Kata (َاسز
َ
ِ ) يadalah subyek atau pelaku (Fa‟il).
Diketahui berstatus sebagai pelaku karena harakat di
( ) بadalah fathah (َ )
Obyek Pembahasan : Semua mufradaat (kata) dalam Bahasa Arab, apakah berubah
(mu‟rab) atau tetap (mabni), yang ditandai dengan harakat
terakhir pada kata tersebut.
Manfaat : Memahami Al Qur‟an dan hadits Nabi Muhammad SAW
yang berbahasa Arab.
Berbicara dan menulis dalam Bahasa Arab dengan benar.
Keutamaan : Khalifah Umar bin Al Khathab RA :
“Belajarlah Ilmu Nahwu dan Faraidl (Ilmu Waris), karena
merupakan bagian dari Islam.”
Ar Ra’i Al Andalusi :
“Ilmu Nahwu adalah cabang dari Ilmu Syari‟at yang paling
utama, letaknya paling tinggi dalam tingkatan belajar agama,
paling besar manfaatnya. Ilmu Nahwu adalah kuncinya semua
ilmu, bagaikan cahaya dalam memahami setiap kata dalam
perkataan berbahasa Arab.”
Hubungan dengan : Ilmu Nahwu adalah ilmu yang mengupas semua cabang ilmu-
Ilmu lainnya ilmu syariat lainnya. Ibarat padi (bentuk asal) dan nasi (bentuk
hasil), maka Ilmu Nahwu adalah padi dan ilmu-ilmu syariat
lainnya adalah nasi. Dengan menguasai Ilmu Nahwu, kita dapat
dengan mudah menguasai ilmu-ilmu agama yang lain khususnya
Ilmu Tafsir dan Ilmu Hadits, dalam memahami ayat-ayat Al
Qur‟an dan matan-matan hadits Nabi Muhammad SAW dengan
kaidah Bahasa Arab yang benar.
Pencetusnya : Abu Al Aswad Ad Duali atas perintah Khalifah Ali bin Abi
Thalib RA. Merupakan salah satu pengikut Khalifah Ali bin Abi
Thalib RA yang ditugaskan menyusun rumusan kaidah-kaidah
perkataan Arab serta harakatnya, agar Al Qur‟an dan hadits
beserta tulisan-tulisan berbahasa Arab lainnya (seperti syair atau
dokumen pemerintahan seperti surat perintah dan surat
perjanjian) dapat dipahami maknanya baik oleh orang Arab
sendiri, atau non-Arab. Permasalahan ini muncul saat banyak
yang keliru membaca ayat ketiga dalam surah At Taubah :
َ َ َ ْ َ ٌ َ َ َّ َ
َأنَهللاَب ِزيئ َِمنَاملش ِز ِكينَوَرسىله
Saat itu, baik orang Arab atau non-Arab, banyak yang keliru
Setelah itu, Ilmu Nahwu dikembangkan oleh Abu Amr bin Ala,
Khalil Al Farahidi dan Sibawaih. Selanjutnya, juga
dikembangkan oleh Ibnu Malik dan Ibnu Aqil.
Nama Lain : Ilmu Qawa‟id Al I‟rab.
Abu Al Aswad Ad Duali memberikan nama dengan nama Ilmu
Nahwu terinspirasi dari perkataa Khalifah Ali bin Abi Thalib
RA yaitu :
َ ْ
ََّ َان َ َحَ ََه َذ
َْ اَالن
َح َى
“Buatkah contoh dengan contoh-contoh ini (Al Qur‟an dan
hadits Nabi Muhammad SAW.”
Sumber Rujukan : Al Qur‟an dan hadits Nabi Muhammad SAW serta perkataan-
perkataan cendikia Bangsa Arab yang fasih (jelas sesuai kaidah).
Hukum Mempelajari : Fardlu Kifayah untuk sebagian penduduk suatu daerah
Fardlu ‘Ain untuk para penuntut ilmu agama dan ulama.
Kajian Pembahasan : Permasalahan kaidah harakat huruf akhir pada suatu kata dalam
Bahasa Arab.
MATERI KE-II – Definisi Ilmu Shorof
Arti :
Bahasa : kata ( )الصزفmemiliki arti dasar yaitu berubah.
Istilah : Salah satu cabang ilmu tata Bahasa Arab yang
membahas permasalahan bentuk suatu kata baik tentang
perubahan bentuk, penambahan huruf, dan susunan huruf yang
membentuk suatu kata, dengan arti yang berubah. Contoh :
) ألامزseperti ( ) أكتب.
Tashrif Lughawi : Perubahan yang didasarkan pada
Arti Secara Bahasa : Al Bayan ( البيان ) memiliki arti mengungkap ( الكشف ) dan
داودَكالعسل
Daud seperti Madu
Pembahasan :
Daud adalah seorang anak yang tampan walaupun hitam yang
diumpamakan seperti madu walaupun bentunya hitam yang
rasanya manis.
Peletak Dasar : Kitab Majaz Al Qur‟an adalah karya Ma‟mar bin Al Mutsanna
(wafat 208 Hijriyah) yang merupakan kitab pertama membahas
Ilmu Al Bayan dengan obyek kajian Al Qur‟an. Disebutkan
dalam kitab tersebut bahwa uslub pembahasaan Al Qur‟an
merupakan uslub pembicaraan antar Bangsa Arab. Contoh :
)َ5َ:َوَامزائتهَحمالةَالحطبَ(َاللهب
Dan istrinya adalah pembawa kayu bakar
Pembahasan :
Pada ayat di atas dijelaskan dengan jelas mengungkapkan peran
istri Abu Lahab yang menyebarkan hoax fitnah kebencian yang
diibaratkan sebagai kayu bakar yang jika disulut api, akan
menyebar api ke berbagai arah. Seperti itu adalah peran dari istri
Abu Lahab yang menyebarkan hoax fitnah kebencian atas Nabi
Muhammad SAW dan Umat Islam, sehingga mengalami tekanan
dari para pembesar Quraisy Makkah, yang termakan hoax fitnah
kebencian.
داودَكالعسل
Daud seperti Madu
Pembahasan :
Al Musyabbah (yang diumpamakan: Daud
Adwat At Tasybih (alat pengumpamaan : Huruf Kaf ( ك
) yang berarti seperti.
Al Musyabbah Bihi (Yang diumpamakan dengan) :
Madu
Asbab At Tashbih (Sebab Diumpamakan) :
Kegantengan Daud dengan manisnya madu hitam.
Arti Secara Bahasa : Al Ma‟ani ( ّٜ ) اىَؼاmerupakan jamak dari Al Ma‟na ( ْٚ) اىَؼ
yang dalam Bahasa Indonesia bisa disebut dengan arti, makna,
maksud, inti, semangat, atau spirit.
Arti Secara Istilah : Bagian dari Ilmu Balaghah yang yang membahas tentang makna
yang tersembunyi dari suatu pernyataan/ perkataan dari susunan
kalimat dalam berbahasa Arab.
Peletak Dasar : Syaikh Abdul Qahir Al Jurjani (wafat tahun 471 H / 1078 M)
Obyek dan Sasaran : Bentuk perkataan/ pernyataan seseorang dalam Bahasa Arab
Kajian Ilmu Al Ma’ani yang berbentuk taqdim (diajukan), ta‟khir (diakhirkan), dzikir
(disebut), hadzaf (dihapus/ disembunyikan), dan sebagainya.
Contoh :
قوََٕ٘هللاَأحذ
Katakanlah Dia Allah Maha Esa
Pembahasan:
Sejatinya, ada dhomir ( ٕ٘ ) dalam ayat di atas tidak perlu untuk
disebutkan maksud dari dhomir ( ٚ) هللا َتؼاى, akan tetapi dalam
ayat tersebut, keduanya disebut (dzikir). Penyebutan tersebut
bertujuan untuk menguatkan (ta’kid) bahwa Allah SWT benar-
besar Maha Esa ( ) أحذ.
Manfaat : Mengetahui makna yang tersembunyi di dalam bentuk
suatu perkataan/ pernyataan seseorang dalam Bahasa
Arab khususnya Al Qur‟an dan hadits Nabi Muhammad
SAW, baik yang berbentuk taqdim (diajukan), ta‟khir
(diakhirkan), dzikir (disebut), hadzaf (dihapus/
disembunyikan), dan sebagainya.
Memahami bahwa bahasa dialek Al Qur‟an dan hadits
Nabi Muhammad SAW memiliki kemukjizatan dalam
segi sastra, yang yang dapat dipahami, untuk kemudian
berpengaruh dalam penentuan hukum dan adab. Contoh :
َٗقتٖاٚاىصالجَػي
Shalat atas waktunya
Pembahasan:
Madzhab Syafi‟i memahami huruf ( ٚ ) ػيsebagai tepat pada
saatnya (waktunya). Sehingga dalam Madzhab Syafi‟i
dianjurkan agar setiap Umat Islam melaksanakan sholat setelah
adzan berkumandang, tanpa menunda.
MATERI KE-V – Definisi Ilmu Al Badi‟
Arti Secara Bahasa : Al Badi‟ ( غٝ ) اىثذmemiliki arti asal hal baru, ciptaan, karya,
kreatif dan keindahan.
Arti Secara Istilah : Bagian dari Ilmu Balaghah yang membahas segsegi keindahan
kata dengan menyesuaikan susunan kata dan kalimat dengan
makna-makna yang terkandung di dalamnya.
Peletak Dasar : Abdullah bin Al Mu‟taz (wafat 274 H), selanjutnya
dikembangkan oleh Imam Qatadah bin Ja‟far Al Khathib, Abu
Hilal Al Askari, Ibnu Rusyaiq Al Qairawani, Shafiyuddi Al
Hilly dan Ibnu Al Hijjah.
Obyek dan Sasaran : Membahas tata cara memperindah suatu ungkapanm baik alias
Kajian Ilmu Al Ma’ani Al Muhasinat ( ) اىَحاسْاخpada aspek lafaz maupun pada aspek
makna. Pembagiannya adalah :
1. Al Muhasinat Al Lafzhiyah ( حٞ) اىَحاسْاخ َاىيفظ, secara
lafaz seperti sajak ( ) اىسجغyaitu susunan kalimat dengan
akhiran kata memiliki huruf bacaan yang sama, akan
tetapi tidak setertib syair ( ) اىشؼش. Contoh :
)2-1َ:ٌََ(َاىْجَٙ٘*ٍَاَضوَّصاحثنٌٍََٗاَغََٕٙ٘ٗاىْجٌَإرا
Demi bintang ketika terbenam.
Tidaklah sesat sahabatmu dan keliru.
Pembahasan:
Pada contoh di atas hanya terdapat kesamaan lafazh dengan
huruf bacaan yang sama ( ٙٗ ) pada kata ( ٕٙ٘ ) dan ( ٙ٘) غ.
Tanpa ada kesamaan atau perbedaan makna keduanya.
َٔ٘ثقَتؼيٍََِٝالٍَؼشفحَىَٔتؼيٌَاىَْطقَال
Siapa saja yang tidak mengetahui baginya dengan Ilmu Mantik,
tidak dipercaya keilmuannya.
Peletak Dasar : Penyusun kaidah-kaidah Ilmu Mantik adalah Aristoteles.
Selanjutnya, Ilmu Mantik diterjemahkan ke Bahasa Arab di era
Bani Umayyah dan dikembangkan oleh para ulama dan
cendikiawan di era Bani Abbas. Beberapa nama ulama Umat
Islam yang mengembangkan kaidah-kaidah Ilmu Mantik adalah
Imam Muhammad bin Idris Asy Syafi‟i RA, Abu Nashr Al
Farabi, Ibnu Sina, Al Kindi, Imam Abu Hamid Al Ghazali dan
Ibnu Rusyd.
Nama Lain : Ilmu Hukum Berfikir ( َِاىفنشّٞ) ػيٌَق٘ا
Hukum Mempelajari : Sebagian ulama khususnya Muhadditsin seperti Imam
An Nawawi, Ibnu Shalah dan Ibnu Hajar Al Asqalani,
yang ketiganya bermadzhab Syafi‟i, mengharamkan
mempelajari Ilmu Mantik khususnya pada buku-buku
Ilmu Mantik yang ditulis oleh cendikiawan dan filsuf
selain dari kalangan Umat Islam, seperti Aristoteles yang
di dalam banyak karyanya mengandung permasalahan
ghaib yang disebut dengan metafisika, karena tidak
sesuai dengan ajaran agama Islam.
Sebagian besar lainnya seperti Imam Muhammad bin
Idris Asy Syafi‟i, Imam Abu Hami Al Ghazali,
Fakhruddin Ar Razi dan Saifuddin Al Amidi
menganjurkan belajar Ilmu Mantik.
MATERI KE-VII – Definisi Ilmu Khat
Imam Jalaluddin Abdurrahman bin Abu Bakar As Suyuthi (Wafat 911 H) menjelaskan bahwa
Ilmu Khat adalah :
حَمتاتحَاألىفاظٞفَٞٔػَِمٞثحثَفٌَٝػي
Ilmu yang membahas tatacara penulisan lafadz (ucapan). Maksudnya adalah menuliskan lafadz
dengan huruf Hijaiyah dari awal pengucapan sampai selesai, termasuk bagaimana digabung
antara satu huruf dengam huruf lainnya. Beberapa contoh kaidah penulisan :
1. Dihapuskannya huruf alif hamzah ( ) إdalam kata ( ) إسمhanya untuk ucapan Basmalah
( هللا ) بسم. Adapun selain Basmalah, harus menggunakan huruf alif hamzah ( ) إ.
2. Penghapusan huruf alif ( ) اdalam kata ( ِ ) إتjika menunjukkan nama seseorang dan
ayahnya seperti ( شَٞ) ٍصؼةَتَِػ. Adapun jika menyebutkan nama panggilannya
“anak ayahnya” seperti ( شَٞ ) اتَِػharus tetap menggunakan huruf alif ( ) ا. Adapun
dalam pengucapan harut tetap menyebut alif yang dikasrah ( َِ ) اseperti ( ٍَِصؼةَت
شَٞ ) ػdibaca Mush‟ab ibnu Umair.
3. Penyambungan pada huruf yaitu ( ) ٍاjika diawali dengan huruf ( ٜ ) فdan ( ٍِ ) ditulis
seperti ( َاٞ ) فdan ( ) ٍَِ ََّاdi mana huruf nun ( ُ ) dipahus dan huruf mim ( ً ) kedua
diberi tanda tasydid ( َّّ ).
4. Penghapusan huruf alif ( ) اdi tengah kata seperti :
ٓاىال هللا
ٓإال ٔإى
ُاىشحَا َِاىشح
) menjadi ya‟ ( ٙ ) pada huruf :ا ( 5. Mengubah huruf alif
TULISAN ASLI PERUBAHAN
تال تيٚ
إال إىٚ
حتا حتَّٚ
ػال ػيٚ
yang berarti perubahan harakat pada huruf terakhir sebuah kata baik itu isim ( ٌ ) اإلسatau fi‟il
KETENTUAN DASAR :
َ َةٞرٕةَداٗ َد َُتحث
َة
ِ ٞقيٌَحث
َ ِةَتاىَاءَاىشاخٞستح ٌَُّحثٝ
َ ةَتاىَاءَاىثاسدٞستح ٌََّحثَِٝى
َ َْةَالَتزَٕةٞاَحثٝ
َُ
َ َاىَذسسحٚةَإىٞزَٕةْ َحثٌَٝى
CATATAN:
Tanda-tanda marfu‟ ( ) ٍشف٘ع, manshub ( ) ٍْص٘ب, majrur ( ) ٍجشٗسdan majzum ( ًٗ) ٍجض
tidak hanya huruf-huruf di atas, tergantung dengan jumlahnya apakah isim ( ٌ ) اإلسatau fi‟il
mudlori‟ ( ) اىفؼوَاىَضاسعitu berdua ( ْٚ ) اىَثatau jama‟ ( ) اىجَغ, juga apakah berjenis laki-
laki ( اىَز ّمش ) atau perempuan ( اىَؤّّث ). Perubahan terkait jumlah dan jenis, akan dibahas
setelah PTS.
إتمام الدراية لقرّاء ال نقاية لجالل الدين ع بد نمحرلا ين أبي بكر السيوطي: المرجع