Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

ALIRAN-ALIRAN KHAWARIJ, MURJI’AH, DAN SYIAH

Disusun Oleh :
● Muhammad Khoirul Umam (OR822166)
● Reyvanza febri prasetyo (OR822161)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN OLAHRAGA FAKULTAS


KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS
MA’ARIF KEBUMEN 2022
1
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kita ucapkan kepada Allah SWT atas limpah rahmat serta hidayah dari-
Nya kami mampu menyelesaikan makalah kami ini dengan judul “Aliran-Aliran Khawarij,
Murji’ah, dan Syi’ah” ini.
Sholawat serta salam tidak lupa kita limpahkan untuk junjungan nabi Muhammad SAW yang
telah memberikan wahyu dan hidayahnya kepada kita.
Lalu dengan rendah hati kami meminta kritik dan saran dari pembaca untuk makalah ini agar
kami dapat memperbaiki kembali. Karena itu kami sangat menyadari, bahwa makalah yang
kami buat ini masih memiliki banyak kekurangannya.
Kami ucapkan banyak teerimakasih kepada setiap pihak yang mendukung dan membantu
kami selama proses penyelesaian makalah ini sampai selesai.
Demikian yang dapat kami sampaikan, kami berharap agar makalah yang telah kami buat ini
mampu memberikan manfaat kepada setiap yang membacanya.

Kebumen,16 Oktober 2022

Penyusun

2
DAFTAR ISI

Cover……………………………………………………………………………………………………………………………………i

Kata Pengantar…………………………………………………………………………………………………………………….ii

Daftar Isi………………………………………………………………………………………………………………………………iii

BAB I : Pendahuluan ……………………………………………………………………………………………………………iv

1.1 Latar Belakang……………………………………………………………………………………………………………….iv

1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………………………………………………………………iv

1.3 Tujuan Pembahasan ………………………………………………………………………………………………….…iv

BAB II : Pembahasan…………………………………………………………………………………………………………...v

Aliran Khawarij, Murji’ah dan Syiah……………………………………………………………………………………..v

2.1 Pokok-pokok pikiran Khawarij………………………………………………………………………………………..v

2.2 Golongan Murji’ah………………………………………………………………………………………………………...vi

2.3 Ushuludin dan Furu’uddin Syiah……………………………………………………………………………………vii

BAB III : Penutup………………………………………………………………………………………………………………….ix

Kesimpulan …………………………………………………………………………………………………………………………ix

Daftar Pustaka …………………………………………………………………………………………………………………….x

3
BAB I
PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang
Cukuplah jika seseorang beriman bahwa Allah Ta’ala itu satu, berkuasa, berilmu, dan
berhikmah. Pembahasan mengenai Tauhid merupakan hal yang paling urgen dalam Agama
Islam, dimana Tauhid mengambil peranan penting dalam membentuk pribadi-pribadi yang
tangguh, selain itu juga sebagai inti atau akar daripada ‘Aqidah Islamiyah. Kalimat Tauhid
atau sering dikenal dengan kalimat Syahadat atau juga disebut Kalimat Thayyibah
(Laailaahaillallah) begitu juga masyhur di kalangan umat Islam. Dalam kesehariannya,
seorang muslim melafalkan kalimat tersebut dalam setiap shalat wajib.
Setelah wafatnya Rosululloh, umat islam berbeda-beda pahamnya mengenai beberapa pokok
agama yang kembali kepada iman dan keyakinan dalam hatinya hingga munculah beberapa
golongan diantaranya golongan Syiah, Khawarij, dan Murji’ah. Setiap golongan mereka
mempunyai pendapat yang berbeda-beda mengenai Pokok-pokok pikiran tauhid. Sehingga
kita dapatkan banyak sekali penyimpangan demi penyimpangan yang terjadi pada masa itu.
Dari latar belakang diatas, penulis menyusun makalah tentang perbedaan pokok-pokok
pikiran tauhid dan masalah-masalah yang berhubungan dengannya dari aliran
syiah, khawarij, dan murji’ah.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana pokok-pokok pikiran tauhid dalam pandangan syiah serta masalah-
masalah yang berhubungan dengannya ?
2. Bagaimana pokok-pokok pikiran tauhid dalam pandangan khawarij serta masalah-
masalah yang berhubungan dengannya?
3. Bagaimana pokok-pokok pikiran tauhid dalam pandangan murjiah serta masalah-
masalah yang berhubungan dengannya?

1. 3 Tujuan Pembahasan
Pembahasa ini bertujuan untuk mengetahui betapa pentingnya kita sebagai umat muslim tau
Aliran-aliran yang ada di jaman sahabat dengan adanya aliran Khawarij, Syiah dan Murji’ah.

4
BAB II
PEMBAHASAN
A. KHAWARIJ
Khawarij adalah aliran kalam tertua dalam islam. Aliran ini muncul di tengah tengah kemelut
politik yang terjadi di kalangan kaum muslimin pada masa khalifah Ali Bin Abi Thalib.
Mereka ini kelompok Al-Qurra dan Al-Huffazh. Semula adalah pengikut dan pendukung
khalifah,karena tidak setuju dengan kebijakan arbitrase atau tahkim yang diambil oleh pihak
khalifah ali dan mu’awiyah mereka menyatakan keluar dan membuat kelompok sendiri.
Kaum khawarij pada umumnya terdiri dari orang orang arab Badawi yang hidup di padang
pasir yang tandus sehingga membuat mereka bersikap sederhana dalam pemikiran dan
hidup,tetapi keras hati, berani, bersifat merdeka, dan tidak bergantung pada orang lain.
Mereka bersifat bengis, suka kekerasan, tidak takut mati, jauh dari ilmu pengetahuan dan
fanataik. Mereka tidak dapat mentolerir penyimpangan terhadap aajaran islam menurut faham
mereka, walaupun hanya penyimpanan dalam bentuk kecil. Berakibat dengan mudahnya
terpecah belah menjadi golongan golongan kecil, dan mereka terus menerus mengadakan
perlawanan terhadap pemerintahan islam pada waktu itu.
Sesuai dengan uraian di atas maka pemikiran kalam aliran khawarij yang paling menonjol
adalah tentang pelaku dosa besar yang menurut mereka tergolong rang kafir adalah sikap
menetang terhadap pemikiran kawarij sehingga prang yang tidah sepaham dengan mereka
tergolong kafir. Di samping itu, mereka mempunyai pemikiran yang khas tentang definisi
tentang iman. Yakni menurut mereka iman itu adalah meyakini dengan hati,mengucapkan
dengan lisan. Dan mengamalkan dengan anggota badan. Sejalan dengan definisinya itu maka
orang yang tidak mengamalkan ajaran agamanya,termasuk kufur karena amal mempengaruhi
iman.
2.1 Dengan demikian pokok-pokok pikiran ilmu kalam dapat disimpulkan sebagai
berikut :
1. Orang islam yang melakukan dosa besar adalah kafir
2. Orang yang terlibat perang jamal yakni perang antara ali dan aisyah dan pelaku
arbitrase antara ali dan mu’awiyah dihukum kafir
3. Kholifah menurut mereka tidak harus keturunan nabi atau suku quraisy

B. MURJI’AH
Nama Murjiah itu diambil dari kata bahasa arab arja ( ‫ ) ارجي‬yang berarti menangguhkan,
mengakhirkan, dan juga memberi pengharapan. Kata arji yang merupakan bentuk fi’il
amr dari arja dalam arti menunda, menangguhkan, mengakhirkan, sedangkan pengertian
murjiah secara istilah ialah suatu kelompok yang menunda keputusan orang-orang islam yang
berselisih, berperang, dan menumpahkan darah, hingga dihadapkan kepada Allah. SWT pada
hari kiamat. Mereka tidak memutuskan siapa diantara mereka yang benar dan siapa pula yang
salah. Senada dengan pendapat tersebut Harun Nasution juga mendefinisikan murjiah sebagai

5
golongan yang menunda soal dosa besar yang dilakukan orang islam kepada Allah. Mereka
tidak mengambil keputusan sekarang juga di dunia ini dengan munghukum pelaku dosa besar
menjadi kafir yang tidak akan masuk surga. Bagi mereka, pelaku dosa besar masih akan
masuk surga. Ajaran mereka dengan demikian memberi pengharapan bagi pelaku dosa besar
untuk diberi ampunan oleh Tuhan dan seterusnya masuk surga.[1]
Muncul kelompok ini dari cucu Ali Bin Abi Thalib yang bernama Al Hasan bin Muhammad
al-Hanafiyah (695M) yang ingin menengahi pertentangan antara Khawarij dengan Syiah dan
Muawiyah.[2]
Kaum Murji’ah pada mulanya merupakan aliran yang tidak turut campur dalam pertentangan-
pertentangan antara kelompok Mu’awiyah bin Abi Sufyan dengan kelompok Ali bin Abi
Talib. Mereka mengambil sikap menyerahkan penentuan hukum kafir atau tidak kepada
tuhan.
Kaum Khawarij menjatuhkan hukum kafir bagi orang yang berbuat dosa besar, sedangkan
kaum Murji’ah menjatuhkan hukum mukmin. Adapun soal dosa besar yang mereka perbuat,
ditunda penyelesainnya sampai dengan hari akhir kelak, dengan alasan orang-orang
tersebut masih mengakui dua syahadat yang menjadi dasar utama dari iman, iman masalah
yang utama dan perbuatan hanya masalah yang kedua.[3]
2.2 Sebagaimana faham yang lainnya, Murji’ah pun pecah menjadi berbagai golongan,
yang pada dasarnya terpecah dalam dua golongan :
a. Golongan Moderat, bahwa orang yang berdosa besar tidaklah kafir dan tidak kekal
dalam neraka, tetapi akan dihukum dalam neraka, sesuai dengan tingkat besar dosa yang
dilakukannya, dan ada kemungkinan juga bahwa Tuhan akan memaafkan dosanya sehingga
tidak akan masuk neraka sama sekali. Tokoh-tokohnya yaitu Al Hasan Bin Muhammad Bin
Ali bin Abi Talib, Abu Hanifah, Abu Yusuf, dan beberapa ahli hadits. Jadi bagi golongan ini
orang islam yang berdosa besar masih tetap mu’min. Dalam hubungan ini Abu Hanifah
memberi definisi iman sebagai berikut, iman ialah pengetahuan dan pengakuan tentang
Tuhan, tentang rasul-rasul-Nya dan tentang segala apa yang datang dari Tuhan dalam
keseluruhan dan tidak dalam perincian, iman tidak mempunyai sifat bertambah atau
berkurang, dan tidak ada perbedaan antara manusia dalam hal iman.[4]
b. Golongan Extrim yaitu golongan Jahmiah pengikut Jahm Ibnu Sofwan. Menurut
faham ini orang islam yang percaya pada Tuhan dan kemudian mengatakan kekufuran secara
lisan tidaklah menjadi kafir, karena iman dan kufur tempatnya hanya ada dalam hati, bukan
dalam bagian lain dari tubuh manusia. Sungguh mereka menyembah berhala menjalankan
ajaran-ajaran agama yahudi dan kristen kemudian mati, orang yang demikian bagi Allah tetap
seorang mu’min yang sempurna imannya. Al-Shalihiah, pengikut Abu Hasan Al-Shalihi
berpendapat, sholat tidaklah merupakan ibadah karena yang disebut ibadah ialah iman
kepada-Nya. Lebih lanjut Al-Baghdadi berpendapat bahwa sholat, zakat, dan haji
menggambarkan kepatuhan dan tidak merupakan ibadah kepada Allah, yang dinamakan
ibadah hanyalah iman. Faham Al-Yanusiah menjelaskan bahwa melakukan maksiat atau
pekerjaan jahat tidaklah merusak iman seseorang.[5]
Dapat disimpulkan pendapat extrim diatas bahwa perbuatan amal tidak sepenting dengan
iman, karena imanlah yang menentukan mu’min dan tidak mu’minnya seseorang, perbuatan-
perbuatan tidak mempunyai pengaruh. Iman letaknya dalam hati dan apa yang ada dalam hati

6
seseorang tidak diketahui manusia lain, dan perbuatan-perbuatan manusia tidak selamanya
mengggambarkan apa yang adaa didalam hatinya. Faham ini ada bahayanya, karena dapat
mengakibatkan sikap lemah ikatan-ikatan amal oleh masyarakat, masyarakat menganggap
hanya imanlah yang penting sedangkan akhlak dianggap kurang penting dan bisa diabaikan
oleh mereka. Inilah sebabnya nama Murji’ah akhirnya dipandang tidak baik dan sehingga
tidak disenangi oleh masyarakat.
Pendapat Murji’ah moderat sama dengan faham Al Asy’ari sebagaimana dikuatkan oleh Ibnu
Harun bahwa Al Asy’ari dapat dimasukkan kedalam golongan Murji’ah. Al Asy’ari
menegaskan iman ialah pengakuan dalam hati tentang keesaan Tuhan, tentang kebenaran
Rasul-rasul. Mengucapkan dengan lisan dan mengerjakan rukun-rukun Islam merupakan
cabang dari iman. Orang yang berdosa besar, jika meninggal dunia tanpa taubat, nasibnya
terletak ditangan Tuhan. Kemudian Tuhan akan mengampuni dosa-dosanya atau
kemungkinan tidak mengampuni dosa-dosa yang diperbuatnya, kemudian baru masuk surga
dan tidak mungkin kekal dalam neraka.
Aliran-aliran Murji’ah moderat dan extrim telah lenyap, tetapi ajaran-ajaran Murji’ah
moderat tentang iman kufur dan dosa-dosa besar masuk ke dalam aliran Ahli Sunnah wal
Jama’ah.[6]
C. SYI’AH
Syiah artinya sahabat atau pengikut. Adapun yang dimaksud madzhab syiah adalah paham
yang mengagungkan keturunan nabi Muhammad SAW, mereka mendahulukan keturunan-
keturunan nabi untuk menjadi khalifah yaitu Ali bin Abi Thalib. Syiah mempunyai pendirian
bahwa Ali bin Abi Thalib telah ditunjuk nabi dengan nash untuk menjadi khalifah sesudah ia
wafat, bahwa setiap orang yang menjadi imam wajib ma’sum.[7]
Ali sebenarnya tidak menonjolkan diri untuk merebut kekhalifahan, beliau sadar bahwa yang
berhak untuk menjadi khalifah bukan karena keturunan tetapi harus melalui pemilihan umum
dan perseteruan umat.
2.3 Dalam syiah terdapat apa yang namanya ushuluddin (pokok-pokok agama) dan
furu’uddin (masalah penerapan agama). Syiah memiliki lima ushuluddin :
1. Tauhid, bahwa Allah SWT adalah Maha Esa.
2. Al-adl, bahwa Allah SWT adalah Maha adil
3. An-Nubuwwah, bahwa kepercayaan syiah meyakini keberadaan para nabi sebagai
pembawa berita dari Tuhan kepada umat manusia
4. Al-Imamah, bahwa syiah meyakini adanya imam-imam yang senatiasa memimpin
umat sebagai penerus risalah kenabian
5. Al-Ma’ad, bahwa akan terjadi hari kebangkitan
Secara umum syiah mempercayai bahwa Tuhan mereka adalah Allah SWT. Hanya saja ada
pandangan-pandangan mendasar dalam hal yang kemudian disebut dengan konsep tauhid ini.
Mereka percaya bahwa Allah adalah Tunggal dan tidak ada sekutu. Tetapi dalam syiah,
mereka kemudian menyebut-nyebut ; wahai Ali, wahai Husein dan keturunan Ali lainnya saat

7
berdoa. Mereka meminta-minta pada orang yang sudah meninggal yang dalam aliran Sunni
sebagai aliran terbesar Islam dunia sebagai dosa.
Selain itu syiah juga tidak mengakui bahwa Allah bersifat maha mendengar dam
melihat. Alasannya jika Allah demikian, maka Allah sama saja dengan Manusia. Syiah juga
meyakini Allah tidak bisa melihat hal-hal yang akan terjadi.[8]
Kaum Syi’ah juga meyakini bahwa Allah SWT itu Esa, tempat bergantung semua makhluk,
tidak beranak dan tidak diperanakkan dan juga tidak serupa dengan makhluk yang ada di
bumi ini. Namun, menurut mereka Allah memiliki dua sifat yaitu al-tsubutiyah yang
merupakan sifat yang harus dan tetap ada pada Allah SWT. Sifat ini mencakup ‘alim
(mengetahui), qadir (berkuasa), hayy (hidup), murid (berkehendak), mudrik (cerdik, berakal),
qadim azaliy baq (tidak berpemulaan, azali dan kekal), mutakallim (berkata-kata) dan
shaddiq (benar). Sedangkan sifat kedua yang dimiliki oleh Allah SWT yaitu al-salbiyah yang
merupakan sifat yang tidak mungkin ada pada Allah SWT. Sifat ini meliputi bisa dilihat,
bertempat, bersekutu, berhajat kepada sesuatu dan merupakan tambahan dari Dzat yang telah
dimilikiNya.[9]

8
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pokok pokok aliran Khawarij yaitu kholifah orang islam tidak mesti seorang yang
berasal dari suku Quraisy, bahkan tidak mesti dari seorang arab. Semua manusia sama.
Mereka mengkafirkan Ali karena Ali menerima tahkim. pemikiran kalam aliran khawarij
yang paling menonjol adalah tentang pelaku dosa besar yang menurut mereka tergolong rang
kafir adalah sikap menetang terhadap pemikiran khawarij sehingga perang yang tidak
sepaham dengan mereka tergolong kafir
Kaum Murji’ah pada mulanya merupakan aliran yang tidak turut campur dalam pertentangan-
pertentangan antara kelompok Mu’awiyah bin Abi Sufyan dengan kelompok Ali bin Abi
Talib. Mereka mengambil sikap menyerahkan penentuan hukum kafir atau tidak kepada
tuhan.
Syiah berbeda pendapatnya dengan aliran lain di antaranya dalam pendirian. Pokok-pokok
ajarannya mereka berkeyakinan bahwa yang dijadikan imam sesudah wafatnya Rosululloh
ialah Ali. Ali adalah seseorang yang mewarisi segala pengetahuan yang ada pada nabi bahkan
ali dianggap ma’sum dari kesalahan. Kaum Syi’ah meyakini bahwa Allah SWT itu Esa,
tempat bergantung semua makhluk, tidak beranak dan tidak diperanakkan dan juga tidak
serupa dengan makhluk yang ada di bumi ini.

9
DAFTAR PUSTAKA
https://syafieh.blogspot.com/2013/04/ilmu-kalam-syiah-tokoh-danajarannya.html
https://ahmadtoibuin89.wordpress.com/2013/05/14/murjiah/
http://jumadibismillahsukses.blogspot.co.id/2011/11/aliran-aliran-dalam-ilmu-tauhid.html
Aceh,Abubakar. 1980. Perbandingan Mahab Syi’ah Rasionalisme dalam Islam. Semarang:
C.V. Ramadhani
Romas, Ghofir. 1986. Ilmu Tauhid. Semarang: Badan Penerbit Fakultas Dakwah IAIN
WALISONGO Semarang

[1] https://ahmadtoibuin89.wordpress.com/2013/05/14/murjiah/
[2] http://jumadibismillahsukses.blogspot.co.id/2011/11/aliran-aliran-dalam-ilmu-tauhid.html
[3] Drs. A. Ghofir Romas, “Ilmu Tauhid” (Semarang: Badan Penerbit Fakultas Dakwah IAIN
WALISONGO Semarang), 1986, hal. 78-79.
[4] https://ahmadtoibuin89.wordpress.com/2013/05/14/murjiah/

10

Anda mungkin juga menyukai