Anda di halaman 1dari 15

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori tentang Nahwu

a. Pengertian Nahwu
1
.‫علم النحو هو علم يبحث عن اأحوال أواخر الكلمات العربية من حيث اإلعراب والبناء‬

Ilmu Nahwu adalah ilmu yang membahas tentang keadaan akhir

kata-kata bahasa Arab dari segi i’rob dan bina’.

Secara Bahasa Lafadz ‫ النَحْ ُو‬secara bahasa memiliki enam makna yaitu : 2

1. Bermakna ‫ألقَصْ ُد‬ (menyengaja)

2. Bermakna ُ‫ْال ِجهَة‬ (arah)

ِ ‫نَ َحوْ ةُ نَحْ َو ْالبَ ْى‬


Contoh : ‫ت‬ Saya menyengaja ke arah rumah.

3. Bermakna ‫اَ ْل ِم ْث ُل‬ (seperti)

Contoh : ‫زَ ْى ٌد نَحْ ُو َع ْم ٍرو‬ Zaid seperti umar.

4. Bermakna ‫اَ ْل ِم ْقدَا ُر‬ (kira-kira)

ٍ ‫ِع ْن ِدى نَحْ ُو ْال‬


Contoh : ‫ف‬ Saya memiliki kira-kira seribu.

5. Bermakna ‫اَ ْلقِ ْس ُم‬ (bagian)

Contoh : ‫هَ َذا َعلَى خَ ْم َس ِة ا ْن َحا ِء‬ Perkara ini adalah lima bagian.

6. Bermakna ُ‫اَ ْلبَعض‬ (sebagian)

ُ ‫ ا َك ْل‬Saya telah memakan sebagian ikan.


Contoh : ‫ت نَحْ َو ال َّس َم َك ِة‬

1
،‫ مطبعة األمين‬، ‫ القواعد الصرفية مباحث حول الكلمات العربية في حال أفرادها (برندوان‬،‫مح ّمد ادريس جوهري‬
2 ‫) الطبعة السادسة عشرة الصفحة‬2013
2
Hapsarisari, Makalah hubungan Ilmu Nahwu dan ilmu shorof Sebagai instrumen Dasar
Bahasa Arab, https://hapsarisari.wordpress.com/2017/11/11/makalah-hubungan-ilmu-
nahwu-dan-ilmu-shorof-sebagai-instrumen-dasar-bahasa-arab/ diakses 11 November
2017

1
Yang paling banyak dari enam makna di atas adalah maknah yang

pertama. Secara Istilah Nahwu menurut istilah diucapkan pada dua hal :

1. Diucapkan untuk istilah fan ilmu nahwu yang mencakup ilmu nahwu

shorof atau juga disebut ilmu bahasa arab, yang devinisinya adalah :

‫ت ْال َع َربِيَ ِة َحا َل اِ ْف َر ِدهَا َو َحا َل تَرْ ِكبِهَا‬


ِ ‫ب يُ ْع َرفُ بِهَا اَحْ َكا ُم ْال َكلِ َما‬
ِ ‫ِع ْل ٌم بِاُصُوْ ِل ُم ْستَ ْمبَطَ ٍة ِمن َكالَ ِم ْال َع َر‬

b. Ilmu tentang Qoidah-qoidah (pokok-pokok) yang diambil dari kalam

arab, untuk mengetahui hukum (Hukumnya Kalimat) kalimat arab

yangtidak disusun (sepwrti panggilan, idghom, membuang dan mengganti

huruf) dan keadaan kalimat ketika ditarkib (seperti I’robdan mabni).

Istilah nahwu untuk fan ilmu yang menjadi perbandingan dari ilmu

shorof, yang definisinya adalah :

‫ب يُ ْع َرفُ بِهَا اَحْ َوا ُل آَ َوا ِخ ِر ْال َكلِ ِم إ ْع َرابًا َوبِنَا ٌء‬
ِ ‫ِع ْل ٌم بِاُصُوْ ٍل ُم ْستَ ْنطَ ِة ِم ْن قَ َوا ِع ِد ْال َع َر‬

Ilmu tentang pokok-pokok yang diambil dari qoidah-qoidah arab,

untuk mengetahui keadaan akhirnya kalimat dari segi I’rob dan mabni.

Dari dua definisi diatas, yang dikehendaki adalah definisi yang

pertama, karena nahwu tidak hanya menjelaskan keadaan akhirnya

kalimah dari segi I’rob dan mabninya tetapi menjelaskan keadaan kalimat

ketika tidak ditarkib, yang berupa I’lal, idhom, pembuangan dan

pergantian huruf, dan lain-lain.3

3
Hapsarisari, Makalah hubungan Ilmu Nahwu dan ilmu shorof Sebagai instrumen Dasar
Bahasa Arab, https://hapsarisari.wordpress.com/2017/11/11/makalah-hubungan-ilmu-
nahwu-dan-ilmu-shorof-sebagai-instrumen-dasar-bahasa-arab/ diakses 11 November
2017

2
Nahwu merupakan salah satu dari dua belas cabang ilmu Lughot

Al-arobiyyah menduduki posisi penting. Oleh karena itu, nahwu lebih

layak untuk dipelajari mendahului pengkayaan kosakata dan ilmu-ilmu

lughot yang lain. Sebab, nahwu merupakan instrument yang amat fital

dalam memahami kalam allah, kalam rasul serta menjaga dari kesalahan

terucap. Oleh karena itu, sebagai disiplin ilmu yang dianggap penting,

nahwu bukan sekedar untuk pemanis kata, akan tetapi sebagai timbangan

dan ukuran kalimat yang benar serta bias menghindar kan pemahaman

yang salah atas suatu wicara.Oleh karena itu,menurut kaidah hukum islam,

mengerti akan ilmu Nahwu bagi mereka yang ingin memahami Al-Qur’an,

hukumnya fardu ‘ain.

‫ واإلع راب‬.‫النحو هو علم تعرف به أحوال الكلمات العربية مفردة ومركبة‬


.‫ه و علم بأص ول تع رف هبا أح وال الكلم ات العربي ة من حيث اإلع راب والبن اء‬
،‫ أو ج ّر‬،‫ أونص ب‬،‫في ه نع رف م ا جيب علي ه أن يك ون آخ ر الكلم ة من رف ع‬
4
.‫اجلملة‬ ‫ بعد انتظامها يف‬،‫أوجزوم‬
Nahwu adalah ilmu di mana kondisi kata Arab dikenal sebagai

mufrod (individual) dan kompleks. Dan Nahwu adalah pengetahuan

tentang asal-usul kondisi kata-kata Arab dari segi I’rob dan bina’. Atau Di

dalamnya kita tahu apa kata terakhir seharusnya, dari rofa’, nashob, jar ,

jazam setelah diletakkan di dalam jumlah.

b. Ruang Lingkup Ilmu Nahwu

4
9 .‫) الصفحة‬1987 ،‫ دار الكتب العلمية‬:‫ (ببروت‬،‫ جامع الدروس‬،‫الشيخ اإلديب مصطفيى الغالييني‬

3
Sebab-sebab yang Mendorong Disusunnya Ilmu Nahwu yaitu

Bangsa Arab pada awalnya merupakan bangsa yang memiliki keahlian

dalam menggunakan dua bahasa sekaligus, yakni bahasa fasih dan bahasa

dialek. Saat sedang bersantai dengan keluarga misalnya, mereka

menggunakan bahasa dialek. Namun apabila pada saat yang lain mereka

harus menggunakan bahasa fasih, mereka pun sanggup melakukannya

secara sempurna. Al-Qur’an dan sabda Nabi juga disampaikan dalam

bahasa Arab yang fasih.5

Setelah Islam berhasil melakukan futuh ke berbagai negeri ajam

(non Arab), bangsa Arab mau tidak mau harus bergumul dengan bangsa-

bangsa yang tidak berbahasa Arab tersebut. Akibat pergumulan yang

berlangsung secara intens dan dalam waktu lama, bahasa Arab mulai

terpengaruh oleh bahasa-bahasa lain. Orang-orang non Arab berusaha

untuk berbicara dalam bahasa Arab namun mereka melakukan banyak

kekeliruan. Orang Arab sendiri sedemikian toleran atas berbagai

kekeliruan berbahasa Arab, baik yang dilakukan oleh orang non Arab

maupun oleh orang Arab yang baru belajar berbahasa. Saat itu, kesalahan

bukan hanya dilakukan oleh orang awam namun juga oleh orang-orang

terpelajar dan para sastrawan. Dikisahkan, bahkan Al-Hajjaj, seorang yang

sangat mahir berbahasa, juga sempat melakukan kesalahan. Banyaknya

kesalahan, terutama dalam mengucapkan ayat-ayat Al-Qur’an, telah

5
Hapsarisari, Makalah hubungan Ilmu Nahwu dan ilmu shorof Sebagai instrumen Dasar
Bahasa Arab, https://hapsarisari.wordpress.com/2017/11/11/makalah-hubungan-ilmu-
nahwu-dan-ilmu-shorof-sebagai-instrumen-dasar-bahasa-arab/ diakses 11 November
2017

4
mendorong sebagian orang yang mahir berbahasa untuk menyusun kaidah-

kaidah bahasa, yang pada kemudian hari dikenal sebagi ilmu nahwu.

c. Tujuan disusunnya ilmu nahwu

Tujuan utama penyusunan ilmu nahwu ialah agar bahasa Arab yang

fasih tetap terjaga sehingga Al-Qur’an dan hadits Nabi juga terjaga dari

kesalahan. Di sisi lain, ilmu nahwu juga bisa dipakai sebagai sarana untuk

mengungkap keajaiban bahasa Al-Qur’an (‫)اعجاز القرآن‬.

d. Siapakah yang mula-mula menyusun ilmu nahwu?

Melalui pengkajian yang teliti, para ahli menetapkan bahwa yang

meletakkan gagasan awal dan dasar-dasar serta metodologi ilmu nahwu

ialah Ali bin Abi Thalib. Selanjutnya, pekerjaan tersebut dilanjutkan secara

ekstensif oleh muridnya yang bernama Abul Aswad. 6

Mengenai pendapat yang mengatakan bahwa metodologi ilmu

nahwu diadopsi dari tata bahasa lain – terutama Yunani – melalui

perantaraan orang-orang Suryani, para ahli menyanggahnya dengan

mengatakan bahwa metodologi itu orisinil dari Arab, terutama dengan

adanya Al-Qur’an. Para ahli mengatakan bahwa tata bahasa Yunani

memang sempat bergumul dan mempengaruhi ilmu nahwu, namun itu

terjadi setelah ilmu nahwu sendiri sudah berada di tengah-tengah

formasinya.

6
Hapsarisari, Makalah hubungan Ilmu Nahwu dan ilmu shorof Sebagai instrumen Dasar
Bahasa Arab, https://hapsarisari.wordpress.com/2017/11/11/makalah-hubungan-ilmu-
nahwu-dan-ilmu-shorof-sebagai-instrumen-dasar-bahasa-arab/ diakses 11 November
2017

5
e. Perkembangan ilmu nahwu dari masa ke masa

Perkembangan ilmu nahwu dapat diruntut menjadi tiga periode:

1. Periode Perintisan dan Penumbuhan (Periode Bashrah)7

Perkembangan pada periode ini berpusat di Bashrah, dimulai sejak

zaman Abul Aswad sampai munculnya Al-Khalil bin Ahmad, yakni

sampai akhir abad kesatu Hijriyah. Periode ini masih bisa dibedakan

atas dua sub periode, yaitu masa kepeloporan dan masa

pengembangan. Masa kepeloporan tidak sampai memasuki masa

Daulah Abbasiyah. Ciri-cirinya ialah belum munculnya metode qiyas

(analogi), belum munculnya perbedaan pendapat, dan masih

minimnya usaha kodifikasi. Adapun ciri-ciri masa pengembangan

ialah makin banyaknya pakar, pembahasan tema-temanya semakin

luas, mulai munculnya perbedaan pendapat, mulai dipakainya

argumen dalam menjelaskan kaidah dan hukum bahasa, dan mulai

dipakainya metode analogi.

2. Periode Ekstensifikasi (Periode Bashrah-Kufah)

Periode ini merupakan masa ketiga bagi Bashrah dan masa

pertama bagi Kufah. Hal ini tidak terlalu mengherankan, sebab kota

Bashrah memang lebih dulu dibangun daripada kota Kufah. Pada

masa ini, Bashrah telah mendapatkan rivalnya. Terjadi perdebatan

7
Hapsarisari, Makalah hubungan Ilmu Nahwu dan ilmu shorof Sebagai instrumen Dasar
Bahasa Arab, https://hapsarisari.wordpress.com/2017/11/11/makalah-hubungan-ilmu-
nahwu-dan-ilmu-shorof-sebagai-instrumen-dasar-bahasa-arab/ diakses 11 November
2017

6
yang ramai antara Bashrah dan Kufah yang senantiasa berlanjut

sampai menghasilkan apa yang disebut sebagai Aliran Bashrah

dengan panglima besarnya Imam Sibawaih dan Aliran Kufah dengan

panglima besarnya Imam Al-Kisa’i. Pada masa ini, ilmu nahwu

menjadi sedemikian luas sampai membahas tema-tema yang saat ini

kita kenal sebagai ilmu sharf.8

3. Periode Penyempurnaan dan Tarjih (Periode Baghdad)

Di akhir periode ekstensifikasi, Imam Al-Ru’asi (dari Kufah) telah

meletakkan dasar-dasar ilmu sharf. Selanjutnya pada periode

penyempurnaan, ilmu sharf dikembangkan secara progresif oleh

Imam Al-Mazini. Implikasinya, semenjak masa ini ilmu sharf

dipelajari secara terpisah dari ilmu nahwu, sampai saat ini. Masa ini

diawali dengan hijrahnya para pakar Bashrah dan Kufah menuju kota

baru Baghdad. Meskipun telah berhijrah, pada awalnya mereka

masih membawa fanatisme alirannya masing-masing. Namun lambat

laun, mereka mulai berusaha mengkompromikan antara Kufah dan

Bashrah, sehingga memunculkan aliran baru yang disebut sebagai

Aliran Baghdad. Pada masa ini, prinsip-prinsip ilmu nahwu telah

mencapai kesempurnaan. Aliran Baghdad mencapai keemasannya

pada awal abad keempat Hijriyah. Masa ini berakhir pada kira-kira

8
Hapsarisari, Makalah hubungan Ilmu Nahwu dan ilmu shorof Sebagai instrumen Dasar
Bahasa Arab, https://hapsarisari.wordpress.com/2017/11/11/makalah-hubungan-ilmu-
nahwu-dan-ilmu-shorof-sebagai-instrumen-dasar-bahasa-arab/ diakses 11 November
2017

7
pertengahan abad keempat Hijriyah. Para ahli nahwu yang hidup

sampai masa ini disebut sebagai ahli nahwu klasik.

Setelah tiga periode diatas, ilmu nahwu juga berkembang di

Andalusia (Spanyol), lalu di Mesir, dan akhirnya di Syam. Demikian

seterusnya sampai ke zaman kita saat ini.

Dalam ilmu Nahwu objek bahasannya tertuju pada kosa katsa

Arab baik dalam bentuk kata tunggal atau tersusun, mengenai vocal

akhir (I’rob) yang menentuakan suatu kata, mengenai pergantian,

pembuangan dan I’lalul huruf dan banyak yang lain.

Alam tata bahasa sintaksis Arab, dikenal istilah Fi’iil dan Harf,

jumlah Islamiyah dan Fi’liyah serta Syibhu jumlah. Dalam ilmu

Nahwu banyak lagi istilah dan persoalan yang dihadapi dapat diteliti

dari buku-buku bahwa yang banyak tersebar. Yang dikenal

memprakarsai Nahwu adalah Ali bin Ali Thalib beserta sahabatnya.9

B. Kajian Teori tentang Sharraf

1. Pengertian Sharraf
10
.‫علم الصرف هو علم يبحث عن صيغ الكلمات العربية وأحوالها التي ليست بإعراب والبناء‬

Ilmu Sharraf adalah ilmu yang membahas tentang formula dan

kondisi kata-kata Arab yang bukan berdasarkan i’rob dan bina’.

9
Hapsarisari, Makalah hubungan Ilmu Nahwu dan ilmu shorof Sebagai instrumen Dasar
Bahasa Arab, https://hapsarisari.wordpress.com/2017/11/11/makalah-hubungan-ilmu-
nahwu-dan-ilmu-shorof-sebagai-instrumen-dasar-bahasa-arab/ diakses 11 November
2017

10
،‫ مطبعة األمين‬، ‫ القواعد الصرفية مباحث حول الكلمات العربية في حال أفرادها (برندوان‬،‫مح ّمد ادريس جوهري‬
1 ‫) الطبعة السادسة عشرة الصفحة‬2013

8
Secara bahasa,  Ilmu Sharaf berarti ‫ الَتَّ ْغيِ ْي ُر‬yang berarti perubahan.

ِ َ ‫ا‬žž‫ْف الرَّي‬
Allah berfirman (‫ح‬ ْ ‫) َوت‬, yang berarti perubahan pada angin.
ِ ‫ري‬žž‫َص‬

Adapun secara istilah,  ilmu Sharaf adalah ilmu yang mempelajari tentang

kaedah kaedah atau rumus rumus,  yang dengan kaedah kaedah tersebut

kita dapat mengetahui bangunan bangunan suatu kata. Apakah kata

tersebut mengalami penambahan huruf,  pengurangan,  pergantian, 

penghilangan,  pergeseran,  atau yang semisal dengannya.11

‫الصرف هو علم بأصول تعرف هبا صيغ الكلمات العربية وأحواهلا اليت يت‬
‫ فهو علم يبحث عن الكلم من حيث ما يعرض له من‬.‫ليست بإعراب والبناء‬
‫تصريف وإعالل وإدغام وإبدال وبه نعرف ماجيب أن تكون عليه بنية الكلمة قبل‬
12
.‫انتظامها يف اجلملة‬
Dari penjelasan ringkas di atas,  kita dapat menarik kesimpulan

tentang perbedaan ilmu Nahwu dan Sharaf secara terperinci,  yaitu sebagai

berikut:

a. lmu Nahwu berfungsi untuk mengetahui harakat akhir suatu

kata/alamat. Yang dengan hal tersebut (berubahnya harakat akhir suatu

kata) memberikan pengaruh terhadap makna suatu kata. Adapun Ilmu

Sharaf berfungsi untuk mengetahui bangunan bangunan suatu kata, 

apakah berupa penambahan huruf,  pengurangan,  dan yg semisal

dengannya yang telah kita sebutkan. Yang kesemuanya ini

memberikan pengaruh yang besar dalam pemaknaan.Sehingga

11
Sanusi Daris Hafidzhahullah, Makalah Perbedaan Nahwu dan Sharraf
http://tsaniabudzaki.blogspot.com/2015/12/perbedaan-ilmu-nahwu-dan-sharaf.html
12
8 .‫) الصفحة‬1987 ،‫ دار الكتب العلمية‬:‫ (ببروت‬،‫ جامع الدروس‬،‫الشيخ اإلديب مصطفيى الغالييني‬

9
bangunan isim mutsanna dan jamak dibahas pada ilmu sharaf,  bukan

pada ilmu Nahwu. Adapun peran ilmu Nahwu hanya membahas

alamat pada akhir kata isim2 tersebut.13

b. Ilmu Nahwu, kajiannya fokus pada 3 komponen kata dalam bahasa

Arab,  yaitu Isim, Fi'il, dan Huruf. Sedangkan Ilmu Sharaf, kajiannya

hanya berfokus pada 2 komponen kata dalam Bahasa Arab, yaitu Isim

dan Fi'il.

c. Fungsi ilmu Nahwu lebih tertuju kepada penjagaan lisan dari

kesalahan dalam berbahasa Arab dan memahami kata. Sedangkan

ilmu Sharaf lebih tertuju pada penjagaan bahasa dari sisi asalnya dan

pecahannya serta untuk memudahkan seseorang dalam pengucapan

bahasa Arab yang berat pengucapannya.

d. Ilmu Nahwu,  dalam mempelajarinya dan menguasainya, kita berfokus

pada kaedah2 dan rumus2nya. Ilmu Sharaf,  kita berfokus pada

pengunaan kamus dan berbicara langsung dengan pengguna bahasa

tersebut (penutur asli), yang bahasanya fasih dan belum bercampur

dengan bahasa pasaran.

C. Kajian Teori tentang Percakapan Bahasa Arab

1. Al-Muhadatsah (Bercakap-cakap)

Pelajaran muhadatsah merupakan pelajaran bahasa Arab yang

pertama-tama diberikan. Tujuan utama pengajaran bahasa Arab adalah

agar siswa mampu bercakap-cakap (berbicara) dalam pembicaraan

13
Sanusi Daris Hafidzhahullah, Makalah Perbedaan Nahwu dan Sharraf
http://tsaniabudzaki.blogspot.com/2015/12/perbedaan-ilmu-nahwu-dan-sharaf.html

10
sehari-hari dengan berbahasa Arab dan membaca Al-Qur’an, dalam

shalat dan do’a-doa.

Metode muhadatsah yaitu cara menyajikan bahasa pelajaran

bahasa Arab melalui percakapan, dalam percakapan itu dapat terjado

antara guru dan murid dan antara murid dengan murid, sambil

menambah dan terus memperkaya perbendaharaan kata-kata

(vocabulary) yang semakin banyak.14

Di lembaga-lembaga pesantren modern seperti pesantren modern

seperti Pesantren Gontor Ponorogo Jawa Timur sangat menekankan

metode muhadatsah ini, di samping metode-metode lainnya. Anak

didik mulai tingkat dasar diharuskan bercakap- cakap dengan bahasa

Arab di samping bahasa ainggris. Meskipun mula-mula arti

pembicaraan belum begitu dipahami tetpi lama-kelamaan, sedikit demi

sedikit anak didik mulaimengerti dan memahaminya. Sehingga,

banyak kalangan menilai sistem dan metode yang dikembangkan oleh

Pesantren Gontor ini sangat aktif ddan dapat dicontoh.

Kalau diperhatikan lebih jauh, anak kecil belajar bahasa ibunya

memang dimulai dengan percakapan (berbicara). Mula- mula ia

ucapkan kata-kata yang diajarkan ibunyameskipun tidak langsung ia

pahami atau dimengerti. Setelah agak lancar, ia mulai menyusun kata-

kata. Lama-kelamaan menjadi mahir dan paham berbicara. Jadi, bukan

tata bahasanya (Qawaid) yang pertama diajarkan tetapi melatih

Ahmad Izzan, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, (Edisi Revisi), (Bandung:


14

Humaniora, 2009) Hal.116

11
percakapannya. “Sudah bisa karena biasa”, inilah metode yang alamiah

dan berhasil guna.

Penganyaran muhadatsah ini bertujuan untuk:

1. Melatih lidah anak didik agar terbiasa dan fasih bercakap-cakap.

2. Terampil berbicara dalam bahasa Arab mengenai kejadian apa saja

dalam masyarakat dan dunia internasional apa yang ia ketahui.

3. Mampu menerjamahkan percakapan orang lain lewat telepon,

radio, TV, tape recorder dan lain-lain.

4. Menumbuhkan rasa cinta dan menyenangi bahasa Arab dan Al-

qur’an ,sehingga timbul kemauan untuk belajar dan

mendalaminya.15

a. Penelitian terdahulu

Penelitian pertama dilakukan oleh Nune Ilham Sya’bany, Fakultas

Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Islam Negeri (UIN) Mataram, 2017 M

“Analisis Faktor Penghambat Kemampuan Berbicara Bahasa Arab

(Khiwar) Kelas XI SMA Islam Al-Badriyah Rarang Lombok Timur

Tahun Pelajaran 2016/2017”. Penelitian Nune Ilham Sya’bany

merupakan penelitian kualitatif deskriptif. Teknik pengumpulan data

menggunakan teknik observasi, wawancara dan studi dokumentasi.16

Hasil penelitian Nune Ilham Sya’bany menunjukan bahwa

peggunaan bahasa Arab Kelas XI SMA Islam Al-Badriyah Rarang


15
Ahmad Izzan, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, (Edisi Revisi), (Bandung:
Humaniora, 2009) Hal.117
16
Nune Ilham Sya’bany, Analisis Faktor Penghambat Kemampuan Berbicara Bahasa
Arab (Khiwar) Kelas XI SMA Islam Al-Badriyah Rarang Lombok Timur Tahun Pelajaran
2016/2017

12
Lombok Timur Tahun Pelajaran 2016/2017 masih kurang maksimal

dalam mengucapkan kata atau kalimat bahasa arab karena banyak

sekali kendala yang dihadapi terutama oleh siswa. Seperti kurangnya

penguasaan kosa kata dan kurangnya jam belajar. Dan yang

menghambat mereka dalam berbicara ada dua yaitu: 1. Faktor

Internal : faktor minat dan bakat siswa dalam pelajaran Bahasa Arab,

2. Faktor eksternal : Faktor Lingkungan Sekitar yang tidak

menggunakan bahasa Arab saat berkomunikasi, dan faktor jam

pelajaran Bahasa Arab yang kurang.

Persamaan dari penelitian yang penulis lakukan yaitu sama-sama

meneliti tentang kesalahan berbicara bahasa Arab. Sedangkan

perbedaan dari penelitian ini yaitu Peneliti ingin meneliti Kesalahan

berbicara santriwati dari kesalahan An-nahwaiyah dan As-Shorfiyah di

TMI Al-Amien Prenduan Sumenep , Sedangkan Nune Ilham Sya’bany

meneliti tentang Faktor yang menghambat terjadinya kesalahan Bahasa

Arab di Rarang Lombok Timur.

Penelitian kedua dilakukan oleh Abdullah Fahri, Fakultas Tarbiyah

Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yoyakarta, 2009 M,

“Implikasi Penguasaan Nahwu Shorrof Siswa Terhadap

Pemahaman Bahasa Arab di Madrasah Tsanawiyah Negri

Yogyakarta 1”,17 Penelitian Abdullah Fahri merupakan penelitian

kualitatif. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik observasi,

Abdullah Fahri, Implikasi Penguasaan Nahwu Shorrof Siswa Terhadap Pemahaman


17

Bahasa Arab di Madrasah Tsanawiyah Negri Yogyakarta 1

13
Interview (wawancara) dan studi dokumentasi dan kuesioner

(Angket).18

Hasil penelitian Abdullah Fahri menunjukan bahwa Penguasaan

Nahwu Shorrof Siswa nilai rata-ratanya adalah 6,58 atau masuk dalam

kategori cukup, sehingga sebagian besar siswa mengetahui dasar-dasar

ilmu nahwu- shorrof, berarti ada implikasi teoritis siswa yang

mengetahui dan menguasai dasar-dasar ilmu nahwau dan shorrof

cenderung lebih mudah untuk memahami pembelajaran bahasa Arab.

Dan dari hasil angket yang disebarkan maka diperoleh bahwa 55,6%

yang mengetahui nahwu-shorrof, 27,8% yang tidak mengetahui dan

ragu-ragu sebnyak 16,6%. Sedangkan siswa yang menjawab soal

nahwu-shorrof sangat membantu dalam memahami pembelajaran

bahasa Arab sebanyak 69,4%, cukup membaantu 22,2% dan siswa

yang menjawab nahwu shorrof tidak dapat membantu pembelajaran

bahasa Arab sebanyak 8,4 %.

Persamaan dari penelitian yang penulis lakukan yaitu sama-sama

meneliti tentang Nahwu dan shorrof. Sedangkan perbedaan dari

penelitian ini yaitu Peneliti ingin meneliti Kesalahan berbicara

santriwati dari kesalahan An-nahwaiyah dan As-Shorfiyah di TMI Al-

Amien Prenduan Sumenep , Sedangkan Abdullah Fahri meneliti

tentang Penguasaan nahwu dan shorrof yang mampu membantu

memahami pelajaran bahasa Arab yang lain.

18

14
Penelitian ketiga dilakukan oleh Haniah, Universitas Islam Negeri

Alauddin Makassar “Analisis Kesalahan Berbahasa Arab Pada

Skripsi Mahasiswa Jurusan Bahasa Dan Sastra Arab” 19, Penelitian

Haniah merupakan penelitian kualitatif. Penelitian ini menggunakan

pendekatan analisis isi kualitatif terhadap kesalahan berbahasa pada 3

sampel skripsi TA 2015/2016.

Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan dan mengeksplor:

1) Bentuk kesalahan penulisan hamzah, kesalahan fonologi, morfologi,

sintaksis dan semantik pada skripsi mahasiswa selanjutnya dievaluasi

dan diperbaiki. 2) Faktor penyebab kesalahan berbahasa pada skripsi

mahasiswa. 3) Solusi mengatasi problema kesalahan berbahasa pada

penulisan skripsi.

Persamaan dari penelitian yang penulis lakukan yaitu sama-sama

menganalisis kesalahan. Sedangkan perbedaan dari penelitian ini yaitu

Peneliti ingin meneliti Kesalahan berbicara santriwati dari kesalahan

An-nahwaiyah dan As-Shorfiyah di TMI Al-Amien Prenduan Sumenep

, Sedangkan Haniah meneliti tentang kesalahan imlaiyah pada skripsi

mahasiswa.

19
Haniah, Analisis Kesalahan Berbahasa Arab Pada Skripsi Mahasiswa Jurusan
Bahasa Dan Sastra Arab, Available online: Journal of Arabic Studies, 3 (1),
2018, 23-34 DOI: http://dx.doi.org/10.24865/ajas.v3i1.62
http://journal.imla.or.id/index.php/arabi Arabi :

15

Anda mungkin juga menyukai