Disusun oleh :
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan berbagai nikmat diantaranya
nikmat iman, serta kesehatan yang tak terkira harganya. Semoga dengan melimpahnya rahmat
tersebut, kita senantiasa istiqamah di jalan yang Allah ridhoi. Shalawat serta salam tercurah
kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW kepada keluarga, sahabat, dan para tabi’in hingga
sampai kepada kita selaku umatnya. Semoga cahaya Nabi Muhammad senantiasa menuntun kita
untuk menapaki kehidupan akhir zaman.
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai salah satu syarat dalam mata
kuliah Qawaid Sharfiyyah. Dalam makalah ini penyusun mengangkat judul “Bayan Mu’tal
(Bina’ Naqish’)”. Penyusun mengucapkan banyak terima kasih kepada dosen pengampu atas
bimbingannya serta kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan dan
penyelesaian makalah ini.
Penulis menyadari dalam pembuatan dan penyusunan makalah ini, masih terdapat banyak
kekurangan yang perlu diperbaiki. Oleh karena itu, penyusun memohon maaf sebesar-besarnya
jika terdapat banyak kekurangan tersebut. Penyusun dengan senang hati menerima kritik dan
saran sehingga lebih baik lagi dalam pembuatan makalah selanjutnya. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca umumnya dan bagi penyusun khususnya.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
COVER……………………………………………………………………………………………………………………………………………….i
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………………………………………………………….ii
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………………………………………………………….iii
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………………………………………………………………….1
A. Latar Belakang………………………………………………………………………………………………………………………….1
B. Rumusan Masalah…………………………………………………………………………………………………………………….1
C. Tujuan Masalah………………………………………………………………………………………………………………………..1
BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………………………………………………………………………..2
A. Kesimpulan………………………………………………………………………………………………………………………………9
B. Saran……………………………………………………………………………………………………………………………………….9
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………………………………………………………………10
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Bahasa Arab merupakan ilmu pengetahuan yang memiliki banyak keistimewaan
dan ciri khas yang membedakan dengan bahasa lainnya. Tidak ada seorangpun yang
meragukan kontribusi bahasa arab bagi pengembangan ilmu keislaman khususnya dalam
memahami isi Al-Qur’an, hadits, dan kitab-kitab berbahasa arab.
Dalam mempelajari bahasa arab itu tidak lepas dari ilmu tata bahasa arab
termasuk ilmu nahwu dan shorof. Ilmu nahwu dan shorof merupakan ilmu yang paling
penting dipelajari dan dipahami bagi kaum muslim karena ketika seorang muslim tidak
bisa memahami kedua ilmu itu maka akan sulit untuk membaca dan berbicara bahasa
arab. Ilmu Shorof biasa dikenal juga dengan tashrif yang memiliki arti perubahan.
Ilmu Shorof ini juga menjadi kebutuhan seorang pelajar maupun mahasiswa yang
ingin mahir dalam berbahasa arab yang baik dan benar. Namun, dalam mempelajari ilmu
tersebut kita harus megetahui cakupan-cakupannya. Dengan adanya ilmu shorof atau
tashrif ini maka kita bisa mengetahui perubahan-perubahan disetiap kata dalam bahasa
arab tersebut.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian fi’il mu’tal naqish?
2. Bagaimana pembagian fi’il mu’tal naqish?
3. Apa saja kaidah fi’il mu’tal naqish?
4. Apa saja wazan-wazan Fi’il Mu’tal Naqish?
5. Apa saja ketentuan Fi’il Mu’tal Naqish?
6. Bagaimana bentuk tashrif istilahi dan lughowi bina’ naqish?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian mu’tal naqish.
2. Untuk mengetahui pembagian fi’il mu’tal naqish.
1
3. Untuk mengetahui kaidah fi’il mu’tal naqish
4. Untuk mengetahui wazan wazan mu’tal naqish.
5. Untuk mengetahui ketentuan fi’il mu’tal naqish.
6. Untuk mengetahui bentuk tashrif istilahi dan lughowi bina’ naqish.
1
BAB II
PEMBAHASAN
Fi’il Mu’tal Naqish yaitu fi’il mu’tal yang di posisi “lam” fi’il berupa huruf illat wawu,
alif dan ya’. Fi'il Naqish secara harfiyah artinya "kata kerja yang kurang/tidak sempurna",
sedangkan secara istilah fi'il naqish adalah kata kerja yang tidak membutuhkan fa'il (pelaku) dan
maf'ul (objek), namun membutuhkan isim dan khobarnya.
Disebut dengan naqish sebab dalam keadaan tertentu huruf illat wajib dibuang, seperti
pada bentuk fi’il mudhari‘ ketika jazm atau fi’il ‘amr. Huruf illat pada fi’il mu’tal naqish pada
dasarnya hanya illat wawu( )وdan ya()ي, dimana kedua illat ini terkadang nampak tanpa dirubah
dari aslinya. Seperti illat wawu( )وpada kata َس ُر َوatau بَ ُذ َوyang ditulis dengan wawu( )و, huruf
illat ya pada زَ ِك َيatau َرقِ َيditulis dengan ya( )ي. Namun, terkadang huruf illat ini hasil perubahan
dari wawu, ya atau alif dan sebaliknya. Seperti ya pada ض َي ِ َرatau َشقِ َيberasal dari wawu, alif
pada kata َس َماatau َدعَاberasal dari wawu, wawu pada نَهُ َوberasal dari ya, alif pada َر َمىatau َكفَى
berasal dari ya.
Naqis Wawi : Jika lam fi’ilnya berupa wawu. Contoh َغزَا asalnya َغ َز َو, bina’ naqis wawi
terdapat di bab ُفَ َع َل يَ ْف ُعل dan فَ َع َل يَ ْف َع ُل dan فَ ِع َل يَ ْف َع ُل dan ُفَ ُع َل يَ ْف ُعل
Naqis Ya’i : Jika lam fi’ilnya berupa ya’. Contoh َر َمى asalnya ر َم َي, َ bina’ naqis ya’i
ْ ْ ْ
terdapat di bab فَ َع َل يَف ِع ُل dan فَ َع َل يَف َع ُل dan فَ ِع َل يَف َعل
2
1. Fi’il Mu’tal Naqish bila bertemu dengan wawu jama’ah maka dibuang huruf illatnya.
Contoh غَزَ وْ اasalnya غَزَ وُوْ ا
2. Fi’il Mu’tal Naqish bil alif bila bertemu dengan dhomir baris selain wawu jama’ah maka
dikembalikan kepada asalnya (wawu atau ya’). Contohnya : َ َغ َزوْ ن- َ َر َم ْينatau kasrah karena
berat mengucapkannya.
3. Fi’il Mu’tal Naqish bila berharakat dhammah maka keduanya di sukun. Contohnya ْيَ ْغ ُزو
asalnya ْ يَ ْغ ُزو,يَرْ ِميasalnya يَرْ ِم ُي, َتَرْ ِم ْينasalnya َ تَرْ ِميِ ْين.
4. Isim Mu’tal akhir di buang huruf illatnya pada isim fa’il dalam keadaan marfu’ atau majrur
jika tidak kemasukan (الal) mudhaf dan manshub.
ٍ َ ضيا ً – جا َ َء قا
Contohnya : ض ُ ض – رَأي
ِ َ ْت قا ِ َ ت بِقا
ُ َْم َرر
5. Apabila ada wawu atau ya’ berkumpul dalam satu kalimat, huruf yang pertama (wawu) di
sukun sedangkan huruf yang kedua (ya’) berharakat maka wawu di ganti ya’ kemudian di
ٌّ ْ َمرْ ُم~~وmengikuti wazan َم ْف ُع~~وْ ٌل. Wawu diganti ya’
idghamkan. Contohnya َم~~رْ ِم ٌّيasalnya ي
maka menjadi َمرْ ُم ْي ٌىkemudian di idghomkan dan diharakat mim sebelumnya di kasrahkan
supaya sesuai maka menjadi َمرْ ِم ٌّي.
6. Apabila ada wawu terletak sesudah harakat kasrah baik isim atau fi’il maka diganti ya’.
Contohnya: ض َي
ِ رasalnya
َ ِ َرdan غا َ ٍزasalnya َاز ٌو
ض َر ِ غ.
D. Wazan Fi’il Mu’tal Naqish
2
3
Huruf illat pada fi’il madhi mu’tal naqish (tsulasi mujarrad) berwazan فَ ُع~ َلapabila
berupa illat wawu, maka dia selamat dari ‘ilal, seperti ر ُخ َو.
َ Namun, apabila berupa illat
ya’, dia mesti dirubah menjadi wawu, seperti نَه َُوdari نَهُ َي
Hurf illat pada fi’il madhi mu’tal naqis (tsulasi mujarrad) berwazan فَ ِع َلapabila berupa
huruf ya, dia juga selamat dari i’ilal, seperti َرقِ َي. Namun, apabila berupa illat wawu dia
mesti dirubah menjadi iya, seperti ض َي
ِ َرdari ض َو
ِ َر
Huruf illat pada fi’il madhi mu’tal naqis (tsulasi mujarrad) berwazan فَ َع َل, baik berupa
illat wawu atau iya, dia mesti dirubah menjadi alif, seperti َس َماdari َس َم َو, atau َر َمىdari
َر َم َي
Sementara huruf illat pada fi’il madhi mu’tal naqish untuk wazan-wazan tsulasi majid
atau ruba’i, baik berupa wawu atau ya’ keduanya wajib dirubah menjadi alif, seperti
Huruf illat wawu dan ya’ pada fi’il madhi mu’tal naqis untuk semua wazan (mujarrad
dan majid) sesudah dimasuki dhamir, keduanya selamat dari ‘ilal kecuali untuk
dhamir jamak ()هُ ْم
Hanya huruf illat wawu atau iya yang dibuang ketika dimasuki dhamir hum ( )هُ ْم
yaitu َسرُوْ اyang asalnya َس ُروُوْ اdengan membuang wawu illat, dan َرضُوْ اdari ضيُوْ ا
ِ َر
dengan membuang iya illat dan menukar harakat dhad dari kasrah ke dhammah.
Huruf illat alif pada fi’il madhi mu’tal naqis (wazan mujarrad) untuk dhamir هُ َوtetap
ditulis alif dan untuk dhamir ( هُ َماmuannats), ِه َي, dan هُ ْمmesti dibuang, lalu untuk sisa
dhamir (selain هم/هي/ ه~~وdan هماmuannats) huruf illat alif dikembalikan ke huruf
asalnya, baik berasal dari wawu atau iya
َأ ْنتُ ْم/ َأ ْنتُ َما َدع َْوتُ َما/ َ َأ ْنتَ َدع َْوت/ َ هُنَّ َدع َْون/ ُه َما َد َعتَا/ ْ ِه َي َدعَت/ ُه ْم َدع َْوا/ ُه َما َد َع َوا/ ه َُو َدعَا
نَ ْحنُ َدع َْونَا/ ُ َأنَا َدع َْوت/ َّ َأ ْنتُنَّ َدع َْوتُن/ َأ ْنتُ َما َدع َْوتُ َما/ ت ِ َأ ْن/ َدع َْوتُ ْم
ِ ت َدع َْو
َأ ْنتُ ْم/ َأ ْنتُ َما َر َم ْيتُ َما/ َ َأ ْنتَ َر َميْت/ َ هُنَّ َر َميْن/ ُه َما َر َمتَا/ ْ ِه َي َر َمت/ ُه ْم َر َم ْوا/ ُه َما َر َميَا/ ه َُو َر َمى
نَ ْحنُ َر َم ْينَا/ ُ َأنَا َر َميْت/ َّ َأ ْنتُنَّ َر َم ْيتُن/ َأ ْنتُ َما َر َم ْيتُ َما/ ت ِ َأ ْن/ َر َم ْيتُ ْم
ِ ت َر َم ْي
Huruf illat alif pada fi’il madhi mu’tal naqis (wazan majid) untuk dhamir هُ َوtetap
ditulis alif dan untuk dhamir ( هُ َماmuannats), ِه َي, dan هُ ْمmesti dibuang, lalu untuk sisa
dhamir (selain هم/هي/ هوdan هماmuannats, huruf illat alif dirubah menjadi ya’.
Contoh :
َأ ْنتُ َما/ َ َأ ْنتَ َأ ْعطَيْت/ َ هُنَّ َأ ْعطَيْن/ ُه َما َأ ْعطَتَا/ ْ ِه َي َأ ْعطَت/ ُه ْم َأ ْعطَ ْوا/ ُه َما َأ ْعطَيَا/ ه َُو َأ ْعطَى
نَ ْحنُ َأ ْعطَ ْينَا/ ُطيْت َ َأنَا َأ ْع/ َّ َأ ْنتُنَّ َأ ْعطَ ْيتُن/ َأ ْنتُ َما َأ ْعطَ ْيتُ َما/ ت
ِ ت َأ ْعطَ ْي
ِ َأ ْن/ َأ ْنتُ ْم َأ ْعطَ ْيتُ ْم/ َأ ْعطَ ْيتُ َما
Apabila huruf sebelum akhir berharakat dhammah seperti wazan يَ ْف ُع ُل, baik madhinya
berwazan فَ ُع َلseperti َر ُخ َوyang selamat dari ‘ilal, atau madhinya berwazan فَ َع َلseperti
َدعَاyang tidak selamat dari ‘ilal. Maka huruf illat pada bentuk mudhari’nya harus
dirubah menjadi wawu berharakat sukun
5
Jika huruf sebelum akhir berharakat kasrah seperti wazan ( يَ ْف ِع ُلtsulasi mujarrad) atau
wazan-wazan (tsulasi majid) yang diawali dengan hamzah/alif washal seperti ،استفعل
أفعل، انفع~~ل، افتعلatau ruba’i mazid seperti افعنلل،ّافعل~ل. Maka huruf illat pada bentuk
mudhari’ harus dirubah menjadi ya’ berharakat sukun
» يعطي- أعطى
تدعيaaaaaaaa» يس- تدعىaaaaaaaaاس
ديaaaaaaaaaaa» يهت- دىaaaaaaaaaaaاهت
» يرتضي- ىaaaaaaaaaaaaaaaaaaaارتض
»يرتقي- ارتقى
Apabila huruf sebelum akhir berharakat fathah seperti wazan ( يَ ْف َع ُلtsulasi mujarrad),
baik madhinya berwazan فَ ِع َلseperti ض َي
ِ َرatau berwazan فَ َع َلseperti َس َعىatau wazan-
wazan (tsulasi majid) dan ruba’i majid yang diawali dengan huruf tambahan ta’ seperti
wazan تَفَا َع~ َل, تَفَ َّع َلdan تفعلل. Maka huruf illat pada bentuk mudhari’ harus dirubah
menjadi alif dan berharakat sukun
ىaaaaaaaaaaaaaض
َ » َي ْر- َيaaaaaaaaaaaaaض
ِ َر
َ » يَ ْخ- َيaaaaaaaaaaaaaaش
ىaaaaaaaaaaaaaaش ِ َخ
َعىaaaaaaaaaaaaaaaس
ْ َ» ي- َعىaaaaaaaaaaaaaaaس
َ
ىaaaaaaaaaaaاض
َ » يَت ََر- ىaaaaaaaaaaaاض
َ ت ََر
َولَّىaaaaaaaaaaaaaaaَ» يَت- َولَّىaaaaaaaaaaaaaaaَت
تَ َز َّكى – َيتَزَ َّكى
Membuang huruf illat wawu dan ya’ untuk dhamir ( أنتم, هُ ْمdan ت
ِ )أن
Contoh :
6
Merubah huruf illat alif menjadi ya’, kecuali untuk ( َأنا، َ أنت، هوdan ُ نَحْ نtetap ditulis
alif sukun, dan membuang illat alif untuk dhamir ( أنتم, هُ ْمdan ت
ِ )أن
Contoh :
c). Fi’il mudhari’ Mu’tal Naqish dalam keadaan marfu’, manshub dan majzum
1) Keadaan Marfu’:
Fi’il mudhari’ mu’tal naqis dalam keadaan marfu’ sama persis seperti pada
contoh-contoh tashrif di atas yaitu huruf illat (wawu, ya’ dan alif) mesti berharakat
sukun ketika dimasuki dhamir ( نحن، هُ~~و، َ أنت،)أنَ~~ا, dan membuang huruf illat untuk
dhamir (ت
ِ أن، أنتم،)هم.
Contoh :
َأ ْنتُ َما/ َأ ْنتَ تَ ْدعُو/ َ هُنَّ يَ ْدع ُْون/ ُه َما تَ ْد ُع َوا ِن/ ِه َي تَ ْدعُو/ َ ُه ْم يَ ْدع ُْون/ ان ِ ُه َما يَ ْد ُع َو/ ه َُو يَ ْدع ُْو
نَ ْحنُ نَ ْدعُو/ َأنَا َأ ْدعُو/ َ َأ ْنتُنَّ تَ ْدع ُْون/ َأ ْنتُ َما تَ ْد ُع َوا ِن/ َت تَ ْد ِعيْن
ِ َأ ْن/ َ َأ ْنتُ ْم تَ ْدع ُْون/ ان
ِ تَ ْد ُع َو
Catatan:
Pada contoh tashrif mudhari’ mu’tal wawu terdapat persamaan lafadz yaitu هُ ْم
َ( يَ~~~ ْد ُعوْ نmereka lk menyeru) dan َ( ه َُّن يَ~~~ ْد ُعوْ نmereka perempuan menyeru).
Namun, berbeda dari sisi ‘illal. Huruf wawu pada َ هُ ْم يَ ْد ُعوْ نadalah wawu dhamir
jamak (bukan wawu illat), asalnya َ هُ ْم يَ~ ْد ُعوُوْ نdengan membuang wawu illat
menjadi َيَ ْد ُعوْ ن. Sementara wawu pada َ ه َُّن يَ ْد ُعوْ نadalah wawu illat yang selamat
dari ‘ilal.
7
Begitu juga pada contoh tashrif mudhari’ mu’tal ya’ dan alif terdapat juga
persamaan lafadz yaitu َت تَ~~رْ ِم ْين ِ َأ ْنdengan َ َأ ْنتُ َّن تَ~~رْ ِم ْينlalu َض~ ْين ِ َأ ْنdengan َأ ْنتُ َّن
َ ْت تَر
َ ْتَر. Huruf iya pada َت تَ~~رْ ِم ْين
َض~ ْين ِ َأ ْنadalah ya’ dhamir mukhatabah (bukan ya’
illat), asalnya َت تَرْ ِميِ ْين ِ َأ ْنdengan membuang ya’ illat menjadi َتَرْ ِم ْين. Sementara
iya pada َ َأ ْنتُ َّن تَ~رْ ِم ْينadalah huruf illat yang selamat dari ‘ilal. Demikian juga
dengan huruf alif yang ditukar menjadi ya’ pada َض ْين ِ َأ ْنadalah ya’ dhamir
َ ْت تَر
َ ْ َأ ْنتُ َّن تَرya’ huruf illat.
mukhatabah (bukan ya’ illat), dan pada َض ْين
Huruf illat (wawu dan ya’) pada fi’il mudhari’ mu’tal naqish dalam keadaan
manshub mesti berharakat fathah ketika dimasuki dhamir ( نحن، هُو، َ أنت،)أنَا, dan untuk
illat alif mesti sukun. Lalu untuk dhamir ( ت
ِ أن، أنتم، )همdengan membuang huruf illat
dan nun kecuali nun pada jamak muannats ( ه ُّنdan )أنتن,
ّ dan untuk ( هما، )أنتماhanya
membuang nun saja.
Contoh :
ْ َأ ْنتَ لَن/ َ هُنَّ لَنْ يَ ْدع ُْون/ ُه َما لَنْ تَ ْد ُع َوا/ ِه َي لَنْ تَ ْد ُع َو/ ُه ْم لَنْ يَ ْدع ُْوا/ ُه َما لَنْ يَ ْدع َُوا/ ه َُو لَنْ يَ ْد ُع َو
ُ نَ ْحن/ َأنَا لَنْ َأ ْدع َُو/ َ َأ ْنتُنَّ لَنْ تَ ْدع ُْون/ َأ ْنتُ َما لَنْ تَ ْد ُع َوا/ ت لَنْ تَ ْد ِعي
ِ َأ ْن/ َأ ْنتُ ْم لَنْ تَ ْدع ُْوا/ َأ ْنتُ َما لَنْ تَ ْد ُع َوا/ تَ ْد ُع َو
لَنْ نَ ْد ُع َو
3) Keadaan Majzum:
Huruf illat (wawu, ya’ dan alif) pada fi’il mudhari’ mu’tal naqish dalam
keadaan majzum mesti dibuang ketika dimasuki dhamir ( نحن، هُو، َ أنت،)أنَا, Lalu untuk
dhamir (ت
ِ أن، أنتم، )همdengan membuang huruf illat dan nun kecuali nun pada jamak
muannats ( ه ُّنdan )أنتن,
ّ dan untuk ( هما، )أنتماhanya membuang nun saja
Contoh :
/ َأ ْنتَ لَ ْم تَ ْد ُع/ َ هُنَّ لَ ْم َي ْدع ُْون/ ُه َما لَ ْم تَ ْد ُع َوا/ ِه َي لَ ْم تَ ْد ُع/ ُه ْم لَ ْم يَ ْدع ُْوا/ ُه َما لَ ْم يَ ْد ُع َوا/ ه َُو لَ ْم َي ْد ُع
نَ ْحنُ لَ ْم نَ ْد ُع/ َأنَا لَ ْم َأ ْد ُع/ َ َأ ْنتُنَّ لَ ْم تَ ْدع ُْون/ َأ ْنتُ َما لَ ْم تَ ْد ُع َوا/ ت لَ ْم تَ ْد ِعي
ِ َأ ْن/ َأ ْنتُ ْم لَ ْم تَ ْدع ُْوا/ َأ ْنتُ َما لَ ْم تَ ْد ُع َوا
8
Ketiga huruf illat pada fi’il ‘amr mu’tal naqish untuk dhamir ( َ )أنتmesti dibuang
sebab fi’il ‘amr termasuk mabni yang di antara tanda ‘irabnya dengan membuang huruf
illat. Lalu untuk dhamir ( َأ ْنتُ ْم،ت
ِ )َأ ْنhuruf illat sama dibuang. Namun tanda ‘irabnya dengan
ّ
membuang huruf Nun. Sementara huruf illat untuk dhamir ( أنتماdan )أنتن selamat dari ‘ilal
kecuali illat alif mesti dirubah menjadi ya’.
Contoh :
Tashrif Istilahi
مفعل ٢ مفعل التفعِل افعل ٌ مفعول وذاك ٌ َفاعل فهو وم َفعال َف ْعال ُ َي ْف ِعل فَ َع َل
ِس ًرى
ْ م ٢َم ْس ًرى الَ َت ْس ِر ا ُ ْس ِر ى
ٌّ س ِر
ْ َم وذاك سا َ ٍر فهو َو َم ْس ًرى سِ َرا َي ًة َي ْس ِرى س َرى
َ
Tashrif Lughowi :
– َ ان – َت ْر ُم ْو َن – َت ْر ِمنْي
ِ ان – ي ر ِم – َت ر ِمي – َتر ِمي
َ ْ ْ َ َ ْ نْي
ِ ان – يرم و َن – َت ر ِمي – َتر ِمي
َ ْ ْ ْ ُ َْ
ِ ي ر ِمي – ير ِمي
َ َْ َْ
َن ْر ِمي- ان – َت ْر ِمنْي َ – َْأر ِمي
ِ َتر ِمي
َ ْ
8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Fi’il Mu’tal Naqish yaitu fi’il mu’tal yang di posisi “lam” fi’il berupa huruf illat wawu,
alif dan ya’. Fi'il Naqish secara harfiyah artinya "kata kerja yang kurang/tidak sempurna",
sedangkan secara istilah fi'il naqish adalah kata kerja yang tidak membutuhkan fa'il (pelaku)
dan maf'ul (objek), namun membutuhkan isim dan khobarnya.
Disebut dengan naqish sebab dalam keadaan tertentu huruf illat wajib dibuang, seperti
pada bentuk fi’il mudhari‘ ketika jazm atau fi’il ‘amr. Huruf illat pada fi’il mu’tal naqish pada
dasarnya hanya illat wawu( )وdan ya( )ي, dimana kedua illat ini terkadang nampak tanpa
dirubah dari aslinya.
B. Saran
Demikianlah hasil makalah yang kami uraikan, semoga dapat memberikan manfaat bagi
kita semua. Kami menyadari bahwa dalam makalh ini masih terdapat banyak kekurangan.
Oleh karena itu, kami mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat membangun agar
dalam pembuatan makalah selanjutnya menjadi lebih baik.
9
10
DAFTAR PUSTAKA