Anda di halaman 1dari 5

Efek Positif dan Negatif Tontonan Kartun pada Anak

Kompas.com - 15/09/2019, 19:00 WIB BAGIKAN:

Manfaat kartun

Sebenarnya, adakah manfaat menonton film kartun untuk anak-anak? Jawabannya, ada. Ini beberapa
manfaat menonton kartun bagi anak-anak:

1. Membantu tahap awal belajar anak Dapatkan informasi, inspirasi dan insight di email kamu. Daftarkan
email Kartun dapat membantu anak-anak memulai pembelajaran lebih awal. Pengaruh positif kartun
pada anak-anak dapat dilihat terutama dalam kartun pendidikan yang mengajarkan bentuk, angka, dan
warna. Kartun semacam itu dapat mengajar anak-anak dengan cara yang menyenangkan dan interaktif,
sehingga membuat belajar menjadi kegiatan yang menyenangkan. Gambar yang bergerak, berbicara,
dan visual yang penuh warna membuat belajar menjadi menarik bagi anak-anak.

2. Perkembangan kognitif Menonton kartun dapat membantu mengembangkan keterampilan kognitif


anak seperti bekerja dan memori jangka panjang, perhatian berkelanjutan dan selektif, dan logika dan
penalaran, pemrosesan visual, dan pendengaran. Baca juga: SpongeBob Squarepants Ditegur KPI,
Perhatikan 3 Hal Ini Saat Pilih Kartun untuk Anak

3. Perkembangan bahasa Kartun dapat memperkenalkan anak-anak terhadap berbagai bahasa sehingga
kemampuan linguistik mereka semakin berkembang. Membiarkan mereka menonton kartun dalam
bahasa ibu, misalnya, membantu mereka mempelajari bahasa dengan lebih baik.

4. Peningkatan kreativitas Kartun dapat membantu meningkatkan imajinasi dan kreativitas anak. Anak
dapat memikirkan ide-ide baru yang terinspirasi oleh kartun dan menghasilkan cerita atau karya seni
baru berdasarkan kartun yang telah mereka lihat.

5. Sarana hiburan Anak-anak menganggap kartun lucu dan sering menertawakan kejenakaan karakter
kartun. Tertawa adalah penghilang stres dan pembangun kepercayaan diri yang baik. Selain itu, tertawa
juga meningkatkan kekebalan tubuh dan menyebabkan pelepasan endorfin yang mengundang perasaan
positif. Baca juga: KPI Sanksi Spongebob, Netizen Bandingkan dengan Sinetron

6. Sarana pendidikan Menonton kartun adalah cara yang bagus untuk mengajari anak-anak tentang
adat, tradisi, sejarah, dan mitologi lokal. Misalnya, menonton versi animasi Ramayana atau
Mahabharata dapat mengajar anak-anak tentang mitologi India. Menonton kartun tentang dongeng
tradisional dapat mengajar anak-anak tentang moral, kebaikan, dan kasih sayang yang baik. Efek negatif
kartun Di sisi lain, kartun juga bisa memberi efek negatif kepada anak. Apa saja? Kekerasan Menonton
kartun yang menggambarkan kekerasan berpotensi mendorong anak melakukan hal yang sama dalam
kehidupan nyata. Selain itu, anak-anak mungkin percaya bahwa tidak ada yang terluka atau merasa sakit
karena kartun seringkali menampilkan adegan melarikan diri tanpa cedera setelah mengalami kekerasan
atau kecelakaan. Misalnya, kartun Tom and Jerry sering menampilkan adegan saling memukul atau
menyebabkan satu sama lain jatuh dari ketinggian tanpa ada konsekuensi nyata. Kurang empati Ada
beberapa kartun yang menunjukkan karakter dan perilaku kasar atau tidak patuh terhadap guru dan
orangtua. Anak-anak dapat meniru perilaku ini dan menantang orangtua atau guru mereka. Bahasa yang
kasar Kartun sering kali menyertakan bahasa yang tidak cocok untuk anak-anak. Anak-anak mudah
dipengaruhi dan meniru, sehingga membuat mereka turut menggunakan bahasa yang buruk yang
mereka serap dari kartun. Tidak bersosialisasi Ada beberapa kartun yang mendorong perilaku antisosial
dan memberikan pesan yang salah kepada anak-anak. Ada beberapa kartun yang mengandung sindiran
seksual, mendorong agresi, dan mempromosikan perilaku nakal. Hal ini dapat memengaruhi perilaku
anak dan membuat mereka berpikir normal untuk menjadi agresif, manja, atau nakal. Masalah
kesehatan Terlalu banyak duduk di depan layar televisi karena menonton kartun dapat menyebabkan
beberapa masalah kesehatan karena tidak aktif dan gaya hidup yang menetap. Risiko kesehatan itu di
antaranya obesitas, masalah penglihatan, dan kekurangan nutrisi karena kebiasaan makanan yang
buruk. Peran buruk Anak-anak sering mengidolakan karakter kartun favorit mereka dan melakukan
peniruan serta bercita-cita untuk menjadi seperti tokoh kartun idolanya. Seringkali, objek kekaguman
mereka bisa menjadi panutan yang menyesatkan sehingga mendorong kebiasaan atau menunjukkan
perilaku tidak sensitif terhadap sesama makhluk. Dampak kartun semacam ini bisa membuat anak
menjadi tidak komunikatif dan antisosial.

Ketika Anak Nonton Film Animasi yang Menuai Pro-Kontra

Amelia Sewaka Rabu, 23 Aug 2017 17:56 WIB

Jakarta - Salah satu episode tayangan "Doc McStuffins" di Disney Junior menjadi perbincangan beberapa
orang tua nih, Bun. Soalnya ada cerita keluarga di mana tidak ada sosok ayah, melainkan ada dua ibu
yang bersama-sama membesarkan anak.

Bagi GLAAD, lembaga swadaya masyarakat yang menyuarakan suara komunitas LGBT menyambut baik
tayangan ini. Sementara itu kelompok ibu-ibu yang tergabung dalam One Million Moms berpendapat
berbeda. Ibu-ibu ini menuding Disney sedang mendorong agenda tertentu.

"Topik kontroversial dan pilihan gaya hidup seharusnya diserahkan kepada masing-masing orang tua
untuk didiskusikan sendiri dan Disney Junior seharusnya tidak mengenalkannya pada anak kecil," ujar
kelompok tersebut dalam situsnya.

Baca juga: Saat si Kecil Sedang 'Hobi' Bertanya, Begini Menyikapinya

"Hanya karena isu itu legal atau karena pilihan gaya hidup bukan berarti juga membuatnya benar secara
moral," imbuh kelompok tersebut, seperti dikutip dari CNBC.

Lalu gimana ya kalau anak kita menonton tayangan animasi yang di dalamnya terdapat isu
kontroversial? Kalau kata psikolog anak dan remaja, Ratih Zulhaqqi, hal seperti ini jarang menjadi
perhatian penuh bagi anak-anak balita atau anak usia dini. Tapi yang banyak pertanyaan itu biasanya
yang umurnya mendekati remaja.

"Karena itu orang tua wajib menemani anaknya ketika nonton dan jelaskan dengan netral jika anak
bertanya di tengah-tengah tontonan," tutur Ratih saat ngobrol dengan HaiBunda.

"Jangan buat opini sendiri, misal ketika anak menonton ada animasi yang anaknya dengan kedua orang
tuanya sama-sama perempuan, jelaskan saja bahwa ayah si anak sedang keluar dan perempuan tersebut
adalah tantenya," imbuhnya.

Jadi menurut Ratih, kita nggak usah buru-buru ganti channel dan bilang bahwa film tersebut tidak baik,
Bun. Ratih juga menyarankan agar kita tidak mengatakan hal yang kurang bagus atau tidak baik
terhadap anak. Karena opini yang kita timbulkan akan berpengaruh besar terhadap cara berpikir atau
persepsi anak nantinya.

"Namun jika anak sudah memasuki usia remaja dan bertanya akan hal tersebut, jelaskan bahwa konsep
hubungan pasangan adalah laki-laki dan perempuan. Tidak perlu detail dan jelaskan secara netral.
Terkadang opini orang tualah yang membentuk seorang anak," tutur Ratih.

Dampak Negatif Nonton Kartun Anak

Oleh : 

Tempo.co

Sabtu, 14 Mei 2016 10:01 WIB

Ilustrasi anak menonton televisi (dailymail)

TEMPO.CO, Jakarta - Kebiasaan anak menonton film-film kartun di salah satu stasiun televisi dapat
membawa dampak buruk bagi perkembangannya.

Psikolog A. Kasandra Putranto menyatakan anak-anak yang terlalu sering menonton kartun tanpa
pendampingan orang tua bisa membawa dampak buruk bagi perkembangan sang anak. "Banyak kartun
yang isinya tidak tepat bagi anak-anak," katanya.

Film kartun juga banyak yang tidak tepat menjadi tontonan anak-anak karena mempertontonkan
kekerasan, ucapan dan perilaku kasar, bahkan pornografi. Kartun Tom & Jerry , misalnya. Kartun dengan
tokoh kucing dan tikus ini, kata Kasandra, kerap mempertontonkan kekerasan. "Kalau enggak suka,
kemplang. Enggak suka, bakar," kata juru bicara Ikatan Psikologis Klinis itu.
Di luar masalah konten tayangan kartun, sebenarnya kebiasaan anak-anak menonton televisi juga bisa
berpengaruh buruk bagi perkembangannya. Pengaruh televisi terhadap anak di bawah umur 2 tahun,
kata dia, adalah anak akan lebih tertarik pada dunia dua dimensi, yakni video dan audio.

Bayangkan bahayanya, anak-anak yang sedang dalam tahap pertumbuhan yang membutuhkan
pengenalan dunia lima dimensi, dipaksa hanya dua dimensi. "Ini akan membuat anak kehilangan minat
untuk mengasah kemampuan motoriknya, seperti mengecap, membaui, serta kemampuan lainnya,"
Kasandra menjelaskan.

Dampak lanjutannya adalah anak bisa saja tidak peduli terhadap lingkungan sekitarnya. Bahkan bisa saja
perilakunya menjadi antisosial. Untuk mengurangi dampak buruk tayangan kartun, Kasandra
menyarankan agar orang tua memilihkan tayangan yang sesuai dengan usia anak.

"Selain itu, kata kuncinya adalah adanya pendampingan orang tua," ujarnya. Pendampingan perlu
dilakukan untuk memberi pengertian kepada anak tentang tayangan yang sedang ditontonnya.

KORAN TEMPO

Plus Minus Kartun Spongebob untuk Anak-anak

Liputan6.com, Jakarta Pro kontra penghentian penayangan kartun Spongebob Squarepants di televisi


hingga kini terus bergulir. Pihak yang pro penghentian penyiaran menilai kartun ini penuh kekerasan. Di
sisi lain, pihak yang tidak setuju menganggap masih banyak hal positif yang bisa didapat, misalnya
membuat anak terpacu untuk kreatif.

Serial kartun Spongebob berisi kehidupan sehari-hari seorang manusia spons bernama Spongebob. Ia


tinggal bersama teman-temannya di sebuah desa bawah laut bernama Bikini Bottom.

Kartun ini mencapai kesuksesan besar tak hanya di negeri asalnya, Amerika, tapi juga di Indonesia. Tapi
kini serial kartun yang pertama kali tayang di Amerika Serikat pada tahun 1999 ini terancam tidak boleh
tayang lagi. Karena Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) menganggap kartun Spongebob sebagai kartun
yang berbahaya.

Benarkah kartun Spongebob sama sekali tidak mendidik? Apakah tidak ada kelebihan sama sekali dari
tayangan ini? Berikut plus minus kartun Spongebob dan sejenisnya dari pandangan KPI dan Arist
Merdeka Sirait dari Komnas Perlindugan Anak (Komnas PA).

Seperti dilansir dari situs resminya (kpi.go.id), KPI menilai beberapa tayangan kartun seperti Spongebob
Squarepants menampilkan tayangan yang bermuatan negatif, mengandung kekerasan fisik, adegan
berbahaya, serta sikap dan sifat negatif.

Salah satu adegan yang menampilkan kekerasan fisik adalah saat Spongebob dan sahabatnya, Patrick,
bertengkar lalu keduanya berkelahi di atas ring tinju.

Sedangkan tayangan yang bermuatan negatif diantaranya adalah ketika Spongebob memelorotkan
celananya dan meledek teman-temannya.

"Kartun-kartun yang berasal dari luar negeri itu juga membawa budaya luar yang tidak selalu cocok
dengan budaya kita, misalnya adegan berpelukan," tutur Arist dari Komnas PA ketika
dihubungi Liputan6.com via telpon, Selasa (30/9/2014).

Meskipun demikian, kartun-kartun jenis ini juga memiliki beberapa hal yang baik bagi anak. Kartun
Spongebob sendiri, menurut Arist, tetap memiliki nilai informatif, solidaritas dan interaksi sosial.

Misalnya, kartun Spongebob mengajarkan arti penting persahabatan, seperti persahabatan antara
Spongebob dan Patrick.

Dengan adanya kelebihan dan kekurangan tersendiri ini, bukanlah penghentian sepenuhnya yang jadi
solusi. "Harus adanya regulasi yang jelas dari pemerintah. Selama ini negara tidak memfilter tayangan.
Bisa dilakukan dengan cara sensor, ataupun pengaturan jam tayang," tambah Arist.

"Selain itu, yang juga penting adalah adanya pendampingan dari keluarga," ujar Arist mengakhiri.

Dengan didampingi orangtua, anak yang menonton kartun seperti Spongebob bisa diberi pengertian jika
ada adegan-adegan kekerasan. Sehingga anak tahu mana yang perlu dicontoh dan mana yang tidak. (Rio
Apinino/Igw)

Anda mungkin juga menyukai