Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH KAJIAN ILMU QIRO’AT

“Sebab Yang Mendorong Munculnya Qiro’at Al Qur’an, Makna Sab’atu Ahruf, Unsur Unsur Perbedaan
Dalam Qiro’at Al Qur’an, Istilah Istilah Dalam Qiro’at Al Qur’an”

Dosen Pengampu:

Bpk. Fuad Nawawi, S.Th.I.MA

Disusun Oleh:

Dwi Heryanto (2108304101)

Muhammad Soleh (2108304087)

Program Studi Ilmu Al Qur’an dan Tafsir

Fakultas Ushuluddin Dan Adab

Universitas Islam Negeri Siber Syekh Nurjati Cirebon (UINSSC)


Pengertian Qiro’at Secara Bahasa
Qiro’at adalah bentuk jamak, Dan adapun masdarnya yaitu : Qoro’a - Qiroo’atan – Wa
Qur’anan, Yang artinya Tilawah, yaitu membaca bacaan sesuai dengan aslinya. Artinya
berkumpul dan bergabung. Dikatakan : Aku membaca air di baskom, Maksudnya : Aku
mengumpulkan air itu didalam baskom, Dinamakan Al Qur’an karena Al Qur’an itu menyatukan
ayat ayat dan surat surat, serta menyatukan sebagian nya dengan sebagian yang lain.

Pengertian Qiro’at Secara Istilah


Telah mengetahui para ulama dengan beberapa definisi, Maka telah mengetahui seorang
ulama yaitu Ibnu Al Jazari – Semoga tuhan mengasihinya – Dia Berkata : Qiro’at adalah ilmu
pengetahuan tentang bagaimana macam macam kalimat Al Qur’an dan perbedaan nya dengan
bersandar dengan perawinya terdahulu. Maka keluar dengan hal itu, Nahwu, Bahasa, Tafsir Dan
lain sebagainya.
Dan telah mendefinisikan juga Syekh Al Qodi – Semoga Tuhan Mengasishi nya – Dia
Berkata : Ini adalah ilmu dengan ilmu ini seseorang mengetahui bagaimana cara mengucapkan
kata kata Al Qur’an, Dan mengetahui metode membaca al qur’an baik yang disepakati ataupun
yang tidak disepakati, Dengan masing masing aspek dikaitkan dengan pembaca nya.
Dan oleh sebab itu Al Qur’an menyampaikan kepada kita Firman dan teks nya.
Sebagaimana Allah menurunkan kepada Nabi kita Muhammad SAW dan menyampaikan kepada
kita bagaimana cara membaca kalimat sebagaimana yang di ucapkan oleh Rasulullah SAW yang
disepakati sebagaimana yang diajarkan oleh Malaikat Jibril # Dan telah berselisih perawi
terdahulu, dan setiap diantara mereka menghubungkan apa apa yang diriwayatkan nya dengan
sanad yang shahih sampai kepada Nabi Muhammad SAW.

Pokok Bahasan Ilmu Qiro’at


Ilmu qiro’at meliputi ilmu yang dipelajari apa yang diriwayatkan dari perselisihan Ushul
dan Farasyi dari imam imam qiro’at dengan sanad yang bersambung dan berulang kepada
Rasulullah SAW dalam kalimat Al Qur’an, Baik dari segi pengucapanya ataupun cara melakukan
nya.
Dan selama bacaan itu sunnah yang di ikuti sebagaimana diriwayatkan lebih dari satu
sahabat, Maka maknanya : Bahwa Qiro’at adalah adalah apa apa yang dikatakan dari lafadz
lafadz Al Qur’an yang mulia dari Rasuwlullah SAW bacaan yang berulang ulang.
Perolehan nya : Yaitu dari sunnah dan Ijma’, Dan maksud dari perkataan kami : “Dari
Sunnah” maksudnya : Dari riwayat sahih dan mutawatir dari para ulama Qiro’at yang sanad nya
itu bersambung kepada Rasululllah SAW.

Faidah nya : Adalah terpeliharanya Al Qur’an yang mulia dari kekeliruan dan
perbedaan, dengan buah yang banyak, Dan para ulama tidak berhenti memeberikan kesimpulan
dari setiap huruf yang dibacakan oleh seorang pembaca makna yang tidak terdapat dalam bacaan
lainya, Dan adapaun Qiro’at itu argumen para ahli fiqih dalam mengambil kesimpulan, dan
argumen mereka dalam ijtihad berserta apa yang ada didalmnya, Untuk memudahkan bangsa.

Tujuannya : adalah untuk mengetahui apa yang dibacakan oleh setiap qari dari imam al
qur’an, dan disana ada beberapa istilah yang disebutkan ulama yang wajib diketahui, seperti
definisi mereka yaitu pembaca dan yang dibaca, dan apa apa yang di wajibkan agar dimiliki
olehnya yaitu adab, dan mengetahui perbedaan antara Qiro’at dan Riwayah, Dan metode, dan
wajahnya, asal asal nya, dan Farasy.
Yang Kedua : Pengertian Huruf Huruf Yang Tujuh
Huruf Huruf Tujuh Dari segi bahasa : Huruf Huruf adalah bentuk jamak dari huruf, ini
adalah kata yang berasal dari kata (Ha, Ra, Fa) Dan lafadz ini dipakai dalam bahasa yang artinya
Wajah, dan Metode, dan diantara nya.

Huruf Huruf Tujuh Secara Istilah : Para ulama telah bersepakat bahwa Al Qur’an turun
dengan tujuh huruf karena demikianlah yang dinyatakan dalam Hadist Hadist. Akan tetapi
mereka berselisih didalam pemahaman atau dalam makna yang dimaksud dari beberapa madzhab
madzhab yang banyak. Dan perkataan mereka dapat di klasifikasikan dalam dua madzhab.

Madzhab Yang Pertama : Dan berpendapat para sahabat bahwasanya yang dimaksud
dengan sab’ah hakikatnya adalah bilangan, Akan tetapi mereka berselisih dalam mendefinisikan
huruf huruf ini :
1. Dan diantara mereka ada yang berpandangan kepada bahwa huruf huruf itu adalah
bahasa atau lahjah yang diturunkan dengan nya itu Al Qur’an, yaitu bahasa Quraisy, Bahasa
Hudhayl, Bahasa Tsaqif, Bahasa Haqazin, Bahasa Kinanah, Bahasa Tamim, Bahasa Yaman, Atau
Bahasa Quraisy, Bahasa Hudhayl, Bahasa Tsaqif, Bahasa Haqazin,Dan Sa’ad Bin Bakar.

Dan diantara para sahabat terdahulu yang berpendapat demikian adalah sufyan bin
Uyaynah (W. 198H), Abu Ubaid Al Qasim Bin Salam ( W. 224 H), Ibnu Jarir At Thabari (W.310
H), Abu Shamah (W.665 H) dan orang yang mengikutinya serta orang orang yang sezamannya,
Mustafa Sadiq Al Rafi’i. Dr. Muhammad Abu Shaba, Syekh Manna Al Qatthan, Dan Dr.
Muhammad Lutfi Al Shabagha, Dan Dr. Hasan dhiyauddin A’tar.

Madzhab Yang Kedua : Dan berpendapat para sahabat bahwasanya yang dimaksud
dengan sab’ah hakikatnya adalah bukan bilangan, Dan akan tetapi yang dimaksud dengan
bilangan dan kelimpahan nya untuk fasilitasi, kemudahan dan perluasan.
Maka mereka berpendapat bahwasanya Al Qur’an diturunkan dalam bahasa arab
dengan berbagai cara.
Dan diantara pendapat dari orang orang yang terdahulu yaitu Ali Ibn Abi Thalib R.A ( W.
40 H), Ibnu Abbas R.A (W. 67 H), Dan Hakim Ayyad (554 H) Dan mereka diikuti oleh orang orang
yang sezaman dengan mereka : Sa’ad Al Afghani, Dan Dr. Muhammad Salem Muhasein, Dan Dr.
Abdur Saburi Shahen, Dan Profesor Shawkat Alyan
Dan Profesor Ghanim Qodduri Hamid, Dan Dr. Sayyid Riziq Thawil.
Jika dilihat sekilas untuk perselisihan pendapat dikalangan ulama diantara maksud dari
huruf huruf, Akan tetapi yang condong terhadap hati dan melihat kepada keshahihan adalah
apa apa yang atasnya kebenaran dari kebenaran bilangan yang dimaksud, Sebagaimana yang
telah dijelaskan didalam perkataan sebagaimana yang telah disebutkan yang pertama,
kemudian menyebutkan ucapan ucapan yang lain setelahnya, Dan saya lebih menyukai ucapan
ini - maksud saya pertama – karena telah disebutkan di dalam hadist dengan lafadz sab’ah
disetiap metode nya, dengan apa apa yang menjelaskan bahwa tujuan nya yang dimaksud, Dan
jika bukan karena kemajuan bertahap dalam hadist hadist yang terdahulu, maka tidak akan ada
penghalang dari yang menjadikan atasnya itu bilangan, Karena emang kebiasaan orang arab
menggunakan tujuh huruf agar menunjukkan kepada bilangan satuan, tujuh puluh dalam
puluhan, dan tujuh ratus dalam ratusan.

Sebagaiamana saya juga berpendapat bahwa tujuh huruf adalah bahasa atau lahjah yang
diturunkan dengan Al Qur’an Dan dalil atas yang demikian itu seperti yang dikatakan Utsman
Ibn Affan R.A kepada tiga kelompok Quraisy: Apabila kalian berselisih dan zaid dalam sesuatu
hal, Maka tulislah dengan bahasa Quraisy, Maka hal itu terungkap dalam bahasa mereka.
Qiro’at Tujuh Imam Dan Hubungan nya dengan Tujuh Huruf
Dan sebagian orang salah memahami maksud dari huruf huruf yang disebutkan dalam hadist
tentang Al Qur’an turun dalam tujuh huruf, Dan mereka mengira bahwa itu adalah bacaan imam
tujuh yang dibacakan oleh imam nafi’, Dan ibnu katsir, dan abi amir bashori, dan ibn amir, dan
a’syim, dan hamzah, dan kasa’i. Dan telah dibahas kesalahfahaman ini setalah dibuat ibnu
mujahdi, W.325 H) Dalam kitab (Qiro’at Tujuh) Dan membatasi atas tujuh bacaan ini karena
memaafkan karena tidak sengaja darinya dengan jumlah tujuh, Dia menetapkan bahwa dia akan
meriwayatkan deri seseorang yang terkenal akurat, jujur, panjang umur dalam membaca terus
menerus, dan bersepakat pendapat diambil darinya dan diterima.

Maka Qiro’at Sab’ah terpilih berdasarkan syarat syarat tertentu, Bukan atas dasar bahwa masing
masing bacaan merupakan salah satu dari ketujuh huruf tersebut, dan juga bukan atas dasar
bacaan bacaan itulah yang sering terjadi, kesepuluh sering terjadi juga.
Berkata maki ibn Abi Thalib (W. 437 H) : Dan sebab mengapa ketujuh orang ini terkenal
dibandingkan yang lain adalah ketika Utsman Radhiayllahu anhu menulis Al Qur’an, Dia
mengarahkan nya ke daerah daerah. Para penghafal zaman kedua dan ketiga banyak jumlahnya
dan banyak berselisih faham. Sehingga manusia ingin pada zaman ke empat mereka membatasi
bacaan bacaan yang sesuai dengan Al qur’an yang mudah dihafal, dan yang bacaan nya
terkontrol jadi mereka mencari seorang imam.

Yang terkenal karena dapat dipercaya dan jujur dalam penyampaian nya. Dan agamanya
baik, dam ilmunya sempurna beliau berumur panjang dan terkenal karena sifat dapat dipercaya
nya. Dan Masyarakat mesir dengan suara bulat menyetujui keadilan beliau dengan apa yang
beliau sampaikan. Kepercayaan beliau dalam apa yang disampaikan. Dia membaca dan
meriwayatkan, dan pengetahuannya tentang apa yang dibacanya. Bacaannya tidak menyimpang
dari naskah Al-Qur'an yang mereka kaitkan dengan mereka, sehingga mereka tersebar ke
seluruh Mesir. Seseorang yang kepadanya Usman menyapa Al-Qur'an sebagai seorang imam. Ini
adalah uraiannya dan bacaannya berdasarkan Al-Qur'an di Mesir itu... Meskipun demikian,
orang-orang tidak menahan diri untuk menyebarkan perbedaan-perbedaan yang dimiliki para
imam ini, atau membaca darinya, dan yang pertama yang membatasi dirinya pada hal-hal
tersebut – yakni ketujuh pembacanya – adalah Abu Bakr bin Mujahid
Kesimpulannya, tujuh bacaan terkenal tersebut merupakan bagian dari tujuh surat Ini
bukan tujuh huruf.
Adapun ketujuh huruf tersebut telah kami bahas secara detail

Madzhab yang pertama : Dan para sahabat berpendapat sesungguhnya yang dimaksud dengan
tujuh hakikat (huruf) yang tepat akan tetapi terdapat perbedaan pendapat dalam pendefinisian
huruf ini:
1. Maka sebagian diantara mereka berpandangan bahwa huruf ini baik dari sisi Lughoh (
bahasa) atau atas apa yang telah diturunkan terhadap turunnya Al-Qur’an, yaitu dengan
bahasa Quraisy, dan Hudzail, dan Tsaqif, dan Hawazin, dan Kinanah, dan Tamim, dan Yaman,
atau yaitu Bahasa Quraisy, dan Hudzail, dan Tamim, dan Azd, dan Rabi'ah, dan Hawazan,
dan Sa’ad bin Bakr

2. Dan sebagian dari mereka berpandangan bahwa huruf tersebut yaitu merupakan lafadz
yang turun dalam Al-Qur’an; akan tetapi terdapat perbedaan pendapat mengenai definisi
dan batasannya
Ibnu Qutaibah berkata (276H): Saya telah menyikapi perbedaan pendapat didalam
pembacaan yang didalamnya ditemukan tujuh macam perbedaan:

a. Berbeda pendapat di dalam peng’irab-an suatu kalimat atau penempatan harakat


dengan tidak menghilangkan penempatannya bentuk surat didalam kitab dan tidak
mengubah maknanya,
b. Juga terjadi perbedaan pendapat didalam peng’irab-an suatu kalimat dan
penempatan harakat sehingga mengubah maknanya dan tidak menghilangkan
bentuk surat di dalam kitab,

c. Juga terjadi perbedaan pendapat di dalam huruf suatu kalimat tanpa peng’irab-an
sehingga mengubah maknanya dan tidak menghilangkan bentuk surat,

d. Juga terjadi perbedaan pendapat di dalam suatu kalimat sehingga mengubah


surat tersebut di dalam Kitab dan tidak mengubah bentuk maknanya,
e. Juga terjadi perbedaan pendapat di dalam suatu kalimat sehingga
menghilangkan surat tersebut dan maknanya,
f. Juga terjadi perbedaan pendapat terhadap awalnya dan akhirannya,
g. Juga terjadi perbedaan pendapat terhadap penambahan dan pengurangan.

3. Dan sebagian dari mereka berpandangan terhadap bahwa huruf yaitu: wajah maknanya
sesungguhnya dengan turunnya Al-Qur’an akan tetapi berbeda pendapat mengenai
definisi dan batasannya
Maka diantara mereka berkata bahwa: yang boleh dan tidak boleh, yang
diperintahkan dan yang dilarang, yang menentukan dan yang serupa, sebagai contoh.
Dan diantara mereka berkata bahwa: Janji, Ancaman, Halal, Haram, ceramah,
peribahasa, dan protes.
Dan diantara mereka berkata bahwa: yang tegas, yang serupa, yang baru, yang
diperbarui dan yang khusus, dan yang umum, dan yang qasas, dan ini belum
diriwayatkan kepada siapapun yang menyampaikan pendapatnya.
Al-Qira’atu: Jamak dari Qira’at dan Qara’ah didalam secara bahasa: berasal dari asal (Qaf, Ra’.
Alif) dan dia mempunyai masdar untuk kata kerja seorang Qira’, dibaca: dia sudah membaca, dia
sedang membaca, membaca Al-Qur’an dan pembaca, maka semuanya diantara mereka
masdarnya kata kerja dan itu terhadap wazan (fia’lah) dan lafadz ini dipakai untuk makna
beberapa:
a. Jamak dan damm atau jamak dan sesuatu dam terhadap setelahnya dan diantaranya
dibaca:
b. Tilawah yaitu pembacaan dengan kalimat yang telah tertulis, dan diantaranya dibaca:

Al-Qira’at secara istilah: Para ulama Qira’at yang mahir dalam memahami ketentuan Qira’at
sebagaimana mestinya yaitu:
a. Menurut Imam Az-Zarkasyi Berkata: itu berbeda pelafadzan untuk mudzakkar di dalam
penulisan huruf atau ketentuannya, dari tipis tebalnya dan lain-lain.
b. Menurut Imam Ibnu AL-Jazari Berkata: Ilmu dengan ketentuan dalam kalimat Al-Qur’an dan
perbedaanya.

Riwayat secara bahasa: Jamak Riwayah yaitu kalimat yang berasal dari kalimat (Ra’, Waw, Ya’)
dan Lafadz ini sering digunakan untuk menunjukkan sesuatu:
1. Membawa sesuatu: Orang Arab mengatakan dan sesungguhnya maka bagi kita
membutuhkan uang atau menggunakannya, dan menyatakan air atau membawa air, dan
mereka meriwayatkan Hadist atau memilikinya (membawanya)
2. Penyebaran: menyampaikan terhadap keluarga: saya menyampaikan air kepada keluarga
saya, memotong riwayat: untuk menimba air atau untuk diminum unta
Dan secara Istilah: Semua perbedaan tersebut kembali terhadap sumber masing masing yaitu
Imam yang meriwayatkan
Dan masdar riwayat yaitu wahyu sehingga pembaca dalam riwayat kecuali menyebarkan
Toriqoh secara bahasa: Jamak Toriyk, yaitu kalimat yang asal katanya berasal dari ( Tha, Qaf)
dan ini merupakan lafadz yang digunakan terhadap jalan dan jalan yang luas yang
sesungguhnya dilalui oleh manusia
Dan Secara Istilah: semua perbedaan semuanya bersumber terhadap sang perawi dan masdar
Tariq juga wahyu

Wajah secara bahasa: Jamaknya Wajah, yaitu sebuah lafadz yang berasal dari kalimat (waw,
Jim, Ha’) yaitu digunakan untuk menunjukkan penampakan dari awal atau samping atau arah
dan arah atau bagian dan macam-macam
Dan secara Istilah: yaitu semua perbedaan bersumber dari ketidak kepastian yang menjadi
pilihan pambaca

Anda mungkin juga menyukai