Anda di halaman 1dari 7

ISIM GHAIRU MUNSHORIF

XI-RPL 1
Disusun Oleh:
 Nurbaiti H.R
 Syafira Mutiara
 Nabil Arahman
 Afrizal Arahman M
 Yusra A. Yani

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada ilmu sastra arab terdapat dua cabang ilmu yaitu ilmu nahu dan ilmu shorof.
Dalam pembuatan kalimat baik ilmu nahu maupun ilmu shorof tersusun dari isim dan
fiil. Dimana isim adalah kata benda dan fiil adalah kata kerja.
Isim terbagi lagi menjadi beberapa macam begitupun dengan fiil. Namun kita
akan lebih berfokus pada pembagian isim khususnya isim ghairu munshorif.
Ketika membaca teks bahasa Arab, mungkin teman-teman akan menjumpai dua macam
isim. Maksudnya dua macam isim adalah isim dengan akhiran tanwin dan isim yang
tidak diakhiri tanwin. Tentu saja hal tersebut akan menimbulkan pertanyaan, apakah isim
dapat menolak tanwin?
Maka disini kami akan mengulas semua mengenai isim yang tidak dapat
menerima tanwin atau isim ghairu munshorif. Dengan melakukan pengamatan serta
penelitian dari tiap tiap pendapat maka kami susun makalah ini dengan tujuan
menyelesaikan tugas serta menambah pemahaman mengenai pembuatan kalimat yang
baik dengan memperhatikan unsur-unsurnya dimana salah satunya adalah isim ghairu
munshorif.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan kita bahas diantaranya:
 Apa yang dimaksud dengan isim ghairu munshorif ?
 Bagaimana cara membedakan isim munshorif dan isim ghairu munshorif ?
 Apa saja pembagian isim ghairu munshorif?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penelitian ini diantaranya:
 Memahami pengertian isim ghairu munshorif.
 Mampu membedakan isim munshorif dan isim ghairu munshorif.
 Mengetahui pembagian-pembagian isim ghairu munshorif.

1.4 Manfaat
Adapun manfaat dari penelitian ini diantaranya:
 Mampu mengetahui dan memahami isim ghairu munshorif.
 Mampu membuat sebuah contoh untuk isim ghairu munshorif.
 Mampu membedakan pembagian- pembagian isim ghairu munshorif.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Isim Ghairu Munshorif


Isim ghoiru munshorif secara bahasa berarti isim yang tidak bisa menima tanwin
shorfi.Menurut ulama nahwu tanwin shorfi adalah tanwin tamkin.Menurut syarah ibnu
aqil tanwin tamkin adalah tanwin yang bertemu dengan isim mu’rob yang munshorif
yang berfaedah menunjukan ringanya isim (karena isim hanya menunjukan pada makna
tanpa disertai zaman) dan berfaedah menunjukan kalimah isim tersebut menetapi pada

PAGE 1
keisimanya (karena tidak serupa dengan kalimah huruf yang dimabnikann tidak serupa
dengan fiil yang dicegah dari tanwin).
Secara istilah isim ghoiru munshorif adalah:
‫ما فيه علتان من العلل او واحدة منها تقوم مقامهما سمي به المتناع دخول الصرف عليه‬
Isim ghoiru munshorif adalah isim yang mempunyai dua ilat atau satu ilat yang
menempati dua ilat karena isim ghoiru munshorif memiliki keserupaan dengan kalimah
fiil dari segi sama-sama memiliki dua ilat far’iyah , yang satu kembali pada lafadz dan
yang lain kembali pada makna.

2.2 perbedaan isim munshorif dan isim ghairu munshorif


Isim yang berakhiran tanwin dinamakan dengan isim munshorif dan isim yang tidak
diakhiri tanwin disebut isim ghairul munshorif.
Sebelum kami membahas isim ghoiru munshorif kami akan memaparkan tiga
pembagian  isim ditinjau dari kemunshorifanya ,yaitu:
1 .‫متم ّكن امكن‬
Yaitu setiap isim yang tidak memiliki keserupaan dengan kalimah huruf dan tidak
memiliki keserupaan dengan kalimah fiil.Isim tersebut dihukumi mu’rob jika tidak ada
pencegah tanwin seperti ‫ال‬ dan idhofah. Seperti contoh  ‫زي ٌد‬yang menjadi nama seorang
laki-laki.
2 ‫غيرمتم ّكن` غير امكن‬
Yaitu setiap isim yang memiliki keserupaan dengan kalimah huruf didalam
wadh’i ,makna, niyabah dan iftiqor.[4]isim tersebut dihukumi mabni seperti contoh
ُ
ta’nya lafadz ‫ضربت‬ .
3 ‫متم ّكن غير امكن‬
Yaitu setiap isim yang memiliki keserupan dengan kalimah fiil dari segi sama-
sama menempat-nempati dua ilat, ilat yang kembali pada lafadz dan yang yang kembali
pada makna.Isim tersebut tercegah dari tanwin, oleh ulama nahwu isim tersebut
dinamakan isim ghoiru munshorif.
Hukum asli kalimah yang tercegah dari tawin adalah kalimah fiil, karena fiil
memiliki dua ilat far’iyah, yang satu kembali pada lafadz dan yang satunya lagi kembali
pada makna. Yang kembali kepada lafadz karena fiil itu mustaq dari masdar, sedang
lafadz yang mustaq (lafadz yang dicetak) itu cabang dari mustaq minhu( lafadz yang
mencetak ). Sedang ilat yang kembali kepada makna dikarenakan fiil itu membutuhkan
pada fail, sedang butuh kepada lafadz lain itu cabang dari tidak membutuhkan. Karena
memiliki dua ilat far’iyah itulah fiil tercegah dari tanwin dan jar yang tanda asalnya
kasroh. Kemudian jika ada kalimat isim memiliki dua ilat far’iyah atau satu ilat far’iyah
yang menempati dua ilat, maka kalimat isim tersebut serupa dengan fiil sehingga
tercegah dari tanwin dan jer dan isim tersebut dinamakan isim ghoiru munshorif.

2.3 Pembagian Illat Isim Ghariu Munshorif


Ilat far’iyah adalah illat yang bisa menyebabkan tercegah dari tanwin(shorfi). Illat
ini ada 9,yaitu:
 wazan fiil
 udul
 ta’nis
 tarkib mazji
 ziyadah alif nun
 ajamiyah
 sighot muntahal jumu’
 alamiyah dan washfiyah.

 penjelasan
1.      WAZAN FIIL
Wazan fiil adalah setiap kalimah isim yang mengikuti wazan yang khusus
fiil .seperti‫فَع ََّل‬ atau ‫فُ ِع َل‬  atau ‫انفعل‬ dan sesamanya dari setiap lafadz yang dimulai dengan

PAGE 2
hamzah wasol atau setiap lafadz yang awalnya terdapat huruf tambahan (ziyadah) seperti
ziyadah fiil ‫ يَ ْف ُع ُل‬, ‫تَ ْف ُع ُل‬ ‫نَ ْف ُع ُل‬ , ‫َأ ْف ُع ُل‬.
Contoh wazan fiil bersama alamiah(alami)
1)      ُ‫ َأحْ َمد‬nama orang
2)      ُ‫ يَ ِز ْيد‬nama orang
3)      ‫ب‬ َ ِ‫ تَ ْغل‬nama suatu qabilah
4)       ُ‫نَرْ َحس‬  nama tumbuhan
5)      ‫ َس َّم َر‬nama kudanya hajjaj bin yusuf
Lafadz-lafadz diatas tercegah dari tanwin (ghoiru munshorif) karena memiliki
dua ilat far’iyah, yang kembali pada lafadz berupa wazan fiil, wazan fiil itu cabang dari
wazan isim, karena fiil dicetak dari isim masdar, sedang ilat yang kembali pada makna
berupa alamiah(dijadikan nama) , sedang alamiah yang dilalahnya ma’rifat itu cabang
dari nakiroh yang dilalahnya umum, sesuatu itu pada asalnya tidak maklum kemudian
dijadikan maklum.
Contoh wazan fiil bersama washfiah(sifat)
1)      ‫اَصْ فَ ُر‬ yang muannastnya   ‫صفراء‬
2)      ‫اَحْ َم ُر‬  yang muannastnya ‫حمراء‬
Lafadz tersebut memiliki dua ilat far’iyah, yang kembali pada lafadz berupa
wazan fiil, yang kembali pada makna berupa wasfiah.

2.      UDUL

Udul adalah keluarnya kalimah isim dari bentuk shigot aslinya. Udul sendiri
merupakan isim yang mengalami perubahan bentuk dengan mempunyai nama yang
sama.
Udul terbagi menjadi dua, yaitu:
1)      Udul Haqiqi
Yaitu isim yang mengikuti wazan ُ‫ فُعاَل‬dan  ُ‫ َم ْف َعل‬, yang digunakan untuk hitungan satu
sampai dengan sepuluh . dua wazan tersebut digunakan untuk memindah dari lafadz-
lafadz hitungan (adad) yang asli yang diulangi .
2)      Udul Tadiri
Yaitu nama yang mengikuti wazan ُ‫ ْف َع``` ل‬ ,yang merupakan pindahan dari‫فَا ِعل‬ dalam
taqdirnya.
            Contoh udul bersama alamiah:
1)      ‫ ُز َح ُل‬  perpindahan dari ‫زاحل‬
ُ
2)      ‫زفَ ُر‬   perpindahan dari ‫زافر‬
3)      ‫ ُع َم ُر‬  perpindahan dari ‫عامر‬
Contoh udul bersama wasfiah
1)       ُ‫ َموْ َحد‬,ُ‫ُأ َحاد‬ perpindahan dari ‫واحدوحد‬
2)      ‫ َم ْثنَى‬, ‫ثُنَا ُء‬  perpindahan dari ‫اثنين اثنين‬
3)      ‫ث‬ ُ َ‫ َم ْثل‬, ‫ث‬
ُ ‫ثُاَل‬  perpindahan dari ‫ثالثة ثالثة‬
Lafadz-lafadz tersebut memiliki dua ilat far’iyah, yang kembali pada lafadz
berupa udul, udul itu cabang dari laadz yang dipindahi (ma’dul anhu), sedang yang
kembali pada ma’na berupa alamiah, yang dilalahnya ma’lum, cabang dari tidak ma’lum,
atau berupa sifat cabang dari maushuf.

3.      TAKNIS
Isim yang mengandung arti perempuan. Taknis terbagi menjadi 3, yaitu :

a)      Taknis Menggunakan ta’


Taknis yang menggunakan ha’ tercegah dari tanwin (ghoiru munshorif) secara mutlak,
baik untuk isim alam mudzakar ataupun muannast yang hurufnya lebih dari 3 huruf
ataupun kurang.

PAGE 3
Contoh ta’nis menggunakan ta’ bersama alamiah
1)      ‫اطمة‬ِ َ‫ف‬
2)      ‫طلحة‬
3)      ‫ثبة‬
4)      ‫قلة‬

b)      Taknis maknawi
Taknis maknawi termasuk isim ghoiru munshorif jika hurufnya lebih dari tiga,
atau tiga huruf yang tengah berharokat(bukan sukun) seperti ُ‫َسقَر‬
Jika tiga huruf dan yang tengah mati(sukun) , maka terdapat dua pendapat , yaitu
Munshorif dan ghoiru munshorif. Contoh :    ‫ َد ْع ٌد‬, ‫ِه ْن ٌد‬
Jika dua huruf, menurut qoul arjah ghoiru munshorif .contoh: ُ‫يَد‬

c)      Taknis menggunakan alif


Syekh Muhamad bin abdullah bin malik mengatakan dalam alfiahnya, bahwa alif
taknis yang menempati dua ilat tercegah dari tanwin (ghoiru munshorif) secara mutlak,
baik alif mamdudah ataupun alif taknis maqsuroh dan bagaimanapun keadaanya, baik
nakiroh, ma’rifat(alam), mufrod ataupun jamak.
Contohalif taknis mamdudah :  ‫ َز َك ِريا‬, ‫ أ ْشياء‬, ‫ َح ْم َراء‬, ‫صحْ َراء‬
َ
ْ
Contoh alif taknis maqsuroh :‫ ِذك َرى‬ ,‫ضى‬ َ ْ‫ َمر‬ , ‫ُحبْلى‬
Semua lafadz tersebut diatas tercegah dari tanwin(ghoiru munshorif), karena
memiliki dua ilat far’iyah, ilat yang kembali pada lafadz taknis , sedang taknis
(perempuan) itu cabangan dari tazkir (laki-laki), karena setiap lafadz dicetah untuk
haqiqotnya , sedang haqiqotnya lafadz itu untuk laki-laki jika tidak ada huruf tambahan
dan bisa menunjukan perempuan jika diberi tambahan alamat taknis, sedang ilat yang
kembali pada makna berupa alamiah yang dilalahnya maklum merupakan  cabang dari
tidak maklum.

4.      TARKIB MAZJI
Tarkib mazji adalah gabungan dari dua nama yang yang membentuk suatu
kesatuan nama, yang bukan tarkib idhofi, tarkib isnadi, dan tarkib isnadi. Tarkib mazji
yang ghoiru munsorif adalah yang diakhiri selain lafadh waih .adapun yang di akhiri
dengan waih maka mabnikasr .[12]
Seperti contoh ‫ بعلبك‬,‫معدكرب‬, ‫بعلبك‬  lafadh ini ghoiru munshorif karena memiliki
dua ilat far’iyah, yang kembali pada lafadh berupa tarkib . sedang tarkib itu cabang dari
mufrod, ilat yang kembali kepada makna berupa alamiyah yang dilalahnya maklum,
cabang dari tidak maklum.

5.      ZIYADAH ALIF DAN NUN


Yaitu tambahan alif dan nun bersamaan dengan alamiyah atau wasfiyah dengan syarat
jika dimuanastkan tidak diberi tambahan ta’ .
Contoh :
Alamiah : ‫ عثمان‬, ‫عمران‬
Wasfiyah : ‫سكران‬yang muannastnya ‫سكرى‬
            ‫عطشان‬yang muannasnya ‫عطشى‬
            Lafadh-lafadh tersebut tercegah dari tanwin karena memiliki dua ilat far’iyah,
yang kembali pada lafadh berupa ziyadah(tambahan), cabang dari mazid alaih, sedang
ilat yang kembali pada makna berupa alamiah atau wasfiah.
  
6.  AJAMIYAH
Yaitu kalimah yang dicetak ‘ajam(bukan Arab).
Kalimah ajam bisa tercegah dari menerima tanwin dengan dua syarat :[13]
·         Merupakan alam(nama) dalam bahsa ajamnya
·         Lebih dari 3 huruf
Contoh ‫يعقوب‬  ‫اسماعيل‬ ,‫اسحاق‬, ‫ابراهيم‬,

PAGE 4
            Nama-nama nabi semua ajamiyah kecuali 4 nama, sebagaimana yang disyairkan
sebagian ulama’:
‫هود شعيب صالح مح ّمد ≡أوضاعها في العجم ليست توجد‬
‫رضوان مالك نكير منكر≡ أمثالها في حكم ما قد ذكروا‬
            Tetapi nama Ridwan tercegah dari tanwin karena mempunyai ilat alamiah dan
ziyadah alif nun.
            Jika terdiri dari 3 huruf maka bisa ditanwin, seperti ‫لوط‬, ‫نوح‬ .
            Lafadh-lafadh tersebut termasuk isim ghoiru munshorif karena memiliki dua ilat
far’iyah, yang kembali pada lafadh berupa ajamiyah, sedang ajamiyah itu cabang dari
arabiyah, karena hak-hak tiap bahasa itu tidak dicampuri bahasa lain, sedang ilat yang
kembali pada makna berupa alamiyah .[15]
7.      SHIGHOT MUNTAHAL JUMU
Yaitu : setiap isim yang setelah alif taksir terdapat dua huruf atau tiga huruf yang
tengah mati, baik awalnya berupa mim ataupun tidak.[16]
Shighot tersebut dinamakan shighot muntahal jumu karena tidak mungkin
dijamakan taksir lagi.Ada Qoyyid  dengan taksir karena memungkinkan untuk dijamakan
secara salim, baik mudzakar salim ataupun muannast salim, seperti contoh ‫صواحب‬ yang
boleh dijamakan dengan. ‫صواحبات‬
Contoh‫قنادل‬ , ‫مصابح‬ , ‫صوامع‬, ‫مساجد‬ ,
Shighot muntahal jumu tercegah dari tanwin karena memiliki satu ilat yang
menempati dua ilat, yang kembali pada makna berupa jama, cabang dari makna mufrod,
sedang yang kembali kepada lafadh karena didalam bentunya  ‫الجمعاقصى‬cabang dari
shighot mufrod .
8.      ‘ALAMIYAH
Yang dimaksud adalah lafadh yang dijadikan nama, karena dilalahnya maklum,
cabang dari tidak maklum, karena perkara itu pada asalnya dicetak tidak tertentu
kemudian ditentukan, alamiyah bisa tercegah dari tanwin jika bersamaan dengan ilat
yang kembali kepada lafadh yaitu: wazan fiil, udul, ziyadah alif nun, ajamiyah, tarkib
mazji, dan taknis .
9.      WASFIAH
Wasfiah atau sifat merupakan ilat far’iyah yang kembali makna, karena sifat itu
cabang dari maushuf (perkara yang dishifati).alamiyah bisa tercegah dari tanwin jika
bersamaan dengan ilat yang kembali kepada lafadh yaitu: wazan fiil, udul, ziyadah dan
alif nun. Sifat jika bersamaan dengan ziadah alif nun disyaratkan harus mengikuti
wazan ‫فعالن‬yang muannastnya  ‫فعلى‬ dan jika bersamaan dengan wazan fiil disyaratkan
mengikuti wazan‫افعل‬  yang muannastnya tidak menggunakan ta’ .

PAGE 5
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Isim ghoiru munshorif adalah isim yang mempunyai dua ilat atau satu ilat yang
menempati dua ilat .karena isim ghoiru munshorif memiliki keserupaan dengan kalimah
fiil dari segi sama-sama memiliki dua ilat far’iyah , yang satu kembali pada lafadz dan
yang lain kembali pada makna.
Ilat far’iyah yang bisa menyebabkan tercegah dari tanwin(shorfi) ada 9,yaitu:
wazan fiil, udul, ta’nis, tarkib mazji, ziyadah alif nun, ajamiyah, sighot muntahal jumu’,
alamiyah dan washfiyah.
Sekian dari kami mohon maaf apabila ada kesalahan. Semoga makalah ini dapat
berguna untuk kami dan utnuk ustadzah sekalian.
Waassalamualaikum wr.wb.

PAGE 6

Anda mungkin juga menyukai