Anda di halaman 1dari 8

SEJARAH DAN PEMIKIRAN

KALAM ALIRAN
MURJI’AH
Di susun oleh :
Tita Sumiati
Nenden Hayati
Nuri Handayani
Encep abdul rohman
rega
A. Latar Belakang

Aliran Murji’ah merupakan salah satu aliran yang dipelajari dalam Teologi Islam.Munculnya aliran
ini dilatarbelakangi oleh persoalan politik, yaitu soal khalifah (kekhalifahan).Setelah terbunuhnya
khalifah Usman ibn Affan, umat Islam terpecah kedalam dua kelompok besar, yaitu kelompok Ali
dan Mu’awiyah. Kelompok Ali lalu terpecah pula kedalam dua golongan yaitu golongan yang setia
membela Ali (disebut Syiah) dan golongan yang keluar dari barisan Ali (disebut Khawarij).

Ketika berhasil mengungguli dua kelompok lainnya, yaitu Syiah dan Khawarij dalam merebut
kekuasaan, kelompok Mu’awiyah lalu membentuk dinasti Umaiyah. Syiah dan Khawarij bersama-
sama menentang kekuasaannya. Syiah menentang Mu’awiyah karena menuduh Mu’awiyah merebut
kekuasaan yang seharusnya milik Ali dan keturunannya.
B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana asal usul Aliran Murji’ah?


2. Bagaimana sekte-sekte pada Aliran Murji’ah?
3. Bagaimana perkembangan Aliran Murji’ah?
4. Apa Kelebihan dan kekurangan Aliran
Murji’ah?
1. Asal-Usul Kemunculan Aliran Murji’ah

Asal-usul kemunculan kelompok Murji’ah dapat dibagi menjadi 2 sebab yaitu :


A. Permasalahan Politik
Ketika terjadi pertikaian antara Ali dan Mu’awiyah, dilakukanlah tahkim (arbitrase) atas usulan Amr bin Ash,
seorang kaki tangan Mu’awiyah.Kelompok Ali terpecah menjadi 2 kubu, yang pro dan kontra.Mereka
memandang bahwa tahkim bertentangan dengan AlQur’an, dengan pengertian, tidak ber-tahkim dengan hukum
Allah. Oleh karena itu mereka berpendapat bahwa melakukan tahkim adalah dosa besar, dan pelakunya dapat
dihukumi kafir, sama seperti perbuatan dosa besar yang lain.
Seperti yang telah disebutkan di atas Kaum khawarij, pada mulanya adalah penyokong Ali bin Abi
thalib tetapi kemudian berbalik menjadi musuhnya. Karena ada perlawanan ini, pendukung-pendukung
yang tetap setia pada Ali bin Abi Thalib bertambah keras dan kuat membelanya dan akhirnya mereka
merupakan golongan lain dalam islam yang dikenal dengan nama Syi’ah.
Dalam suasana pertentangan inilah, timbul suatu golongan baru yang ingin bersikap netral tidak mau
turut dalam praktek kafir mengkafirkan yang terjadi antara golongan yang bertentangan ini.Bagi
mereka sahabat-sahabat yang bertentangan ini merupakan orang-orang yang dapat dipercayai dan tidak
keluar dari jalan yang benar. Oleh karena itu mereka tidak mengeluarkan pendapat siapa sebenarnya
yang salah, dan lebih baik menunda (arja’a) yang berarti penyelesaian persoalan ini di hari perhitungan
di depan Tuhan.
b. Permasalahan Ke-Tuhanan

Dari permasalahan politik, mereka kaum Mur’jiah pindah kepada permasalahan ketuhanan
(teologi) yaitu menjatuhkan hukum mukmin. Pendapat penjatuhan hukum kafir pada orang yang
melakukan dosa besar oleh kaum Khawarij ditentang sekelompok sahabat yang kemudian disebut
Mur’jiah yang mengatakan bahwa pembuat dosa besar tetap mukmin, tidak kafir, sementara
dosanya diserahkan kepada Allah, apakah dia akan mengampuninya atau tidak.

Aliran Murji’ah menangguhkan penilaian terhadap orang-orang yang terlibat dalam peristiwa tahkim itu
di hadapan Tuhan, karena hanya Tuhan-lah yang mengetahui keadaan iman seseorang. Demikian pula
orang mukmin yang melakukan dosa besar masih di anggap mukmin di hadapan mereka. Orang mukmin
yang melakukan dosar besar itu dianggap tetap mengakui bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Nabi
Muhammad sebagai Rasul-Nya. Dengan kata lain bahwa orang mukmin sekalipun melakukan dosa besar
masih tetap mengucapkan dua kalimat syahadat yang menjadi dasar utama dari iman. Oleh karena itu,
orang tersebut masih tetap mukmin, bukan kafir.
2. Sekte-Sekte Murji’ah
Harun Nasution secara garis besar mengklasifikasikan murji’ah menjadi dua sekte, yaitu golongan moderat dan golongan
ekstrim.Murji’ah moderat berpendirian bahwa pendosa besar tetap mukmin, tidak kafir, tidak pula kekal di dalam neraka.
Mereka di siksa sebesar dosanya, dan bila di ampuni oleh Allah sehingga tidak masuk neraka sama sekali.
Harun nasution menyebutkan bahwa subsekte murji’ah yang ekstrim adalah yang berpandangan bahwa keimanan terletak
didalam kalbu. Adapun ucapan dan perbuatan tidak selamanya menggambarkan apa yang ada didalam kalbu. Oleh karena
itu, segala ucapan dan perbuatan seseorang yang menyimpang dari kaidah agama tidak berarti menggeser atau merusak
keimanannya, bahkan keimanannya masih sempurna dalam pandangan Tuhan.
3. Perkembangan Aliran Murjiah
Aliran Murji’ah ini sangat berkembang sangat subur pada masa pemerintahan Dinasti Bani Umayyah. Aliran ini tidak
memberontak pada pemerintah, karena bersifat netral dan tidak memusuhi pemerintah yang sah. Dalam
perkembangan yang berikutnya, lambat laun aliran ini tidak mempunyai bentuk lagi. Bahkan beberapa jajarannya
diakui oleh aliran kalam yang berikutnya.
Sebagai aliran yang berdiri sendiri, gologngan Murji’ah modern telah hilang dalam sejarah dan ajaran-ajaran mereka
mengenai iman, kufr, dan dosa besar masuk ke dalam aliran Ahli Sunnah Wal Jama’ah. Sementara itu, golongan
Murji’ah ekstrim pun sudah hilang dan tidak ditemui lagi sekarang. Namun ajaan-ajarannya yang ekstrim itu masih
didapati pada sebagaian umat Islam yang menjalankan ajaran-ajarannya. Kemungkinan merek tidak sadar bahwa
mereka sebenarnya mengikuti ajaran-ajaran golongan Murji’ah.
4. Kelebihan dan Kekurangan Aliran Murji’ah

• Kelebihan dari aliran ini adalah golongan ini tidak akan memudaratkan perbuatan maksiat itu
terhadap keimanan. Demikian juga sebaliknya, “tidaklah akan memberi manfaat dan memberi
faedah ketaatan seseorang terhadap kekafirannya”. Artinya, tidaklah akan berguna dan tidaklah
akan diberi pahala perbuatan baik yang dilakukan oleh orang kafir. Maka dari itu, mereka tidak
mau mengkafirkan seseorang yang telah masuk Islam, sebab golongan ini sagat mementingakan
kewajiban sesama manusia.
• Kekurangan aliran ini adalah lebih mementingkan urusan dunia dari pada akhirat.Karena
menurut mereka, iman adalah mengetahui dan mengakui sesuatu yang menurut akal wajib
dikerjakan.Berarti, kelompok ini mengakui adanya kewajiban-kewajiban yang dapat diketahui
akal sebelum datangnya syariat.
D. Kesimpulan

• Dari beberapa pendapat yang telah disampaikan diatas bahwa aliran


Murji’ah yang terpenting dalam kehidupan beragama adalah aspek iman
dan kemudian amal. Jika seseorang masih beriman, berarti dia tetap
mukmin, bukan kafir walaupun ia melakukan dosa besar. Adapun hukuman
bagi dosa besar itu terserah kepada Tuhan, akan diampuni atau tidak. Dan
dikatakan Murji’ah karena ada sekelompok orang yang menyatakan diri
tidak ingin terlibat dalam pertentangan politik yang terjadi antara Ali dan
Mu’awiyah.

Anda mungkin juga menyukai