Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Bahasa merupakan sebuah sistem yang bekerja sama satu sama lain, yang

tersusun dari simbol verbal yang bersifat arbitrer & digunakan oleh sekelompok

masyarakat. Bahasa dipakai untuk indera komunikasi & berinteraksi antar

sesamanya & menyampaikan ide pendapat dan seluruh hal yang mereka butuhkan

buat sebuah hubungan yang nyaman. Sebagai isyarat yang dipakai buat sebuah

komunikasi, bahasa memang sangat beragam yang membedakan antara daerah

satu menggunakan yang lainnya. Menurut Keraf, (1991 : 2) bahasa merupakan

indera komunikasi antar anggota masyarakat, berupa lambang suara ujaran yang

didapatkan sang indera ucap manusia. Al-Ghulayaini (2010 : 27).

Bahasa Arab berasal dari bahasa Semit, bahasa yang berasal dari suku Arab

kuno yang mendiami bagian barat Asia, keturunan dari putra Sam bin Nuh.

Bahasa Arab ini dianggap paling dekat dengan asalnya karena orang Arab tidak

terlalu terkait dengan negara lain dan tidak terpengaruh oleh aturan asing. Bahasa

Arab kini menjadi sarana komunikasi bagi ratusan juta orang. Bahasa Arab

berbeda dengan bahasa lain hanya sebagai alat komunikasi antar manusia, selain

sebagai alat komunikasi antara orang Arab dan non-Arab, bahasa Arab juga

merupakan bahasa persatuan bagi pemeluk agama Islam.

Sintaksis dalam bahasa Arab disebut dengan Naḥwu. Al-Hasyimi ( Tanpa

Tahun :6) Mengatakan bahwa pengertian Naḥwu adalah :

1
2

‫ يف اصتالح ىو قواعد يعرف هبا احوال اواخر الكلمت العربية اليت‬: ‫والنحو‬
‫حصلت بًتكيب بعضها مع بعض من اعراب وبناء وما يتبعهما‬
Yang artinya secara etimologi, nahwu merupakan kaidah-kaidah untuk

mengetahui lambang bunyi akhir (harakat) dari bahasa Arab yang dapat

menghasilkan susunan antara satu kata dengan kata lainnya, serta apa saja yang

mengikuti suatu kata sehingga dapat merubah kata dan kasusnya.

Bahasa Arab mempunyai beberapa kategori kata. Kata secara hierarki

merupakan satuan terkecil yang dikaji dalam sintaksis. (Ridwan dan Khairah 2014

: 10). Kalimat dalam bahasa arab terbagi menjadi 3 bagian yaitu :

1. Isim adalah kata benda

2. Fi’il adalah kata kerja

3. Harf adalah kata sambung, kata penghubung atau kata tugas.

Adapun tanda isim dapat diketahui dengan beberapa tanda yaitu :

1. Berakhiran kasrah ( ‫ت‬ِ ‫) اِ ىَل البى ْي‬


2. Berakhiran tanwin ( ‫) قىائِم‬

3. Di awali dengan alif lam ( ‫)ال‬

ِ ‫ا ْخلى ِم ْي‬
4. Di awali dengan huruf jar ( ‫س‬ ‫) ِيف‬
5. Menunjukkan nama orang atau kata benda ( ‫حُمى َّمد‬ )

‫االسم ما دل يف نفسو على معٌت مستقل ابلفهم غري مقًتن وضعا بزمن من االزمان‬
)5241 ،‫ (األزىري‬. [‫ ادلستقبل‬- ‫الثالثة ]ادلاضي – احلال‬
3

“Isim adalah kalimat yang tertuju pada dirinya sendiri atas arti dirinya kemudian

isim tidak berkaitan dengan tiga waktu yaitu (masa lalu - masa sekarang - masa

akan datang)”

Untuk memudahkan mengenal isim bisa dengan perhatikan tanda-tanda

isim tersebut. Maksudnya, jika menemukan kalimat yang berharokat kasrah pasti

isim sekalipun belum diketahui artinya. Demikian juga kalau ada tanda tanwin

atau alif lam itu dapat dipastikan isim , karena fi’il tidak mungkin bertanwin atau

memakai alif lam.

Menurut bilangannya isim terbagi menjadi tiga bagian yaitu isim mufrad

(bermakna tunggal), isim mutsanna (bermakna dua) dan isim jamak (bermakna

tiga atau lebih) dan jamak juga terbagi menjadi tiga macam yaitu jamak taksir,

jamak muz{akar salim, dan jamak muannats salim.

Isim yang mengikuti isim sebelumnya dinamakan dengan tawabi. Tawabi’


merupakan jamak dari kata tabi’ yang menurut bahasa arab artinya adalah
pengikut, maksudnya yang mengikuti kalimat sebelumnya. Dalam ilmu nahwu
tawabi’ artinya mengikuti kalimat sebelumnya baik dari segi i’rab (rafa’, nashab,
khofad), jenis (muz{akar dan muannats), definitif (nakirah dan ma’rifah) maupun
dari segi jumlah (mufrad, mutsanna dan jama‟). Tawabi’ dalam ilmu nahwu

terbagi menjadi empat macam yaitu na’at ( ‫)النعت‬, Athaf ( ‫)عطف‬, taukid ( ‫)التوكيد‬,

dan badal ( ‫)بدل‬.

Penelitian ini hanya difokuskan pada salah satu tawabi’ yaitu na’at .
Secara leksikal, na’at berasal dari kata /na`ata/ 'atribut' bentuk masdarnya

‫النعت‬/al-na`tu/ memiliki arti yang sama dengan ‫الصفة‬/as-ṣifatu/ 'alam'. W.


4

Wright dalam Bahrum (1999:11) mencatat bahwa dalam Linguistik Teoritis, na’at
memiliki arti kata sifat dan menyebutnya sebagai penggambaran, kata ekspresif,
kualitatif atau kata sifat. Na’at atau disebut juga kata sifat adalah isim yang
mengikuti isim yang lain dengan fungsi untuk menjelaskan sifat dari isim
sebelumnya. Adapun mufrad adalah isim yang menunjukkan bilangan satu
(singuler), baik orang, tempat atau benda.

Berdasarkan penjelasan di atas peneliti akan meneliti na’at yang

terkandung dalam hadis Arbain An-Nawawi yang terdiri dari 42 hadis . Hadis

Arbain An-Nawawi berisi empat puluh dua matan hadis yang berkaitan dengan

dasar-dasar Agama, kualitas mendalam dan muamalah yang disusun oleh Imam

An-Nawawi memiliki pengaruh yang luar biasa di kalangan umat Islam. Hal ini

dapat ditunjukkan dengan pemanfaatan kitab tersebut sebagai bahan bacaan di

pondok pesantren, dayah atau madrasah di Indonesia golongan Syafi'i. Buku yang

menurut penciptanya sangat "luar biasa" ini menarik perhatian untuk dilakukan

investigasi tentang bagaimana landasan penulisan, sistematika dan pengaruhnya

terhadap umat Islam. Penelusuran na’at mufrad akan menjadi “potongan

penyelidikan” dalam penelitian ini. Informasi penting dan tambahan oleh Imam

An-Nawawi dan peneliti lainnya menjadi sumber analisis dalam pertimbangan ini.

Hadis Arbain merupakan salah satu kitab hadis yang kalimat-kalimatnya banyak

mengandung na’at . Seperti pada hadis ke-4 berikut :

‫ حدثنا رسول هللا ملسو هيلع هللا ىلص وىو الصادق‬: ‫عن أيب عبدالرمحن عبدهللا بن مسعود هنع هللا يضر قال‬
‫ مث يكون علقة مثل‬,‫ إن أحدكم جيمع خلقو يف بطن أمو اربعني يوما نطفة‬: ‫ادلصدوق‬
‫ ويؤمر أبربع‬,‫ مث يرسل اليو ادللك فينفخ فيو الروح‬,‫ مث يكون مضغة مثل ذلك‬,‫ذلك‬
‫ فوهللا الذي ال إلو غريه إن‬.‫ بكتب رزقو وأجلو وعملو وشقي أو سعيد‬: ‫كلمات‬
5

‫أحدكم ليعمل بعمل أىل اجلنة حىت ما يكون بينو و بينها إال ذراع فيسبق عليو‬
‫ وإن أحدكم ليعمل بعمل أىل النار حىت ما‬,‫الكتاب فيعمل بعمل أىل النار فيدخلها‬
‫يكون بينو وبينها إال ذراع فيسبق علييو الكتاب فيعمل بعمل أىل اجلنة فيدخلها‬
“Dari Abu Abdurrahman Abdullah bin Mas‟ud Radhiyallahu „Anhu beliau
berkata: Rasulullah Shallallahu „Alaihi wa Sallam menyampaikan kepada kami
dan beliau adalah orang yang jujur dan terpercaya : Sesungguhnya setiap kalian
dikumpulkan penciptaannya diperut ibunya sebagai setetes mani selama empat
puluh hari, kemudian berubah menjadi setetes darah selama empat puluh hari,
kemudian menjadi segumpal daging selama empat puluh hari. Kemudian diutus
kepadanya seorang malaikat lalu ditiupkan padanya ruh dan dia diperintahkan
untuk menetapkan empat perkara: menetapkan rizkinya, ajalnya, amalnya dan
kecelakaan atau kebahagiaannya. Demi Allah yang tidak ada Ilah selain-Nya,
sesungguhnya di antara kalian ada yang melakukan perbuatan ahli surga hingga
jarak antara dirinya dan surga tinggal sehasta akan tetapi telah ditetapkan baginya
ketentuan, dia melakukan perbuatan ahli neraka maka masuklah dia ke dalam
neraka. sesungguhnya di antara kalian ada yang melakukan perbuatan ahli neraka
hingga jarak antara dirinya dan neraka tinggal sehasta akan tetapi telah ditetapkan
baginya ketentuan, dia melakukan perbuatan ahli surga maka masuklah dia ke
dalam surga.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Pada hadis di atas terdapat na’at dan man’u>t yaitu pada lafaz ‫الصادق‬

‫ادلصدوق‬/Ass{odiqul mas{duuqu/ ‘orang yang jujur dan yang dapat dipercaya‟. Pada

lafaz ‫الصادق ادلصدوق‬/Ass{odiqul masd{uuqu/ „orang yang jujur dan yang dapat

dipercaya, na’at terletak pada lafaz ‫ادلصدوق‬/almas{duuqu/ „yang dapat dipercaya‟

yang merupakan isim musytaq, berbentuk isim fa’il dan untuk man’u>t terletak

pada lafaz ‫الصادق‬/ass{odiqu/ „orang yang jujur‟. Lafaz ‫الصدق‬/ass{odiqu/ „orang


yang jujur beri’rabkan rafa‟ yaitu dengan harakat dhommah karena isim mufrad.

Jumlah na’at dan man’u>t tersebut berkedudukan sebagai ‫خرب‬/khobar/

Berdasarkan penjelasan di atas peneliti ingin memfokuskan pada salah satu

na’at saja yaitu na’at mufrad pada hadis Arbain An-Nawawi, agar peneliti dapat
6

mengetahui jumlah, bentuk dan kedudukan na’at mufrad yang terkandung dalam

hadis Arbain An-Nawawi.

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas, peneliti akan mengambil beberapa

permasalahan yang akan kami bahas dalam penelitian ini. Yaitu sebagai berikut :

1.2.1. Apa saja bentuk Na’at mufrad yang terkandung pada hadis Arbain An-

Nawawi?

1.2.2. Bagaimana kedudukan Na’at mufrad yang terkandung pada hadis

Arbain An-Nawawi?

1.2.3 Apa makna leksikal Na’at mufrad yang terkandung pada hadis Arbain

An-Nawawi?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan dari rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan dari

penelitian ini. Yaitu sebagai berikut :

1.3.1 Mengetahui bentuk Na’at mufrad yang terkandung pada hadis Arbain

An-Nawawi?

1.3.2 Mengetahui bagaimana kedudukan Na’at mufrad yang terkandung pada

hadis Arbain An-Nawawi?

1.3.3 Mengetahui makna na’at mufrad yang terkandung pada hadis Arbain An-

Nawawi?
7

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini dapat dibagi menjadi dua,yaitu,

manfaat teoritis dan manfaat praktis:

1.5.1 Manfaat teoritis

Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah secara lisan memperkaya atau

memperkaya khazanah keilmuan pada penerapan qawaid kalimat ketika

membaca buku dan jurnal lainnya.

1.5.2 Manfaat Praktis

Dalam praktiknya, peneliti berharap ada beberapa manfaat bagi

pembaca untuk mengetahui bahwa ada perbedaan jenis Na’at dalam ilmu

sintaksis dalam hadis Arbain An-Nawawi. Secara praktis hasil dari penelitian

ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :

1. Bagi mahasiswa, penelitian ini dapat melengkapi khazanah keilmuan

Fakultas Keguruan dan ilmu pendidikan khususnya mata kuliah

Pendidikan Bahasa Arab dan juga bermanfaat sebagai karya referensi bagi

mahasiswa atau lainnya.

2. Bagi pengajar, penelitian ini dapat memberikan kontribusi dalam

pembelajaran tentang sintaksis khususnya na’at mufrad.

3. Bagi pembaca, penelitian ini dapat menambah pengetahuan linguistik

khususnya di bidang sintaksis tentang na’at mufrad.

Anda mungkin juga menyukai