Disusun Oleh:
Fahmi Hasan Nugroho, Lc., M.A.
﷽
Mukaddimah
Alhamdulillah segala puji bagi Allah subhanahu wa ta’ala yang menguasai seluruh
alam. Shalawat serta salam semoga selalu dihaturkan kepada baginda Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam pemimpin kaum Arab dan Ajam.
Amma ba’du.
Buku ini membahas tentang sejumlah teori dasar dalam ilmu nahwu yang sering
dijumpai dalam tulisan bahasa Arab, ditujukan bagi pelajar bahasa Arab pemula yang
belum pernah mengenyam pelajaran tata bahasa Arab atau pelajar yang belum terbiasa
dalam menerapkan teori-teori nahwu dalam pembacaannya. Buku ini bertujuan sebagai
peletak dasar dan pembiasaan logika ber-nahwu sebelum pelajar masuk ke dalam
pelajaran nahwu melalui kitab Jurumiyah, agar saat mempelajari nahwu melalui kitab itu ia
telah memiliki bekal logika ber-nahwu yang sudah terbiasa ia terapkan.
Buku ini menggunakan metode bertahap dengan sejumlah latihan untuk
mempraktekkan teori yang telah dipelajari. Metode bertahap yang dimaksud adalah
bahwa pelajar dirangsang untuk melengkapi harakat seiring dengan berjalannya pelajaran,
karena kata atau teori yang telah diberi harakat pada pembahasan sebelumnya akan
didapati tak lagi berharakat pada pembahasan setelahnya. Dan sejumlah latihan yang ada
pada suatu bab bisa ditemukan kembali saat latihan pada bab lain dengan tujuan agar
pelajar mengingat kembali teori yang telah dipelajari pada pertemuan sebelumnya.
Saat mempelajari buku ini, pelajar diharapkan aktif mengunakan kamus untuk
mencari makna dari kata-kata yang tertulis, karena hampir sebagian besar contoh kalimat
yang terdapat dalam buku ini tidak disertakan dengan arti katanya. Hal itu bertujuan agar
pelajar terbiasa mencari makna melalui kamus saat membaca, karena setinggi apapun
kemampuan bahasa Arab seseorang tetaplah ia perlu kembali merujuk kepada kamus.
Terakhir, guru-guru kami sering menyatakan bahwa al-thariqah ahammu min al-
maddah, bahwa metode mengajar itu lebih penting daripada materi. Maka, para pengajar
buku ini diharapkan dapat merangsang pelajar untuk memberikan harakat ataupun
i
memberikan contoh bagi teori-teori nahwu yang telah dipelajari, karena tak ada cara
terbaik dalam membiasakan penggunaan teori-teori nahwu selain dari dua cara itu.
Semoga Allah menerima penulisan buku ini sebagai sebuah amalan yang ikhlas
demi ridha-Nya, dan menjadikannya sebagai amal jariyah bagi penulisnya, guru-gurunya,
kedua orang tuanya, serta siapapun yang mengajarkannya dan mempelajarinya.
Bandung, 2 September 2018
ii
DAFTAR ISI
Muqaddimah ........................................................................................................................ i
Daftar Isi .............................................................................................................................. iii
Pertemuan Pertama: Pengertian Nahwu dan Sharaf ..................................................... 1
Pertemuan Kedua: Jenis Kata Bahasa Arab .................................................................... 4
Pertemuan Ketiga: Tanda Isim .......................................................................................... 10
Pertemuan Keempat: Jenis Kalimat Bahasa Arab dan Komposisinya ........................ 14
Pertemuan Kelima: Fi’il dan Ragam Jenisnya ................................................................. 20
Pertemuan Keenam: Fi’il dan Ragam Perubahan Bentuknya ...................................... 26
Pertemuan Ketujuh: Ragam Perubahan Kondisi Kata (I’rab dan Bina) ...................... 33
Pertemuan Kedelapan: Ragam Kondisi Isim (I’rab Isim) .............................................. 39
Pertemuan Kesembilan: Ragam Kondisi Fi’il Mudhari’ ................................................ 47
Pertemuan Kesepuluh: Latihan Mendeskripsikan Kata (meng-i’rab) .......................... 49
Pertemuan Kesebelas: I’rab Isim Mutsanna dan Jama’ .................................................. 51
Pertemuan Kedua Belas: Perubahan Kondisi Mubtada dan Khabar dengan Fi’il Nasikh
................................................................................................................................................ 57
Pertemuan Ketiga Belas: Perubahan Mubtada dan Khabar dengan Harf Nashab .... 61
Pertemuan Keempat Belas: Penggunaan Kata Sifat (Na’at dan Man’ut) ...................... 65
Pertemuan Kelima Belas: Idhafah .................................................................................... 71
Latihan .................................................................................................................................. 74
iii
iv
Pertemuan Pertama
Pengertian Nahwu dan Sharaf
Nahwu dan Sharaf adalah dua cabang ilmu yang paling penting dalam
kaidah bahasa Arab, keduanya seperti dua roda yang saling berjalan beriringan
dan saling membutuhkan satu sama lain. Namun meski begitu, terdapat
perbedaan mendasar yang membedakan fungsi dan fokus pembahasan dari kedua
cabang ilmu tersebut.
Para ahli bahasa Arab mendefinisikan ilmu nahwu sebagai:
ِِعِلِمِِيِعِِرفِِبِهِِأِحِِوالِِأِِواخِرِِالكِلِمِاتِِالعِِربِيِةِِفِِحِالِةِِتِركِيِبِهِاِمِنِِحِيِثِِالِعِِراب
ِ ِِوالبِنِاء
Sebuah cabang ilmu untuk mengetahui berbagai kondisi huruf akhir dari setiap kata
dalam bahasa Arab saat kata tersebut berada dalam sebuah susunan kalimat, dari sisi i’rab
dan bina’.
Ilmu nahwu hanya berfokus pada perubahan kondisi huruf akhir dari
sebuah kata. Perubahan tersebut bisa dipengaruhi oleh kedudukan kata dalam
sebuah kalimat ataupun ada sebuah kata yang mengakibatkan perubahan tersebut.
Contohnya, saat berhadapan dengan kalimat:
ذِهِبِمِمِدِإِلِِالُِّ ِوق
Dalam membahas kalimat tersebut, Ilmu Nahwu hanya memfokuskan
pembahasan pada kondisi huruf ba dari kata dzahaba, huruf dal dari kata
Muhammad, dan huruf qaf dari kata suq. Huruf ba dari kata dzahaba berharakat
fathah karena ia merupakan Fi’il Madhi, sedangkan huruf dal dari kata Muhammad
berharakat dhammah karena ia merupakan fa’il untuk kata dzahaba, dan huruf qaf
dari kata suq berharakat kasrah karena ada kata ila yang menyebabkan harakatnya
menjadi kasrah.
1
Dalam kalimat di atas, Ilmu Nahwu tidak membahas mengenai harakat
dzal dan ha dalam kata dzahaba karena itu adalah objek kajian Sharaf, begitu juga
huruf mim, ha dan mim dari kata Muhammad karena itu adalah objek kajian ilmu
Sharaf, ataupun juga harakat dari huruf sin dari kata suq. Singkatnya, ilmu Nahwu
hanya berkonsentrasi pada harakat huruf akhir dari sebuah kata dan tidak terlalu
banyak membahas huruf selain itu.
Untuk mencapai tujuan itu, ilmu Nahwu akan membahas mengenai
ragam kondisi sebuah kata seperti bina, i’rab, rafa’, nashab, jar, dan jazm, juga
membahas mengenai tanda-tanda dari kondisi tersebut seperti tanda harakat atau
tanda huruf, Nahwu juga membahas mengenai ragam posisi kata dalam sebuah
kalimat seperti mubtada, khabar, fa’il, maf’ul bih, na’at, idhafah dan sebagainya, dan
Nahwu juga membahas mengenai sebab-sebab terjadinya perubahan harakat
akhir tersebut seperti adanya huruf jar, huruf nashab, keterkaitan dengan kata
sebelumnya, dan sebagainya.
Berbeda dengan ilmu Sharaf. Para ahli bahasa Arab mendefinisikan ilmu
Sharaf sebagai:
ِأحُّنِِكِمِاِأحُّنِللاِِإِلِيِك
Dalam kalimat di atas terdapat dua kata yang terdiri dari susunan huruf
yang sama, hamzah, ha, sin dan nun, namun sejatinya harakat keduanya berbeda
satu sama lain. Di sinilah ilmu Sharaf berperan. Jika ilmu Nahwu membahas
2
kondisi huruf akhirnya saja, maka ilmu Sharaf membahas bangunan kata secara
keseluruhan. Setelah diperkirakan berbagai kemungkinan bentuk katanya, maka
kemudian diketahui bahwa kedua kata di atas memiliki bentuk kata yang berbeda
meski berasal dari akar kata yang sama, kata pertama adalah sebuah kata perintah
maka ia dibaca ahsin, sedangkan kata yang kedua merupakan kata kerja Fi’il Madhi
maka ia dibaca ahsana.
Untuk mencapai tujuan itu, ilmu Sharaf membahas tentang dasar
bangunan sebuah kata (wazan) seperti kata yang berasal dari tiga huruf (tsulatsi
mujarrad), tambahan dari tiga huruf (tsulatsi mazid), empat huruf (ruba’i mujarrad),
tambahan dari empat huruf (ruba’i mazid), Sharaf juga membahas ragam jenis kata
(shigah) yang berasal dari satu akar kata yang sama seperti fi’il madhi, fi’il mudhari’,
mashdar, fi’il amr, fi’il mudhari’ dengan lam nahy, isim alat dan sebagainya, Sharaf juga
membahas mengenai komposisi huruf dalam sebuah kata atau yang dikenal
dengan istilah bina seperti kata yang tak memiliki huruf ‘illah (shahih salim), kata
dengan huruf yang berulang (mudha’af), kata dengan huruf ‘illah di depan (mitsal),
kata dengan huruf ‘illah di tengah (ajwaf), kata dengan huruf hamzah (mahmuz) dan
sebagainya.
Dalam prakteknya, ilmu Nahwu dan Sharaf terus saling bekerjasama.
Peningkatan penguasaan terhadap dua ilmu ini sangatlah penting untuk
peningkatan kemampuan untuk membaca dan memahami tulisan bahasa Arab.
3
Pertemuan Kedua
Jenis Kata Bahasa Arab
ِأِجِِزاءِِالِمِلِة
Terdapat tiga jenis kata dalam bahasa Arab, yaitu Isim yang merupakan
segala kata selain fi’il dan harf, sedangkan Fi’il merupakan kata kerja, dan Harf
adalah kata yang baru memiliki arti jika ia dihubungkan dengan selainnya. Berikut
penjelasan masing-masing secara detail:
1. Isim ()اإلسم
Secara definisi, para pakar bahasa Arab mendefinisikan Isim sebagai
berikut:
ِىِولِِيِقِ ِتنِِبِِزمِان
ِ ِمِاِدِلِِعِلِىِمُِِّم
Kata yang digunakan untuk menunjukkan sesuatu dan tidak menunjukkan waktu
tertentu.
Setidaknya ada dua kata kunci dalam definisi di atas: Pertama, Isim
menunjukkan kepada sesuatu, ia bisa berupa nomina (nama orang, binatang,
tempat, benda, aktivitas, sifat, gagasan), pronomina (kata ganti), adjektiva (kata
sifat), adverbia (kata keterangan), dan sejumlah kata lain. Mudahnya, Isim
menunjukkan segala kata selain fi’il dan harf. Contohnya:
ِ ِيِتِعِلِمِِمِمِدِِ–ِعِلِمِِالِسِتِاذِِالتِلِمِيِذِِ–ِالصِبِِضِيِاء
Kata Muhammad dalam contoh di atas adalah Isim karena ia jelas
merupakan nama orang-nomina, kata al-ustadz dan al-tilmidz juga merupakan Isim
karena merupakan profesi-nomina, dan kata al-shabr juga merupakan Isim karena
4
merupakan suatu hal yang abstrak yaitu kesabaran-nomina, dan dhiya juga
merupakan Isim karena menunjukkan cahaya-nomina.
Kedua, Isim tidak menunjukkan waktu tertentu. Poin ini akan lebih dapat
dimengerti jika kita memahami pembagian satuan waktu dalam bahasa Arab
beserta jenis kata kerja yang digunakan untuk tiap satuan waktu itu, dan hal ini
akan dibahas dalam pembahasan mengenai kata kerja berikut.
2. Fi’il ()الفعل
Mudahnya, Fi’il adalah sebuah verba (kata kerja) atau kata perintah.
Namun, para pakar bahasa Arab menjelaskan definisi fi’il sebagai berikut:
5
ِنِِِفِِردِه
ًِ ِلِإِلِِإِذِاِاقِ ِتنِِبِغِ ِيهِِ ِولِيِسِِلِهِِمِع
ًِ ِكِلِِمِاِلِِيِظِهِرِِمِعِنِاهِِِكِام
Kata yang tidak nampak maknanya secara sempurna kecuali jika ia telah
disandingkan dengan kata lain dan ia sendiri tidak memiliki makna.
Harf memiliki jenis yang cukup banyak: 1) Dilihat dari bangunan katanya:
ada yang terdiri dari satu huruf seperti: (ِِف،ِِو،ِِس،ِل،ِِك،ِِأ،ِ)ب, dua huruf
terkhusus untuk fi’il dan ada juga yang terkhusus untuk isim. 3) dilihat dari
fungsinya, Harf juga memiliki fungsi yang sangat banyak. Penjelasan lebih detail
tentang ini akan ada dalam bab harf.
Harf pada dasarnya tak memiliki makna, ia baru akan memiliki makna jika
telah disandingkan dengan kata lain dalam sebuah kalimat. Contohnya dapat
dilihat dalam sejumlah kalimat berikut:
yang seolah berfungsi seperti huruf jarr karena memiliki makna “di”, namun
sebenarnya mereka adalah isim yang berfungsi sebagai zharf makan (kata yang
menunjukkan tempat).
Pada dasarnya setiap kata dari tiga jenis kata di atas memiliki tandanya
masing-masing, seperti alif lam dan tanwin untuk isim, atau huruf-huruf mudhari’
untuk fi’il, namun penjelasan lebih lengkap tentang ini akan datang pada bab
masing-masing.
7
KAIDAH
- Isim adalah kata yang digunakan untuk menunjukkan sesuatu dan tidak
menunjukkan waktu tertentu.
- Fi’il adalah kata yang menunjukkan terjadinya suatu hal pada waktu tertentu.
- Harf adalah kata yang tak nampak maknanya secara sempurna kecuali jika ia
telah disandingkan dengan kata lain dan ia sendiri tidak memiliki makna.
LATIHAN
Bedakanlah antara isim, fi’il dan harf dari sejumlah contoh berikut
dengan mencari makna masing-masing menggunakan kamus:
ِيِكِنِسِِ–ِِكِنِاسِةِِ–ِِكِتِبِِ–ِِكِتِبِِ–ِِكِاتِبِِ–ِِكِتِابِةِِ–ِفِِ–ِأِسِتِاذِِ–ِعلمِ–ِعلِم
ِ–ِِ–ِعِلِىِ–ِأِكِلِِأِكِلِ–ِهِلِِ–ِيُِِّتِغِفِرِِ–ِقِ–ِسرِ–ِصِبِاحِِ–ِسِ ِوفِِ–ِِكِان
ِِِرس ِ ِولِِللاِِخِاتِِالنِبِيِيِ ِ–ِأِِوحِىِللاِِلِنِبِيِهِِالقِِرآنِ ِ–ِلِِيِلِدِِِولِِيِ ِولِدِ ِ–ِالدِنِيِاِمِتِاع
ِ .ِِوخِيِِمِتِاعِِالدِنِيِاِاملِرأِةِِالصِاجِةِِ–ِإِنِاِيِِوّفِِالصِابِِرِونِِأِجِِوِرهِم
ِِاِرسِ ِولِِللاِِ ِوإِقِامِِالصِلِة ِ بِنِِالِسِلِمِِعِلِىِخِسِِشِهِادِةِِأِنِِلِِإِلِهِِإِلِِللاِِِوأِنِِمِمِ ًِد
ِ .ِِوإِيِتِاءِِ ِالزكِاةِِِواجِجِِ ِوصِ ِومِِِرمِضِان
ِِإِنِاِالِعِمِالِِِبِلنِيِاتِِ ِوإِنِاِلِكِلِِامِِرءِِمِاِنِِو ِفِمِنِِِكِانِتِِهِرِِرتِهِِإِلِِللاِِِوِرس ِ ِولِه
ِِفِهِرِِرتِهِِإِلِِللاِِِوِرسِ ِولِهِِ ِومِنِِِكِانِتِ ِهِرِِرتِهِِلِدِنِيِاِيِصِيِبِهِاِأِوِِامِِرأِةِِيِنِكِاِهِاِفِهِرِِرتِه
.ِإِلِِمِاِهِاجِرِِإِلِيِه
ِ )ِ(أِحِدِِ–ِالُِّ ِوقِِ–ِإِلِِ–ِيِذِهِب
ِ )(فِاطِمِةِِ–ِاللِغِةِِالعربيةِ–ِتِتِعِلِمِِ–ِالستاذِ–ِمن
8
(عليِ–ِالفصلِ–ِفِ–ِي نامِ–ِل) ِ
(ي قرأِ–ِالكتابِ–ِالطالبِ–ِالصباحِ–ِف) ِ
(امل يدانِ–ِالولدِ–ِِكرةِالقدمِ–ِي لعب ونِ–ِف)
9
Pertemuan Ketiga
Tanda Isim
Dari pembahasan sebelumnya telah diketahui bahwa isim adalah kata yang
digunakan untuk menunjukkan sesuatu dan ia tidak menunjukkan waktu tertentu, atau
pengertian mudahnya isim adalah segala kata selain fi’il dan harf. Maka kali ini kita
akan membahas mengenai cara membedakan antara isim dengan fi’il dan harf.
Setidaknya ada dua cara dalam membedakan antara isim dengan selainnya.
Cara pertama adalah dengan melihat kepada makna dari kata tersebut dan cara
kedua adalah dengan melihat kepada bentuknya.
1. Membedakan Isim Melalui Makna
Menentukan isim dengan melihat kepada makna kata adalah cara yang
lebih mudah dilakukan ketimbang menentukan dengan melihat kepada bentuk
kata, karena penentuan dengan melihat kepada bentuk sering kali mengecoh para
pelajar bahasa Arab pemula yang sama sekali belum pernah belajar bahasa Arab.
Contohnya, Alif lam adalah tanda untuk isim, namun tidak setiap kata yang berawal
alif lam adalah isim, karena ia bisa jadi adalah fi’il seperti dalam kata التقىatau juga
harf seperti kata ألyang digunakan untuk bertanya. Tanda lain dari isim adalah
tanwin, namun ternyata tidak setiap isim ditandai dengan tanwin karena ada juga
Dalam bahasa Indonesia, isim bisa berupa nomina seperti kata benda yang
nyata seperti مكتبyang berarti meja dan كتابyang berarti buku, atau kata
benda yang abstrak seperti عقلyang berarti akal dan حياءyang berarti rasa malu,
10
atau nama orang seperti ممدdan nama hewan seperti أس دyang berarti singa.
Isim bisa juga berupa nomina abstrak (nomina yang berasal dari verba) atau dalam
bahasa Arab dikenal dengan istilah mashdar seperti kata ي سyang artinya
perjalanan dan ض ربyang artinya pukulan. Isim bisa juga berupa adjektiva (kata
sifat) seperti مجيلyang berarti bagus atau indah dan كرميyang berarti mulia. Bisa
juga berupa pronomina (kata ganti) seperti أانyang berarti saya dan أنتyang
berarti kamu.
Dari penjelasan di atas dapat diketahui bahwa isim bisa berupa kata dalam
beragam jenis, maka mengetahui makna dari kata bisa menjadi jalan termudah
bagi kita untuk membedakan antara isim dengan selainnya, karena selama ia
diketahui berupa nomina (kata benda), pronomina (kata ganti), adjektiva (kata
sifat) dan bukan verba (kata kerja) maka ia adalah isim.
11
Kata Muhammad dan lahm dalam kalimat di atas adalah isim karena
keduanya diakhiri dengan tanwin. Begitu juga dengan kata qalil, khayr dan katsir
yang merupaka isim karena diakhiri dengan tanwin.
Namun perlu dicatat bahwa tidak setiap isim diakhiri dengan tanwin,
seperti kata عثم انdan ف اطمة. Dalam pembahasan nahwu tingkat lanjut akan
dikenal sejumlah isim yang tidak boleh berharakat tanwin karena beberapa sebab.
Dan ada juga permasalahan baru dalam masalah tanwin, yaitu sering kali
tulisan bahasa Arab ditulis dengan tidak menggunakan harakat. Maka,
membedakan isim dari yang lainnya dengan melihat kepada tanwin akan susah
dilakukan terkhusus oleh para pelajar pemula karena mereka tak bisa
membedakan posisi yang tepat untuk setiap harakat yang ada. Maka, cara kedua
adalah dengan melihat kepada tanda yang lain yaitu alif dan lam.
Alif Lam
Sebagaimana tanwin, Alif lam hanya menjadi tanda untuk isim, maka setiap
ada kata yang diawali dengan alif lam maka kemungkinan besar ia adalah isim.
Contohnya dapat kita lihat dari kalimat berikut:
ِ ًاء
ِ ُّاحاِ ِوم
ً عليِِي قرأِالكتابِِ–ِعلمِالستاذِِالطلبِِصب
Kata ‘Aliyyun adalah isim karena ia diakhiri dengan tanwin dan kata al-
kitaba juga merupakan isim karena diawali dengan alif lam. Begitu juga dengan kata
al-ustadzu dan al-thullaba yang merupakan sebuah isim karena diawali dengan alif
lam dan kata shabahan dan masaan yang merupakan isim karena diakhiri dengan
tanwin.
Namun perlu kita perhatikan bahwa tidak setiap huruf alif lam di depan
sebuah kata adalah tanda bagi isim, bisa jadi sebuah kata diawali dengan huruf alif
dan lam namun ia adalah fi’il atau harf. Cara membedakannya adalah bahwa alif
lam dalam isim hanya sebagai huruf penambah kata dan bukan bagian dari huruf
12
asli kata tersebut, sedangkan alif lam yang bukan merupakan tanda isim adalah
bagian dari huruf asli kata tersebut.
Dan perlu diingat juga bahwa alif lam dan tanwin sama sekali tidak akan
pernah bertemu dalam satu kata, maka kata الس لمtak bisa dibaca al-Islamun
Selain dua tanda di atas sebenarnya masih ada tanda lain seperti kondisi
jar, isnad, dan masuknya harf nida atau huruf yang menyatakan panggilan, namun
hal-hal itu akan dipelajari pada perkembangan materi nahwu yang selanjutnya.
KAIDAH
Isim dapat dibedakan dari fi’il dan harf dengan dua cara:
- Melihat kepada makna
- Melihat kepada bentuk, isim ditandai dengan tanwin, alif lam, jar, isnad dan harf
nida
LATIHAN
Bedakan isim dari fi’il dan harf dalam kalimat berikut dengan melihat
kepada makna tandanya!
ِِِوش ابِِنش أِ ِف،ِإمامِ ِعادل:ِس ب عةِ ِيظلهمِِللاِ ِت عالِ ِفِ ِظلهِ ِي ومِِلِ ِظلِ ِإلِ ِظله
ِِورجلنِِتِاِبِِفِِللاِِاجتمعاِعليهِِوت فِرقا،ِورجلِِق لبهِِمعلقِِفِِاملُّ اجد،عبادةِِللا
ِِ ِِورجلِ ِدعتهِ ِامرأةِ ِذاتِ ِمنص بِ ِومجالِ ِف قالِ ِإنِ ِأخِافِ ِللاِ ِورجلِ ِتص دق،عليه
ِِِورجلِِذكرِ ِللاِِخاليًاِف فاض ت،ِبص دقةِِفأخفاهاِحّتِِلِِت علمِِِشالهِِما ِت نفقَِِيي نه
ِ ِعي ناه
ِِِوجِِوهِِيِ ِومِئِذِِخِاشِعِةِِعِامِلِةِِانِصِبِةِِتِصِلِىِانًِِراِحِامِيِ ِةًِتُِِّقِىِمِنِِعِيِِآنِيِةِِلِيِسِِلِم
ِ )6-2ِطِعِامِِإِلِِمِنِِضِِريِعِِ(الغاشية
13
Pertemuan Keempat
Jenis Kalimat Bahasa Arab Dan Komposisinya
Terdapat dua jenis kalimat dalam Bahasa Arab, dan dua jenis kalimat itu
ditentukan oleh kata apa yang terletak di awal kalimat tersebut.
dari mubtada ( )املبتدأdan khabar ()اخلب. Mubtada adalah isim yang terletak di depan
kalimat, sedangkan khabar adalah bagian yang melengkapi kalimat hingga sebuah
kalimat memiliki makna yang sempurna. Contohnya seperti dalam kalimat
berikut:
ِالكتابِِمجيلِِ–ِالتلميذِِي قرأِالدرسِِ–ِالصدقِِمنراةِِ–ِالدعاءِِهوِالعبادة
ِ ِِِ مِِِِِخِِِِِِِِمِِِِِِِِخِِِِِِِِِِِِمِِِِِِخِِِِِِِِمِِِِِِِِخ
Kata al-kitabu dalam kalimat pertama adalah mubtada, ia adalah isim dan ia
terletak di depan kalimat, sedangkan jamilun adalah khabar, ia memberikan
keterangan tentang kata al-kitabu hingga susunan dua kata di atas bisa menjadi
sebuah kalimat yang memiliki makna yang sempurna yaitu “buku itu bagus.” Kata
al-tilmidzu dalam kalimat kedua adalah mubtada karena ia adalah isim yang terletak
di depan kalimat, sedangkan kalimat yaqrau al-darsa adalah khabar yang
memberikan keterangan tentang kata al-tilmidzu hingga susunan ketiga kata itu
menjadi sebuah kalimat yang memiliki makna yang sempurna yaitu “murid sedang
membaca buku.” Hal yang sama juga bisa kita lihat pada contoh kalimat yang
ketiga dan keempat.
14
Jika dalam kaidah bahasa Indonesia kita mengenal empat komposisi
kalimat: subjek, predikat, objek, dan keterangan, maka dalam kaidah bahasa Arab
hanya dikenal dua komposisi saja yaitu mubtada sebagai subjek dan khabar sebagai
penyempurna kalimat. Khabar bisa terdiri dari predikat saja, predikat bersama
objek, predikat bersama keterangan, atau juga predikat, objek dan keterangan
sekaligus). Contohnya bisa dilihat dalam tabel berikut:
Kata Benda
ِالكتابِِمجيل
(KB)+ Kata Sifat Buku itu bagus
Subjek (S) + (KS) ِ مِِِِِِِِخ
Predikat (P)
KB + Kata Kerja Muhammad ِ ِممدَِِيشي
(fi’il) (KK) sedang berjalan
ِ مِِِِخ
Ahmad ِ ِأحدِِي قرأِالكتاب
S + P + Objek (O) KB + KK + KB
membaca buku
ِ ِِِِِِِِِمِِِِِِِخ
S + P + Keterangan KB + KK + Utsman pergi ke ِ ِعِثِمِانِِيِذِهِبِِإِلِِالُِّ ِوق
(K) Konjungsi + KB pasar
ِ ِِِِِِِمِِِِِِِِِِِخ
KB + KK + KB Aisyah
ِ ِعِائِشِةِِتِعِلِمِِالتِلِمِيِذِِفِِالفِصِل
S+P+O+K + Konjungsi + mengajari murid
Keterangan di kelas ِ ِِِِمِِِِِِِِِِِِِخ
Dari tabel di atas juga dapat diketahui bahwa khabar bisa terdiri dari satu
kata, dua kata, tiga kata, dan bahkan memang tidak ada batasan jumlah kata untuk
khabar. Khabar juga bisa berupa isim, atau fi’il, atau juga susunan isim, fi’il dan harf.
15
2. Al-Jumlah al-Fi’liyyah (الفعلية )اجلملة
Al-Jumlah al-Fi’liyyah adalah kalimat yang diawali dengan sebuah fi’il, bisa
berupa verba (kata kerja) atau kata perintah, dan akan selalu terdiri dari fi’il dan
fa’il. Fa’il ( )فاعلadalah isim yang ada setelah sebuah kata kerja dan menandakan
bahwa ia adalah yang melakukan pekerjaan tersebut, dan ia selalu berada dalam
ِ ِي ت علمِِالطالبِِفِالفصلِ–ِذهبِِعليِِإلِالُّوقِ–ِيِقرأِِالتلميذِِالدرس
ِ ِ ِِِِِِِِفِِِفا ِ فِِِفا ِِف ِفا
ِقمِِيِممدِِأمامِالفصل
ِف
Keempat kalimat di atas merupakan al-jumlah al-fi’liyyah karena
keempatnya dimulai dengan sebuah fi’il, dan kata al-thalibu, ‘Aliyyun, al-tilmidzu
seluruhnya adalah fa’il dari kata kerja yang ada sebelumnya.
Sedangkan untuk kalimat keempat,fi’il yang berada di depan adalah fi’il
amar (kata perintah), maka komposisinya sedikit berbeda dengan ketiga contoh
sebelumnya. Fa’il dari kata kerja ق م dalam kalimat keempat bukanlah kata
Muhammad, namun kata ganti yang tak tertulis (dhamir mustatir) 2 yang
menunjukkan orang kedua (kamu). Hal serupa terjadi di setiap al-jumlah al-ismiyyah
yang dimulai dengan fi’il amar.
1ِ Penjelasan mengenai rafa’ akan dibahas dalam pembahasan bentuk perubahan kata
(i’rab).
2ِDalam Nahwu kata ganti disebut dengan dhamir. Ada beragam jenis kata ganti, ada kata
ganti yang terpisah (dhamir munfashil), kata ganti yang tersambung (dhamir muttashil), kata ganti tak
tertulis (dhamir mustatir). Penjelasan tentang ini ada dalam pembahasan Nahwu tingkat lanjut.
16
Persamaan dan perbedaan
Sekilas memang terlihat tidak ada perbedaan al-jumlah al-ismiyyah dan al-
jumlah al-fi’liyyah di atas, keduanya bahkan bisa menunjukkan makna sama meski
mengunakan jenis kalimat yang berbeda. Contohnya:
ِيِذِهبِِعليِِإلِالُّوقِ–ِعليِِيذهبِِإلِالُّوق
ِ ِخ ِ ِِِِِم ِ ِِفِِِفا
Kedua kalimat di atas memiliki makna yang sama, yaitu “Ali pergi ke
pasar”. Meski kata Ali pada kalimat pertama berada setelah kata kerja dzahaba
namun secara arti tidak ada perbedaan antara keduanya, dan dalam bahasa
Indonesia memang tidak dikenal istilah pergantian posisi subjek dengan predikat
seperti “pergi Ali ke pasar.” Inilah titik kesamaan antara keduanya.
Namun sejatinya ada satu perbedaan mendasar antara kedua jenis kalimat
itu, yaitu perbedaan posisi i’rab setiap kata. Kata Ali dalam kalimat pertama
berposisi sebagai fa’il dari kata dzahaba sedangkan dalam kalimat kedua berposisi
sebagai mubtada, dan karena dalam bahasa Arab ada kaidah bahwa setiap fi’il pasti
memiliki fa’il maka fa’il untuk kata yadzhabu pada contoh kedua adalah sebuah kata
ganti yang tak tertulis (dhamir mustatir) yang menunjukkan kepada orang ketiga
tunggal (huwa). Penjelasan ini akan datang pada penjelasan nahwu tingkat lanjut.
Sedangkan untuk kalimat yang diawali oleh sebuah harf, maka ia tidak
disebut sebagai al-jumlah al-harfiyyah, namun jenis kalimatnya ditentukan oleh kata
yang datang setelah harf itu, jika setelah harf adalah sebuah isim maka ia adalah al-
jumlah al-ismiyyah, namun jika setelah harf adalah fi’il maka ia adalah al-jumlah al-
fi’liyyah. Contohnya:
KAIDAH
Terdapat dua jenis kalimat dalam bahasa Arab:
- Al-Jumlah al-Ismiyyah adalah kalimat yang dimulai dengan isim, dan terdiri
dari mubtada dan khabar.
o Mubtada adalah isim yang terletak di depan kalimat.
o Khabar adalah bagian yang melengkapi kalimat hingga sebuah
kalimat memiliki makna yang sempurna.
- Al-Jumlah al-Fi’liyyah adalah kalimat yang diawali dengan sebuah fi’il, bisa
berupa verba (kata kerja) atau kata perintah, dan akan selalu terdiri dari
fi’il dan fa’il.
o Fa’il adalah isim yang ada setelah sebuah kata kerja dan
menandakan bahwa ia adalah yang melakukan pekerjaan
LATIHAN
Tentukan jenis kalimat dari sejumlah kalimat di bawah ini dengan
melihat kepada makna kata atau tanda dari kata yang paling depan,
lalu tentukan mana mubtada dan khabar atau fi’il dan fa’il dari setiap
kalimatnya:
ِ ِالمورِِقاصدها ِوِللاِِيِهِدِأِمِنِِيِشِاءِِإِلِِصِِراطِِمُِِّتِقِيِم
ِ ِِاجياءِمنِالَيان ِ اِب ِِرحِيِ ًِما ًِ اِربِكِمِِإِنِهِِِكِانِِتِِو
ِ اِسِتِغِفِِرو
ِ ِي قولِالستاذِت علموا ِ ِ ِ ِ ِأِلِاكِمِِالتِكِاثِر
ِ ِِاحفظِلُّانك ِ ِ ِ ِقِلِِأِعِ ِوذِِبِِربِِالنِاس
18
ِِالعلماءِورثةِالنبياء ِ ِ ِ ِممدِطالبِنشيط
Susunlah kata-kata di bawah ini menjadi sebuah al-jumlah
ismiyyah dan sebuah al-jumlah al-fi’liyyah!
ِ )(ال مُّكيِ–ِِبلغنياءِ–ِيُّتعي
ِ )(الزكاةِ–ِال مُّلميِ–ِعلىِ–ِف رضِ–ِللا
ِ )(الفصلِ–ِفاطمةِ–ِت نظفِ–ِالصباحِ–ِف
)(الُّيارةِ–ِأِبِ–ِي ركبِ–ِي ومِ–ِِكل
19
Pertemuan Kelima
Fi’il dan Ragam Jenisnya
Sesuai dengan pembagian waktu ini, maka kita mengetahui ada tiga jenis
fi’il: 1) fi’il madhi (ي )الفعلِاملاض, 2) fi’il mudhari’ ( )الفعلِاملض ارعdan 3) fi’il amar
()فعلِالمر, dua fi’il berupa verba (kata kerja) yaitu madhi dan mudhari’, dan satu
ج اء artinya adalah datang, dan karena ia adalah fi’il madhi maka ia juga
mengandung makna bahwa ia telah terjadi, maka kalimat di atas bisa diartikan
dengan “ustadz sudah datang.” Begitu juga dengan kata نزلdalam kalimat kedua
yang artinya turun, karena ia adalah fi’il madhi maka ia juga mengandung makna
bahwa ia telah terjadi, maka kalimat itu bisa diartikan dengan “hujan sudah
turun.” Hal serupa bisa diterapkan untuk dua contoh lainnya.
dalam fi’il madhi di atas, hanya saja bentuk keduanya berbeda. Kata جاءdalam fi’il
madhi berubah menjadi kata َييءdalam fi’il mudhari’, begitu juga kata نزلberubah
21
menjadi ي ن زل, kata انمberubah menjadi ي ن ام, dan kata ج ل سmenjadi َي ل س.
Makna dari setiap kata tersebut tetaplah sama, hanya saja penggunaan waktunya
yang berbeda. Jika bentuk fi’il di atas menunjukkan bahwa ia telah terjadi maka
bentuk fi’il yang di bawah menunjukkan bahwa ia sedang atau akan terjadi.
Fi’il madhi dan fi’il mudhari’ terkadang bisa dibedakan dengan melihat
keterangan waktu yang mengiringinya. Contohnya adalah sebagai berikut:
tertentu. Dalam kalimat pertama kata yang menunjukkan waktu adalah أمسyang
artinya kemarin maka dipahami bahwa kata kerja yang digunakan adalah fi’il madhi.
Dalam kalimat kedua kata yang menunjukkan waktu adalah kata غداyang berarti
besok, maka dapat dipahami bahwa kata kerja yang digunakan adalah fi’il mudhari’.
Begitu juga dengan keterangan dalam kalimat ketiga yaitu اآلن yang artinya
sekarang, maka dipahami bahwa kata kerja yang digunakan adalah fi’il mudhari’.
ِ ِماِدلِعلىِطلبِفعلِفِزمنِمُّت قبل
Kata yang menunjukkan permintaan untuk suatu pekerjaan di masa yang akan
datang
Terdapat dua kata kunci yang perlu diperhatikan dalam fi’il amar ini: 1) fi’il
amar adalah permintaan untuk suatu pekerjaan, atau bisa juga disebut dengan
22
perintah. Karena fi’il amar merupakan perintah, maka ia akan selalu ditujukan
kepada orang kedua (baik tunggal ataupun jamak), oleh karena itu fa’il dari fi’il
amar selalu kata ganti orang kedua (dhamir mukhatab). 2) Waktu yang ditunjuk oleh
fi’il amar adalah masa depan, karena perbuatan yang diminta akan dilakukan
setelah kata perintah itu dilontarkan, bukan ketika berbicara ataupun sebelumnya.
Berikut beberapa contoh dari fi’il amar dalam sebuah kalimat:
ِِوتلقنِِِبشرفِالعاداتِ–ِ ِوسارعواِإلِمغفرةِمنِربكم
ِ اسلكِِبنِمناهجِالُّادات
ِ ِ–ِخذِِالعفو ِِوأمرِِِبلعرف ِِوأعرضِِعنِالاهلي
Sejumlah kata yang digarisbawahi di atas adalah fi’il amar dan seluruhnya
menunjukkan perintah. Berbeda dengan dua fi’il sebelumnya, fa’il untuk fi’il amar
tidak berbentuk isim yang terlihat namun fa’ilnya adalah kata ganti yang tak tertulis
(dhamir mustatir) yang menunjukkan orang kedua (baik tunggal atau jamak).
yaitu ِت،ِأ،ِن، أmeski tidak setiap kata kerja yang diawali dengan huruf itu
adalah fi’il mudhari. Fi’il amar sering kali diakhiri dengan harakat sukun meski
tidak selamanya begitu, begitu juga fi’il madhi yang sering kali diakhiri dengan
harakat fathah atau fi’il mudhari’ yang sering kali diakhiri dengan harakat
23
dhammah. Perbedaan bentuk ini akan kita pelajari pada pertemuan selanjutnya
ketika membahas tentang ragam perubahan bentuk fi’il.
Dari penjelasan di atas dapat diketahui bahwa fi’il memiliki tiga bentuk, ia
bisa berbentuk madhi, mudhari’ dan amar tergantung maksud dari penggunaan kata
tersebut. Di bawah ini ada beberapa contoh fi’il dengan tiga bentuknya:
KAIDAH
Terdapat tiga jenis fi’il dalam bahasa Arab:
- Fi’il Madhi adalah kata kerja yang digunakan untuk menunjukkan masa
lampau.
- Fi’il Mudhari’ adalah kata kerja yang digunakan untuk menunjukkan dua
waktu, yaitu hadhir (sekarang) dan mustaqbal (masa depan).
- Fi’il Amar adalah kata yang menunjukkan permintaan untuk suatu
pekerjaan di masa depan.
24
LATIHAN
Tentukan jenis fi’il dari sejumlah kalimat berikut serta sebutkan
!fa’ilnya
تعلم ِ
25
Pertemuan Keenam
Fi’il dan Ragam Perubahan Bentuknya
Pada pertemuan sebelumnya diketahui bahwa terdapat tiga jenis fi’il yaitu
fi’il madhi, fi’il mudhari’ dan fi’il amar. Dan pada pembahasan kali ini kita akan
membahas perubahan setiap fi’il agar kita dapat mengetahui perbedaan dan dapat
membedakan antara tiga jenis fi’il tersebut.
Seperti bahasa Inggris yang terdapat perubahan kata kerja tergantung
pada siapa yang mengerjakan, maka bahasa Arab juga memiliki aturan yang serupa
meski sedikit lebih rumit. Dalam bahasa Inggris perubahan kata kerja hanya
tinggal menambahi huruf s jika dilakukan oleh orang ketiga tunggal (he, she, it)
seperti “I go – he goes, I eat – she eats” dsb. Sedangkan dalam bahasa Arab
perubahan kata kerja akan tergantung pada jenis fi’ilnya karena perubahan antara
satu fi’il dengan yang lain berbeda.
Jama’ah ()واوِالماعة, Nun Niswah (وة ُّ)نونِالن, dan “Na” lil-Mutakallimin (ِ""ان
26
ِ Bentuk Perubahan Kata Kerja Kata Ganti
ِ ف علِ ِ كتبِ ِ شهدِ ِ أكرمِ ِ ِ - ِ - Orangهو ketiga
)tunggal (LK
ا ِ ألفِالثني ِ ِ ف علِ ِ كت با ِ شهدا ِ أكرما ِ Orangمها ketiga
)dua (LK
ِ ف علوا ِ كت بوا ِ شهدوا ِ أكرموا ِ وا ِ واوِالماعة ِ Orangهم ketiga
)jamak (LK
ِ ف علتِ ِ كت بتِ ِ شهدتِ ِأكرمتِ ِ تِ ِ اتءِالُّاكنة ِ Orangهي ketiga
)tunggal (PR
ِ ف علتِا ِ كت ب تِا ِ شهداتِ ِ أكرمتا ِ تا ِ اتء ِم ت ارك ةِ Orangمها ketiga
)dua (PR
وألفِالثني ِ
هن ِ ف علنِ ِ كتبِ ِ شهدنِ ِ أكرمنِ ِ نِ ِ نونِالنُّوة ِ Orang ketiga
)jamak (PR
أنتِ ِ ف علتِ ِ كت بتِ ِ شهدتِ ِأكرمتِ ِ تِ ِ اتءِمتاركة ِ Orang kedua
)tunggal (LK
أنتما ِ ف علتِما ِ كت ب تِما ِ شهدتِا ِ أكرمتمِا ِ تما ِاتءِمتاركة ِ Orang kedua
)dua (LK
أنتم ِ ف عِلتِمِ ِ كت ب تِم ِ شهدتِ ِ أكرمتمِ ِ تمِ ِ اتءِمتاركة ِ Orang kedua
)jamak (LK
أنتِ ِ ف علتِ ِ كت بتِ ِ شهدتِ ِأكرمتِ ِ تِ ِ اتءِمتاركة ِ Orang kedua
)tunggal (PR
أنتما ِ ف علتِما ِ كت ب تِما ِ شهدتِا ِ أكرمتمِا ِ تمِا ِ اتءِمتاركة ِ Orang kedua
)dua (PR
أننت ِ ف علنتِ ِ كت بنتِ ِ شهدتنِ ِ أكرمنتِ ِ نتِ ِ اتءِمتاركة ِ Orang kedua
)jamak (PR
أان ِ ف علتِ ِ كت بتِ ِ شهدتِ ِأكرمتِ ِ تِ ِ اتءِمتاركة ِ Orang
pertama
tunggal
حنن ِ ف علنا ِ كت ب نِا ِ شِهدانِ ِ أكرمنا ِ نا ِ نونِالم اع ةِ Orang
pertama
ال دال ةِعلىِ jamak
املتكلمي ِ
27
2. Perubahan Fi’il Mudhari’
Tidak seperti fi’il madhi, perubahan dalam fi’il mudhari’ terletak di bagian
awal dan akhir dari kata. Perubahan di bagian awal terjadi karena masuknya
28
tunggal
(LK)
ِ ألفِالثني ِ أنتما ِ ت فعلِنِ ِ تكت بِانِ ِ تشهدانِ ِ تكرمانِ ِ التاء Orang
kedua dua
(LK)
ِ واوِالماعة ِ أنتم ِ ت فعلِونِ ِ تكت بِونِ ِتشهدونِ ِ تكرمونِ ِ التاء Orang
kedua
jamak
(LK)
ِ يءِاملخاطبة ِ أنتِ ِ ت فعلِيِ ِ تكتبِيِ ِ تشهديِنِ ِ تكرميِ ِ التاء Orang
kedua
tunggal
(PR)
ِ ألفِالثني ِ أنتما ِ ت فعلِنِ ِ تكت بِانِ ِ تشهدانِ ِ تكرمانِ ِ التاء Orang
kedua dua
(PR)
ِ نونِالنُّوة ِ أننت ِ ت فعلِنِ ِ تكتبِ ِ تشهدنِ ِ تكِرمنِ ِ التاء Orang
kedua
jamak
(PR)
ِ - ِ أان ِ أف علِ ِ أكتبِ ِ أشهدِ ِ أكرمِ ِ المزة Orang
pertama
tunggal
ِ - ِ حنن ِ ن فعلِ ِ نكتبِ ِ نشهدِ ِ نكرمِ ِ النون Orang
pertama
jamak
29
tunggal
(LK)
ِ أنتما ِ اف علِ ِ اكت با ِ اشهدا ِ أكرما ِ ا ِ ألفِالثني Orang
kedua dua
(LK)
ِ أنتم ِ اف علِوا ِ اكت بِوا ِ اشهدوا ِ أكرموا ِ وا ِ واوِالماعة Orang
kedua
jamak
(LK)
ِ أنتِ ِ اف علي ِ اكتبِ ِ اشهدأ ِأكرمي ِ ي ِ يءِاملخاطبة Orang
kedua
tunggal
(PR)
ِ أنتما ِ اف علِ ِ اكت با ِ اشهدا ِ أكرما ِ ا ِ ألفِالثني Orang
kedua dua
(PR)
ِ أننت ِ اف علنِ ِ اكتبِ ِ اشهدنِ ِ أكرمنِ ِ نِ ِ نونِالنُّوة Orang
kedua
jamak (PR)
KAIDAH
Tiga jenis fi’il dalam bahasa Arab memiliki bentuk dan tanda khas masing-
masing agar dapat dibedakan satu sama lain:
- Fi’il Madhi dapat dibedakan dengan masuknya dhamir fa’il di bagian akhir
fi’il.
- Fi’il Mudhari’ dapat dibedakan dengan masuknya huruf-huruf mudhari’ di
bagian awal fi’il dan masuknya dhamir fa’il di bagian akhir fi’il.
- Fi’il Amar dapat dibedakan dengan masuknya dhamir fa’il di bagian akhir
fi’il namun ia hanya terkhusus untuk orang kedua saja.
Ketiga fi’il juga dapat dibedakan dengan membedakan makna dan
penggunaan masing-masingnya.
30
LATIHAN
!Isilah titik-titik di bawah ini dengan hal yang dimintakan
ِهنِ ......ِ:
ِهنِ ......ِ:
......الفعلِاملضارعِ ......ِ:
سفيانِِ.....الكتابِ ِ
32
Pertemuan Ketujuh
Ragam Perubahan Kondisi Kata (I’rab dan Bina)
1. I’rab ()اإلعراب
Para pakar bahasa Arab mendefinisikan i’rab sebagai berikut:
ت غييِأواخرِالكلماتِالعربيةِلختلفِالعواملِالداخلةِعلي ها
Perubahan kondisi akhir kata bahasa Arab karena perbedaan penyebabnya
Ada satu kata kunci yang perlu diperhatikan dari definisi di atas, yaitu
bahwa perubahan kondisi huruf akhir ini terjadi karena adanya suatu hal yang
menjadi penyebab perubahan tersebut. Perubahan tersebut bisa karena dua hal:
1) perubahan posisi kata dalam kalimat, seperti menjadi mubtada’, fa’il, maf’ul bih
atau 2) karena masuknya harf semisal huruf nashab atau huruf jazm. Maka, untuk
mempermudah dalam memahami masalah i’rab ini kita bisa menerapkan hukum
sebab-akibat.
33
Perubahan kondisi akhir kata hanya terjadi pada isim dan fi’il mudhari’,
sedangkan fi’il madhi dan fi’il amar tidak mengalami perubahan. Untuk lebih
jelasnya maka kita lihat pada contoh berikut:
ِ العراب السم
ِ الرفع ِرجعِممدِِمنِال مدرسة
ِ النصب ِلقيتِمم ًداِفِالطريق
ِ الر ِصلىِللاِعلىِممد
ِ ِ ِ
Ini adalah contoh perubahan pada isim. Jika kita perhatikan, harakat kata
Muhammad mengalami tiga kali perubahan: 1) ia menjadi dhammah, penyebabnya
adalah karena kata Muhammad di sana berposisi sebagai fa’il dari kata رجع. Ini
biasa disebut dengan kondisi rafa’ dan ditandai dengan dhammah. 2) ia menjadi
fathah, penyebabnya adalah karena ia berposisi sebagai maf’ul bih (objek). Ini biasa
disebut dengan kondisi nashab dan ditandai dengan fathah. 3) ia menjadi kasrah,
penyebabnya adalah karena ada kata ع ل ىyang merupakan harf jar. Ini biasa
disebut dengan kondisi jar dan ditandai dengan kasrah.
Contoh lain kita lihat dalam fi’il mudhari’:
ِ العراب الفعلِاملضارع
ِ الرفع ِي ت علمِِأحدِالدرسِفِالفصل
ِ النصب ِي ن بغيِعلىِطالبِالعلمِأنِيِت علمِِِبلد
ِ الزم ِلَِناحِلمنِلِي ت علم
34
Jika kita perhatikan, kata يتعلمdalam contoh di atas mengalami tiga kali
perubahan: 1) harakatnya menjadi dhammah, penyebabnya karena ia tidak
didahului oleh harf jazm ataupun harf nashab. Ini biasa disebut dengan kondisi rafa’
dan ditandai dengan dhammah. 2) ia menjadi fathah karena ia didahului oleh kata
أنyang merupakan harf nashab. Kondisi ini disebut dengan nashab dan ditandai
dengan fathah. 3) ia menjadi sukun, penyebabnya adalah karena didahului oleh kata
لyang merupakan harf jazm. Kondisi ini biasa disebut dengan jazm, dan ditandai
dengan sukun.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat empat kondisi
perubahan akhir kata dalam bahasa Arab (i’rab), yaitu rafa’, nashab, jarr dan
jazm, dari empat kondisi ini ada yang terjadi pada isim dan fi’il mudhari’ sekaligus
yaitu rafa’ dan nashab, ada juga yang terkhusus untuk isim yaitu jarr dan ada yang
terkhusus untuk fi’il mudhari’ yaitu jazm. Penjelasan lebih lanjut bisa dilihat pada
tabel berikut:
2. Bina ()البناء
Bina adalah kondisi di mana sebuah kata tidak mengalami perubahan
harakat atau bentuk. Para pakar bahasa Arab mendefinisikan bina sebagai berikut:
ِالتاكِيِب
ِ ِِلِِزِومِِآخِرِِالكِلِمِاتِِحِالِ ِةًِِواحِدِةًِِفِِمجِيِع
Tetapnya akhir kata dalam satu kondisi saja di berbagai bentuk kalimat
35
Dari definisi di atas diketahui bahwa kata yang mengalami kondisi bina
tak akan berubah kondisinya meski kata tersebut mengalami perubahan posisi
dalam kalimat atau didahului oleh salah satu harf yang berakibat pada perubahan
i’rab. Maka, dalam kondisi apapun, kata yang termasuk ke dalam kondisi ini akan
selalu tetap berada pada satu kondisi saja, jika ia berakhiran fathah maka ia akan
terus berakhiran fathah, begitu juga jika ia berakhiran kasrah, dhammah ataupun
sukun.
Di antara kata yang kondisinya tetap adalah isim istifham atau isim yang
bermakna “siapa” dalam contoh berikut:
ِ ِلِليسِِعليهِِأمرانِِف هوِِرد
ًِ منِِعملِِعم
ِ ِارحواِمنِِفِِالرضِِي رحكمِِمنِِفِِالُّماء
ِ ألِِت نظرونِِإلِِمنِِيشفعِِلكمِِإلِِربكم؟
Kata “man” memiliki makna “siapa”, dalam kalimat pertama menempati
posisi mubtada’, tapi ia tetap dalam kondisi sukun dan tidak berubah menjadi
dhammah meski ia berposisi sebagai mubtada’. Kata “man” dalam kalimat kedua
menempati posisi sebagai maf’ul bih (objek), seharusnya maf’ul bih berharakat fathah
tapi kata “man” di atas ia tidak berubah menjadi fathah. Begitu juga kata “man”
dalam kalimat ketiga yang seharusnya berharakat kasrah karena ada kata إلyang
merupakan harf jar, namun karena “man” tidak akan berubah kondisinya maka ia
tetap dalam kondisi sukun. Inilah yang dimaksud dengan bina.
Kata yang kondisinya tetap ada yang berupa isim seperti isim istifham, isim
maushul, dhamir, ada juga yang berupa fi’il seperti fi’il madhi, fi’il amar, dan fi’il
mudhari’ yang terhubung dengan nun niswah, dan ada juga berupa harf (seluruh harf
adalah mabni)
36
KAIDAH
- I’rab adalah perubahan kondisi akhir kata bahasa Arab karena
perbedaan penyebabnya.
- Kata yang mengalami perubahan kondisi i’rab adalah isim dan fi’il
mudhari’.
o Terdapat empat perubahan kondisi kata: rafa’, nashab, jarr dan
jazm.
o Isim mengalami tiga jenis perubahan kondisi: rafa’, nashab dan
jarr.
o Fi’il Mudhari’ mengalami tiga jenis perubahan kondisi: rafa’,
nashab dan jazm.
- Bina adalah tetapnya akhir kata dalam satu kondisi saja di berbagai
bentuk kalimat.
- Di antara kata yang kondisinya tak berubah adalah: Isim: isim istifham,
isim maushul, dhamir, fi’il: fi’il madhi, fi’il amar dan fi’il mudhari’ yang
tersambung dengan nun niswah, dan seluruh harf.
- Kata yang mengalami perubahan bentuk disebut dengan mu’rab dan
kata yang tidak mengalami perubahan disebut dengan mabni.
LATIHAN
Lengkapi harakat dari setiap kata di bawah ini, jelaskan jenis dari
setiap katanya, lalu jelaskan kondisinya apakah ia mabni atau mu’rab!
Contoh:
ِ ِعلمِالستاذِالتلميذ
ِعلم: fi’il madhi, mabni. ِالستاذ: isim, mu’rab. ِال ت ل م ي ذ: isim,
mu’rab.
37
ِقدِأفلحِاملؤمنون ِ ِ يِدِعِوِالدِيِنِإِلِالفِضِيِلِةِ
ِخلقِللاِالنُّانِمنِصلصالِكالفخار يِقِضِيِمِمِدِبِيِِالناسِِبِجِقِ ِ
38
Pertemuan Kedelapan
Ragam Kondisi Isim (I’rab Isim)
ِالنةِِتتِأقدامِالمهات
ِ ِِم
Kata yang digarisbawahi di atas berakhiran harakat dhammah karena ia
berposisi sebagai mubtada’.
Fa’il
Sebagaimana dijelaskan dalam pertemuan sebelumnya, fa’il adalah isim
yang ada setelah kata kerja dan menandakan bahwa ia adalah yang melakukan
pekerjaan tersebut, dan ia selalu berada dalam kondisi rafa’. Para pakar bahasa
Arab mendefinisikan fa’il sebagai berikut:
ِ ِإسمِِمرفوعِِتقدِمِهِِفعلِِودلِِعلىِالذِأِفعِلِالفِعل
Isim marfu’ (dalam kondisi rafa’) yang didahului oleh fi’il dan menunjukkan bahwa
ialah yang menjalankan fi’il tersebut
Contohnya:
39
ِ ِمزقِعليِِالقرطاسِ–ِي رحمِللاِِالطالبِال مخلص
ِ ِ ِِِفا ِ ِِِِِِِفا
ِلِيُّرقِالُّارقِِحيِيُّرقِوهوِمؤمن
ِ فا
Kata yang digarisbawahi seluruhnya berharakat dhammah karena mereka
berposisi sebagai fa’il.
Naib Fa’il
Naib Fa’il adalah pengganti fa’il ketika kata kerjanya berbentuk kata kerja
pasif, seperti “memakan” berubah menjadi “dimakan”. Naib fa’il didefinisikan
sebagai berikut:
ِ ِإسمِِمرفوعِِتقدِمِهِفعلِِمبنِِللمِرهولِِلِيِاِلِِمِكِانِِالفاعل
Isim marfu’ (dalam kondisi rafa’) yang didahului oleh fi’il yang pasif dan berfungsi
sebagai pengganti fa’il
Perubahan kata kerja bahasa Arab dari aktif menjadi pasif dilakukan
dengan merubah harakat kata kerjanya, pada fi’il madhi maka rumusnya adalah
dhammah di awal dan kasrah sebelum akhir, dan pada fi’il mudhari’ rumusnya adalah
dhammah di awal dan fathah sebelum akhir. Contohnya sebagai berikut:
Naib fa’il berperan nyaris sama dengan fa’il, baik dari segi peletakannya
hingga cara kerjanya. Perbedaan antara keduanya hanyalah terletak pada bentuk
fi’ilnya yang berbeda. Berikut contoh naib fa’il dalam kalimat:
40
ِ وخلقِالنُّانِِضعي ًفاِ–ِفإذاِقرئِالقرآنِِفاستمعواِلهِوأنصتوا
ِ ِ ِ ِنِفا ِ ِ ِنِفا
ِفتحِالبابِِفِكلِصباح
ِ ِِِِِنِفا
Kata yang digarisbawahi seluruhnya berharakat dhammah karena mereka
berposisi sebagai naib fa’il.
2. Nashab
Isim berada dalam kondisi nashab karena beberapa hal, di antaranya adalah
karena ia berposisi menjadi maf’ul bih dan karena ada huruf nashab sebelumnya.
Berikut penjelasannya:
Maf’ul Bih
Mudahnya, Maf’ul bih adalah objek. Para pakar bahasa Arab menjelaskan
definisi maf’ul bih sebagai berikut:
ِ ِإسمِِمنصوبِِوقعِعليهِِفعلِِالفاعل
Isim manshub (dalam kondisi nashab) yang terkenai pekerjaan dari fa’il
Contoh:
ِ ِقرأِعليِالقرآنِِ–ِعلمِالستاذِالتلميذِِ–ِخلقِللاِالنُّان
ِ ِِِِِِمِب ِِِِِِِِمِب ِ ِمِب
Kata-kata yang digarisbawahi seluruhnya berharakat fathah karena mereka
berposisi sebagai maf’ul bih (objek).
Diawali oleh Huruf Nashab
Salah satu yang bisa merubah kondisi isim menjadi nashab adalah hadirnya
harf nashab sebelum isim. Huruf nashab itu di antaranya adalah: ِ إنdan ِ أنyang
41
merupakan harf taukid atau harf yang digunakan untuk menegaskan sesuatu, bisa
juga diartikan dalam bahasa Indonesia dengan “sesungguhnya.” Contohnya:
ِإنِللاِِعلىِكلِِشيءِِقِديرِِ–ِِواعِلِمواِأنِِللاِِغِنِِحِيدِِ–ِإنِالِنُّانِِلفيِخُّر
Kata-kata yang digarisbawahi berharakat fathah karena mereka didahului
oleh huruf nashab yaitu إنdan أن.
Harf ِ إنdan ِ أنmemiliki makna yang sama dan fungsi yang sama, hanya
3. Jarr
Isim berada dalam kondisi jarr karena beberapa sebab, di antaranya adalah
karena didahului dengan harf jarr. Berikut penjelasannya:
Setelah Huruf Jarr
Isim bisa berada dalam kondisi jarr jika didahului oleh huruf jarr. Huruf
jarr di antaranya adalah: ِواوِالقُّم،ِحّت،ِعن، ِل، ِك، ِب،ِف،ِعلى،ِإل،من.
Berikut penjelasan tentang masing-masingnya:
منmemiliki banyak fungsi, di antaranya adalah menyatakan asal (dari)
atau menyatakan bagian (di antara). Contohnya:
ِ ِأخذِزيدِالكتابِمنِاملكتبةِِ–ِمنِالدبِِتفيضِالصوتِأمامِالستاذ
42
إل berfungsi untuk menunjukkan tujuan (ke-) atau akhir dari tujuan
(sampai/hingga). Contohnya:
ِِذهبِعليِإلِاملدرس ةِ ِ–ِأس ر ِللاِبرس ولهِل ًيلِمنِاملُّ ردِاجرامِإلِاملُّ رد
ِ القصى
علىmemiliki banyak fungsi, di antaranya adalah menunjukkan makna
“di atas” atau “ke atas.” Contohnya:
ِوض عِالس ت اذِالقِلِمِِعلىِاملكت بِ ِ–ِختمِللاِعلىِقلوِمِوعلىِمسعهمِوعلى
ِ أبصارهمِغشاوة
فjuga memiliki banyak fungsi, di antaranya adalah menunjukkan tempat
(di-), atau menyatakan sebab (karena). Contohnya:
ِ ِفِالفصلِِطلبِكثيةِ–ِدخلتِامرأةِالنارِفِهرة
بmemiliki banyak fungsi, di antaranya adalah menyatakan tempat (di-),
menyatakan sebab (karena), menunjukkan kondisi atau alat yang digunakan
(dengan). Contohnya:
ِلقيِعثم انِعلي اِِبمل دين ةِ ِ–ِفبظلمِِمنِال ذينِه ادواِحرمن اِعليهمِطيِب اتِأحل ت
ِِادخلواِاملُّردِِدوءِِ–ِفتاتِفاطمةِالبابِِبملفتاح-لم
ِ كmemiliki fungsi untuk menunjukan persamaan (seperti). Contohnya:
ِالوق تِك الُّ يفِِإنِلِت قطع هِقطع كِ–ِت واض عِتكنِكالنِرمِِلحِلناظرِعلى
43
حّتmemiliki fungsi menunjukkan akhir dari tujuan (sampai). Contohnya:
ِ أدافعِعنِدينِحّتِآخرِِن فسِفِحيايت
وmemiliki banyak fungsi, seperti menjadi kata sambung (dan), kata
permulaan, dan kata sumpah (demi), namun yang bisa menjadikan isim berubah
menjadi jar hanya yang berfungsi sebagai kata sumpah, atau yang biasa disebut
dengan waw qasam. Contohnya:
ِ ِِوللا-ِِِوالعصرِِإنِالنُّانِلفيِخُّرِ–ِِوالُّماءِِِوالطارق
KAIDAH
Terdapat tiga kondisi i’rab untuk isim, yaitu:
- Rafa’ jika ia menjadi mubtada, fa’il dan naib fa’il.
- Nashab jika ia menjadi maf’ul bih dan didahului oleh harf nashab.
- Jarr jika ia didahului oleh harf jarr
LATIHAN
Lengkapi harakat kata yang digaris bawahi lalu sebutkan penyebab
harakat akhirnya!
Contoh:
ِ ِِجلُّتِعائشةِعلىِالكرسي ِ يُّتاييِالطالبِمنِالستاذ
ِ ِأكلِعليِاجبز ِ ِ أشهدِأنِممداِرسولِللا
44
ِ َِيتهدِالطالبِفِالت علِم ِ ِ قتلِأصاابِالخدود
ِ ِأرسلِللاِالرسلِإلِالناس ِ ِ الصبِيعيِعلىِكلِعمل
ِ
Isilah titik-titik di bawah ini!
Contoh:
ِ ِِركبِِعِلِيِِالُِّيِ ِارة
ركب: Jenis Kata: Fi’il Madhi, Kondisi: Mabni, Tanda: Fathah
علي: Jenis Kata: Isim, Posisi: fa’il, Kondisi: rafa’, Tanda: dhammah
الُّيارة: Jenis Kata: Isim, Posisi: maf’ul bih, Kondisi: nashab, Tanda: fathah
ِ ِغُّلِأحدِال ملبسِفِاجمام
غُّل :Jenis kata:________ kondisi:________ tanda:________
ِ َيرأِاملاءِمنِالبلِإلِالُّاحل
ِ نزلِاملطرِمنِالُّماءِف فرحِالناسِبه
45
الطلبِيتوضأونِويصلونِفِمُّردِاملدرسةِ ِ
فتاتِفاطمةِالنافذةِفرأتِال منظرِالميلِوتبُّمت ِ
اعلمِأنِالدبِأهمِمنِالعلم! ِ
الغلمِيلعبونِكرةِالقدمِِفِامليدانِفِال مُّاء
46
Pertemuan Kesembilan
Ragam Kondisi Fi’il Mudhari’ (I’rab Fi’il Mudhari’)
ِ يتعلمِِممدِبعدِصلةِالعشاء
Kata yang digarisbawahi di atas berharakat dhammah karena tidak
didahului oleh huruf nashab ataupun huruf jazm. Kondisi ini disebut dengan
kondisi rafa’ bagi fi’il mudhari’.
2. Nashab
Fi’il mudhari’ berada dalam kondisi nashab jika didahului oleh salah satu
dari huruf nashab, yaitu ِكي،ِإذن،ِلن،أن. Dan ia akan ditandai dengan harakat
fathah. Contoh:
ِ يريدِللاِأنَِيِفِفِِعنِكمِ–ِلنِت نالِِالجرِإلِِبلخلص
Kata yang digarisbawahi di atas berharakat fathah karena ia didahului oleh
huruf nashab.
3. Jazm
Fi’il mudhari’ berada dalam kondisi jam jika didahului oleh salah satu dari
huruf jazm, yaitu ِلمِالمر،ِ"إن"ِللشرط،ِ"ل"ِالناهية،ل. Contoh:
47
Kata yang digarisbawahi di atas berharakat sukun karena ia didahului oleh
huruf jazm.
KAIDAH
Terdapat tiga kondisi i’rab untuk fi’il mudhari’, yaitu:
- Rafa’ jika ia tidak didahului oleh huruf nashab ataupun jazm.
- Nashab jika ia didahului oleh huruf nashab.
- Jazm jika ia didahului oleh huruf jazm
LATIHAN
Lengkapi harakat huruf yang bergarisbawah lalu jelaskan penyebab
dari harakat akhirnya!
ِ منِحجِهللِف لمِيرفثِولِيفُّقِرجعِكيومِولدتهِأمه
والذأِأطمِعِأنِيغفرِيلِخطيئيتِيومِالدين
ِ ِماِندمِعبدِعلىِطاعةِللا
ِ ِبكِرجِلِخيِلكِمنِحرِالن عم ِ ِلنِيهدأِللا
ِ لنِأييتِالنراحِِبلنومِوالكُّل
ِ ِإنِللاِيغفرِالذنوبِمجيعا
ِ
Jelaskan 1) jenis kata, 2) posisi kata, 3) kondisi kata, 4) penyebab
kondisi tersebut, dan 5) tanda kondisi dari kata yang digarisbawahi
dari kalimat berikut!
ِ لنِي ن فعكِعملكِإنِلِتلصِنيتِكِهلل
ِ ِلِتصاحبِإلِمؤمناِولِأيكلِطعامكِإلِتقي
48
Pertemuan Kesepuluh
Latihan Mendeskripsikan Kata (Meng-I’rab)
Mendeskripsikan Isim
Mendeskripsikan isim dapat dilakukan dengan mengikuti urutan sebagai
berikut:
1. Posisi isim dalam kalimat
2. Kondisi isim (dengan penyebabnya)
3. Tanda kondisinya.
Contohnya:
ِ ِقرأِممدِِالكتاب
ِفاعلِمرفوعِوعلمةِرفعهِضمة:ممد
Fa’il dalam kondisi rafa’, dan tanda rafa’-nya adalah dhammah
ِمفعولِبهِمنصوبِوعلمةِنصبهِفتاة:الكتاب
49
Maf’ul bih dalam kondisi nashab, dan tanda nashab-nya adalah fathah
Terkadang juga dilakukan dengan menyebut jenis kata tanpa
menyebutkan posisinya dalam kalimat, seperti dalam kata الفصلdi bawah ini:
ِ إنِالستاذِفِالفصل
ِإسمِإنِمنصوبِوعلمةِنصبهِفتاة:الستاذ
Isim inna dalam kondisi nashab dan tanda nashab-nya adalah fathah
ِإسمِجمرورِب "ف"ِوعلمةِجرهِكُّرة:الفصل
Isim dalam kondisi jarr karena “fi” dan tanda jarr-nya adalah kasrah
Mendeskripsikan fi’il
Mendeskripsikan fi’il dapat dilakukan dengan mengikuti urutan sebagai
berikut:
1. Jenis fi’il
2. Kondisi fi’il (dengan penyebabnya)
3. Tanda kondisinya.
Contohnya:
ِ لنِتنالِالعلمِإلِِبلتعلم
ِ ِفعلِمضارعِمنصوبِب "لن"ِوعلمةِنصبهِفتاة:تنال
Fi’il mudhari’ dalam kondisi nashab karena “lan” dan tanda nashab-nya
adalah fathah
تكلمِِعليِأمامِالفصل
ِ ِفعلِماضِمبنِعلىِالفتح:تكلم
Fi’il madhi dengan kondisi mabni dengan fathah.
Mendeskripsikan harf
Mendeskripsikan harf dapat dilakukan dengan mengikuti urutan berikut:
1. Jenis harf
2. Kondisi harf
50
3. Tanda kondisi tersebut
Contoh:
ِ كتبتِعلىِالقرطاسِِبلقلم
ِ ِحرفِجرِمبنِعلىِالُّكون:على
Harf jarr dengan kondisi mabni dengan sukun.
ِحرفِجرِمبنِعلىِالكُّر:ِِ ب
Harf jarr dengan kondisi mabni dengan kasrah.
KAIDAH
- I’rab secara bahasa artinya adalah menjelaskan.
- I’rab yang dimaksud di sini adalah menjelaskan status sebuah kata dalam
suatu susunan kalimat secara terperinci.
- Empat hal yang biasa dijelaskan dalam mendeskripsikan kata: 1) jenis kata,
2) posisi kata, 3) kondisi kata (dan penyebabnya), 4) tanda kondisi tersebut.
LATIHAN
Berilah harakat untuk setiap kalimat di bawah ini lalu deskripsikan
setiap kata di dalamnya!
ِ املكتبِكتاب
ِ ِبلهدِوالتعب
51
Pertemuan Kesebelas
I’rab Isim Mutsanna dan Jama’
1. Mufrad )(املفرد
yang merupakan isim mudzakkar atau seperti ِف اطم ة،ِس بورة، كراس ةyang
merupakan isim muannats. Dalam i’rabnya, Isim mufrad biasa ditandai dengan
harakat, yaitu dhammah untuk kondisi rafa’, fathah untuk kondisi nashab, dan
dhammah untuk kondisi jarr. Contohnya:
2. Mutsanna )(املثىن
Mutsanna adalah isim yang berjumlah dua, ia biasa ditandai dengan alif dan
52
ِ ِوضعتِالغلفِللكتابي اشتيتِِكتابيِمنِالدكان ِجِكتاِبن
ِ فِالدِِر
ِ ِمررتِبُّيارتيِفِالطريق ِِرأيتِسيارتيِفِالطريق فِالطريقِسياراتن
3. Jama’ )(اجلمع
Jama’ adalah isim yang menunjukkan bilangan di atas dua, yaitu tiga dan
seterusnya. Terdapat dua jenis kata jama’ yaitu jama’ salim dan jama’ taksir, dan
masing-masingnya memiliki aturan i’rab masing-masing sesuai dengan
pembagiannya. Berikut penjelasannya:
Tanda i’rab untuk jama’ mudzakkar salim adalah huruf waw untuk kondisi
rafa, dan huruf ya untuk kondisi nashab dan jarr. Contoh:
53
juga terkadang digunakan untuk mashdar yang hurufnya lebih dari tiga, isim yang
diakhiri dengan alif mamdudah seperti زهراء, isim yang diakhiri dengan alif maqshurah
seperti ذكر, ataupun isim yang berupa kata serapan dari bahasa lain.
Tanda i’rab untuk jama’ muannats salim adalah harakat dhammah untuk
kondisi rafa’, harakat kasrah untuk kondisi jarr, dan kasrah pengganti fathah untuk
kondisi nashab. Contoh:
ِ ِِلإلسمِعلماتِِثلثة ِ ِ ِفِاملدرسةِطالبات
ِ ِعددتِعلماتِِلإلسم ِ ِ ِدعاِالستاذِالطالبات
ِ ِِلإلسمِثلثةِعلمات ِ ِ ِِمررتِبطالبات
ِ
Jama’ taksir )التكسري (مجع
Mudahnya, Jama’ taksir adalah jama’ yang tidak ditambahi waw dan nun atau
alif dan ta sebagaimana yang kita lihat dalam jama’ salim. Jika dilihat dari namanya,
jama’ taksir berarti memecah atau merusak, karena perubahan katanya dilakukan
dengan cara “merusak” kata mufradnya, baik dalam bentuk tambahan,
pengurangan ataupun perubahan harakat. Jama’ jenis ini cukup banyak dan cukup
menyulitkan, karena mengetahuinya harus dengan menghafal, tidak seperti jama’
salim yang tinggal mengikuti kaidah penambahan dua huruf itu. Contohnya:
Tanda i’rab untuk jama’ taksir ini sama dengan isim mufrad, yaitu dhammah
untuk kondisi rafa’, fathah untuk kondisi nashab, dan kasrah untuk kondisi jarr.
Contoh:
ِ ِِفِاليبِأقلم ِ ِ ِعلىِاملكتبِكتب
ِ
ِ ِوضعتِالقلمِِعلىِاملكتب ِ ِانِكت بًا
ِ اشتيتِمنِالدك
ِ ِِلألقلمِِألوانِمت نوعة ِِذهبتِإلِاملكتبةِلشراءِالكتب
KAIDAH
- Berdasarkan jumlahnya, isim terdiri dari tiga macam: mufrad untuk satu,
mutsanna untuk dua, dan jama’ untuk tiga dan selanjutnya.
- Isim mufrad menggunakan harakat dhammah untuk tanda rafa’, fathah untuk
nashab, dan kasrah untuk jarr.
- Isim mutsanna menggunakan huruf alif untuk tanda rafa’, huruf ya untuk
nashab dan jarr.
- Isim jama’ memiliki dua jenis, yaitu jama’ salim dan jama’ taksir. Jama’ salim
memiliki dua jenis:. Jama’ mudzakkar salim menggunakan huruf waw dan
nun untuk tanda rafa’ dan ya dan nun untuk nashab dan jarr. Jama’ muannats
salim menggunakan harakat dhammah untuk tanda rafa’, kasrah untuk jarr,
dan kasrah pengganti fathah untuk kondisi nashab. Sedangkan jama’ taksir
menggunakan dhammah untuk rafa’, fathah untuk nashab, dan kasrah untuk
jarr.
55
LATIHAN
!’Ubahlah isim mufrad di bawah ini menjadi mutsanna dan jama
مُّلمِ–ِمُّلمةِ–ِراحمِ–ِسيارةِ–ِِكتابِ–ِجهازِِ-اجتهاد ِ
Lengkapilah harakat untuk kalimat di bawah ini
ير ِالظاملونِالنارِبعيدا ِ
فِاملدرسةِتعلمناِالدروسِال مت نوعةِ ِ
ِ
إنِاملفازِللمتقي ِ
الطلبَِيلُّونِعلىِالكرسي ِ
الرحنِيرحمِالراحي ِ
دخلِالطلبِإلِفصولم ِ
Berilah harakat untuk kalimat di bawah ini dan deskripsikan setiap
katanya! Contoh:
56
Pertemuan Kedua Belas
Perubahan Kondisi Mubtada dan Khabar dengan Fi’il Nasikh
didahului oleh sejumlah fi’il berikut: ِ،ِأمُّ ى،ِأض اى،ِأص بح،ِليس،ِص ار،كان
ِِبت،ظل.
Sejumlah fi’il di atas jika masuk ke dalam susunan mubtada dan khabar
maka akan merubah susunan tersebut, ia akan menjadikan mubtada tetap pada
kondisi rafa’ dan merubah kondisi khabar yang tadinya rafa’ menjadi nashab.
Sebutan untuk dua kata itu pun kemudian berubah, tak lagi mubtada dan khabar
tapi kata pertama disebut isim untuk kata tersebut seperti isim kana, isim ashbaha,
isim shara, dsb. dan kata kedua disebut sebagai khabar untuk kata tersebut seperti
khabar kana, khabar ashbaha, khabar shara, dsb.
Contoh:
57
tadinya mubtada kemudian berubah menjadi isim kana dan kata ghazir yang tadinya
khabar berubah menjadi khabar kana dan kondisinya pun berubah menjadi
nashab.
Contoh lain dapat kita lihat pada kalimat berikut:
ِ مجيل
ًِ ِِِصارِالو ِ الوِِمجيل
ِ ِِِِِإِصارِِخِصار ِ ِمِِِِخ
صارmenunjukkan sebuah proses perubahan, masuknya kata itu ke dalam
mubtada dan khabar menunjukkan bahwa proses perubahan telah terjadi. Kata al-
jaww pada kalimat pertama adalah mubtada’ namun di kalimat yang kedua ia
berubah menjadi isim shara meski masih dalam kondisi rafa’, sedangkan kata jamil
pada kalimat pertama adalah khabar yang berada dalam kondisi rafa’ namun pada
kalimat kedua ia berubah menjadi khabar shara dengan kondisi nashab.
Contoh lain:
ِل
ًِ ِليسِالطالبِِمتكاس ِ الطالبِمتكاسل
ِ ِِِمِِِِِِِخِِِِِِِِِِِِِِِِِِِِإِليسِِِِخِليس
ليسdigunakan untuk pengingkaran, kurang lebih artinya adalah “bukan”
atau “tidak”. Kata al-thalib dalam kalimat pertama adalah mubtada, dan di kalimat
kedua ia menjadi isim laisa meski kondisinya sama-sama rafa’, sedangkan kata
mutakasil di kalimat pertama adalah khabar yang rafa’ lalu berubah menjadi khabar
laisa dengan kondisi nashab.
Di antara fi’il lain yang memiliki fungsi yang sama seperti tiga fi’il di atas
dapat kita lihat dalam contoh berikut:
58
ِفعل
ِ مثال ِ املبتدأِواخلب ِ معن
ِ انسخ
ِ أصبحِالتلميذِنشيطا ِ أصبح ِ التوقيتِِبلصبح ِ التلميذِنشيط
ِ أضاىِالوِمعتدل ِ الوِمعتدل ِ أضاى ِ التوقيتِِبلضاى
ِ أمُّىِالعاملِمتعبا ِ العاملِمتعب ِ أمُّى ِ التوقيتِِبملُّاء
ِ ظلِالغبارِاثئرا ِ الغبارِاثئر ِ التوقيتِِبلنهار ِ ظل
ِ ِبتِاملريضِمتألما ِ ِاملريضِمتأل ِ التوقيتِِبلليل ِ ِبت
ِ
Sejumlah fi’il tersebut sering disebut dengan al-Af’al al-Nasikhah
(خ ة )الفع الِالن اسyang artinya fi’il-fi’il yang menghapuskan, karena mereka
menghapus kondisi dari khabar yang asalnya dalam kondisi rafa’ menjadi kondisi
nashab.
KAIDAH
- Al-Af’al al-Nasikhah bisa masuk ke dalam al-jumlah al-ismiyyah lalu merubah
kondisi dari mubtada dan khabar nya. Ia menjadikan mubtada tetap rafa’ tapi
menjadikan khabar berubah menjadi nashab. Mubtada itu kemudian disebut
dengan isim dari fi’il tersebut dan khabar itu kemudian disebut dengan khabar
dari fi’il tersebut.
LATIHAN
Masukkanlah salah satu fi’il nasakh ke dalam al-jumlah al-ismiyyah di
bawah ini!
59
ِالمرِسهلِإذاِوسدِإلِأهله ِ ِالغلمانِيتيمانِ الطِريقِمِِزدِحِم ِ
ِاملُّلمونِصابرونِعلىِالبلء ِ ِالطلبِانشطون الصبِضاحك ِ
ممدِجمتهدِفِالتعلم ِ
)Berilah harakat untuk kalimat di bawah ini lalu deskripsikan (i’rab
setiap kata di dalamnya! Contoh:
أصبحِاملاءِثلرا ِ
أصبح ِِ:فعلِماضِانسخِمبنِعلىِالفتح ِ
املاء ِِ:إسمِأصبحِمرفوعِوعلمةِرفعهِضمة ِ
ثلرا ِِ:خبِأصبحِمنصوبِوعلمةِنصبهِفتاة ِ
كانِممدِطالباِفِاملدرسة ِأمُّىِالطلبِمتعبي ِِبتِالُّماءُِمطرا ِ
ِأصبحِالتلميذِجمتهدا ِظلِالعمالِمُّتحي ِ ِبتِاليوشِساهرين ِ
Buatlah dua buah al-jumlah al-ismiyyah lalu masukkanlah fi’il nasakh ke
!dalamnya
60
Pertemuan Ketiga Belas
Perubahan Mubtada dan Khabar dengan Harf Nashab
Di antara harf nashab yang merubah kondisi mubtada dan khabar adalah ِِ،ِأن،إن
ِلعل،ِليت،ِلكن،كأن.
Sejumlah harf di atas akan merubah mubtada menjadi nashab dan
menjadikannya sebagai isim dari harf tersebut, seperti isim inna, isim anna, isim
kaanna, dsb. Ia juga menjadikan khabar dalam kondisi rafa’ dan menjadikannya
sebagai khabar dari harf tersebut, seperti khabar inna, khabar anna, khabar kaanna,
dsb.
Contohnya:
ِ ِإنِللاِِرحيمِِبعباده ِللاِِرحيمِِبعباده
ِ ِِِِإِإنِِخِإن ِ ِ ِمِِخ
ِ إنadalah harf yang menunjukkan penegasan, kurang lebih ia bermakna
“sesungguhnya”. Ketika ia masuk ke dalam sebuah al-jumlah al-ismiyyah, ia akan
merubah mubtada menjadi nashab dan menjadikan khabar menjadi rafa’, berbalikan
dengan كانdan sebagainya yang kita pelajari pada pertemuan yang lalu.
61
Contoh lainnya:
ِ ِِواعلمواِأنِللاِِمسيعِِعليم ِ ِللاِِمسيعِِعِليم
ِ ِِِإِأنِِخِأن ِ ِ ِمِِِِخ
ِأن memiliki makna yang sama dengan ِ إنhanya saja penggunaan
keduanya yang berbeda. ِ إنbiasa digunakan di awal kalimat atau awal penggalan
62
KAIDAH
- Harf nashab yang masuk ke dalam sebuah al-jumlah al-ismiyyah akan
menjadikan mubtada-nya dalam kondisi nashab dan menjadikan khabar-nya
dalam kondisi rafa. Mubtada itu kemudian disebut isim dari harf tersebut, dan
khabar itu kemudian disebut khabar dari harf tersebut.
LATIHAN
Masukkanlah harf nashab ke dalam kalimat di bawah ini lalu jelaskan
perubahannya!
ِ ِالشيطانِلإلنُّانِعدوِمبي ِ ِ ِ المرِبُّيط
ِالنصياةِسهلةِواملشكلةِقبولا ِ ِ املُّلمونِراحون
ِ ِالتاياتِوالصلواتِللرسول ِ ِ ِالشيوخِمتمون
Berilah harakat pada kalimat di bawah ini lalu deskripsikan setiap kata
di dalamnya! Contoh:
ِ ِإنِال مدرسةِواسعة
ِ ِحرفِنصبِمبنِعلىِالفتح:ِ إن
ِ ِإسمِإنِمنصوبِوعلمةِنصبهِفتاة:ِاملدرسة
ِ ِخبِإنِمرفوعِوعلمةِرفعهِضمة:ِ واسعة
ِ ِاجتهدِفِالتعلمِكأنِالمتاانِقريب ِ إنِللاِمجيلَِبِالمال
ِعلىِاملُّلميِطاعةِالمامِوالعلماء ِ الراحونِيرحهمِالرحن
ِ
63
Masukkanlah al-af’al al-nasikhah ke dalam kalimat di bawah ini lalu
masukkan harf nashab untuk menggantikannya!
64
Pertemuan Keempat Belas
Penggunaan Kata Sifat (Na’at dan Man’ut)
Kata sifat dalam bahasa Arab disebut dengan na’at atau sifat, sedangkan
kata yang disifati oleh kata sifat itu disebut dengan man’ut atau mausuf.
Dalam kaidah bahasa Arab, terdapat dua jenis kata sifat, yaitu na’at haqiqi
dan na’at sababi. Berikut penjelasanya:
ِ ِالكتابِالديدِِمجيل
ِ ِِِِن
Kata al-kitab dalam contoh di atas adalah mubtada, dan kata al-jadid di sana
adalah sifat untuk kata al-kitab. Kita dapat melihat bahwa keduanya memiliki
kesamaan: sama-sama berharakat dhammah, sama-sama diawali dengan alif dan
lam, dan sama-sama mudzakkar.
Contoh lain terlihat pada kalimat berikut:
ِ يرحمِللاِاملُّلميِال مخلصي
ِ ِن ِ ِ
Kata al-muslimin dalam contoh di atas adalah maf’ul bih, karena ia adalah
kata jama’ mudzakkar salim maka tanda i’rabnya adalah ya. Maka kita lihat kata al-
mukhlishin juga memiliki kesamaan dengan kata al-muslimin, keduanya sama-sama
nashab, sama-sama jama’ mudzakkar salim dan ditandai dengan ya, sama-sama
dimulai dengan alif dan lam.
65
Contoh lainnya:
ِ ِِاِستفدِمنِالطالبِالنشيط ِ
النشيطِالنشيط ِِأجزيتِالطالب
ِ ِجاءِالطالب
ِ ِِِِِِِن ِ ِ ِ ِِِِِن ِ ِ ِن ِ
Terdapat satu pengecualian dari aturan di atas, yaitu jika isim yang
disifatinya adalah jama’ taksir dari yang tidak berakal maka na’atnya boleh
menggunakan isim mufrad muannats. Contoh:
ِ هذاِممدِحُِِّنِأخلقه
ِِِِِِن
Kata hasan dalam contoh di atas adalah kata sifat, namun ia tidak
menunjukkan sifat untuk kata Muhammad yang datang sebelumnya melainkan
menunjukkan sifat untuk kata akhlaq yang datang setelahnya, dan di akhir kata
akhlaq ada dhamir (kata ganti) yang kembali kepada kata muhammad. Maka, jika
diartikan, kalimat di atas berarti “Inilah Muhammad yang baik akhlaknya”.
Contoh lain:
66
ِ فِالفصلِعائشةِنظيفةِغرف تها
ِ ِِِِِن ِ
Kata nadzifah adalah kata sifat, namun ia tidak menunjukkan sifat untuk
kata Aisyah, tapi untuk kata ghurfatuha. Maka, kalimat di atas diartikan dengan “di
kelas ada Aisyah yang bersih kamarnya”.
Aturan penggunaan na’at sababi: 1) na’at sababi akan selalu mengikuti kata
sebelumnya dalam dua hal: i’rab (rafa’, nashab atau jarr) dan kejelasannya (ma’rifah
atau nakirah). Contohnya:
ِ ضاعِالكتابِالميلِغلفه
ِ قرأتِكتاِبِمجيلِغلفه
ِ كتبتِفِكتابِمجيلِغلفه
2) Na’at sababi akan mengikuti kata setelahnya dalam hal jenisnya
(mudzakkar atau muannats), jika kata setelahnya adalah mudzakkar maka kata
sifatnya pun akan berbentuk mudzakkar, begitu juga jika ia adalah muannats.
Contoh:
ِ َِبِالستاذِالطالبِالميلةِِسيته ِ خِربتِالبلدةِالظالِِأهلها
ِ ِن ِ ِ ِ ِ ِ ِن ِ
3) Na’at sababi selalu berbentuk mufrad, maka tidak ada na’at sababi yang
berbentuk mutsanna ataupun jama’. Contoh:
ِ ِعاقبِالستاذِالطلبِالطويلةِِأظفارهم َِيشيِالطالبانِالميلِِأخلقهما
ِ ِِِن ِ ِ ِ ِ ِ ِِن ِ
4) Jika man’ut yang datang setelah na’at adalah isim jama’ taksir dari yang
tak berakal maka na’atnya boleh dalam bentuk mufrad muannats. Contoh:
أتِكتاِبِكثيًِةِفوائدها
ِ ِقر ِ ِ إندونيُّياِبلدِكثيةِجباله
ِ
ِ ِِِِِن ِ ِ ِ ِ ِن ِ
67
Perhatian
Sebagaimana dijelaskan di atas bahwa na’at akan selalu menyatu dengan
man’utnya dalam suatu penggalan kalimat, maka kita perlu memperhatikan posisi
na’at dan man’ut ini agar jangan sampai keduanya terpisah. Contoh:
ِ ِالطالبِنشيط
Kata nasyith di atas tidak menjadi na’at dari kata al-thalib, karena kata al-
thalib di atas berposisi sebagai mubtada dan nasyith berposisi sebagai khabar. Kita
bisa melihat jelas ada perbedaan alif lam dan harakat dari keduanya.
Contoh lain:
ِ عليِحُّنِوجهه
Kata hasan di atas tidak menjadi na’at dari kata wajhuh, karena kata ‘Ali di
sana berposisi sebagai mubtada dan kata hasanun wajhuh berposisi sebagai khabar.
Untuk memudahkan, na’at dan man’ut itu diikat dengan kata “yang”.
Contohnya seperti kalimat “mobil yang bagus itu rusak”. Kata “yang”
menunjukkan bahwa kata “mobil” dan “bagus” itu masih satu penggalan kata
yaitu mubtada, dan kata “itu” menjadi pemisah antara kata sebelumnya dan kata
setelahnya hingga kata “rusak” di sana berposisi sebagai khabar.
Coba bedakan antara dua kalimat berikut: “Sekolah yang megah itu
mahal” dan “Sekolah itu megah”
68
KAIDAH
- Kata sifat di dalam kaidah bahasa Arab disebut dengan na’at, sedangkan
kata yang disifati disebut dengan man’ut.
- Na’at adalah isim yang menunjukkan sifat pada man’utnya.
- Ada dua jenis na’at, yaitu na’at haqiqi dan na’at sababi.
- Na’at Haqiqi adalah isim yang menunjukkan sifat untuk kata sebelumnya.
Ia harus mengikuti kata tersebut dalam 4 hal: i’rab, jenis, jumlah, dan
kejelasannya.
- Na’at Sababi adalah isim yang menunjukkan sifat untuk kata yang datang
setelahnya. Ia harus mengikuti kata sebelumnya dalam hal i’rab dan
kejelasannya, ia harus mengikuti kata setelahnya dalam hal jenisnya,
kecuali untuk isim jama’ taksir yang dari yang tidak berakal.
LATIHAN
- Ubahlah rangkaian mubtada dan khabar di bawah ini menjadi rangkaian
na’at dan man’ut dengan merubah kalimatnya!
ِ ِإنِالبُّتانِالميلِواسع
ِ ِحرفِنصبِمبنِعلىِالفتح:ِ ِإن
ِ ِإسمِإنِمنصوبِوعلمةِنصبهِفتاةِوهوِمنعوت:ِالبُّتان
ِ ِنعتِمنصوبِوعلمةِنصبهِفتاة:ِ الميل
ِ ِخبِإنِمرفوعِوعلمةِرفعهِضمة:ِ واسع
69
ِلِتقلِقولِقبياا ِ ِ إنِالولدِالصاحلِمبوب ِ
ِمسعتِصواتِمجيلِيقرأِالقرآن ِ ِ إنِعلياِحُّنِوجهه ِ
ِلقيتِبدكانِكبيِفِاملدينة ِ ِ كانِزيدِرجلِمؤدِب ِ
70
Pertemuan Kelima Belas
Idhafah
Idhafah adalah menyematkan suatu kata pada kata lainnya untuk tujuan
tertentu, seperti menyatakan kepemilikan, pengkhususan, tempat, waktu, jumlah,
asal, dan sebagainya. Para pakar bahasa Arab mendefinisikan idhafah sebagai
berikut:
ِ ِيُّمىِالولِمضافاِوالثانِمضافاِإليه،نُّبةِاسمِإلِاسمِآخر
Penyematan suatu kata kepada kata lainnya, kata yang pertama disebut dengan mudhaf dan
kata kedua disebut dengan mudhaf ilaih
Aturannya adalah dengan menjadikan: 1) mudhaf ilaih dalam kondisi jarr
dan 2) mudhaf tetap dalam kondisi i’rabnya dalam kalimat tersebut namun terbebas
dari alif lam ataupun tanwin.
Contoh:
ِ ِفِكتابِممد
ِ ِِكتبت ِِقرأتِِكتابِممد ِعلىِاملكتبِكتابِممد
ِ
Jika mudhaf adalah isim mutsanna atau jama’ mudzakkar salim, maka harus
dihilangkan nun nya. Contoh:
ِ ِِحضرِمدرساِالفصل:ِمدرسان ِ ِِحضرِالصلةِمُّلموِالبلد:ِمُّلمون
Mudhaf ilaih berkondisi jarr “seolah” di sana terletak sebuah harf jarr yang
menyebabkan perubahannya menjadi jarr, dan harf jarr tersebut bisa منatau ل
71
ِ ِِِصلةِفِاملغرب/ِِصلةِاملغرب ِ ِ ِِخاتِمنِفضة/ِخاتِفِضِة
Fungsi idhafah
Idhafah memiliki banyak fungsi, di antaranya adalah:
KAIDAH
- Idhafah adalah menyematkan satu kata kepada kata lainnya karena suatu
tujuan.
- Kata pertama disebut dengan mudhaf dan i’rabnya mengikuti posisi di dalam
kalimat, namun ia harus terbebas dari tanwin, alif lam dan nun jika ia adalah
isim mutsanna atau jama’ mudzakkar salim.
LATIHAN
- Masukkanlah setiap rangkaian kata di bawah ini ke dalam sebuah
kalimat!
نظفِعليِمرابِالمامِ ِ
نظف ِِ:فعلِماضِمبنِعلىِالفتح ِ
علي ِِ:فاعلِمرفوعِوعلمةِرفعهِضمة ِ
مراب ِِ:مفعولِبهِمنصوبِوعلمةِنصبهِفتاةِوهوِمضاف ِ
المام ِِ:مضافِإليهِجمرورِوعلمةِجرهِكُّرة ِ
ِ
صلىِممدِصلةِالصبحِفِاملُّرد ِاختارِالطلبِرئيسِالفصل ِ
ِفِاملُّردِساعةِاجائط ِ ِ قرأِعليِكتابِالناو ِ
تعلمِزيدِفِمعهدِالوفاءِالسلمي ِ ِ
ِِ
73
LATIHAN
ِ
74
- Berilah harakat untuk setiap kalimat di bawah ini lalu deskripsikan
!setiap kata di dalamnya
َِبِالرعيةِالمامِإذاِكانِالمامِعادل ِ العدلِمفتاحَِناحِالبلدِ
ِيُّيلِاملاءِمنِبطونِالبالِإلِشواطئِالباار ِ يُّتعدِالطالبِللتعلم ِ
ِِ
ِ
ِ
تتِكتابةِهذهِالرسالةِبعونِللاِيومِالحد ِ
الواحدِوالعشرينِمنِذأِاجرة ِ
سنةِألفِوأربعمائةِوتُّعِوثلثي ِ
واجمدِهللِربِالعاملي ِ
ِ
.
75