangguan saluran cerna yang cukup sering dikeluhkan. Selain disebabkan oleh faktor organik seperti adanya
luka/peradangan pada saluran cerna bagian atas (lambung), gangguan ini juga dihubungkan dengan faktor
psikologis mendasarinya. Gangguan ini ditandai antara lain oleh adanya rasa sakit dan atau rasa penuh di daerah
epigastrium (ulu hati), kanan atau kiri di bawah lengkung iga. Rasa sakit bersifat membakar atau samar-samar,
tidak jarang menjalar, intensitasnya sedang, menghebat karena makanan atau langsung setelah makan, tidak ada
hubungannya dengan kejadian tertentu. Gejala-gejala lain yang timbul antara lain gangguan menelan, eruktasi

4
(bersendawa), pirosis (merasa terbakar dan rasa asam atau pahit), mual dan muntah, kembung (meteorismus),
dan lain-lain. Penderita gastritis biasanya menunjukkan perubahan yang cukup mencolok yaitu sikap depresi.
Seringkali penderita menyalahkan lingkungan atau makanannya, tetapi ternyata dengan diet (makanan) juga tidak
mengurangi rasa sakitnya. Keseimbangan yang rapuh yang mudah menjadi runtuh dapat terlihat ketika penderita
mengalami keluhan pada saluran cernanya dan jelas terlihat adanya ketergantungan pada objek yang
memanjakannya.
2. Sindrom Fungsional Hipogastrium (Lower Abdominal Syndrom)
Gangguan pencernaan yang mengenai saluran cerna bagian bawah ini juga dikenal sebagai spastic colon,
irritable colon, colitis nervosa, dan obstipasi spastic. Penderita penyakit ini akan mengeluhkan rasa sakit pada
perut, biasanya di bawah pusat, diare atau obstipasi (sembelit). Bila terjadi obstipasi, feses penderita dapat keluar
berbentuk seperti potlot atau tahi kambing (obstipasi spastik). Faktor psikologis yang berperan pada
penderitanya yaitu adanya harapan-harapan untuk meminta lebih banyak lagi dari orang lain karena mereka telah
memberi banyak pada orang tersebut.

3. Aerofagi
Gejala yang timbul dari gangguan saluran cerna ini adalah berupa rasa sakit perut dan perut dirasakan
penuh dan membengkak, hal ini dibuktikan dengan bersendawa (belching) yang keras bertubi-tubi. Simtom ini
terutama ditemukan pada meraka yang bergantian menelan dan mengeluarkan udara. Bila tidak dapat
bersendawa, maka perut akan terasa kembung (meteorismus) dan kentut (flatus) yang tidak berbau. Karena
penyebab yang mendasari gangguan ini adalah faktor psikologis (setelah hasil pemeriksaan tidak ditemukan
adanya penyebab organik yang mendasari nya) dari penderitanya maka selain memberikan pengobatan yang
dapat mengurangi gejala yang dialami penderitanya maka psikoterapi juga dibutuhkan untuk menghilangkan atau
setidaknya mengurangi gangguan ini.

4. Mencret (Diare)
Diare terjadi karena adanya rangsangan yang berlebihan pada mukosa usus sehingga gerakan otot usus
meningkat dan makanan kurang terserap secara sempurna. Diare termasuk gangguan perncernaan yang paling
sering muncul terutama pada anak-anak. Diare akut kalau anak mencret lebih dari 4 kali sehari. Penyebabnya bisa
infeksi, bisa juga hanya karena salah makan, sebagai contoh makanan yang tidak sesuai dengan usia anak,
misalnya sudah diberikan makan padat sebelum waktunya.

Faktor kebersihan juga menjadi sebab diare. Diare yang disebabkan bakteri atau salah makan adalah penyebab
utama gangguan pencernaan pada anak di bawah 5 tahun (Balita). Selain itu, ada juga diare akibat cacingan.

4
5. Heartburn
Heartburn adalah nyeri akut yang dirasakan di daerah epigastrium, yang dirasakan dapat menyebar ke
bagian lain dari dada atau lengan. Heartburn ini biasanya timbul setelah makan dan disebabkan oleh refluks isi
lambung ke esofagus.
6. Esofagitis
Esofagitis adalah peradangan kronik esofagus. Kelainan ini sering terjadi akibat refluks kronik isi
lambung ke dalam esofagus. Apabila hal ini terjadi, lapisan mukosa esofagus dapat mengalami tukak oleh asam.
Kerusakan lapisan mukosa dapat menyebabkan peradangan kronik, spasme otot, dan pembentukan jaringan parut
di esofagus, yang dapat menyebankan terhambatnya makanan.
Gejala klinis:
 Nyeri seperti terbakar di epigastrium
 Muntah
 Disfagia (kesulitan menelan)
7. Peritonitis
Peritonitis adalah peradangan peritoneum, suatu membran yang melapisi rongga abdomen. Perionitis
biasnya terjadi akibat masuknya bakteri dari saluran cerna atau organ-organ abdomen ke dalam ruang peritoneum
melalui perforasi usus atau rupturnya suatu organ.
Gejala klinis:
 Nyeri, terutama di atas daerah yang meradang
 Peningkatan kecepatan denyut jantung akibat hipovolemia karena perpindahan cairan ke dalam perinium
 Mual dan muntah
 Abdomen yang kaku
8. Sembelit (Konstipasi)
Konstipasi adalah kelainan pada sistem pencernaan dengan gejala mengalami pengerasan feses yang sulit
untuk dibuang yang dapat menyebabkan kesakitan pada penderitanya. Konstipasi dapat disebabkan oleh pola
makan, hormon, efek samping obat-obatan, dan juga karena kelainan anatomis. Biasanya, konstipasi disebabkan
karena defekasi yang tidak teratur sehingga feses mengeras dan sulit dikeluarkan. Pengobatan konstipasi dapat
dilakukan dengan mengubah pola makan, obat pencahar (laksatif), terapi serat, dan pembedahan, walaupun
pilihan terakhir jarang dilakukan. Konstipasi hebat disebut juga dengan obstipasi. Gangguan pada sistem
pencernaan juga bisa disebabkan karena stres. Sebab stres dapat mempengaruhi sistem saraf dalam tubuh.
Sementara penanganan untuk yang susah BAB, harus dilihat dulu apa penyebabnya.
9. Wasir atau hemoroid

4
Wasir atau hemoroid adalah pelebaran pembuluh darah balik (vena) di dalam anyaman pembuluh darah.
Keluhan pertama kali yaitu darah segar menetes setelah buang air besar (BAB). Biasanya tanpa disertai rasa nyeri
dan gatal di anus. Pencegahannya adalah perlu diet tinggi serat dengan makan sayur sayuran dan buah-buahan
yang bertujuan membuat volume tinjanya besar, tetapi lembek, sehingga saat BAB, karena tidak perlu mengejan
dapat merangsang wasir.
10. Kanker usus
Kanker usus merupakan penyakit ketiga yang menjadi penyebab kematian di seluruh dunia. Studi pada
manusia juga menunjukan keseluruhan jumlah kalsium yang dikonsumsi sangat positif dalam mengurangi tingkat
dari resiko kanker susu ini. Setiap kenaikan 1.000 miligram kalsium sehari atau lebih akan mempu mengurangi
15% resiko dari kanker usus pada wanita dan 10% pada pria. Konsumsi susu dan kalsium bisa mengurangi resiko
terkena kanker usus. Keju dan yoghurt juga merupakan hasil olahan dari susu. Cara terbaik untuk mencegah dan
mengurangi risiko kanker usus adalah dengan mengkonsumsi makanan yang seimbang antara buah, sayuran, dan
kalori. untuk mengurai proses penimbunan lemak.

C. Diet Pada Penyakit Saluran Pencernaan


1. Diet Saluran Cerna Atas
a. Diet Disfagia
Disfagia adalah kesulitan menelan karena adanya gangguan aliran makanan pada saluran cerna. Hal ini dapat
terjadi karena kelainan sistem saraf menelan, pascastoke dan adanya massa atau tomor yang menetupi saluran
cerna.
Tujuan diet disfagia adalah :
1) Menurunkan risiko aspirasi akibat masuknya makanan ke dalam saluran pernapasan.

2) Mencegah dan mengoreksi defisiensi zat gizi dan cairan.

Syarat-syarat diet disfagia adalah:

1) Cukup energi, protein dan zat gizi lainnya.

2) Mudah dicerna, porsi makanan kecil dan sering diberikan.

3) Cukup cairan

. 4) Bentuk makanan bergantung pada kemampuan menelan,. Diberikan secara bertahap,dimulai dari makanan cair
penuh atau cair kental, makanan saring dan makanan lunak.

4
5) Makanan cair jernih tidak diberikan karena sering menyebabkan tersedak atau aspirasi. 6) Cara pemberian makanan
dapat per oral atau melalui pipa (selang) atau sonde.

Disfagia dapat terjadi pada lansia, adanya gangguan saraf menelan, tumor esofagus dan pascastoke. Bentuk makanan
bergantung pada cara pemberian. Bila diberikan melalui pipa, makanan diberikan dalam bentuk makanan cair
penuh, bila diberikan per oral maka makanan diberikan dalam bentuk makanan cair kental, saring, atau lunak.

b. Diet Pasca-Hematemesis-Melena
Hematemesis-melena adalah keadaan muntah dan buang air besar berupa darah akibat luka atau kerusakan pada
saluran cerna.
Tujuan diet pasca-hematomesis-melena adalah:
1) Memberikan makanan secukupnya yang memungkinkan istirahat pada saluran cerna, mengurangi risiko perdarahan
tulang dan mencegah aspirai.
2) Mengusahakan keadaan gizi sebaik mungkin.
Syarat diet : a. Tidak merangsang sal.cerna
b. Tidak meninggalkan sisa
c. Pada fase akut dapat diberikan makanan parenteral saja selama 24-48 jam untuk memberikan istirahat pada
lambung
d. Diet diberikan jika perdarahan pada lambung atau duodenum sudah tidak ada Diet pasca-hematemesis-melena
diberikan dalam bentuk makanan cair jernih, tiap 2-3 jam pasca perdarahan. Nilai gizi makanan ini
sangat rendah, sehingga diberikan selama 1-2 hari saja.
c. Diet Penyakit Lambung :
Penyakit lambung atau gastrointestinal meliputi gastritis akut dan kronis, ulkus peptikum, pasca-operasi
lambung yang sering diikuti dengan “dumping syndrome” dan kanker lambung.
Gangguan gastrointestinal sering d hubungkan dengan emosi atau psikoneurosis dan makan terlalau cepat karena
kurang di kunyah serta terlalu banyak merokok.

Gangguan pada lambung umumnya berupa sindroma distepsia, yaitu kumpulan gejaa yang terdiri dari mual, muntah,
nyeri efigastrium, kembung, nafsu makan berkurang dan rasa cepat kenyang.

Tujuan Diet Tujuan diet penyakit lambung adalah untuk memberikan makan dan cairan secukupnya yang tidak
meberatkan lambung serta mencegah dan menetralakn sekresi asm lambung yang berlebihan.

4
Syarat Diet
1. Mudah cerna, porsi kecil dan sering di berikan.
2. Energy dan protein cukup, sesuai kemampuan pasien untuk menerimanya.
3. Lemak rendah, yaitu 10 –15 % dari kebutuhan energy total yang di tingkatkan secara bertahap hingga sesuai
dengan kebutuhan.
4. Rendah serat, terutama serat tidak arut air yang di tingkatkan secara bertahap.
5. Cairan cukup, terutama bila ada muntah.
6. Tidak mengandung bahan makanan atau bumbu yang tajam, baik secara termis, mekanis, maupun kimia
( disesuaikan daya terima perorangan).
7. Laktosa rendah bila ada gejala intoleransi laktosa, umumnya tidak di anjurkan minum susu terlalu banyak.
8. Makan secara perlahan di lingkunan yang tenang.
9. Pada fase akut dapat diberikan makan parenteral saja selama 24 – 48 jam untuk member istirahat pada lambung.
Macam Diet Dan Indikasi Pemberian
Diet lambung diberikan pada pasien dengan gastritis, ulkus pektikum, tifus abdominalis, dan paska bedah saluran
cerna atas.

Diet Lambung I
Diet lambung I diberikan pada pasien ulkus peptikum akut, ulkus peptikum perdaarahan, oeseophagitis dan
gastritis akutserta penderita tifus abdominalis berat. Makanan diberikan berupa susu dan bubur susu dan hanya
diberikan selama 2 hari saja karena membosankan serta kurang energi, zat besi, tiamin, dan vitamin C. Makanan
diberikan dalam porsi kecil tiap 3 jam.

Diet Lambung II
Diet lambung II diberikan sebagai perpindahan dari diet lambung I, setelah fase akut dapat diatasi kepada
pasien tifus abdominalis dengan suhu tubuh tinggi dan sesudah operaasi saluran pencernaan. Makanan
berbentuk saring atau cincang, tiap 3 jam.Sebaiknya diberikan selama beberapa hari saja karena membosankan.

Diet Lambung III

4
Diet lambung III diberikan sebagai perpindahan dari diet lambung II pada pasien dengan ukus peptikum, tifus
abdominalis yang suhu tubuhnya sudah kembali normal. Makanan yang berbentuk lunak atau yang bergantung
pada toleransi pasien. Diberikan 6 kali sehari dengan porsi kecil. Makanan ini cukup energy, protein, mineral,
vitamin C dan kurang tiamin.

2. Diet Penyakit Saluran Cerna Bawah


a. Diet Penyakit Usus Inflamatorik (Inflammatory Bowel Disease)
Penyakit usus inflamatorik adalah peradangan terutama pada ileum dan usus besar dengan gejala diare, disertai
darah, lendir, nyeri abdomen,berat badan berkurang, demam dan kemungkinan terjadi streatorea (adanya lemak
dalam feses). Penyakit ini dapat berupa Kolitis Ulseratif dan Chrons
’ Disease.

Tujuan diet penyakit inflamatorik adalah:

1. Memperbaiki ketidakseimbangan cairan dan elektrolit.


2. Mengganti kehilangan zat gizi dan memperbaiki status gizi kurang.
3. Mencegah iritasi dan inflamasi lebih lanjut.
4. Mengistirahatkan usus pada masa akut.

Syarat-syarat diet penyakit usus inflamatorik adalah:


1. Memperbaiki ketidakseimbangan cairan dan elektrolit.
2. Mengganti kehilangan zat gizi dan memperbaiki status gizi kurang.
3. Mencegah iritasi dan inflamasi lebih lanjut.
4. Mengistirahatkan usus pada masa akut. Syarat-syarat diet penyakit usus inflamatorik adalah: 1. Pada
feses akut dipuasakan dan diberi makanan secara parenteral saja. 2. Bila fase akut teratasi, pasien diberi
makanan secara bertahap, mulai dari bentuk cair (peroral maupun enteral), kemudian meningkat
menjadi siet sisa rendah dan serat rendah. 3. Bila gejal ahilang dapat diberikan makanan biasa. 4.
Kebutuhan gizi, yaitu : a. Energi dan protein tinggi. b. Suplemen vitamin dan mineral antara lain
vitamin A, C, D asm folat, vitamin B12, kalsium, zat besi, magnesium dan seng.
5. Makanan enteral rendah atau bebas laktosa dan mengandung asam lemak rantai sedang (medium
chain trygliceride = MTC) dapat diberikan karena sering terjadi intoleransi laktosa dan malabsorpsi
lemak.
6. Cukup cairan dan elektrolit.
7. Menghindari makanan yang mengandung gas.
8. Sisa rendah dan secara bertahap kembali ke makanan biasa

4
b. Diet Penyakit Divertikular
Penyakit divertikular terdiri atas penyakit Divertikulosis dan Divertikulitis. Penyakit Divertikulosis yaitu
adanya kantong-kantong kecil yang terbentuk pada dinding kolon yang terjadi akibat tekanan intrakolon yang
tinggi pada konstipasi kronik. Hal ini terutama terjadi pada usia lanjut yang makanannya rendah serat. Penyakit
Divertikulitis terjadi bila penumpukan sisa makanan pada divertikular menyebabkan peradangan. Gejala-
gjalanya antar alain kram pada bagian kiri bawah perut, mual, kembung, muntah, konstipase atau diare,
menggigil dan demam.

Tujuan Diet Penyakit Divertikulosis :


1. Meningkatkan volume dan konsistensi fees.
2. Menurunkan tekanan intra luminal.
3. Mencegah infeksi.
4. Mengistirahatkan usus untuk mencegah perforasi.
5. Mencegah akibat laksatif dari makanan berserat tinggi. Syarat-syarat Diet Penyakit Divertikulosis 1.
Kebutuhan energi dan zat-zat gizi normal. 2. Cairan tinggi, yaitu 2-2,5 liter sehari. 3. Serat tinggi. 4.
Mengusahakan asupan energi dan zat-zat gizi cukup sesuai dengan batasan diet yang ditetapkan. 5.
Bila ada pendarahan, dimuali dengan makanan cair jernih.
6. Makanan diberikan secara bertahap, dimulai dari diet sisa rendah I kediet sisa rendah II dengan
konsistensi yang sesuai.
7. Hindari makanan yang banyak mengandung biji-biji kecil, seperti tomat, jambu biji dan stroberi
yang dapat menumpuk dalam divertikular.
8. Bila perlu diberi makanan enteral rendah atau bebas laktosa.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Diet saluran cerna berarti diet yang dilakukan saat terjadi gangguan pada saluran dan mekanisme pencernaan dalam
tubuh manusia.
Gangguan atau kelainan dalam system pencernaan antara lain :
a. Gastritis (Upper Abdominal Syndrome)
b. Sindrom Fungsional Hipogastrium (Lower Abdominal Syndrom)
c. Aerofagi
d. Mencret (Diare)

4
e. Heartburn
f. Esofagitis
g. Peritonitis
h. Sembelit (Konstipasi)
i. Wasir atau hemoroid
j. Kanker usus Diet pada gangguan saluran cerna dibagi menjadi 2 yaitu : Diet pada saluran cerna atas dan diet pada
saluran cerna bawah. Diet pada saluran cerna atas meliputi diet disfagia, diet pasca hematemesis-melena dan diet
penyakit lambung. Sedangkan pada saluran cerna bawah meliputi diet penyakit usus inflamatorik dan diet
divertikular.

B. Saran
Dalam melakukan diet, hendaknya ditetapkan target waktu dan hasil; penyesuaian gejala serta diseimbangkan dengan
aktivitas olahraga sehingga diet akan tetap sehat. Penyesuaian gejala utamanya dilakukan saat terjadi gangguan
(seperti gangguan saluran cerna) dan diharuskan melakukan diet, sehingga nantinya diet akan lebih maksimal
memberikan hasil.

DAFTAR PUSTAKA

Bagian Gizi RS Dr.Cipto Mangunkusumo. 1997. Penuntun Diit. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama
Beck, Mary E. 2011. Ilmu Gizi dan Diet – Hubungannya Dengan Penyakit –penyakit untuk Perawat dan Dokter.
Jakarta: Andi Publisher
Hartono, Andry dan Kristiani. 1995. Ilmu Gizi dan Diet Hubungannya dengan Penyakit-Penyakit untuk Perawat dan
Dokter. Yogyakarta : Yayasan Essentia Medica

Anda mungkin juga menyukai