Anda di halaman 1dari 15

TUGAS MANDIRI

IMAN DAN KUFUR

Disusun untuk memenuhi tugas

Mata kuliah : Ilmu Kalam

Dosen pengampu : Saipudin, S.SY., M.M.M.H

Disusun oleh : Siti Rohmah

NPM : 233501023

FAKULTAS SYARIAH, PRODI HUKUM KELUARGA ISLAM

INSTITUT AL MA’ARIF WAY KANAN 2023


KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur atas kehadirat allah swt yang telah
memberikan kita kesehatan sehingga kita dapat melaksanakan belajar mengajar
dikampus al ma’arif yang kita cintai ini setiap harinya terutama saya dapat
menyelesaikan tugas makalah dari bapak dosen, sholawat serta salam tak lupa
kita sanjung agungakan kepada baginda nabi besar kita yakni nabi muhammad
saw, semoga kitasemua menjadi kebanggaan umat beliau sehingga dapat bertemu
di yaumul qiyamah kelak aamiin.

Adapun dengan makalah ini saya buat dan saya ajukan untuk memenuhi
tugas dari bapak dosen yang berjudul : iman dan kufur, sebelumnya juga saya
ucapkan terimakasih kepada bapak dosen yang telah memberikan tugas ini karna
nantinya dapat kita pelajari dan kita pahami bersama sehingga dapat menambah
ilmu dan wawasan kita.

Demikian makalah ini saya buat agar kiranya dapat bapak terima dan
mudah mudahahan bapak suka dengan makalah yang telah saya buat ini, akan
tetapi saya masih butuh koreksi, saran dan masukan apabila ada kata ataupun
konteks dalam pembuatan makalah ini ada yang kurang pas sehingga dapat saya
jadikan sebuah evaluasi ataupun pembelajaran, sekian terimakasih.

Baradatu, 05 november 2023

Siti Rohmah

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ……………………………………………….…..i

KATA PENGANTAR …………………………………….…………….ii

DAFTAR ISI …………………………………………………………...iii

1. BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ………………………………………………….1

B. Rumusan Masalah ………………………………………………1

C. Tujuan Pembahasan ……………………………………………..1

2. BAB II PEMBAHASAN

A. Konsep Iman dan Kufur menurut Ilmu Kalam ………………….2

B. Pelaku dosa besar menurut Ilmu Kalam ...………………………6

3. BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan …………………………………………….……….11

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………….12

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Persoalan yang pertama-tama timbul dalam teologi Islam adalah masalah


iman dan kufur. Persoalan itu pertama kali dimunculkan oleh kaum Khawarij
ketika mencap kafir sejumlah tokoh sahabat Nabi saw yang dianggap telah
berbuat dosa besar, antara lain Ali bin Abi Thalib, Mu’awiyah bin Abi Sofyan,
Abu Hasan al-Asy’ari, dan lain-lain. Masalah ini lalu dikembangkan oleh
Khawarij dengan tesis utamanya bahwa setiap pelaku dosa besar adalah kafir.

Aliran lain seperti Murji’ah, Mu’tajilah, Asy’ariyah, dan Maturidiyah turut


ambil bagian dalam masalah tersebut bahkan tidak jarang terdapat perbedaan
pandangan di antara sesama pengikut masing-masing aliran.

Perbincangan konsep iman dan kufur menurut tiap-tiap aliran teologi


Islam, di dalam makalah ini akan dijelaskan beberapa aspek yaitu iman atau
kufur dan pelaku dosa besar. Lebih jelasnya akan dibahas dalam makalah.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Konsep iman dan kufur menurut aliran ilmu kalam
2. Pelaku dosa besar menurut aliran ilmu kalam

C. TUJUAN PEMBAHASAN
1. Untuk mengetahui konsep iman dan kufur menurut aliran ilmu kalam
2. Untuk mengetahui pelaku dosa besar menurut aliran ilmu kalam

iv
BAB II
PEMBAHASAN

A. KONSEP IMAN DAN KUFUR MENURUT ALIRAN ILMU KALAM

Akibat dari perbedan pandangan mengenai unsur-unsur iman, maka


timbulah aliran-aliran teologi yang mengemukakan persoalan siapa yang beriman
dan siapa yang kafir. Dapaun aliran-aliran tersebut adalah Khawarij, Murji’ah,
Mu’tajilah, Asy’ariyah, Maturidiyah dan Ahlus Sunnah.

1. Khawarij

Iman dalam pandangan Khawarij, tidak semata-mata percaya kepada


Allah, mengerjakan segala perintah kewajiban agama juga merupakan bagian dari
keimanan. Segala perbuatan yang berbau religius, termasuk di dalamnya masalah
kekeuasaan adalah bagian dari keimanan (al-amal juz’un al-iman).

Menurut Khawarij, orang yang tidak mengerjakan shalat, puasa, zakat dan
lain-lain, maka orang itu kafir.

Tegasnya sekalian orang mukmin yang berbuat dosa, baik besar maupun
kecil, maka orang itu kafir.

Tegasnya sekalian orang mukmin yang berbuat dosa, baik besar maupun
kecil, maka orang itu kafir, wajib diperangi dan boleh dibunuh, oleh dirampas
hartanya. Demikianlah menurut faham Khawarij.

Aliran Khwarij berpegang pada semboyan la hukma illa lillah menjadi


asas bagi mereka dalam mengukur apakah seseorang masih mukmin atau sudah
kafir. Asas itu membawa mereka kepada paham, setiap orang yang melakukan
perbuataun dosa adalah kafir, akrena tidak sesuai dengan hukum yang ditetapkan
Allah. Dengan demikian, orang Islam yang berzina, membunuh sesama manusia
tanpa sebab yang sah, memakan harta anak yatim, riba, dan dosa-dosa lainnya

v
bukan lagi mukmin, ia telah kafir. Perbuatan dosa yang membawa kepada kafirnya
seseorang menurut golongan ini terbatas pada dosa.

` 2. Murji’ah

Aliran Murji’ah berpendapat, orang yang melakukan dosa besar tetap


mukmin. Adapun soal dosa besar yang mereka lakukan ditunda penyelesaiannya
pada hari kiamat. Mereka berpendapat bahwa iman hanya pengakuan dalam hati
sehingga orang tidak menjadi kafir karena melakukan dosa besar.

Berdasarkan pandangan mereka tentang iman, Abu-Hasan Al-Asy’ary


mengklasifikasikan aliran teologi Murji’ah menjadi 12 subsekte, yaitu Al-
Jahmiyah, Ash-Shalihiyah, Al-Yunusiyah, Asy-Syimriya, As-Saubaniyah, Ash-
Salihiyah, AL-Yunusiyah, Asy-Syimriyah, As-Saubaniyah, An-Najjariyah, Al-
Kailaniyah bin Syabib dan pengikutnya, Abu Hanifah dan pengikutnya, At-
Tumaniyah, Al-Marisiyah, dan Al-Karramiyah. Sementara itu, harun Nasution dan
Abu Zahrah membedakan Murji’ah menjadi dua kelompok utama, yaitu Murji’ah
moderat (Murji’ah Sunnah) dan Murji’ah ekstrim (Murji’ah Bid’ah).

Namun kedua belas kelompok tersebut masing-masing memiliki pendapat


mengenai Iman dan kufur. Dan aliran Mur’jiah ini kemudian berbeda anggapan
tentang batasan kufur yang terpecah dalam tujuh kelompok.

a. Kelompok pertama ini beranggapan: kufur ini beranggapan: kufur itu


merupakan sesuatu hal yang berkenaan dengan hati, dimana hati tidak
mengenal (jahl) terhadap Allah swt. Adapun mereka yang beranggapan
seperti ini ialah para pengikut kelompok Jahamiyyah.
b. Kelompok kedua ini beranggapan: kufur itu merupakan banyak hal yang
berkenaan dengan hati ataupun selainnya, seperti tidak mengenal (Jahl)
terhadap Allah swt, membenci dan sombong atas-Nya, mendustakan Allah
dan rasul-Nya, menyepelekan Allah dan rasul-Nya, tidak mengakui Allah itu
Esa dan menganggap-Nya lebih dari satu. Karena itu mereka pun

vi
menganggap bisa saja terjadi kekufuran tersebut, baik dengan hati ataupun
lisan, tetapi bukan dengan perbuatan, dan begitupun iman.
a. Mereka pun beranggapan bahwa sesorang yang membunuh ataupun hanya
menyakiti nabi dengan tidak karena mengingkarinya, tetapi hanya karena
membunuh ataupun menyakiti itu semata, niscaya dia tidaklah disebut kufur.
Begitupun seseorang yang meninggalkan kewajiban agama seperti halnya
salah dengan tidak karena menghalalkannya, tetapi hanya karena
meninggalkan salat itu semata, niscaya dia pun tidaklah disebut kufur.
b. Tetapi mereka beranggapan: kalau seseorang menghalalkan sesuatu yang
diharamkan Allah, rasul-Nya dan juga orang-orang muslim, niscaya dia pun
disebut kufur. Begitupun kalau seseorang beritikad dengan itikad yang
menurut kesepakatan segenap orang muslim merupakan suatu kekufuran, atau
berbuat dengan perbuatan yang merupakan suatu kekufuran. Niscaya dia pun
disebut sebagai orang kafir.
c. Kelompok ketiga ini tidak dijelaskan.
d. Kelompok keempat itu beranggapan: Kufur terhadap Allah itu mendustakan-
Nya, membangkang terhadap-Nya dan mengingkari-Nya secara lisan. Karena
itu tidaklah kekufuran, kecuali dengan lisan dan bukan dengan selainnya.
Adapun anggapan ini dikemukakan oleh Muhammad ibn karam dan para
pengikutnya.
e. Kelompok kelima ini beranggapan: kufur itu membangkang melawan dan
mengingkari Allah, baik sepenuh hati ataupun secara lisan.
f. Kelompok keenam ini ialah para pengikut Abu Syamr, dimana anggapan-
anggapan mereka tentang kufur ini telah di kemukakan dalam uraian yang
terdahulu, yang menyangkut anggapannya tentang tauhid dan qadar.
g. Kelompok ketujuh ini ialah para pengikut Muhammad ibn Syabib di mana
anggapan-anggapan mereka tentang kufur ini pun telah dikemukakan dalam
uraian yang terdahulu, yang menyangkut anggapannya tentang iman.

vii
Adapun kebanyakan pengikut aliran Murji’ah tidak mengkufurkan
seseorang yang mentakwilkan al-Quran, bahkan tidak pula mengkufurkan siapa
pun selain yang kekufurannya itu telah disepakati orang-orang muslim.

3. Mu’tajilah

Menurut mereka iman adalah pelaksanaan kewajiban-kewajiban kepada


Tuhan. Jadi, orang yang membenarkan (tashdiq) tidak ada Tuhan selain Allah dan
Muhammad rasul-Nya, tetapi tidak melaksanakan kewajiban-kewajiban itu tidak
dikatakan mukmin. Tegasnya iman adalah amal. Iman tidak berarti pasif,
menerima apa yang dikatakan orang lain, iman mesti aktif karena akal mampu
mengetahui kewajiban-kewajiban kepada Tuhan.

Kaum Mu’tajilah berpendapat bahwa orang mukmin yang mengerjakan


dosa besar dan mati sebelum tobat, tidak lagi mukmin dan tidak pula kafir, tetapi
dihukumi sebagai orang fasiq.

Di akhirat ia dimasukkan ke neraka untuk selama-lamanya, tetapi


nerakanya agak dingin tidak seperti nerakanya orang kafir. Dan tidak pula berhak
masuk surga. Jelasnya menurut kaum Mutazilah, orang mu’min yang berbuat dosa
besar dan mati sebelum tobat, maka menempati tempat diantara dua tempat, yakni
antara neraka dan surga (manzilatan bainal manzilatain).

4. Ahlussunnah wal Jama’ah

Menurut Ahlus Sunnah, Iman ialah mengikrarkan dengan lisan dan


membenarkan dengan hati. Iman yang sempurna ialah mengikrarkan dengan lisan,
membenarkan dengan hati dan mengerjakan dengan anggota.

Orang mukmin yang melakukan dosa besar dan mati sebelum tobat, maka
orang itu tetap mukmin. Bila orang itu tidak mendapat ampunan dari Allah dan
tidak pula mendapat syafa’at Nabi Muhammad saw untuk mendapatkan ampunan

viii
dari Allah swt maka orang itu dimasukkan ke neraka buat sementara, kemudian
dikeluarkan dari neraka untuk dimasukkan ke surga.

Orang mukmin bisa menjadi kafir (murtad), karena mengingkari rukun


iman yang enam, misalnya: ragu-ragu atas adanya Tuhan, menyembah kepada
makhluk, menuduh kafir kepada orang Islam.

B. PELAKU DOSA BESAR MENURUT ALIRAN DALAM ILMU KALAM

1. Menurut Khawarij tentang pelaku dosa besar


Ciri yang menonjol dari aliran khawarij adalah watak ekstrimitas dalam
memutuskan persoalan-persoalan kalam. Kaun khawarij umunya terdiri dari
orang-orang arab badawi.sebagai orang badawi mereka tetap jauh dari ilmu
pengetahuan. Ajaran-ajaran islam sebagai terdapat dalam alquran dan hadits,
mereka artikan menurut lafaznya dan harus dilaksanakan sepenuhnya. Oleh karna
itu iman dan paham mereka merupakan iman dan paham orang yang sederhana
dalam pemikiran lagi sempit dan fanatik. Kaum khawarij memasuki persoalan
kufr: siapakah yang kafir dan keluar dari islam.dan siapakah yang disebut mukmin
dan dengan demikian tidak keluar dari, tetapi tetap dalam, islam. Pendapat tentang
siapa yang sebenarnya masih Islam dan siapa yang telah keluar dari islam dan
menjadi kafir serta soal-soal yang bersangkut-paut dengan hal ini tidak selamanya
sama, sehingga timbullah berbagai golongan dalam kalangan khawarij.
a.Al-muhakkimah
Golongan ini adalah golongan asli pengikut-pengikut asli yang
memisahkan diri dan yang menganggap bahwa semua orang yang menyetujui
arbitrase bersalah dan menjadi kafir. Orang yang melakukan hal yang keji seperti
membunuh, memperkosa dsb, menurut faham mereka orang yang melakukan itu
dianggap keluar dari Islam dan menjadi kafir.
b.Al-azaqirah
sub sekte tentang pelaku dosa golonagan ini menggunakan istilah yang
lebih mengerikan dari pada kafir yaitu polytheist atau musyrik. Dan di dalam
Islam syirik atau polytheist merupakan dosa yang terbesar, lebih dari kufr.

ix
c.Al-Najdat
Mereka berpendapat bahwa orang berdosa besar menjadi kafir dan kekal di
dalam neraka hanyalah orang Islam yang tidak sefaham dengan golongannya.
Adapun pengikutnya, jika mengerjakan dosa besar tetap mendapatkan siksaan di
neraka, tetapi pada akhirnya akan masuk surga juga.4 Dosa kecil baginya akan
menjadi dosa besar, kalau dikerjakan terus-menerus dan yang mengerjakannya
sendiri menjadi musyrik.

d.Al-Sufriah
Subsekte Al-Sufriah membagi dosa besar dalam dua bagian, yaitu dosa
yang ada sanksinya di dunia, seperti membunuh dan berzina, dan dosa yang tidak
ada sanksinya di dunia, seperti meninggalkan shalat dan puasa. Orang yang
berbuat dosa kategori pertama tidak dipandang kafir, sedangkan orang yang
melaksanakan dosa kategori kedua dipandang kafir.6

e.Al-Ibadah
Golongan ini merupakan golongan yang paling moderat dari seluruh
golongan Khawarij. Menurut mereka orang islam yang tidak se faham dengan
mereka bukanlah mukmin dan bukanlah musyrik, tetai kafir. Sedangkan orang
islam yang berbuat dosa besar adalah muwahhid, yang meng-Esa-kan Tuhan,
tetapi bukian mukmin dan kalaupun kafir hanya merupakan kafir al-ni mah dan
bukan kafir al-millah, yaitu kafir agama. Dengan kata lain, mengerjakan dosa
besar tidak membuat orang ke luar dari Islam.

2. Menurut Murji’ah tentang pelaku dosa besar


Pandangan aliran murji’ah tentang status pelaku dosa besar dapat
ditelusuri dari defimisi iman yang dirumuskan oleh mereka. Tiap-tiap sekte
murji’ah berbeda pendapat dalam merumuskan definisi iman itu sehingga
pandangan tiap-tiap subsekte tentang status pelaku dosa besar pun berbeda-beda
pula. Persoalan dosa besar yang ditimbulkan kaum khawarij, mau tidak mau
menjadi bahan perhatian dan pembahasan pula bagi mereka. Kalau kaum

x
khawarij menjatuhkan hukum kafir bagi orang berbuat dosa besar, kaum murji’ah
menjatuhkan hukum mukmin bagi orang yang serupa itu. Adapun soal dosa besar
yang mereka buat, itu ditunda (arja’a) penyelesaiannya kehari perhitungan kelak.
Argumentasi yang mereka majukan dalam hal ini ialah bahwa orang Islam yang
berdosa besar itu tetap mengucapkan kedua syahadat yang menjadi dasar utama
dari iman. Oleh karena itu orang Berdosa besar menurut pendapat golongan ini,
tetap mukmin dan bukan kafir.
Arja’a selanjutnya, juga mengandung arti memberi pengharapan. Orang
yang berpendapat bahwa orang islam yang melakukan dosa besar bukanlah kafir
tetapi tetap mukmin dan tidak akan kekal dalam neraka, memang memberi
pengharapan bagi yang berbuat dosa besar untuk mendapat rahmat Allah.
Pada umumnya kaum murji’ah dapat dibagi dalam dua golongan besar,
golongan moderat dan golongan ekstrim
Golongan moderat berpendapat bahwa orang yang berdosa besar bukanlah
kafir dan tidak kekal dalam neraka, tetapi akan dihukum dalam neraka sesuai
dengan besarnya dosa yang dilakukannya, dan ada kemungkinan bahwa Tuhan
akan mengampuni dosanya dan oleh karena itu tidak akan masuk neraka sama
sekali. Dalam golongan Murji’ah moderat ini termasuk al-Hasan Ibn ’Ali Ibn Abi
Talib, Abu Hanifah, Abu Yusuf dan beberapa ahli Hadis. Jadi bagi golongan ini
orang Islam yang berbuat dosa besar masih tetap mukmin.
Di antara golongan ekstrim yang dimaksud ialah al-Jahmiah, pengikut-
pengikut Jahm Ibn Safwan. Menurut golongan ini orang Islam yang percaya pada
Tuhan dan kemudian menyatakan kekufuran secara lisan tidaklah menjadi kafir ,
karena iman dan kufr tempatnya hanyalah dalam hati, bukan dalam bagian lain
dari tubuh manusia. Bahkan orang demikian juga tidak menjadi kafir,
sungguhpun ia menyembah berhala, menjalankan ajaran–ajaran agama Yahudi
atau agama Kristen dengan menyembah salib, menyatakan percaya kepada trinity,
dan kemudian mati. Orang yang demikian bagi Allah tetap merupakan seorang
mukmin yang sempurna imannya. Golongan ini berpendapat bahwa, jika
seseorang mati dalam iman, dosa-dosa dan perbuatan-perbuatan jahat yang
dikerjakannya tidak akan merugikan bagi yang bersangkutan. Karena itu

xi
perbuatan jahat, banyak atau sedikit, tidak merusakkan iman seseorang, dan
sebaliknya pula perbuatan baik tidak akan merubah kedudukan seseorang
musyrik atau politheist.

3. Menurut Mu’tazilah tentang pelaku dosa besar


Kemunculan aliran Mu’tazilah dalam pemikiran teologi Islam diawali oleh
masalah yang hampir sama dengan Khawarij dan Murji’ah, yaitu mengenai status
dosa besar; apakah masih beriman atau telah menjadi kafir. Perbedaanya, bila
Khawarij mengafirkan pelaku dosa besar dan Murji’ah memelihara keimanan
pelaku dosa besar, Mu’tazilah tidak menentukan status dan predikat yang pasti
bagi pelaku dosa besar, apakah ia tetap mukmin atau kafir, kecuali dengan sebutan
yang sangat terkenal, yaitu al-manzilah bain almanzilataini. Setiap pelaku dosa
besar, menurut Mu’tazilah, berada di posisi tengah di antara posisi mukmin dan
kafir. Posisi menengah bagi berbuat dosa besar, juga erat hubungannya dengan
keadilan tuhan. Pembuat dosa besar bukanlah kafir, karena ia masih percaya
kepada Tuhan dan Nabi Muhammad; tetapi bukanlah mukmin, karena imannya
tidak lagi sempurna. Karena bukan mukmin, ia tidak dapat masuk surga, dan
karena bukan kafir pula, ia sebenarnya tidak mesti masuk neraka. Ia seharusnya
ditempatkan di luar surga dan di luar neraka. Tetapi karena di akhirat tidak ada
tempat selain dari surga dan neraka, maka pembuat dosa harus dimasukan ke
dalam salah satu tempat ini. Penentuan tempat itu banyak hubungannya dengan
faham Mu’tazilah tentang iman. Iman bagi mereka, digambarkan, bukan hanya
oleh pengakuan dan ucapan lisan, tetapi juga oleh perbuatan-perbuatan. Dengan
demikian pembuat dosa besar tidak beriman dan oleh karena itu tidak dapat masuk
surga. Tempat satu-satunya ialah neraka. Tetapi tidak adil kalau ia dalam neraka
mendapat siksaan yang sama berat d4engan orang kafir. Oleh karena itu pembuat
dosa besar, betul masuk neraka, tetapi mendapat siksaan yang lebih ringan.
Dosa besar menurut pandangan Mu’tazilah adalah segala perbuatan yng
ancamannya disebutkan secara tegas dalam nas, sedangkan dosa kecil adalah
sebaliknya, yaitu segala ketidakpatuhan yang ancamannya tidak tegas dalam nas.

xii
Tampaknya Mu’tazilah menjadikan ancaman sebagai kreteria dasar bagi dosa
besar maupun kecil.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan paparan diatas kita dapat menyimpulkan bahwa dalam konsep


Iman dan kufur terdapat perbedaan pendapat diantara aliran-aliran teologi Islam.
Seperti yang dikemukakan aliran khawarij bahwa segala sesuatu yang
berhubungan atau berbau religious adalah bagian dari iman, sehingga apabila
orang melakukan dosa baik itu dosa maupun kecil maka dia disebut kafir. Berbeda
halnya dengan aliran Murji’ah mereka berpendapat bahwa orang yang melakukan
dosa besar tetap mukmin. Adapun soal dosa mereka di tudna penyelesaiannya
diakherat. Hal ini karena mereka beranggapan bahwa iman hanya pengakuan
dalam hati.

Aliran Mu’tajilah berpendapat bahwa jika seorang mukmin berbuat dosa


besar dan kemudian meninggal sebelum bertobat disebut fasiq. Dan diakhirat
kelak menempati tempat diantara surga dan neraka. Aliran Asy’ariyah dan
Maturidiyyah beranggapan bahwa iman tidak hanya diungkapkan dengan lisan
tetapi juga harus diyakini di dalam hati sehingga jika ada seseorang yang
mengaku kafir, namun hatinya tetap beriman maka ia tetap dianggap sebagai
mukmin. Sedangkan alirna ahli sunnah berpendapatbahwa iman itu mengikrarkan
dengan lisan, meyakini dalam ahti dan mengenjrkana dengan anggota.

Tidak hanya dalam konsep iman dan kufur, tetapi di dalam kekuasaan dan
kehendak mutlak Tuhan juga terdapat perbedaan pendapat diantara lairna-aliran
teologi Islam. Aliran Mu’tazilah berpendapat bahwa kekuasaan Tuhan tidak
mutlak sepenuhnya karena kekuasaanya dibatasi oleh beberapa hal yang
diciptakannya sendir.

xiii
Pendapat Mu’tazilah tersebut kemudian bertolak belakang dengna
pendapat Asy’ariyah. Kerena menurut mereka Tuhan berkuasa mutlak atas segala-
galanya. Demikian pula pendapat alirna Maturidiyah, mereka berpendapat bahwa
Tuhan berkuasa mutlak atas segala-galanya namun kemutlakannya tidak semutlah
paham yang dianut aliran Asy=ariyah.

Aliran yang berpandangan bahwa pelaku dosa besar masih tetap mukmin,
menjelaskan bahwa andai kata pelaku dosa besar dimasukan kedalam neraka, ia
tak akan kekal di dalamnya. Sebaliknya aliran yang berpendapat bahwa pelaku
dosa besar bukan lagi mukmin berpendapat bahwa di akhirat ia akan dimasukan
ke neraka dan kekal di dalamnya. Ini diwakili oleh Khawarij dan
Mu’tazilah,meskipun antara keduanya terdapat perbedaan yang tegas. Bahwa
Khawarij memandang pelaku dosa besar adalah kafir bahkan dikatakan musyrik,
dan akan dimasukkan didalam neraka untuk selamanya sebagaimana hukuman
yang serupa untuk orang-orang kafir, sementara Mu’tazilah memandang pelaku
dosa besar sebagai fasik yaitu diantara mu’min dan kafir dan akan dimasukkan
kedalam neraka untuk selama-lamanya namun hukumannya tak seberat, tak
sepedih yang dialami oleh orang-orang kafir.

xiv
DAFTAR PUSTAKA

Nasution, Harun, Prof. Dr. 2010, Teologi Islam, Jakarta, UI Press

Rozak, Abdul, Dr. M.Ag, Anwar, Rosihon, Dr. M.Ag, Ilmu Kalam, 2009,
Bandung, CV PUSTAKA SETIA

Muhammad, Al-Fudholi, Syaikh, 1997, Terjemah Kifayatul Awam, Surabaya,


MUTIARA ILMU

Abbas, Siradjuddin, KH, 2006, I’tiqad Ahlussunnah Wal Jamaah, Jakarta, Pustaka
Tarbiyah

xv

Anda mungkin juga menyukai