Anda di halaman 1dari 11

HUBUNGAN BAHASA DAN FAKTOR SOSIAL

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah: Sosiolinguistik

Dosen Pengampu: Bidari, M.Pd.I

Oleh:

KELOMPOK IV

Shofa
Qurrotul A'yuni

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA ARAB

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT DIROSAT ISLAMIYAH AL-AMIEN PRENDUAN SUMENEP


MADURA

TAHUN AKADEMIK: 2020-2021


PENDAHULUAN

Manusia adalah mahkluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri melainkan
selalu berinteraksi dengan sesamanya. Untuk keperluan tersebut, manusia
menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi sekaligus sebagai identitas
kelompok. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan terbentuknya berbagai bahasa di
dunia yang memiliki ciri-ciri yang unik yang menyebabkannya berbeda dengan
bahasa lainnya.

Perbedaan bahasa-bahasa tersebut diakibatkan oleh adanya faktor-faktor


sosial, yang meliputi: kelas sosial, konteks sosial, jenis kelamin, usia, seni dan
religi, budaya atau geografi, dan pranata sosial. Berikut ini akan dijelaskan secara
ringkas, mengenai faktor-faktor sosial tersebut.

Bahasa tidak lepas dari masyarakat pemakainya karena bahasa dipandang


sebagai gejala sosial. Sebagai gejala sosial, bahasa dapat ditentukan oleh faktor
linguistik dan faktor nonlinguistik. Faktor-faktor nonlinguistik terdiri dari faktor
sosial dan faktor situasional. Faktor sosial tersebut antara lain status sosial,
tingkat pendidikan, tingkat ekonomi, umur, jenis kelamin, dan sebagainya.
Adapun faktor situasional tersebut adalah siapa yang berbicara, kepada siapa,
kapan, di mana, dan mengenai masalah apa.

Maka dari itu selayaknya dalam mempelajari secara menyeluruh ilmu


Bahasa, salah satunya ialah pembahasan tentang Sosiolinguistik yang berkenaan
dengan hubungan bahasa dan faktor sosial yang akan disampaikan dalam makalah
ini. Dengan tujuan agar kita semua dapat memahami bagaimana hubungan bahasa
dengan faktor-faktor social, dan apa saja faktor-faktor sosial itu.

1
PEMBAHASAN

A. Hubungan Bahasa Dan Faktor Social

Gagasan yang mengandung pengertian bahwa sosiolinguistik


mencakupi bidang kajian yang luas, bukan hanya menyangkut wujud formal
bahasa dan variasi bahasa melainkan juga penggunaan bahasa di masyarakat.
Penggunaan bahasa tersebut berhubungan dengan berbagai faktor, baik faktor
kebahasaan itu sendiri maupun faktor non kbahasaan, seperti faktor sosial
budaya, termasuk tata hubungan antara pembicara dan pendengar.
Implikasinya adalah bahwa tiap-tiap kelompok masyarakat mempunyai
kekhususan dalam hal nilai-nilai sosial budaya dan variasi penggunaan
bahasa dalam interaksi sosial. Maka dari itu kami akan mengupas semua
hubungan bahasa yang digunakan oleh manusia terhadap berbagai faktor
sosial masyarakat.

1. Hubungan Bahasa dengan Kelas social


Sebelum membicarakan hubungan bahasa dengan status sosial,
terlebih dahulu akan dibahas adanya tingkat sosial dalam masyarakat.
Tingkat sosial di dalam masyarakat dapat dilihat dari dua segi: pertama,
dari segi kebangsawanan; kalau ada, kedua, dari segi kedudukan sosial
yang ditandai dengan tingkat pendidikan dan keadaan perokonomian.
Biasanya yang memiliki pendidikan lebih baik memungkinkan untuk
memperoleh taraf perokonomian yang lebih baik pula. Tetapi ini tidak
mutlak. Bisa saja taraf pendidikanya lebih baik, namun, taraf
perekonomianya kurang baik. Sebaliknya, yang memiliki taraf
pendidikan kurang, tetapi memiliki taraf perekonomian yang baik.1
2. Hubungan Bahasa dengan Jenis kelamin
Di dalam masyarakat, ada dua jenis kelamin yang diakui yaitu laki-
laki dan permpuan. Dalam kaitanya dengan penggunaan bahasa, menurut

1
Abdul Chaer, Sosiolinguistik, (Rineka Cipta, Jakarta:2004) hal: 45

2
ilmu sosiolinguistik, dapat dilihat adanya perbedaan ragam tutur yang
digunakan oleh laki-laki dan perempuan.
Ada beberapa faktor yang berhubungan dengan perbedaan bahasa
antara laki-laki dan perempuan, diantaranya adalah faktor suara dan
intonasi. Sudah diketahui bersama bahwa antara laki-laki dan perempuan
memiliki jenis suara yang berbeda, jenis suara wanita pada umumnya
adalah alto dan sopran, sedangkan jenis suara pria adalah tenor dan bas.
Hal tersebut tentu saja berkaitan dengan perbedaan organ-organ tubuh
penghasil suara antara laki-laki dan perempuan.
Adapun perbedaan berbahasa antara laki-laki dan perempuan
meliputi beberapa tataran kebahasaan dengan beberapa contoh kasus
yang ditemukan dalam bahasa tersebut: (a) Perbedaan fonologi.
Ditemukan perbedaan fonologi antara tuturan bahasa laki-laki dan
perempuan. Sebagaimana perbedaan variasi yang ditemukan di dalam
perbedaan dialek-dialek yang ada di Inggris.2
3. Hubungan Bahasa dengan Usia
Umur secara langsung membagi masyarakat menjadi beberapa
golongan usia, yaitu anak-anak, remaja, dan dewasa. Batasan antar
golongan usia di sini tidak dapat ditentukan secara pasti. Jika
membicarakan hubungan antara bahasa dengan umur atau usia pengguna
bahasa itu sendiri, berarti secara langsung mengkaitkan hal di atas
dengan dialek sosial (sosiolek), yakni variasi bahasa yang berkaitan
dengan status, golongan, dan kelas sosial para penuturnya. Berdasarkan
usia, dapat dilihat perbedaan variasi bahasa yang digunakan oleh
anakanak, para remaja, orang dewasa, dan orang yang tergolong lansia
(lanjut uisa). Namun demikian, variasi tutur tersebut sifatya temporer
karena pengguna ragam tutur tersebut juga mengalami perubahan usia,
seiring dengan perubahan usia tersebut maka ragam tutur yang digunakan
seseorang akan berubah, sebagai contohnya ketika seorang anak
menginjak usia remaja, maka anak tersebut meninggalkan ragam tutur

2
Sayama Malabar, Sosiolinguistik, (ideas publishing, Gorontalo) hal: 83

3
anak-anaknya yang terkesan sederhana dan beralih ke ragam tutur remaja
yang lebih unik dan bervariasi. Makin tinggi umur seseorang, maka
makin banyak kata yang dikuasainya, begitu juga pemahamanya dalam
struktur bahasanya.
Anak-anak dalam menggunakan bahasanya menggunakan ragam
tutur yang berbeda dengan ragam tutur remaja maupun dewasa. Ragam
tutur ini bercirikan adanya pengurangan (reduksi) pada kata-kata
penghubung, kata sambung, kata depan, partikel, dan sebagainya. Seperti
disebutkan di atas, ragam tutur remaja lebih tekesan unik dan bervariasi.
Keunikan tersebut disebabkan oleh kecenderungan para remaja yang
suka membentuk kelompokkelompok yang bersifat eksklusif yang
membedakan dengan kelompok lain sehingga menghasilkan bahasa-
bahasa yang terkesan rahasia (slang) yang hanya dimengerti oleh anggota
kelompok tersebut. Adapun ragam orang dewasa dalam masyarakat
dicirikan dengan keteraturan atau kesesuaian dengan kaidah kebahasaan
yang berlaku dalam tiap-tiap bahasa tersebut.3
4. Hubungan Bahasa dengan Religi
Bahasa dengan religi juga saling berhubungan, baik bahasa
terhadap agama maupun religi terhadap bahasa. Religi atau agama
seseorang dapat diketahui dengan bahasa yang digunakannya. Sama
halnya dengan etnik tadi, bahasa yang digunakan oleh sesorang juga
dapat menjadi ciri pembeda, ciri penganal, dan juga menjadi identitas
dari agama yang dianutnya. Tidak hanya itu, bahasa yang diungkapkan
oleh sesorang juga dapat menunjukkan tingkat atau taraf pemahaman
seseorang terhadap agama. Beberapa hal lain yang dapat menunjukkan
hubungan bahasa dan agama yaitu bahasa menjadi sarana pengungkapan
religi atau yang berkaitan dengan agama, bahasa juga dapat
memunculkan variasi bahasa agama seperti bahasa latin gereja, dan
sebagainya.

3
Sayama Malabar, Sosiolinguistik, (ideas publishing, Gorontalo) hal: 84

4
Kesamaan bahasa telah menjadi unsur perekat antar-pemeluk
agama yang bebeda-beda. Di India, meskipun kerapkali berkonflik,
bahasa Hindi telah menjadi salah satu jembatan penghubung para
pemeluk Islam dan Hindu. Lebih dekat lagi, di daerah Tapanuli,
meskipun berbeda keyakinan, umat muslim di Selatan dan umat kristiani
di Utara tetap hidup rukun dan damai. Selain faktor etnisitas dan budaya,
kesamaan Bahasa memainkan peran penting dalam melanggengkan
ikatan sosial emosional kedua subetnis berbeda keyakinan. Tidak salah
apabila muncul pandangan yang menyatakan bahwa bahasa merupakan
salah satu intrumen kohesi sosial serta katalisator harmoni dan damai saat
isu-isu agama yang dikenal begitu sensitif rentan menimbulkan berbagai
konflik dan gejolak sosial. Sebaliknya, keragaman bahasa dan etnis dapat
pula dipersatukan oleh kesamaan agama. Baik Islam dan Kristen,
maupun agama-agama besar lain memiliki pemeluk yang berasal dari
berbagai latar belakang bahasa dan bangsa.4
5. Hubungan Bahasa dengan Geografi
Ada berbagai toeri mengenai hubungan bahasa dan geografi. Ada
yang mengatakan bahasa itu merupakan bagian dari geografi, tetapi ada
pula yang mengatakan bahwa bahasa dan geografi merupakan dua hal
yang berbeda, namun mempunyai hubungan yang sangat erat, sehingga
tidak dapat dipisahkan. Ada yang mengatakan bahwa bahasa sangat
dipengaruhi oleh geografi , sehingga segala hal yang ada dalam geografi
akan tercermin di dalam bahasa. Begitu pula sebaliknya, ada juga yang
mengatakan bahwa bahasa sangat dipengaruhi geografi dan cara berpikir
manusia atau masyarakat penuturnya.
Menurut Koentjaraningrat sebagaimana dikutip Abdul Chaer dan
Leonie dalam bukunya Sosiolinguistik bahwa bahasa bagian dari
geografi. Jadi, hubungan antara bahasa dan geografimerupakan hubungan
yang subordinatif, dimana bahasa berada di bawah lingkup geografi.
Namun pendapat lain ada yang mengatakan bahwa bahasa dan geografi

4
Sumarsono & Partana, Sosiolinguistik, (Paina: Yogyakarta, 2002) hal: 23

5
mempunyai hubungan yang koordinatif, yakni hubungan yang sederajat,
yang kedudukannya sama tinggi. Masinambouw menyebutkan bahwa
bahasa dan geografi merupakan dua sistem yang melekat pada manusia.
Kalau geografi itu adalah sistem yang mengatur interaksi manusia di
dalam masyarakat, maka kebahasaan adalah suatu sistem yang berfungsi
sebagai sarana berlangsungnya interaksi itu. Dengan demikian hubungan
bahasa dan geografi seperti anak kembar siam,dua buah fenomena sangat
erat sekali bagaikan dua sisi mata uang, sisi yang satu sebagai sistem
kebahasaan dan sisi yang lain sebagai sistem geografi.
6. Hubungan Bahasa dengan Pranata sosial
Kehidupan bermasyarakat selalu menimbulkan hubungan antar
manusia dalam suatu lingkungan kehidupan tertentu. Sebagai makhluk
sosial, manusia memerlukan manusia lain untuk berinteraksi dan saling
memenuhi kebutuhan hidupnya yang tidak dapat dipenuhinya sendiri.
Pranata sosial berasal dari bahasa asing social institutions, itulah
sebabnya ada beberapa ahli sosiologi yang mengartikannya sebagai
lembaga kemasyarakatan. Yang dimaksud dengan pranata sosial adalah
suatu sistem norma untuk mencapai suatu tujuan atau kegiatan yang oleh
masyarakat dianggap penting. Dengan kata lain, pranata sosial adalah
sistem hubungan sosial yang terorganisir yang yang mengejawantahkan
nilai-nilai serta prosedur umum yang mengatur dan memenuhi kegiatan
pokok warga masyarakat.
Pranata sosial terdapat dalam setiap masyarakat, baik masyarakat
sederhana maupun masyarakat kompleks atau masyarakat modern,
karena pranata sosial merupakan tuntutan mutlak adanya suatu
masyarakat atau komunitas. Sebuah komunitas dimana manusia tinggal
bersama membutuhkan pranata demi tujuan keteraturan. Semakin
kompleks kehidupan masyarakat semakin kompleks pula pranata yang
dibutuhkan atau yang dihasilkan guna pemenuhan kebutuhan pokoknya
dalam kehidupan bersama. Pranata berjalan seiring dengan semakin
majunya masyarakat.

6
Hal-hal di atas telah membuktikan bahwa bahasa sangat berperan
dalam kegiatan manusia. Secara umum, tujuan utama diciptakannya
pranata sosial, selain untuk mengatur agar kebutuhan hidup manusia
dapat terpenuhi secara memadai, juga sekaligus untuk mengatur agar
kehidupan sosial warga masyarakat bisa berjalan dengan tertib dan lancer
sesuai dengan kaidah-kaidah yang berlaku di masyarakat itu sendiri.

7
PENUTUP

A. KESIMPULAN
1. Hubungan bahasa dengan kelas sosial mengacu pada golongan
masyarakat yang mempunyai kesamaan tertentu dalam
bidang kemasyarakatan seperti ekonomi, pekerjaan, pendidikan,
kedudukan, kasta, dan sebagainya.
2. Hubungan bahasa dengan jenis kelamin, di dalam sosiolinguistik,
bahasa dan jenis kelamin memiliki hubungan yang sangat erat. Secara
khusus, pertanyaan yang telah menjamur sebagai bahan diskusi
adalah, “mengapa cara berbicara wanita berbeda dengan laki-laki?”
Dalam kata lain, kita tertuju pada beberapa faktor yang menyebabkan
wanita menggunakan bahasa standar lebih sering dibanding pria.
3. Hubungan bahasa dengan usia, Dalam kehidupan sehari-hari,
penggunaan bahasa atas dasar kepentingan agar komunikasi tetap
dapat berjalan. Lebih tepatnya, dengan mengikuti kecenderungan
dalam etnometologi, bahasa digunakan oleh masyarakat tutur sebagai
cara para peserta interaksi saling memahami apa yang mereka ujarkan.
4. Hubungan Bahasa dengan Religi, Bahasa dengan religi juga saling
berhubungan, baik bahasa terhadap agama maupun religi terhadap
bahasa. Religi atau agama seseorang dapat diketahui dengan bahasa
yang digunakannya. Sama halnya dengan etnik tadi, bahasa yang
digunakan oleh sesorang juga dapat menjadi ciri pembeda, ciri
penganal, dan juga menjadi identitas dari agama yang dianutnya.
5. Hubungan Bahasa dengan geografis, bahasa sangat dipengaruhi oleh
geografi, sehingga segala hal yang ada dalam geografi akan tercermin
di dalam bahasa. Begitu pula sebaliknya, ada juga yang mengatakan
bahwa bahasa sangat dipengaruhi geografi dan cara berpikir manusia
atau masyarakat penuturnya.
6. Hubungan Bahasa dengan pranata sosial bahasa sangat berperan
dalam kegiatan manusia. Secara umum, tujuan utama diciptakannya

8
pranata sosial, selain untuk mengatur agar kebutuhan hidup manusia
dapat terpenuhi secara memadai, juga sekaligus untuk mengatur agar
kehidupan sosial warga masyarakat bisa berjalan dengan tertib dan
lancer sesuai dengan kaidah-kaidah yang berlaku di masyarakat itu
sendiri.

9
DAFTAR PUSTAKA

Chaer, Abdul. 2004. Sosiolonguistik: Perkenalan Awal. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Malabar, Sayama, 2015. Sosiolinguistik, Gorontalo: Ideas Publishing.

Sumarsono & Partana, 2002. Sosiolinguistik, Yogyakarta: Paina.

Rakhman, Fathur, 2013. Sosiolinguistik, Suatu Pendekatan Pembelajaran Bahasa


dalam Masyarakat Multikultural, 2011, Semarang: Garaha Ilmu.

10

Anda mungkin juga menyukai