( ALIRAN MURJI’AH )
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah :
ILMU TAUHID/ILMU KALAM
Dosen Pengampu :
Fiirdausih, S.Pd.I, M.Pd.I
Disusun Oleh :
KELOMPOK 2
Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT karena dengan segala rahmat dan
hidayahnya, penulis bisa menyelesaikan tugas Ilmu Tauhid/Ilmu Kalam dengan tema ‘
Aliran Murji’ah ’.
Secara khusus kami ucapkan terima kasih kepada Bapak Fiirdausih, S.Pd.I, M.Pd.I
yang senantiasa memberikan suntikan moral dan motivasi kepada penulis. Dan dengan sabar
memberikan evaluasi, baik secara langsung maupun melalui media sosial.
Besar harapan, makalah yang penulis buat ini tidak hanya menjadi bahan formalitas
semata, akan tetapi juga memberikan pelajaran bagi mu pembaca, utamanya bagi penulis,
dan siapa pun yang membaca makalah ini dapat mengambil pelajaran dan manfaat.
Jika tulisan selesai dibuat, maka tampaklah kesalahannya. Penulis mohon maaf jika
banyak kekurangan, baik berupa materi maupun teknis. Masukan dan saran senantiasa
penulis tunggu, sebagai bahan koreksi dan sebagai bahan penyempurnaan makalah ini.
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................................iii
BAB I...............................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.......................................................................................................2
C. Tujuan Penulisan.........................................................................................................2
BAB II...............................................................................................................................3
PEMBAHASAN................................................................................................................3
BAB III............................................................................................................................11
PENUTUP.......................................................................................................................11
A. Kesimpulan............................................................................................................11
B. Saran......................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................12
iii
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Aliran Murji'ah muncul pada awal abad ke-1 Hijriyah sebagai respons terhadap
perselisihan politik dan pertentangan di antara umat Muslim, terutama setelah terjadinya
pemberontakan di Mesir yang mengakibatkan terbunuhnya Khalifah Usman Bin Affan pada
tahun 35 H. Peristiwa ini menyebabkan berbagai dampak sosial, politik, dan teologis yang
signifikan di kalangan umat Islam.
Pertikaian politik antara pihak-pihak yang berbeda pandangan, terutama di antara para
sahabat, memicu kebangkitan aliran Murji'ah. Mereka menentang terlibatnya dalam
pertentangan politik dan mengambil sikap netral, memilih untuk menyerahkan keputusan
akhir kepada Allah SWT. Aliran ini menjadi dikenal sebagai "the quietists" atau kelompok
yang cenderung diam dalam urusan politik.
Pada sisi teologis, aliran Murji'ah menganggap iman sebagai keyakinan dalam hati
tanpa terkait dengan perilaku atau amal perbuatan. Mereka meyakini bahwa iman tidak
berkurang atau bertambah, bahkan jika seseorang melakukan dosa besar atau amal baik.
Menurut mereka, hanya Allah yang berhak menilai iman seseorang.
Demikianlah, latar belakang aliran Murji'ah mencakup konteks politik dan teologis
dari awal kebangkitannya, serta divergensi pandangan di dalamnya. Hal ini menunjukkan
kompleksitas dan variasi dalam aliran ini selama perkembangannya.
1
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Aliran Murji’ah?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui Pengertian Aliran Murji’ah.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Pokok ajaran kaum murji’ah pada dasarnya berasal dari gagasan atau doktrin yang
mereka percaya yaitu irja atau arja’ah, dua ajaran yang sangat penting menurut kaum
murji’ah yaitu tentang pelaku dosa besar dan masalah iman.
Pandangan aliran murji’ah terhadap status pelaku dosa besar yaitu selama meyakini
dua kalimat syahadat, seorang muslim yang berbuat dosa besar itu tidak termasuk kafir dan
hukumannya di tangguhkan di akhirat dan hanya Allahlah yang berhak menghukumnya. Jadi
dengan kata lain jika seorang muslim sekalipun jika melakkan dosa besar namun masih
mengucapkan dua kalimat syahadat yang dimana kalimat tersebut menjadi dasar utama dari
iman. Oleh karnanya orang tersebut masih seorang mukmin dan bukan seorang kafir.
Masalah perbuatan mereka selama di dunia nantinya akan masuk surga atau neraka semua di
tunda hingga ada putusan dari Allah. Selain itu mereka juga berharap bahwa orang yang
berbuat dosa besar, mereka mau bertaubat dan berharap agar di terima di sisi Allah SWT.
2)Masalah Iman:
Kaum murji’ah berpendapat bahwa iman itu terletak di dalam qolbu dan tidak ada
kaitannya dengan perilaku. Kaum murji’ah menganggap iman sebagai keyakinan dalam hati
saja, tanpa memandang perbuatan atau amal perbuatan. Mereka berpendapat bahwa iman
tidak berkurang atau bertambah, bahkan jika seseorang melakukan dosa besar atau amal baik.
Menurut mereka, hanya Allah yang berhak menilai iman seseorang.
3
Pendekatan ini berbeda dengan mayoritas pandangan Sunni, yang menganggap iman
sebagai kombinasi antara keyakinan dalam hati, ucapan, dan perbuatan. Mereka percaya
bahwa iman dapat bertambah melalui amal baik dan berkurang akibat dosa.
Demikian pula kalo tidak muncul persoalan khilafah maka tidak akan ada faham atau
aliran Murji’ah. terbunuhanya Usman Bin Affan menimbulkan berbagai dampak sosial,
politik dan teologi yang hebat di kalangan umat islam. terlebih setelah di ketahui bahwa yang
telah membunuh Usman Bin Affan adalah Muhammad Ibnu Abi anak yang pernah menjadi
anak angkat dan kemudian hari menjadi Gubernur Mesir ( Nasution1985;5) peristiwa ini
mengundang terjadinya berbagai masalah dan pertikaian baik yang berkaitan dengan
terjadinya perpecahan antara umat islam waktu itu memancing munculnya perebutan
kekuasaan, munculnya perang saudara dan bahkan lebih jauh lagi sehingga membuat
kemajuaan islam mengalami kemunduran.
Menurut Muhammad Abu Zahrah ( cairo:tt 132) pada saat berkecamuknya pertikaian
setelah wafatnya Usman Ibn Affan waktu itu telah muncul sekelompok orang yang cendrung
memiliki sikap tidak mau ikut melibatkan diri ke dalam kancah pertikaian. Diantaranya
orang-orang tersebut adalah Abu Bakrah, Abdullah Ibnu Umar, Saad Ibn Waqash, Imran Ibn
Husain. Selanjutnya menurut Abu Zahrah sikap tidak mau melibatkan diri dalam pertikaian
muncul pula dari sekelompok orang yang baru saja pulang dari medan perang memasuki
Madinah setelah terjadinya peristiwa pemberontakan dan terbunuhnya Usman. Perbincangan
yang terjadi pada kelompok itu digambarkan oleh Ibn Asakir sebagai berikut: “Kami kembali
pulang ke rumah masing-masing dan kami tinggalkan kalian dalam keadaaan damai, tidak
berselisih lagi. meskipun sebelumnya kalian pernah bertengkar. (sebagian mereka ada yang
4
berkata) “tapi sekarang Usman telah terbunuh di zalimi orang. Wajar apabila ada sahabat-
sahabatnya yang mau menuntut keadilan untuk membalas (sebagian lagi dari mereka ada
yang menimpali) meskipun begitu Ali dan para sahabatnya yang lain adalah juga orang -
orang berada dalam kebenaran.
Dalam pandangan kita masing-masing dari mereka adalah orang-orang yang benar
dan terpercaya. Karna itu mustahil bagi kita harus berikrar untuk mengutuk mereka. karena
itu sebaiknya persoalan ini kita serahkan saja kepada Allah.‘ Suasana dialogis diatas
menuntun analisis Ahmad Amin menggambarkan telah adanya soal tidak mau melibatkan diri
dalam pertikaian dan perselisihan diantara sesama kaum muslimin. Sikap ini merupakan
dasar dan benih bagi kemunculan faham Murji’ah sekalipun sebagai sebuah aliran teologi
baru terbentuk setelah lahirnya Khawarij dan Syiah.
Berdasarkan kepada pendapat diatas maka munculnya sikap sekelompok orang yang
tidak mau terlibat dalam sebuah pertikaian dan menyerahkan keputusan dengan
menangguhkanya kepada Allah dianggap sebagai penyebab tidak langsung bagi kemunculan
Murji’ah. Hal ini terjadi karena kemungkinan sikap-sikap yang mulai muncul pada waktu itu
mulai berkembang dan banyak mempengaruhi para fuqoha, Muhaddisin, dan masyarakat
dalam perkembangan selanjutnya. Kalau asumsinya seperti itu ada penyebab langsung
muncul Murji’ah sebagai sebuah aliran teologi untuk melihat persoalan ini kita harus kembali
kepada suatu “ potret situasi’ di Madinah pasca terbunuhnya Khalifah Usman yang
menimbulkan kekacauan politik dimana Ali naik menjadi khalifah menggantikan Usman.
Situasi kekacauan politik ini ternyata berlanjut bahkan semakin memanas pada masa
pemerintahan Ali Ibn Abi Thalib. Goncangan politik mulai dari kelompok Thalhah dan
Zubair di Mekkah yang menduduki posisi khalifah dengan basis dukungan Aisyah.
5
Kelompok ini kemudian dikenal sebagai Khawarij. Kekerasan mereka menentang Ali
menyebabkan pengikut Ali yang setia bertambah keras pula membelanya. Terlebih lagi
setelah kemudian Ali mati terbunuh pertentangan diantara mereka semakin bertambah keras.
Sekalipun pada akhirnya baik golongan Khawarij maupun pembela setia Ali akhirnya sama-
sama menentang kekuasaan Bani Umayyah, akan tetapi motivasi perlawanan mereka
berbeda. Khawarij menentang dinasti ini karena dianggap telah menyeleweng dari ajaran
Islam. Sementara pengikut Ali yang setia menganggap bahwa dinasti ini telah merampas
kekuasaan kekhalifahan dari Ali ibn Abi Thalib. Dalam suasana yang berpuncak pada
keadaan saling tuduh dan saling kafir mengkafirkan satu sama lain itu muncul kelompok “
netral’ yang tidak mau menentukan sikap siapa yang salah diantara pihak-pihak yang
bersengketa, kalaupun yang telah menerima dan menjalankan arbitrase itu dipandang telah
berbuat dosa besar yang menyebabkan mereka dituduh kafir.
Maka kelompok ini lebih baik menyerahkan keputusan sepenuhnya kepada Tuhan dan
memandang lebih baik menunda ketentuannya di hari kemudian ( Harun Nasution, 1986:22)
dari suasana historis seperti inilah Murji’ah lahir dengan kerangka dasar mereka tidak
mengkafirkan salah satu golongan mereka menganggap bahwa golongan Khawarij,
pendukung Ali demikian juga pihak Bani Umayyah semuanya tetap mukmin, mereka masih
bersyahadat dan mereka yang bertikai itu merupakan orang - orang yang dipercayai dan tidak
keluar dari jalan yang benar.
Ada beberapa teori yang berkembang mengenai asal-usul kemunculan Murji’ah teori
yang pertama mengatakan bahwa gagasan Irja’ atau Arja’a dikembangkan oleh sebagian
sahabat dengan tujuan menjamin persatuan dan kesatuan umat islam ketika terjadi pertikaian
politik dan untuk menghindari sektarianisme, teori yang lain mengatakan bahwa gagasan Irja’
yang merupakan basis doktrin Murji’ah muncul pertama kali sebagai gerakan politik yang
diperlihatkan oleh cucu Ali Bin Abi Tholib, Al-Hasan Bin Muhammad Al-Hanafiyyah sekitar
tahun 695 M. teori lainnya menceritakan bahwa ketika terjadinya perseteruan antara Ali dan
Mu’awiyyah dilakukan tahkim (arbitrase) atas usulan Amr Bin ‘Ash seorang kaki tangan
Mu’awiyyah.
Kelompok Ali terpecah menjadi dua kubu yaitu pro dan kontra, kelompok kontra
akhirnya menyatakan keluar dari Ali yaitu kubu Khowarij mereka memandang bahwa tahkim
itu bertentangan dengan Al-Qur’an, dalam pengertian tidak bertahkim berdasarkan hukum
Allah. Oleh karena itu Khawarij berpendapat bahwa melakukan tahkim itu adalah dosa besar
6
dan dihukum kafir, sama seperti perbuatan dosa besar lain seperti zina, riba, membunuh tanpa
alas an yang benar, durhaka kepada orang tua, serta memfitnah wanita baik-baik, pendapat
Khowarij tersebut ditentang sekelompok sahabat yang kemudian disebut Murji’ah dengan
mengatakan bahwa pembuat dosa besar tetap mukmin tidak kafir sementara dosanya
diserahkan kepada Allah SWT, apakah mengampuninya atau tidak.
Ajaran pokok Murji’ah pada dasarnya bersumber dari gagasan irja’ atau arja’a yang
diaplikasikan dalam banyak persoalan yang dihadapinya, baik persoalan politik maupun
teologis. Di bidang politik irja’ diimplementasikan dengan sikap netral atau non blok yang
selalu bersikap diam dalam persoalan politik, itulah sebabnya kelompok Murji’ah dikenal
sebagai the queietists atau kelompok bungkam.
Orang Islam yang berbuat dosa besar tidaklah menjadi kafir, melainkan tetap
mukmin. Persoalan dosa besarnya diserahkan kepada Tuhan dalam keputusan kelak di hari
perhitungan. Kalaulah dosa besarnya diampuni Tuhan maka jelas ia akan masuk surga. Akan
tetapi misalkan dosa besarnya tidak diampuni Tuhan maka harapan bagi pelaku dosa besar
untuk diberi ampunan oleh Tuhan sehingga dapat masuk surga.{Harun Nasution, 1986; 34}.
7
Harun Nasution menyebukan empat ajaran pokoknya yaitu:
1. Menunda hukuman atas Ali, Mu’awiyah, Amr bin ‘Ash dan Abu Musa Al-Asy’ari yang
terlibat tahkim hingga kepada Allah SWT pada hari kiamat kelak.
2. Menyerahkan keputusan kepada Allah SWT. Atas orang muslim yang berbuat dosa besar.
2. Penangguhan Ali untuk menduduki rangking ke empat dalam peringkat al-Khalifah ar-
Rasyidin.
3. Pemberian harapan (giving of hope) terhadap orang muslim yang berdosa besar untuk
memperoleh ampunan dan rahmat dari Allah
4 .Doktrin-doktrin Murji’ah menyerupai pengajaran (mazhab) para skeptic dan empiris dari
kalangan helenis.
Sementara itu, Abu ‘A’la Al-Maududi {1903-1979} menyebutkan dua pokok ajaran
Murji’ah yaitu:
1. Iman adalah cukup dengan percaya kepada Allah SWT.dan Rasul-NYA. Adapun amal atau
perbuatan bukan merupakan keharusan bagi adanya iman. Berdasarkan hal ini , seseorang
tetap dianggap mukmin walaupun melakukan perbuatan dosa besar.
2. Dasar keselamatan adalah iman semata. Selama masih ada iman dihati. Manusia masih
mendapatkan pengampunan atas dosa besar yang dilakukannya cukup menjauhkan diri dari
syirik dan meningggal dalam keadaan akidah tauhid.
8
D. Sekte-Sekte dalam Aliran Murji’ah
Kemunculan sekte dalam kelompok Murji’ah di picu oleh perbedaan pendapat di
kalangan para pendukung Murji’ah sendiri. Dalam hal ini terdapat problem yang cukup
mendasar ketika pengamat mengklasifikasikan sekte - sekte Murji’ah. kesulitannya antara
lain adalah ada beberapa tokoh aliran pemikiran tertentu yang diklaim oleh seorang pengamat
sebagai pengikut Murji’ah, tetapi tidak diklaim oleh pengikut lain.
Tokoh yang dimaksud adalah Washil bin Atha’ tokoh aliran Mu’tazilah dan Abu
Hanifah dari Ahlus Sunnah, oleh karena itu Asy- Syahrastani (w.548 H), seperti dikutip oleh
Watt menyebutkan sekte-sekte Murji’ah sebagai berikut :
1. Murji’ah – Khawarij.
2. Murji’ah – Qadariah.
3. Murji’ah – Jabariah.
4. Murji’ah Murni.
9
11. Al-Murisiyah, pengikut Basr al-Murisy.
Harun Nasution secara garis besar mengklasifikasikan Murji’ah menjadi dua sekte,
yaitu golongan moderat dan golongan ekstrim. Murji’ah moderat berpendirian bahwa
pendosa besar tetap mukmin. Tidak kafir tidak pula kekal dalam neraka. Mereka disiksa
sebesar dosanya dan bila diampuni Allah sehingga tidak masuk neraka. Iman adalah
pengetahuan tentang Tuhan dan rasul – rasulnya-Nya serta apa saja yang datang dari-Nya
secara keseluruhan namun garis besar iman tidak pula bertambah dan tidak pula berkurang.
Tak ada perbedaan manusia dalam hal ini, penggagas pendirian ini adalah Al-hasan bin
Muhammad bin Ali bin Abi Thalib, Abu Hanifah, Abu Yusuf dan beberapa ahli Hadits.
1. Al- Jahmiyah, kelompok Jahm bin Shafwan dan para pengikutnya berpendapat bahwa
orang yang percaya pada Tuhan dan menyatakan kekufurannya secara lisan tidak menjadi
kafir karena iman dan kufur tempatnya didalam hati, bukan bagian lain dalam tubuh manusia.
3. Yunusiyah dan Ubaidiyah, menyatakan bahwa melakukan maksiat dan perkerjan jahat
tidak merusak iman seseorang. Mati dalam iman, dosa dan perbuatan jahat yang dikerjakan
tidak merugikan bagi yang melakukan. Dalam hal ini, Muqatil bin Sulaiman berpendapat
bahwa perbuatan jahat banyak atau sedikit tidak merusak iman seseorng sebagai musyrik
atau polities.
4. Hasaniyah, menyebutkan bahwa jika sesorang mengatakan, “Saya tahu Tuhan melarang
makan babi, tetapi saya tidak tahu apakah babi yang diharamkan itu adalah kambing
ini.orang tersebut tetap mukmin bukan kafir.
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Aliran Murji’ah muncul pada awal abad ke-1 hijriyah. Mereka menolak terlibat dalam
pertentangan politik, lebih memilih menyerahkan segala masalah kepada Allah. Mereka
meyakini bahwa pelaku dosa besar tetap mukmin selama mengucapkan dua kalimat syahadat.
Bagi mereka, iman terletak di hati dan tidak terkait dengan perbuatan.
Aliran Murji’ah muncul seiring dengan konflik politik terutama setelah kematian
Khalifah Usman Bin Affan. Mereka menolak ikut campur dalam pertikaian dan memilih
mempercayakan segala keputusan kepada Allah. Kemunculan aliran ini dipengaruhi oleh
suasana politik yang kacau pada masa itu.
Aliran Murji’ah meyakini bahwa iman adalah keyakinan dalam hati dan bahwa
perbuatan tidak mempengaruhi iman seseorang. Mereka menangguhkan keputusan hukuman
kepada Allah. Pokok ajaran mereka adalah menunda hukuman terhadap Ali, Mu’awiyah, dan
lainnya hingga hari kiamat. Mereka juga memberikan harapan kepada pelaku dosa besar
untuk memperoleh ampunan dari Allah.
Terdapat beberapa sekte dalam aliran Murji’ah, antara lain moderat dan ekstrem.
Sekte moderat meyakini bahwa pendosa besar tetap mukmin dan disiksa sebesar dosanya,
namun bisa diampuni oleh Allah. Sekte ekstrem, seperti Al-Jahmiyah dan Shalihiyah,
memiliki interpretasi yang lebih radikal terkait iman dan kufur. Ada pula sekte lain seperti
Yunusiyah dan Ubaidiyah yang memiliki pandangan khusus terhadap perbuatan jahat.
B. Saran
Demikian makalah yang kami buat. Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam
penyajian makalah ini. Maka dari itu, kritik dan saran sangat kami harapkan untuk perbaikan
makalah kami selanjutnya. Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca dan penyusun.
11
DAFTAR PUSTAKA
Rozak, Abdul. Maman Abdul Djaliel. Rosihin Anwar. 2016. ILMU KALAM. Bandung : CV
PUSTAKA SETIA.
https://e-journal.iai-al-azhaar.ac.id/index.php/teknoaulama/index
12