a. Etimologi ( ) لغة
Secara Etimologi/bahasa, kata NAHWU ( ) نحوmemiliki beberapa makna, diantaranya:
- Contoh ( ) المثل
- Arah ( ) الجهة
- Ukuran ( ) المقدار
- Porsi/divisi ( ) القسم
- Bagian ( ) البعض
- Maksud ( ) القصد
b. Terminologi ( ) اصطالحا
Adapun definisi Nahwu menurut istilah, diantaranya:
علم بأصول وقواعد يعرف بها أحوال أواخر الكلم إعرابا وبناءا
Artinya (-/+):
“Sebuah bidang Ilmu yang mempelajari tentang asal-usul dan kaidah-kaidah dalam bahasa
Arab untuk mengetahui keadaan akhir kata/kalimat, baik itu I’rab ataupun Bina.”
Artinya (-/+):
“Membahas keadaan struktur kata dalam Bahasa Arab.”
اإلحتراز عن الخطاء فى اللسان واإلستعانة على فهم معان الكتاب والسنة وكلمات العربية التى يستعملها كثير من
العلماء فى بحث المسائل الدينية كالعقيدة والفقه والتصوف وغير ذالك
Artinya (-/+):
“Menjaga lisan dari kesalahan dalam berbahasa Arab dan sebagai alat bantu dalam
memahami makna Al-Quran, Sunnah Nabi SAW, kalimat-kalimat berbahasa Arab yang
banyak digunakan mayoritas Ulama dalam membahas masalah-masalah agama, seperti
masalah Aqidah, Fiqih, Tashawuf, dan sebagainya.”
Dari hadits diatas kita dapat pahami betapa Rasulullah SAW memperhatikan Bahasa Arab
yang fasih, sampai-sampai memperintahkkan para sahabat RA untuk mengi’rabi perkataan
mereka sebagaiman kalam Al-Quran (Bahasa Arab Quraisy yang fasih), Terlepas dari apakah
perintah Rasulullah itu adalah suatu kewajiban atau tidak bagi kita umat akhir zaman.
Sementara Nahwu adalah salah satu bidang ilmu yang mempelajari Bahasa Arab Quraisy
Fasih.
Saking pentingnya Ilmu Nahwu, Syekh Ahmad bin Ali bin Mas’ud RA beranalogi:
Artinya (-/+):
“Ketahuilah bahwasannya Ilmu Sharaf adalah Ibunya ilmu, dan Ilmu Nahwu adalah
Bapaknya!”
وقد اتفق العلماء أن النحو يحتاج إليه فى كل فن من فنون العلم ال سياما التفسير والحديث فإنه ال يجوز ألحد أن يتكلم
فى كتاب هللا حتى يكون مملوءا بالعربية ألن القرآن عربي والتفهم مقاصده إال بمعرفة قواعد العربية وكذالك الحديث
Artinya (-/+):
“Sesungguhnya para Ulama telah sepakat bahwasannya Ilmu Nahwu (grammar) sangat
diperlukan dalam mempelajari setiap bidang Ilmu, apalagi itu Ilmu Tafsir Hadits. Karena
sangat tidak diperbolehkan bagi siapa saja yang tidak mahir dalam berbahasa Arab untuk
berbicara tentang Al-Quran. Kenapa? Karena sesungguhnya Al-Quran berbahasa Arab, maka
tidak akan dapat dipahami maksudnya kecuali dengan mengetahui kaidah-kaidah Bahasa
Arab (sementara Nahwu adalah Ilmu Yang mempelajari kaidah-kaidah Bahasa Arab), begitu
juga dengan Hadits.”
Kemudian aku pun mengumpulkan beberapa hal dan mempresentasikannya kepada beliau,
ّ ), anna
diantaranya adalah huruf-huruf nashab yang aku sebutkan pada saat itu hanya inna ( إن
ّ ), layta ( ) ليت, la’alla ( ) لعل, dan kaanna ( كأن
( أن ّ ). Pada saat itu aku tida menyebutkan
ّ ). Kemudian beliau berkata kepadaku: “Kenapa engkau tidak melewatkannya (
lakinna ( لكن
ّ )?” Aku pun menjawab: “Aku tidak memasukannya.” Beliau pun berkata: “Tentu saja, itu
لكن
termasuk”.”’