Disusun Oleh:
PEKANBARU
2022
PEMBAHASAN
Secara bahasa isim ghoiru munshorif berarti isim yang tidak bisa menerima tanwin
shorfi. Menurut ulama nahwu tanwin shorfi adalah tanwin tamkin. Menurut syarah Ibnu Aqil,
tanwin tamkin adalah tamkin yang bertemu dengan isim mu’rab yang munsharif yang
berfaedah menunjukkan ringannya isim (karena isim hanya menunjukkan makna tanpa
disertai zaman) dan berfaedah menujukkan kalimat isim tersebut menetapi pada keisimannya.
ما فيه علتان من العلل أو واحدة منها تقوم مقامها سمي به المتناع دخول الصرف
.عليه
Secara istilah isim ghoiru munshorif adalah isim yang mempunyai dua illat atau satu
illat yang menempati dua illat, karena isim ghoru munshorif memiliki keserupaan dengan
kalimat fi’il dari segi sama-sama memiliki dua illat far’iyyah, yang satu kembali pada lafadz
dan yang lain kembali pada makna.
Sebuah isim disebut sebagai isim ghairu munsharif, apabila di dalam isim tersebut
terdapat huruf illat atau alasan yang menjadikannya sebagai isim ghairu munsharif.
Huruf yang termasuk dalam kategori huruf illat adalah ي, و,ا
Isim ghoiru munshorif ada yang cukup dengan satu illat, ada juga yang butuh dua illat
baru bisa dikatakan isim ghoiru munshorif.
1. Wazan fi’il
2. Udul
3. Ta’nis
4. Tarkib mazji
5. Ziyadah alif nun
6. Ajamiyah
7. Sighot muntahal jumu’
8. Alamiyah
9. Washfiyyah
Berikut penjelasan tiap-tiap illat:
Alif taknis yang menempati dua illat tercegah dari tanwin (ghairu munsharif)
secara mutlak, baik alif mamdudah ataupun alif taknis maqsuroh dan bagaimanapun
keadaannya, baik nakhiroh, ma’rifah, mufrod ataupun jama’.
َح ْبلَى,ضى
َ َم ْر,ِذ ْك َرى
2. Sebab Dua Illat
Wazan Fi’il ) (وزن الفعلadalah setiap kalimah isim yang mengikuti wazan yang
khusus fi’il, seperti فَعَّ َلatau فُ ِع َلatau أنفعلdan sesamanya dari setiap lafadz yang dimulai
dengan hamzah washol atau setiap lafadz yang awalnya terdapat huruf tambahan (ziyadah)
ُ ُ أ َ ْفع, ت َ ْفعُ ُل نَ ْفعُ ُل, َي ْفعُ ُل.
seperti ziyadah fi’il ل
Udul )(عدل
(قوله و منع عدل) و هو خروج اإلسم عن صيغته األصْلية
Udul adalah keluarnya kalimah isim dari bentuk shighot aslinya.
Udul Haqiqi
Yaitu isim yang mengikuti wazan ل ُ فُعَاdan َم ْفعَ ُلyang digunakan untuk hitungan satu
sampai dengan sepuluh. Dua wazan tersebut digunakan untuk memindah dari lafadz-lafadz
hitungan (adad) yang aslinya yang diulangi.
Udul Taqdiri
Taknis yang menggunakan ta’ tercegah dari tanwin (ghoiru munshorif) secara mutlak,
baik untuk isim alam mudzakkar ataupun muannats yang hurufnya lebih dari 3 huruf ataupun
kurang.
Tarkib Mazji adalah gabungan dari dua nama yang membentuk suatu kesatuan nama,
yang bukan tarkib idhofi, tarkib isnadi. Tarkib Mazji yang ghoiru munshorif adalah yang
diakhiri selain lafadz waih, adapun yang diakhiri dengan waih maka mabni kasr.
Lafadz-lafadz ini ghoiru munshorif karena memiliki dua illat far’iyyah, yang kembali
pada lafadz berupa tarkib, sedangkan tarkib itu cabang dari mufrod, illat yang kembali
kepada makna berupa alamiyah yang dilalahnya maklum, cabang dari tidak maklum.
Yaitu tambahan alif dan nun bersamaan dengan alamiyah atau washfiyyah dengan
syarat jika dimuannatskan tidak diberi tambahan ta’.
Contoh:
Ajamiyah
Kalimah ajam bisa tercegah dari menerima tanwin dengan dua syarat:
Merupakan Alam (nama) dalam bahasa ajamnya.
Lebih dari 3 huruf
Contoh :
Tetapi nama Ridwan ) (رضوانtercegah dari tanwin karena mempunyai illat alamiyah
dan ziyadah alif nun.
Jika terdiri dari 3 huruf maka bisa ditanwin, seperti ُ لُ ْوط,ُ نُ ْوح.
Alamiyah
Lafadz yang dijadikan nama, karena perkara itu pada asalnya dicetak tidak tertentu
kemudian ditentukan (dengan nama), alamiyah bisa tercegah tanwin jika bersamaan dengan
illat yang kembali kepada lafadz yaitu, wazan fi’il, udul, ziyadah alif nun, ajamiyah, tarkib
mazji, dan taknis.
Washfiah
Washfiah atau sifat merupakan illat far’iyyah yang kembali makna, karena sifat itu
cabang dari maushuf (perkara yang dishifati). Alamiyah bisa tercegah dari tanwin jika
bersamaan dengan illat yang kembali kepada lafadz yaitu, wazan fi’il, udul, ziyadah, dan alif
nun. Sifat jika bersamaan dengan zaidah alif nun diisyaratkan harus mengikuti wazan فعَلن
yang muannatsnya فعلىdan jika bersamaan dengan wazan fi’il diisyaratkan mengikuti
wazan أفعلyang muannatsnya tidak menggunakan ta’.
شفَى
ْ َ ست
ْ ُم
Merupakan isim yang ghairu munsharif
س
ُ َمد َِار
Contoh dari Shighot Muntahal Jumu’ . Jamak dari kata ٌسة
َ َمد َْرyang mengikuti wazan
َمفَا ِع ُلdan memiliki satu huruf illat.
ْ َخ
ض َرا ُء
Contoh dari Alif Taknis Mamdudah ghairu munsharif yang terdapat 2 illat
Referensi:
Anwar, Moch, K.H, Ilmu Nahwu, Matan Al-Jurumiyah, Bandung: PT. Sinar Baru,
2000.
Anwar, Moch, Terjemah Matan Alfiyah Ibnu Malik, Bandung: Al-Ma’arif, 2007.
Abdullah bin Aqil, Balahuddin, Syarah Ibnu Aqil, Al-Azhar Al-Syarif, 2009.