Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

SEKTE MURJI’AH

Makalah ini di susun untuk memenuhi tugas mata kuliah Tauhid\Ilmu Kalam

Dosen Pengampu : Dr.Ahmad Sodiq,M.Ag

Disusun oleh :

Kelompok 4

Melia Sari (2311100264)

Doni Alfares (2311100208)

Damai Ulfadela (2311100028)

PRODI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGRI RADEN INTAN LAMPUNG

TAHUN 2024
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatulah wabarrakatuh

Syukur alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT


yang telah melimpahkan rahmat dan karunianya, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah
Bahasa Inggris dengan tema: “Sekte Murji’ah”.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh
karena itu, kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik
yang membangun dari berbagai pihak. Akhirnya kami berharap semoga makalah
ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan dan pendidikan.

Bandar Lampung, 09 maret 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................... 2
DAFTAR ISI .................................................................................................................. 3
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................. 4
A. Latar Belakang .................................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah ............................................................................................... 5
C. Tujuan ................................................................................................................. 5
BAB II PEMBAHASAN .............................................................................................. 6
A. Sejarah Sekte Murji’ah ........................................................................................ 6
B. Pemikiran Dan Ajaran Sekte Murji’ah ............................................................... 10
BAB III PENUTUP .................................................................................................... 12
A. Kesimpulan....................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 13

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Aliran Murji’ah muncul berawal dari persoalan politik kemudian
berkembang menjadi persoalan teologi. Aliran teologi ini netral dan
memberi pengharapan terhadap pelaku dosa besar. Penamaan Murji’ah
terkandung makna yang tersirat bahwa ajaran teoelogi ini menomor
duakan amal perbuatan dari pada iman. Murji’ah dapat juga berarti;
menta’khirkan penentuan sikap yang benar atau siapa yang salah dalam
suatu pertikaian waktu antara Ali, Muawiyah, dan Khawarij.
Menta’khirkan penentuan orang-orang yang dianggap telah berdosa
apakah akan masuk neraka atau masuk surga. Kemudian juga
menta’khirkan posisi Ali dalam komposisi kekhalifahan yang mengandung
konsekuensi menta’khirkan derajat Ali setelah Abu Bakar, Umar dan
Usman.Dalam aspek politik walaupun tidak spektakuler tetapi nampaknya
juga melahirkan tipologi prilaku politiknya yang unik yang memunculkan
juga pendapat beragam, dari tipe yang pasif, ada pula nampaknya prilaku
adaptif diikuti dengan sikap feksibilitas dan loyalitas yang tentu tidak
semuanya terekam dalam sejarah. Aliran Murji’ah muncul berawal dari
persoalan politik kemudian berkembang menjadi persoalan teologi. Aliran
teologi ini netral dan memberi pengharapan terhadap pelaku dosa besar.
Penamaan Murji’ah terkandung makna yang tersirat bahwa ajaran teoelogi
ini menomor duakan amal perbuatan dari pada iman. Murji’ah dapat juga
berarti; menta’khirkan penentuan sikap yang benar atau siapa yang salah
dalam suatu pertikaian waktu antara Ali, Muawiyah, dan Khawarij.
Menta’khirkan penentuan orang-orang yang dianggap telah berdosa
apakah akan masuk neraka atau masuk surga. Kemudian juga
menta’khirkan posisi Ali dalam komposisi kekhalifahan yang mengandung

4
konsekuensi menta’khirkan derajat Ali setelah Abu Bakar, Umar dan
Usman.Dalam aspek politik walaupun tidak spektakuler tetapi nampaknya
juga melahirkan tipologi prilaku politiknya yang unik yang memunculkan
juga pendapat beragam, dari tipe yang pasif, ada pula nampaknya prilaku
adaptif diikuti dengan sikap feksibilitas dan loyalitas yang tentu tidak
semuanya terekam dalam sejarah.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaiman Sejarah Sekte Murji’ah?
2. Apa saja Pemikiran Dan Ajaran Sekte Murji’ah?
C. Tujuan
1. Mengetahui Bagaimana Sejarah Sekte Murji’ah
2. Mengetahui apa saja Pemikiran Dan Ajaran Sekte Murji’ah

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Sekte Murji’ah

Nama Murji’ah berasal dari kata irja atau arja’a yang berarti
penundaan, penangguhan, dan pengharapan. Kata arja’a juga memiliki arti
memberi harapan, yakni memberi harapan kepada pelaku dosa besar untuk
memperoleh pengampunan dan rahmat Allah. Oleh karena itu, murji’ah
artinya orang yang menunda penjelasan kedudukan seseorang yang
bersengketa, yakni Ali dan Muawiyah serta pasukannya masing-masing ke
hari kiamat kelak.1 Kaum Murji’ah ditimbulkan oleh persoalan politik
sama halnya dengan kaum Khawarij, tegasnya persoalan kholifah yang
membawa perpecahan dikalangan umat Islam setelah terbunuhnya Usman
Ibn Affan. Seperti telah dibahas, kaum Khawarij pada mulanya adalah
penyokong Ali tetapi kemudian menjadi musuhnya. 1Karena adanya
perlawanan ini, kelompok yang setia pada Ali bertambah keras dan kuat
membelanya dan merupakan satu golongan lain yang disebut Syi’ah. Akan
tetapi mereka sama-sama menentang kekuasaan Bani Umayyah, 2 tetapi
dengan motif yang berbeda.2 Dalam permusuhan inilah muncul satu aliran
baru yang bersikap netral yang tidak ikut dalam kafir-mengkafirkan yang
terjadi pada golongan tersebut. Bagi merekan golongan yang bertentangan
itu merupakan orang-orang yang dapat dipercayai dan tidak keluar dari
jalan yang benar. Oleh karena itu, mereka tidak mengeluarkan pendapat
siapa yang salah dan benar dan lebih baik menunda penyelesaian hingga
hari perhitungan di depan Allah. Dengan demikian, kaum Murji’ah adalh

1
Ishak Hasibuan, ‘Teologi Pemikiran Klasik Mu’tazilah Dan Murji’ah’, Ability:
J ournal of Education and Social Analysis, 2.3 (2021), 52–64
<https://doi.org/10.51178/jesa.v2i3.218>.
2 Abd Hannan and Zainuddin Syarif, ‘Konservatisme vs. Moderatisme:

Kontestasi Pemikiran Keagamaan Kontemporer Di Kalangan Ormas Islam Lokal


Di Madura, Indonesia’, Fikrah, 10.2 (2022), 329
<https://doi.org/10.21043/fikrah.v10i2.16475>.

6
kaum yang tidak ikut campur dalam pertentangan tersebut dan mengambil
sikap menyerahkan penentuan kafir atau tidaknya orang-orang yang
bertentangan tersebut kepada Allah. Ada beberapa teori tentang
kemunculan Murji’ah. Teori pertama mengatakan bahwa gagsan irja atau
arja’a dikembangkan oleh sebagian sahabat untuk menjamin persatuan dan
kesatuan umat Isam ketika terjadi pertikaian politik antara Khawarij dan
Syi’ah. Diperkirakan Murji’ah muncul bersamaan dengan kemunculan
Khawarij dan Syiah. Teori lain mengatakan bahwa Murji’ah muncul
pertama kali sebagai gerakan politik oleh cucu Ali, yaitu Al-Hasn bin
Muhammad Al-Hanafiyah, sekitar tahun 695. Teori lain menceritakan
bahwa ketika terjadi perseteruan antara Ali dan Muawiyah, dilakukan
tahkim (arbitrase) atas usulan Amr bin Ash 3, 4seorang kaki tangan
Muawiyah. Kelompok Ali terpecah menjadi dua kubu, kubu yang pro dan
kubu yang kontra. Kubu yang kontra akhirya keluar dari Ali, yakni kaum
Khawarij. Mereka berpendapat bahwa tahkim merupakan dosa besar dan
orang yang melaksanakanya termasuk orang yang kafir. Pendapat ini
ditentang oleh kaum Murj’ah.

Di bidang politik, doktrin irja diimplementasikan dengan sikap politik


netral atau nonblok. Adapun di bidang teologis doktrin irja dikembangkan
Murji’ah ketika menanggapi persolan-persoalan teologis yang muncul saat
itu. Pada perkembangan berikutnya, persoalan-persoalan yang
ditanggapinya menjadi semakin kompleks sehingga mencakup iman,
kufur, dosa besar dan ringan, tauhid, tafsir Al-Quran, eskatologi,
pengampunan dosa besar, kemaksuman nabi, hukuman atas dosa, ada yang
kafir di kalangam generasi awal Islam, tobat, hakikat Al-Quran, nama dan
sifat Allah, serta ketentuan Tuhan.

Doktrin teologi Murji’ah menurut Harun Nasution menyebutkan empat


ajaran pokok, yaitu :

3
Hasibuan.
4 Hannan and Syarif.

7
1. Menunda hukuman atas Ali, Muawiyah, Amr Bin Ash, dan Abu Musa
Al-Asy’ary yang terlibat tahkim dan menyerahkan kepada Allah di hari
kiamat kelak.

2. Menyerahkan keputusan kepada Allah atas orang muslim yang berdosa


besar.

3. Meletakan (pentingnya) iman daripada amal.

4. Memperbaiki pengharapan kepada muslim yang berdosa besar untuk


memperoleh ampunan dan rahmat Allah

Untuk Murji’ah moderat berpendapat bahwa orang - orang Islam yang


berbuat dosa besar tetap mukmin tidak menjadi kafir. Karena itu tidak
kekal di dalam neraka (Syahrastani : 146), tetapi kalaulah mereka dihukum
sesuai dengan besarnya dosa yang mereka lakukan dan setelah itu mereka
masuk surga. Ada kemungkinan jika 5 Tuhan mengampuni dosa mereka
tidak akan masuk neraka sama sekali. (Abu Zahrah; 205).

Pengertian iman umumnya ialah pengakuan tentang Tuhan dan RasulNya


dan dengan segala apa yang datang dari Tuhan dan Rasulnya. 6 Mereka
menyakini iman itu tidak bertambah dan tidak berkurang dan tidak
terdapat perbedaan antara manusia dalam hal iman. Harun Nasution
menganalisa bahwa faham tersebut mengandung konsekuensi logis bahwa
iman semua orang Islam sama? baik berdosa besar maupun berdosa kecil.
Konklusi ini akan membawa pada gagasan bahwa perbuatan kurang
penting atau bahkan tidak terpengaruh kepada iman. Dari kalangan
Murji’ah moderat juga umumnya berpendapat bahwa selama seseorang
masih bersyahadat, maka orang demikian itu tetap dikatakan islam, dosa
yang dilakukannya sekalipun dosa besar tidak akan membuat dia keluar

5
Fadilatul Husna and others, ‘Husna, Fadilatul Lubis, Fatimah Wardani,
Sukma Fatia, Sri A’, Journal on Education, 5.2 (2023), 2904–7.
6 Ilham Ilham, ‘Aliran-Aliran Khawarij Dan Pemikirannya’, Jurnal Mimbar:

Media Intelektual Muslim Dan Bimbingan Rohani, 5.2 (2019), 117–26


<https://doi.org/10.47435/mimbar.v5i2.806>.

8
dari islam dan akan masuk surga. Diantara sederetan nama - nama yang
termasuk kepada golongan Murji’ah moderat antara lain :

1. Hasan ibn Muhammad ibn Ali ibn Abi Thalib;

2. Abu Hanifah’

3. Abu Yusuf’

4. Said ibn Zubair;

5. Hammad ibn Ali Sulaiman ( Abu Zahrah dalam Harun : 1986:25)

B. Pemikiran dan Ajaran Sekte Murji’ah

Kemunculan sekte-sekte dalam kelompok Murji‘ah tampaknya dipicu


oleh perbedaan-pendapat (bahkan dalam hal intensitas) di kalangan para
pendukung Murji‘ah sendiri. Dalam hal ini terdapat problem yang cukup
mendasar ketika pengamat mengklasifikasikan sekte-sekte 7
Murji‘ah.
Wahbah al Zuhailī mengatakan terdapat sekte-sekte kelompok Murjiah
antara lain :

1. Murji’ah Sunnah Kelompok ini adalah yang meyakini bahwa para


pelaku dosa akan dibalas sesuai dengan kadar dosa yang telah dia lakukan,
mereka tidak kekal di nereka dan boleh saja Allah mengampuni mereka,
sebagaimana firman Allah:” Demikianlah keutamaan yang Allah berikan
kepada siapa saja yang Allah kehendaki”

2. Murji’ah Bi’dah Mereka inilah yang disebut 8dalam banyak istilah


Murji’ah. Adapun ulama Al Firaq menyimpulkan beberapa kelompok
Murji’ah:

7
Ilham.
8
Ahmad Khoirul Fata, ‘Liberalisme Islam Di Indonesia: Gagasan Dan
Tanggapan Tentang Pluralisme Agama’, 5.2 (2006), 16–42.

9
a) Murji’ah Al Jabariah: mereka adalah pengikut Jaham bin Sofwan,
mereka inilah yang berpendapat bahwa keimanan hanya pengetahuan
dalam hati, dosa tidak akan pernah mempengaruhi keimanan, dan
bahwasanya pengucapan dengan lisan dan amalan soleh bukanlah bagian
dari iman.

b) Murji’ah Al Qadariyah: mereka 9adalah kelompok yang dipimpin oleh


Gilan Ad Dimisqi yang juga dijuluki Al Gilaniyah. c) Murjiah Al
Khalisah: mereka adalah kelompok yang para ulama masih berselisih
penamaan mereka

d) Murjiah Al Karramiyah: Pengikut Muhammad bin Karram, mereka


berpendapat, bahwa keimanan adalah pengucapan dengan lisan, dan
pembuktian dengan lisan, dan keimanan tidak membutuhkan persaksian
hati.

e) Murjiah Al Khawarij: mereka ini adalah kelompok yang mirip dengan


salah satu kelompok Sufi, yang berpemahaman bahwa kami tidak
memberikan hukum apapun kepada para pelaku dosa besar

Secara umum, pokok ajaran dari Murji’ah dapat dilihat dari beberapa
pendapatnya, sebagai berikut:

1. Rukun iman ada dua, yaitu: iman kepada Allah dan iman kepada utusan
Allah.

2. Orang yang berbuat dosa besar tetap mukmin selama ia telah beriman,
dan bila meninggal dunia dalam keadaan berdosa, maka segala
ketentuannya tergantung Allah di akhirat kelak.

9
Amir Hamzah Amir and Asriadi Asriadi, ‘Gerakan Dan Dakwah Islam
(Peran Murji’ah Dalam Membangun Peradaban Islam)’, Jurnal Mimbar: Media
Intelektual Muslim Dan Bimbingan Rohani, 6.1 (2020), 73–85
<https://doi.org/10.47435/mimbar.v6i1.375>.

10
3. Perbuatan kemaksiatan tidak berdampak apa pun terhadap orang bila
telah beriman.

4. Perbuatan kebajikan tidak berarti apa pun apabila dilakukan di saat


kafir. Ini berarti perbuatan-perbuatan baik tidak dapat menghapuskan
kekafirannya dan bila telah muslim tidak juga bermanfaat, karena
melakukannya sebelum masuk Islam.

5. Golongan Murji‗ah tidak mau mengkafirkan orang yang telah masuk


Islam, sekalipun orang tersebut zalim, berbuat maksiat dan lain-lain, sebab
mereka mempunyai keyakinan bahwa dosa sebesar apa pun tidak dapat
memengaruhi keimanan seseorang selama orang tersebut masih muslim.
Golongan Murji‗ah tidak mau mengkafirkan orang yang telah masuk Islam,
sekalipun orang tersebut zalim, berbuat maksiat dan lain-lain, sebab mereka
mempunyai keyakinan bahwa dosa sebesar apa pun tidak dapat
memengaruhi keimanan seseorang selama orang tersebut masih muslim.
Murji'ah mengajukan pandangan yang kontroversial dalam hal dosa besar.
Menurut mereka, seorang Muslim yang melakukan dosa besar tidak secara
langsung dianggap sebagai kafir. Perspektif ini berfokus pada konsep
penangguhan hukuman terhadap perbuatan manusia.

‫ض ٰل اًل ۢ بَ ِع ْيد اا‬


َ ‫ض َّل‬ ِ ‫ّٰللا ََل يَ ْغ ِف ُر ا َ ْن يُّ ْش َركَ ِب ٖه َو َي ْغ ِف ُر َما د ُْونَ ٰذلِكَ ِل َم ْن يَّش َۤا ُء ۗ َو َم ْن يُّ ْش ِر ْك ِب ه‬
َ ‫اّٰلل فَقَ ْد‬ َ ‫ا َِّن ه‬

"Allah tidak akan mengampuni dosa syirik (mempersekutukan Allah dengan


sesuatu), dan Dia mengampuni dosa selain itu bagi siapa yang Dia
kehendaki. Dan barangsiapa mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah,
maka sungguh, dia telah tersesat jauh sekali." (QS. An-Nisa' Ayat 116)

Dalam pandangan golongan Murji'ah, hanya Allah yang memiliki hak untuk
memberikan hukuman di akhirat. Pandangan ini mencerminkan keyakinan
bahwa pengampunan dan hukuman di tangan Allah memiliki dimensi yang
lebih luas dan kompleks.

11
6. Aliran Murji‗ah juga menganggap bahwa orang yang lahirnya terlihat
atau menampakkan kekufuran, namun bila batinnya tidak, maka orang
tersebut tidak dapat dihukum kafir, sebab penilaian kafir atau tiaknya
seseorang itu tidak dilihat dari segi lahirnya namun tergantung batinnya.
Sebab ketentuan ada pada i‗tiqad seseorang dan bukan segi lahiriahnya
(Burhanuddin, 2016). Dari 10uraian diatas dapat disimpulkan bahwa orang
berdosa besar bukanlah kafir, dan tidaklah kekal dalam neraka, orang-orang
demikian adalah mukmin dan akhirnya akan masuk surga. Hal senada
diungkapkan tokoh Maturidiyah “al-Bazdawi” dalam Harun (1998 29)
sebagai berikut iman adalah kepercayaan dalam hati yang dinyatakan
dengan lisan. Kepatuhan - Kepatuhan pada perintah Tuhan merupakan
akibat dari kepercayaan atau iman, orang meninggalkan kepatuhan pada
Tuhan bukanlah kafir, orang berdosa besar tidak akan kekal dalam neraka
sungguhpun ia meninggal dunia sebelum taubat, nasibnya di akhirat terletak
pada kehendak Allah; orang demikian mungkin memperoleh dan masuk
surga mungkin pada dasarnya tidak diampuni dan oleh karena itu
dimasukkan ke dalam surga. Adapun orang yang berdosa kecil dosa-dosa
dosa kecilnya akan dihapus oleh kebaikan, shalat dan kewajiban-kewajiban
lain yang dijalankan, dengan demikian dosa-dosa besar tidak membuat
menjadi kafir dan tidak membuat seseorang keluar dari iman, iman
merupakan jaminan bagi seseorang untuk masuk surga dan kepatuhan
kepada Tuhanlah yang menentukan derajat yang akan diperoleh seseorang
didalamnya, dengan kata lain al-Bazdawi adalah kunci untuk masuk surga,
sedang anak akan menentukan tingkatan yang dimasuk seseorang dalam
surga , kalau amal banyak tingkatan yang akan diperolehnya tinggi, tetapi
jika amal baiknya sedikit derajat yang akan diperolehnya rendah. Pada
bagian akhir dari pembagian sekte ini nampaknya tidak ada salahnya kita
singgung sedikit peristilahan Murji’ah yang dikaitkan dengan aliran lain.

10 Amir and Asriadi.

12
Nampaknya peristilahan ini karena terdapatnya kecendrungan faham
Murji’ah yang beraliansi dengan faham lain, seperti dicontohkan di depan
bagaimana beberapa butir faham Murji’ah moderat meresap pada aliran-
aliran Ahl-al Sunnah.

13
BAB III
PENUTUP

A.Kesimpulan

Kelompok Murji’ah muncul pertama kali pada masa sahabat yaitu di


akhir pemerintahan Uṡmān bin Affān, setelah tersebarnya berita akan
adanya sebagian kelompok yang ingin menurunkan dari tampuk
kepemimpinan, dan munculnya fitnah, yang menyebabkan terbunuhnya
Uṡmān, sebagian sahabat Rasulullah menarik diri dari pertikaan yang
terjadi. Konsep Murjiah adalah sekali beriman akan tetap beriman
selamalamanya, walaupun orang tersebut melakukan hal-hal yang bisa
mengeluarkannya dari Islam. Setiap kelompok yang muncul begitu
mudahnya terpecah, hanya karena permasalahn sepeleh. Setiap kelompok
memiliki pemimpin dan prinsip masing-masing.

14
DAFTAR PUSTAKA

Harun Nasution ( 1986) Teologi Islam Aliran – aliran Sejarah Analisa


Perbandingan, UI Press, Jakarta.

Amir, Amir Hamzah, and Asriadi Asriadi, ‘Gerakan Dan Dakwah Islam (Peran
Murji’ah Dalam Membangun Peradaban Islam)’, Jurnal Mimbar: Media
Intelektual Muslim Dan Bimbingan Rohani, 6.1 (2020), 73–85
<https://doi.org/10.47435/mimbar.v6i1.375>

Fata, Ahmad Khoirul, ‘Liberalisme Islam Di Indonesia: Gagasan Dan Tanggapan


Tentang Pluralisme Agama’, 5.2 (2006), 16–42

Hannan, Abd, and Zainuddin Syarif, ‘Konservatisme vs. Moderatisme: Kontestasi


Pemikiran Keagamaan Kontemporer Di Kalangan Ormas Islam Lokal Di
Madura, Indonesia’, Fikrah, 10.2 (2022), 329
<https://doi.org/10.21043/fikrah.v10i2.16475>

Hasibuan, Ishak, ‘Teologi Pemikiran Klasik Mu’tazilah Dan Murji’ah’, Ability:


Journal of Education and Social Analysis, 2.3 (2021), 52–64
<https://doi.org/10.51178/jesa.v2i3.218>

Husna, Fadilatul, Fatimah Lubis, Sukma Wardani, and Sri Al Fatia, ‘Husna,
Fadilatul Lubis, Fatimah Wardani, Sukma Fatia, Sri A’, Journal on
Education, 5.2 (2023), 2904–7

Ilham, Ilham, ‘Aliran-Aliran Khawarij Dan Pemikirannya’, Jurnal Mimbar: Media


Intelektual Muslim Dan Bimbingan Rohani, 5.2 (2019), 117–26
<https://doi.org/10.47435/mimbar.v5i2.806>

15

Anda mungkin juga menyukai