NPM : 233501023
Dengan mengucapkan puji syukur atas kehadirat allah swt yang telah
memberikan kita kesehatan sehingga kita dapat melaksanakan belajar mengajar
dikampus al ma’arif yang kita cintai ini setiap harinya terutama saya dapat
menyelesaikan tugas makalah dari bapak dosen, sholawat serta salam tak lupa
kita sanjung agungakan kepada baginda nabi besar kita yakni nabi muhammad
saw, semoga kitasemua menjadi kebanggaan umat beliau sehingga dapat bertemu
di yaumul qiyamah kelak aamiin.
Adapun dengan makalah ini saya buat dan saya ajukan untuk memenuhi
tugas dari bapak dosen yang berjudul : iman dan kufur, sebelumnya juga saya
ucapkan terimakasih kepada bapak dosen yang telah memberikan tugas ini karna
nantinya dapat kita pelajari dan kita pahami bersama sehingga dapat menambah
ilmu dan wawasan kita.
Demikian makalah ini saya buat agar kiranya dapat bapak terima dan
mudah mudahahan bapak suka dengan makalah yang telah saya buat ini, akan
tetapi saya masih butuh koreksi, saran dan masukan apabila ada kata ataupun
konteks dalam pembuatan makalah ini ada yang kurang pas sehingga dapat saya
jadikan sebuah evaluasi ataupun pembelajaran, sekian terimakasih.
Siti Rohmah
ii
DAFTAR ISI
1. BAB I PENDAHULUAN
2. BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan …………………………………………….……….11
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
1. Konsep iman dan kufur menurut aliran ilmu kalam
2. Pelaku dosa besar menurut aliran ilmu kalam
C. TUJUAN PEMBAHASAN
1. Untuk mengetahui konsep iman dan kufur menurut aliran ilmu kalam
2. Untuk mengetahui pelaku dosa besar menurut aliran ilmu kalam
iv
BAB II
PEMBAHASAN
1. Khawarij
Menurut Khawarij, orang yang tidak mengerjakan shalat, puasa, zakat dan
lain-lain, maka orang itu kafir.
Tegasnya sekalian orang mukmin yang berbuat dosa, baik besar maupun
kecil, maka orang itu kafir.
Tegasnya sekalian orang mukmin yang berbuat dosa, baik besar maupun
kecil, maka orang itu kafir, wajib diperangi dan boleh dibunuh, oleh dirampas
hartanya. Demikianlah menurut faham Khawarij.
v
bukan lagi mukmin, ia telah kafir. Perbuatan dosa yang membawa kepada kafirnya
seseorang menurut golongan ini terbatas pada dosa.
` 2. Murji’ah
vi
menganggap bisa saja terjadi kekufuran tersebut, baik dengan hati ataupun
lisan, tetapi bukan dengan perbuatan, dan begitupun iman.
a. Mereka pun beranggapan bahwa sesorang yang membunuh ataupun hanya
menyakiti nabi dengan tidak karena mengingkarinya, tetapi hanya karena
membunuh ataupun menyakiti itu semata, niscaya dia tidaklah disebut kufur.
Begitupun seseorang yang meninggalkan kewajiban agama seperti halnya
salah dengan tidak karena menghalalkannya, tetapi hanya karena
meninggalkan salat itu semata, niscaya dia pun tidaklah disebut kufur.
b. Tetapi mereka beranggapan: kalau seseorang menghalalkan sesuatu yang
diharamkan Allah, rasul-Nya dan juga orang-orang muslim, niscaya dia pun
disebut kufur. Begitupun kalau seseorang beritikad dengan itikad yang
menurut kesepakatan segenap orang muslim merupakan suatu kekufuran, atau
berbuat dengan perbuatan yang merupakan suatu kekufuran. Niscaya dia pun
disebut sebagai orang kafir.
c. Kelompok ketiga ini tidak dijelaskan.
d. Kelompok keempat itu beranggapan: Kufur terhadap Allah itu mendustakan-
Nya, membangkang terhadap-Nya dan mengingkari-Nya secara lisan. Karena
itu tidaklah kekufuran, kecuali dengan lisan dan bukan dengan selainnya.
Adapun anggapan ini dikemukakan oleh Muhammad ibn karam dan para
pengikutnya.
e. Kelompok kelima ini beranggapan: kufur itu membangkang melawan dan
mengingkari Allah, baik sepenuh hati ataupun secara lisan.
f. Kelompok keenam ini ialah para pengikut Abu Syamr, dimana anggapan-
anggapan mereka tentang kufur ini telah di kemukakan dalam uraian yang
terdahulu, yang menyangkut anggapannya tentang tauhid dan qadar.
g. Kelompok ketujuh ini ialah para pengikut Muhammad ibn Syabib di mana
anggapan-anggapan mereka tentang kufur ini pun telah dikemukakan dalam
uraian yang terdahulu, yang menyangkut anggapannya tentang iman.
vii
Adapun kebanyakan pengikut aliran Murji’ah tidak mengkufurkan
seseorang yang mentakwilkan al-Quran, bahkan tidak pula mengkufurkan siapa
pun selain yang kekufurannya itu telah disepakati orang-orang muslim.
3. Mu’tajilah
Orang mukmin yang melakukan dosa besar dan mati sebelum tobat, maka
orang itu tetap mukmin. Bila orang itu tidak mendapat ampunan dari Allah dan
tidak pula mendapat syafa’at Nabi Muhammad saw untuk mendapatkan ampunan
viii
dari Allah swt maka orang itu dimasukkan ke neraka buat sementara, kemudian
dikeluarkan dari neraka untuk dimasukkan ke surga.
ix
c.Al-Najdat
Mereka berpendapat bahwa orang berdosa besar menjadi kafir dan kekal di
dalam neraka hanyalah orang Islam yang tidak sefaham dengan golongannya.
Adapun pengikutnya, jika mengerjakan dosa besar tetap mendapatkan siksaan di
neraka, tetapi pada akhirnya akan masuk surga juga.4 Dosa kecil baginya akan
menjadi dosa besar, kalau dikerjakan terus-menerus dan yang mengerjakannya
sendiri menjadi musyrik.
d.Al-Sufriah
Subsekte Al-Sufriah membagi dosa besar dalam dua bagian, yaitu dosa
yang ada sanksinya di dunia, seperti membunuh dan berzina, dan dosa yang tidak
ada sanksinya di dunia, seperti meninggalkan shalat dan puasa. Orang yang
berbuat dosa kategori pertama tidak dipandang kafir, sedangkan orang yang
melaksanakan dosa kategori kedua dipandang kafir.6
e.Al-Ibadah
Golongan ini merupakan golongan yang paling moderat dari seluruh
golongan Khawarij. Menurut mereka orang islam yang tidak se faham dengan
mereka bukanlah mukmin dan bukanlah musyrik, tetai kafir. Sedangkan orang
islam yang berbuat dosa besar adalah muwahhid, yang meng-Esa-kan Tuhan,
tetapi bukian mukmin dan kalaupun kafir hanya merupakan kafir al-ni mah dan
bukan kafir al-millah, yaitu kafir agama. Dengan kata lain, mengerjakan dosa
besar tidak membuat orang ke luar dari Islam.
x
khawarij menjatuhkan hukum kafir bagi orang berbuat dosa besar, kaum murji’ah
menjatuhkan hukum mukmin bagi orang yang serupa itu. Adapun soal dosa besar
yang mereka buat, itu ditunda (arja’a) penyelesaiannya kehari perhitungan kelak.
Argumentasi yang mereka majukan dalam hal ini ialah bahwa orang Islam yang
berdosa besar itu tetap mengucapkan kedua syahadat yang menjadi dasar utama
dari iman. Oleh karena itu orang Berdosa besar menurut pendapat golongan ini,
tetap mukmin dan bukan kafir.
Arja’a selanjutnya, juga mengandung arti memberi pengharapan. Orang
yang berpendapat bahwa orang islam yang melakukan dosa besar bukanlah kafir
tetapi tetap mukmin dan tidak akan kekal dalam neraka, memang memberi
pengharapan bagi yang berbuat dosa besar untuk mendapat rahmat Allah.
Pada umumnya kaum murji’ah dapat dibagi dalam dua golongan besar,
golongan moderat dan golongan ekstrim
Golongan moderat berpendapat bahwa orang yang berdosa besar bukanlah
kafir dan tidak kekal dalam neraka, tetapi akan dihukum dalam neraka sesuai
dengan besarnya dosa yang dilakukannya, dan ada kemungkinan bahwa Tuhan
akan mengampuni dosanya dan oleh karena itu tidak akan masuk neraka sama
sekali. Dalam golongan Murji’ah moderat ini termasuk al-Hasan Ibn ’Ali Ibn Abi
Talib, Abu Hanifah, Abu Yusuf dan beberapa ahli Hadis. Jadi bagi golongan ini
orang Islam yang berbuat dosa besar masih tetap mukmin.
Di antara golongan ekstrim yang dimaksud ialah al-Jahmiah, pengikut-
pengikut Jahm Ibn Safwan. Menurut golongan ini orang Islam yang percaya pada
Tuhan dan kemudian menyatakan kekufuran secara lisan tidaklah menjadi kafir ,
karena iman dan kufr tempatnya hanyalah dalam hati, bukan dalam bagian lain
dari tubuh manusia. Bahkan orang demikian juga tidak menjadi kafir,
sungguhpun ia menyembah berhala, menjalankan ajaran–ajaran agama Yahudi
atau agama Kristen dengan menyembah salib, menyatakan percaya kepada trinity,
dan kemudian mati. Orang yang demikian bagi Allah tetap merupakan seorang
mukmin yang sempurna imannya. Golongan ini berpendapat bahwa, jika
seseorang mati dalam iman, dosa-dosa dan perbuatan-perbuatan jahat yang
dikerjakannya tidak akan merugikan bagi yang bersangkutan. Karena itu
xi
perbuatan jahat, banyak atau sedikit, tidak merusakkan iman seseorang, dan
sebaliknya pula perbuatan baik tidak akan merubah kedudukan seseorang
musyrik atau politheist.
xii
Tampaknya Mu’tazilah menjadikan ancaman sebagai kreteria dasar bagi dosa
besar maupun kecil.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Tidak hanya dalam konsep iman dan kufur, tetapi di dalam kekuasaan dan
kehendak mutlak Tuhan juga terdapat perbedaan pendapat diantara lairna-aliran
teologi Islam. Aliran Mu’tazilah berpendapat bahwa kekuasaan Tuhan tidak
mutlak sepenuhnya karena kekuasaanya dibatasi oleh beberapa hal yang
diciptakannya sendir.
xiii
Pendapat Mu’tazilah tersebut kemudian bertolak belakang dengna
pendapat Asy’ariyah. Kerena menurut mereka Tuhan berkuasa mutlak atas segala-
galanya. Demikian pula pendapat alirna Maturidiyah, mereka berpendapat bahwa
Tuhan berkuasa mutlak atas segala-galanya namun kemutlakannya tidak semutlah
paham yang dianut aliran Asy=ariyah.
Aliran yang berpandangan bahwa pelaku dosa besar masih tetap mukmin,
menjelaskan bahwa andai kata pelaku dosa besar dimasukan kedalam neraka, ia
tak akan kekal di dalamnya. Sebaliknya aliran yang berpendapat bahwa pelaku
dosa besar bukan lagi mukmin berpendapat bahwa di akhirat ia akan dimasukan
ke neraka dan kekal di dalamnya. Ini diwakili oleh Khawarij dan
Mu’tazilah,meskipun antara keduanya terdapat perbedaan yang tegas. Bahwa
Khawarij memandang pelaku dosa besar adalah kafir bahkan dikatakan musyrik,
dan akan dimasukkan didalam neraka untuk selamanya sebagaimana hukuman
yang serupa untuk orang-orang kafir, sementara Mu’tazilah memandang pelaku
dosa besar sebagai fasik yaitu diantara mu’min dan kafir dan akan dimasukkan
kedalam neraka untuk selama-lamanya namun hukumannya tak seberat, tak
sepedih yang dialami oleh orang-orang kafir.
xiv
DAFTAR PUSTAKA
Rozak, Abdul, Dr. M.Ag, Anwar, Rosihon, Dr. M.Ag, Ilmu Kalam, 2009,
Bandung, CV PUSTAKA SETIA
Abbas, Siradjuddin, KH, 2006, I’tiqad Ahlussunnah Wal Jamaah, Jakarta, Pustaka
Tarbiyah
xv