Anda di halaman 1dari 12

ALIRAN-ALIRAN ILMU KALAM

ALIRAN MURJI'AH

MATA PELAJARAN AKIDAH AKHLAK


DISUSUN OLEH:
Muhammad Rizky
Muhammad Jopari
Isnaini Zahra

MADRASAH ALIYAH NEGERI 2 BANJAR


KABUPATEN BANJAR
2023/2024

I
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa


yang telah menganugerahkan banyak nikmat sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul "Aliran-Aliran
Ilmu Kalam Aliran Murji'ah".
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu untuk
menambah ilmu pengetahuan tentang Aliran Murji'ah bagi
Penulis.
Bagi kami sebagai penulis merasa bahwa masih banyak
kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena
keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Martapura, 9 Agustus 2023

II
Daftar Isi............................................................................................................................................
Kata Pengantar........................................................................................................................................
Daftar Isi....................................................................................................................................................
Bab I. Pendahuluan
A. Latar Belakang...............................................................................................................
B. Batasan Masalah...........................................................................................................
C.Tujuan Penulisan............................................................................................................
Bab II. Pembahasan
A. Sejarah Aliran Murji'ah...........................................................................................
B. Pokok-Pokok Ajaran Murji'ah................................................................................
C. Tokoh-Tokoh Aliran Murji'ah.................................................................................

Bab III. Penutup


A. Kesimpulan .......................................................................................................................

B. Saran......................................................................................................................................

III
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Murji’ah merupakan aliran Theologi Islam yang netral atau menangguhkan
dan memberi pengharapan terhadap umat yang melakukan dosa besar, munculnya
aliran ini pada mulanya ditimbulkan oleh persoalan politik kemudian akhirnya
berkembang menjadi persoalan teologis. Dengan demikian kaum Murji’ah pada
mulanya golongan yang tidak mauturut campur dalam pertentangan yang terjadi
ketika itu dan mengambil sikap menyerahkan penentuan hukum kafir atau tidak
kafir. Tulisan ini akan menguraikan atau membahas bagaimana munculnya
Aliran Murji’ah, Sejarah munculnya Murji’ah, tokoh-tokoh serta pokok-pokok
ajarannya.

B. Batasan Masalah
1. Apa itu Murji'ah
2. Sejarah Aliran Murji'ah
3. Pokok-pokok ajaran Aliran Murji'ah
4. Tokoh-tokoh Aliran Murji'ah

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa itu Aliran Murji'ah
2. Untuk mengetahui sejarah Aliran Murji'ah
3. Untuk mengetahui siapa saja tokoh-tokohnya

IV
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Aliran Murji'ah


Murji'ah berasal dari kata irfa atau arja'a yang memiliki dua makna yaitu
mengakhirkan atau menangguhkan dan memberikan harapan. Sedangkan
pengertian Murji'ah sendiri adalah penangguhan vonis hukuman atas perbuatan
seseorang sampi di pengadilan Allah SWT kelak.
Golongan Murji'ah pertama kali lahir di Damaskus pada akhir abad pertama
Hijriah. Kemunculan aliran Murji'ah dilatarbelakangi adanya permasalahan
politik dan ke-Tuhanan.
Asal-usul aliran Murji'ah dapat dibagi menjadi dua sebab, yaitu: 1.
Permasalahan Politik
Munculnya aliran Murji'ah dilatarbelakangi oleh persoalan politik, yaitu
soal kekhalifahan. Setelah terbunuhnya khalifah Usman bin Affan, umat Islam
terpecah kedalam dua kelompok besar yaitu kelompok Ali bin Abi Thalib dan
Mu'awiyah.. Kelompok Ali kemudian terpecah juga kedalam dua golongan yaitu
yang setia membela Ali (disebut Syiah) dan golongan yang keluar dari barisan
Ali (disebut Khawarij). Ketika terjadi pertikaian antara Ali dan Mu'awiyah,
dilakukan tahkim (arbitrase) atas usulan Amr bin Ash, seorang kaki tangan
Mu'awiyah. Golongan Syi'ah dan Khawarij memandang bahwa tahkim
bertentangan dengan Al-Qur'an, dengan pengertian tidak bertahkim dengan
hukum Allah. Oleh karena itu mereka berpendapat bahwa melakukan tahkim
adalah doa besar, dan pelakunya dapat dihukumi kafir, sama seperti perbuatan

V
dosa besar lain.

Dalam suasana pertentangan inilah timbul suatu golongan baru yang ingin
bersukap netral, tidak mau turut dalam praktek kafir mengkafirkan yang terjadi
antara golongan yang bertentangan ini. Bagi mereka sahabat-sahabat yang
bertentangan ini merupakan orang-orang yang dapat dipercayai dan tidak keluar
dari jalan yang benar. Oleh karena itu mereka tidak mengeluarkan pendapat
siapa sebenarnya yang salah, dan lebih baik menunda (arja'a) yang berarti
penyelesaian persoalan ini di hari perhitungan di depan Tuhan.

2. Permasalahan ke-Tuhanan
Dari permasalahan politik. mereka kamu Murji'ah pindah kepada
permasalahan ketuhanan (teologi) yaitu persoalan dosa besar yang ditimbulkan
kaum Khawarij. Kaum Khawarij menjatuhkan hukum kafir bagi orang yang
membuat dosa besar, sedangkan kaum Murji'ah menjatuhkan hukum mukmin.
Pendapat penjatuhan hukum kafir pada orang yang melakukan dosa besar oleh
kaum Khawarij ditentang oleh kaum Murji'ah yang mengatakan bahwa pembuat
dosa besar tetap mukmin, tidak kafir, sementara dosanya diserahkan kepada
Allah SWT, apakah Dia akan mengampuninya atau tidak.

Aliran Murji'ah menangguhkan penilaian terhadap orang-orang yang


terlibat dalam peristiwa tahkim itu dihadapan Tuhan, karena hanya Tuhan-lah
yang mengetahui keadaan iman seseorang. Demikian pula orang mukmin yang
melakukan dosa dianggap mukmin dihadapan mereka. Orang mukmin yang
dianggap melakukan dosa besar itu dianggap tetap mengakui bahwa tiada Tuhan
selain Allah dan Nabi Muhammad SAW sebagai rasul-Nya. Dengan kata lain
bahwa orang mukmin sekalipun melakukan dosa besar masih tetap mengucapkan

VI
dua kalimat syahadat yang menjadi dasar utama dari iman. Oleh karena itu
orang tersebut masih mukmin, bukan kafir.

Pandangan golongan ini dapat terlihat dari kata Murji'ah itu sendiri yang
berasal dari kata arja'a yang berarti orang yang menangguhkan, mengakhirkan
dan memberikan harapan. Menangguhkan berarti bahwa mereka menunda soal
peyiksaan seseorang ditangan Tuhan, yakni jika Tuhan mau memaafkan ia akan
langsung masuk surga. Sedangkan jika tidak, maka ia akan disiksa sesuai dengan
dosanya, setelahnya ia akan dimasukkan ke surga. Dan mengakhirkkan
dimaksudkan karena mereka memandang bahan perbuatan atau amal sebagai hal
yang nomor dua bukan pertama. Selanjutnya, kata menangguhkan dimaksudkan
karena mereka menangguhkan keputusan hukum bagi orang-orang yang
melakukan dosa dihadapan Tuhan.

Golongan Murji'ah berpendapat bahwa yang terpenting dalam kehidupan


beragama adalah aspek iman dan kemudian amal. Jika seseorang masih beriman
berarti dia tetap mukmin, buka kafir meskipun ia melakukan dosa besar. Adapun
hukuman bagi dosan besar itu terserah kepada Tuhan, akan diampuni atau tidak.
Pendapat ini menjadi doktrin ajaran Murji'ah.

3. Kelompok-kelompok dalam Aliran Murji'ah


Sekte-sekte dalam kelompok Murji'ah dipicu oleh perbedaan pendapat
dikalangan para pendukung Murji'ah sendiri. Dalam hal ini, terdapat masalah
yang cukup mendasar ketika para pengamat mengklasifikasikan sekte-sekte
Murji'ah. Pada umumnya kaum Murji'ah digolongkan menjadi dua golongan besar
yaitu golongan moderat dan golongan ekstrim.

VII
a. Golongan Moderat
Golongan moderat berpendapat bahwa orang yang berdosa besar bukanlah
kafir dan tidak kekal dalam neraka. Tetapi akan dihukum dalam neraka sesuai
dengan besarnya dosa yang pernah dilakukannya, kemudian setelah menjalani
hukuman ia akan keluar dari neraka. Dan ada juga kemungkinan bahwa Tuhan
akan mengampuni dosanya, oleh karena itu tidak akan masuk neraka sama sekali.

b. Golongan Ekstrim
Golongan ekstim ialah golongan bahwa iman adalah keyakinan di dalam hati.
Apabila seseorang di hatinya telah meyakini apabila tidak ada Tuhan selain
Allah dan Nabi Muhammad adalah utusan-Nya, meskipun ia menyatakan kekafiran
dengan lidah, menyembah berhala, memuja salib, mengakui trinitas. kemudian
mati, orang ini tetap mukmin yang sempurna imannya disisi Allah dan ia
termasuk golongan ahli surga.

Golongan ekstrim terpecah menjadi beberapa golongan, yaitu:

1. Golongan al-Jamiyah yang dipelopori oleh Jahm Ibn Sofwan. Golongan ini
berpendapat bahwa orang Islam yang percaya pada Tuhan, kemudian menyatakan
kekufurannya secara lisan tidaklah menjadi kafir, karena kafir dan iman
tempatnya bukan dalam bagian tubuh manusia melainkan dalam hati. Golongan
ini juga meyakini bahwa surge dan neraka tidak abadi, karena keabadian hanya
bagi Allah SWT.

2. Golongan Ash-Shalihiyah dengan tokohnya Abu Hasan as-Salihi. Sama


seperti pendapat al-Jahimiyah, golongan ini berkeyakinan bahwa iman semata-

VIII
mata makrifat (mengetahui) kepada Allah SWT, sedangkan kafir tidak
mengetahui Allah SWT. Iman dan kafir tidak dapat bertambah dan berkurang.
Menurut mereka, sholat bukan merupakan ibadah kepada Tuhan, karena yang
disebut ibadah itu adalah iman kepada Allah dalam arti mengetahuin Tuhan.

3. Golongan al-Yunusiah pengikut Ibn an-Namiri. Golongan ini berpendapat

bahwa iman adalah totalitas dari pengetahuantentang Tuhan, kerendahan


hati, dan tidak takabur. Kafir adalah kebalikan dari itu. Iblis dikatakan kafir
bukan karena tidak percaya pada Tuhan, melainkan ketakaburannya. Mereka juga
percaya bahwa perbuatan jahat dan maksiat sama sekali tidak merusak iman.

4. Golongan al-Ubaidiyah yang dipelopori oleh Ubaid al-Maktaib.


Pendapatnya pada dasarnya sama dengan golongan al-Yunusiyah. Sekte ini
berpendapat bahwa jika seseorag meninggal dunia dalam keadaan beriman
semua dosa dan perbuatan jahatnya tidak akan merugikannya.

5. Golongan al-Gailaniyah yang dipelopori oleh Gailan al-Dimas Yaqi.


Berpendapat bahwa iman adalah makrifat (mengetahui) kepada Allah SWT
melalui nalar dan menunjukkan sikap mahabah (cinta) dan tunduk kepadanya.

6. Golongan al-Saubaniyah yang dipimpin oleh Abu Sauban. Prinsip


ajarannya sama dengan sekte al-Gailaniyah, namun mereka menambahkan bahwa
yang termasuk iman adalah mengetahui dan mengakui adanya kewajiban-
kewajiban yang dapat dikethui akal sebelum datangnya syariat.

7. Golongan al-Marisiyah yang dipelopori oleh Bisnyar al-Marisi.

IX
Berpendapat bahwa iman disamping meyakini dalam hati bahwa tiada Tuhan
selain Allah SWT dan Muhammad SAW itu rasul-Nya, juga harus diucapkan
secara lisan. Jika tidak diyakini dalam hati dan diucapkan degan lisan, maka
bukan iman namanya.

8. Golongan al-Karaniyah yang dipelopori oleh Muhammad Ibn Karram.


Berpendapat bahwa iman adalah pegakuan secara lisan dan kufur adalah
pengingkaran secara lisan.

9. Golongan al-Khasaniyah. Golongan ini berpendapat jika seseorang


mengatakan "saya tahu bahwa Tuhan melarang makan babi, tetapi saya tak tahu
apakah babi yang diharamkan itu adalah kambing ini", orang yang demikian tetap
mukmin dan bukan kafir.

B. Pokok-pokok ajaran Murji'ah


Ajaran pokok Murji'ah pada dasarnya bersumber dari gagasan atau doktrin- dokrtin irja'a
yang diaplikasikan kedalam banyak persoalan, baik persoalan politik maupun persoalan
teologis. Di bidang politik, doktrin irja'a diimplementasikan dengan sikap politik netral atau
nonblok yang hampir selalu diekspresikan dengan sikap diam. Itulah sebabnya, kelompok
Mur'jiah dikenal pula dengan The Queitists (kelompok bungkam). Sikap ini akhirnya
berimplikasi jauh sehingga membuat Murji'ah selalu diam dalam persoalan politik. Secara
umun kelompok Murji'ah menyusun teori-teori keagamaan yang independen sebagai dasar
gerakannya dengan intisarinya sebagai berikut:

1. Iman
Adalah cukup dengan mengetahui dan percaya kepada Allah dan rasul- Nya saja. Adapun
amal atau perbuatan tidak merupakan keharusan bagai adanya iman. Berdasarkan hal ini
seseorang tetap dianggap mukmin walaupun ia meninggalkan apa yang difardhukan kepadanya
dan melakukan perbuatan- perbuatan dosa besar.

X
2. Dasar keselamatan
Adalah iman semata-mata. Selama masih ada iman dihati, maka setiap maksiat tidak akan
mendatangkan kemudharatan ataupun gangguan atas diri seseorang. Untuk mendapatkan
pengampunan, manusia hanya cukup dengan menjauhkan diri dari syirik dan mati dalam
keaadan akidah tauhid.

Menurut Harun Nasution dalam Anwar menyebutkan bahwa ajaran pokok dalam aliran Murjia
ada empat yang mana sebagai berikut :

a. Menunda hukuman atas Ali, Muawiyah, Amr bin Ash, dan Abu Musa al- Asyari yang terlibat
tahkim dan menyerahkan kepada Allah dihari kiamat kelak.
b. Menyerahkan keputusan kepada Allah atas orang muslim yang berdosa besar.
c. Meletakkan (pentingnya) iman daripada amal.
d. Memberikan pengharapan kepada muslim yang berdosa besar untuk memperoleh ampunan
dan rahmat dari Allah.

C. Tokoh-tokoh Aliran Murji'ah


Tokoh Aliran Murji'ah.
1) Abu Hasan ash-Shalihi
2) Yunus bin an-Namiri
3) Ubaid al-Muktaib
4) Ghailan ad-Dimasyq
5) Bisyar al-Marisi
6) Muhammad bin Karram

XI
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dalam aliran Murji'ah yang terpenting dalam kehidupan beragama adalah
aspek iman dan kemudian amal. Jika seseorang masih beriman, berarti dia tetap
mukmin bukan kafir meskipun ia melakukan dosa besar. Adapun hukuman bagi
dosa besar itu terserah kepada Tuhan, akan diampuni atau tidak. Dan dikatakan
Murji'ah karena ada sekelompok orang yang menyatakan diri tidak ingin terlibat
dalam pertentangan politik yang terjadi antara Ali dan Mu'awiyah.

B. Saran
Agar lebih memahami isi dari makalah kami tentang Aliran Murjiah para
pembaca bisa mengeksplor kembali lewat buku-buku yang membahas tentang Imu
Kalam atau dapat mencari refrensi dari internet.

XII

Anda mungkin juga menyukai