Anda di halaman 1dari 7

PEMBELAJARAN NAHWU

MAKALAH BAHASA ARAB


DARI
RAHMAT MAULANA HASIBUAN

OLEH
KELOMPOK 5
PGMI 3/A

SITI NILA ASHARI (11713003)


RATIH (11713023)
NOVIA DEWI ANDIANI (11713034)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
PONTIANAK
2018
MAKALAH NAHWU ( BAB MASHDAR)

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Para ulama memberi julukan ilmu shorof dengan “Ummul Ulum“ yang
artinya ibunya ilmu, dan memberi julukan pada ilmu nahwu “Abul Ulum” yang
artinya ayahnya ilmu, karena keduanya untuk memahami semua ilmu agama,
seperti ilmu fiqih, usul fiqih, ilmu tauhid, ilmu tashawuf dan semua ilmu yang
berbahasa arab akan mudah memahaminya dengan lantaran kedua ilmu tersbut,
sehingga ada suatu maqolah yang mengatakan “barang siapa yang tabahhur
(menguasai secara mendetail dan mendalam layaknya lautan) terhadap ilmu
shorof dan ilmu nahwu, maka orang itu akan (mampu) tabahhur dengan semua
ilmu” andil yang di berikan oleh ilmu shorof dan imu nahwu dalam menguasai
ilmu-ilmu seperti orang ibu dan ayah dalam melahirkan anak-anaknya.

B.     Rumusan Masalah


Dari latar belakang di atas pada pembahasan makalah kali ini, khususnya
pada ilmu shorof akan di fokuskan pada :
1.      Pengertian isim masdar ?
2.      Wazan-wazan isim masdar ?
3.      Perbedaan isim masdar dan masdar ?
4.      Pembagian masdar ?

C.    Tujuan Pembahasan


Mengetahui, memahami pengertian serta pembagian isim masdar dan
perbedaannya dengan masdar.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Masdar
Masdar adalah lafadz yang berada pada urutan ketiga dari tashrifan
fi’il[1] Contoh: ‫ ضربا‬,‫ ىضرب‬,‫ضرب‬.
Lafadz-lafadz yang menunjukkan kejadian, tidak mempunyai zaman,
mengandung beberapa huruf fi’il, dan berupa lafadz, seperti contoh : ‫ علما‬,‫ علم‬, atau
dikira-kirakan (taqdiron), contoh : ‫ قت>>اال‬,‫قات>>ل‬, atau mengganti huruf yang sudah
dibuang dengan huruf lain[2], contoh : ‫ وعدة‬,‫ وعد‬.

B. Pembagian Masdar
Masdar dibagi menjadi 2 :
1. Masdar mim
2. Masdar ghoiru mim[3]
a. Masdar mim adalah masdar yang terdapat mim zaidah dsiawal
kalimatnya, seperti contoh : ]4[  ‫ منقلبة‬,‫ منطللق‬,‫منصرا‬
Adapun masdar mim itu di fathah maim nya dngan mutlak, kecuali
dari fiil bina matsal wawu , kalau bina missal wawu di kasroh ain
fiilnya.
b. Masdar ghoiru mim adalah masdar yang tidak terdapat mim zaidah
diawal kalimatnya, seperti contoh : ‫ ِمدًا‬,ً‫ قرأًة‬,‫اجتهادا‬

C. Wazan-wazan Masdar
1. Wazan ‫فَ ْع ٌل‬
Wazan ini menjadi masdar qiyasi dari setiap fi’il tsulasi yang
muta’addi (yang membuahkan maf’ul) secara mutlak, baik dari fi’il
madliyang ‘ain fi’ilnya dibaca kasroh atau fatha, binak shohih, mudlo’af,
mahmuz, ataupun mu’tal.[5]
Contoh :
Dibaca fathah        :         ‫ ضرب‬  ‫ضربا‬    
Dibaca kasroh       :           ‫ فهم‬     ‫فهما‬
Bina’ Mudlo’af     :          ‫ وعدا‬  ‫وعد‬

2.  Wazan ‫فَ َع ٌل‬


Wazan ini menjadi masdar qiyasinya fi’il madly yang mengikuti
wazan  ‫ فُ ِع> َل‬dengan dikasroh ‘ain fi’ilnya yang mmpunyai ma’na lazim
secara mutlaq.[6]
Contoh :      ‫فرحا‬    ‫فرح‬

3.  Wazan ‫فَعُوْ ٌل‬


Wazan ini menjadi masdar qiyasinya lafadz yang fi’il madlinya
mengikuti wazan ‫ فَ َع َل‬yang lazim secara mutlaq dari semua bina’.[7]
Contoh :
Binak shohih      :   ‫ قعو ٌد‬    ‫قع َد‬       (Duduk)

4. Wazan  ‫فِ َعا ٌل‬


Wazan ini menjadi masdar qiyasinya lafadz yang menunjukkan
arti mencegah, keengganan (tidak patuh)[8]
Contoh :    ‫ َج َماحًا‬  ‫ َجم َح‬     Keras kepala

5. Wazan ‫فَ َعالَ ٌن‬


Wazan ini menjadi masdar qiyasinya lafadz yang menunjukkan
arti gerak, goncang dan bolak balik (taqollub).
Contoh :   ‫ َج َوالَنًا‬   ‫ال‬
َ ‫ َج‬    (Berputar)

6. Wazan ‫فُ َعا ٌل‬


Masdar ini menjadi masdar qiyasinya fi’il madli yang mengikuti
wazan  yang menunjukkan arti penyakit/suara.
Contoh :  - Yang arti penyakit : ‫ ُز َكا ًما‬   ‫ َز َك َم‬     Pilek
     -Yang arti suara : ‫عَا ًء‬    ‫ َمعًا‬      Menggoreng
7. Wazan ‫فَ ِع ْي ٌل‬
Wazan ini menjadi masdar qiyasinya fi’il madli yang mengikuti
wazan  yang menunjukkan arti berjalan/bersuara.
Contoh :    - Yang arti berjalan :   ‫ َر ِح ْي َل‬     ‫ َر َح َل‬     Berangkat
      -  Yang arti suara :        ‫ص ِهي َْل‬
َ     ‫صهَ َل‬
َ     Meringkik

8. Wazan ٌ‫فُعُوْ لَة‬


Wazan ini menjadi masdar qiyasinya fi’il madli yang mengikuti
wazan  ‫فَ ُع َل‬.
Contoh :    ‫ َس ْه ٌل‬    ٌ‫ َسهُوْ لُة‬      ‫ َسهُ َل‬       Mudah

9. Wazan ٌ‫فَعاَلَة‬
Wazan ini menjadi masdar qiyasinya fi’il madli yang mengikuti
wazan  ‫فَ ُع َل‬
Contoh :          ‫ َج ِز ْي ٌل‬    ٌ‫ َجزَالَة‬     ‫ َج ُز َل‬     Agung

D. Perbedaan antara Masdar dan Isim Masdar

 (‫) َعلِ َم ِع ْل ًما‬  ُ‫ مثل‬،‫ متض ّمنا أحرفَ فعل ِه لفظًا‬،‫ مجردا عن الزمان‬،‫المصدر هو اللفظ الدال على الحدث‬
 (ً‫)سلَّ َم تَسْل ْي ًما( )وعد عدة‬  (‫)قاتل قتاال‬
Masdar adalah lafazh yang menunjukkan arti pekerjaan atau peristiwa,
sepi dari zaman serta memuat/mencakup semua huruf-huruf Fi’il-nya baik secara
lafazh. Seperti : ‫ ِع ْل ًما‬masdar dari lafazh ‫ َعلِ َم‬. atau sekira-kiranya lafazh ً‫ قِتَاال‬- ‫ قَاتَ َل‬.
atau dengan mengantikan huruf yang dibuang seperti lafazh ً‫ ِع َدة‬- ‫َو َع َد‬
Isim Masdar adalah lafazh yang menunjukkan arti pekerjaan,sepi dari
zaman, namun tidak memuat/mencakup pada semua huruf Fi’il-nya bahakan ada
yang dikurangi secara lafazh dan kira-kiranya seperti contoh : ‫ ُوضُوْ ًء‬- ‫تَ َوضَّا‬
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari penjelasan di atas dapat di ketahui da di tarik kesimpulan
bahwa masdar adalah lafadz-lafadz yang menunjukkan kejadian, tidak
mempunyai zaman, mengandung beberapa huruf fi’il, dan berupa lafadz.
Adapun masdar sendiri di bagi menjadi dua, yaitu:
1.      Masdar mim
2.      Masdar ghoiru mim

B. Saran
Alhamdulillahi Robbil Alamin dengan berkat rahmat Alloh SWT
penulisan makalah pengertian isim masdar dapat selesai dengan lancar.
Dalam penulisan makalah ini pastilah terdapat banyak kekurangan, untuk
itu demi kebaikan dalam hal penulisan makalah ini pemasukan, saran, dan kritik
sangat saya butuhkan.
DAFTAR PUSTAKA

Al-baijuri Ibrohim, Fathul Robbul Bariyyah, Surabaya; Maktubah al-hidayah,


Al-gholayaini Musthofa, Jami’ud Durus al-arobiyah, Juz 1, kairo; Maksaba as-
syaruq ad-dauliyah,
Al-gholayani  Musthofa, Jami’ud Durus Al-arobiyah, juz 1,.
Al-gholayani Musthofa, Jami’ud Durus Al-‘arobiyah, juz 1
Jamaluddin Muhammad, Syarah ibnu aqil, Nadzam al-maqsud, bait : 16

[1] Syaikh ibrohim al-baijuri, Fathul Robbul Bariyyah, Surabaya; Maktubah al-
hidayah, Hal.44.
[2] Syaikh musthofa al-gholayaini, Jami’ud Durus al-arobiyah, Juz 1, kairo;
Maksaba as-syaruq ad-dauliyah, 2008, Hal.140.
[3] Nadzam al-maqsud, bait : 16
[4] Lihat musthofa al-gholayani, Jami’ud Durus Al-arobiyah, juz 1, Hal.152.
[5]  Musthofa al-gholayani, Jami’ud Durus Al-‘arobiyah, juz 1, Hal.144
[6] Jamaluddin Muhammad, Syarah ibnu aqil, Hal.144
[7] Musthofa al-gholayani, Jami’ud Durus Al-‘arobiyah, juz 1, Hal.144
[8]  Jamaluddin Muhammad, Syarah ibnu aqil, Hal.115
[9]   Syaikh musthofa al-gholayaini, Jami’ud Durus al-arobiyah, Juz 1, kairo;
Maksaba as-syaruq ad-dauliyah, 2008, Hal.160

SUMBER:
http://maulanahsb.blogspot.com/2013/06/makalah-nahwu-bab-mashdar.html :::

Anda mungkin juga menyukai