0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
55 tayangan12 halaman
Aliran Murji'ah muncul pada abad pertama Hijriah akibat konflik kekhalifahan antara Ali dan Muawiyah. Mereka menunda hukuman dosa besar hingga hari kiamat dan menekankan bahwa iman adalah mengenal Allah dan Rasul-Nya, bukan perbuatan. Mereka tidak ikut campur urusan politik.
Aliran Murji'ah muncul pada abad pertama Hijriah akibat konflik kekhalifahan antara Ali dan Muawiyah. Mereka menunda hukuman dosa besar hingga hari kiamat dan menekankan bahwa iman adalah mengenal Allah dan Rasul-Nya, bukan perbuatan. Mereka tidak ikut campur urusan politik.
Aliran Murji'ah muncul pada abad pertama Hijriah akibat konflik kekhalifahan antara Ali dan Muawiyah. Mereka menunda hukuman dosa besar hingga hari kiamat dan menekankan bahwa iman adalah mengenal Allah dan Rasul-Nya, bukan perbuatan. Mereka tidak ikut campur urusan politik.
Menurut sejarah, berdirinya Murji’ah muncul pada akhir abad
pertama hijrah. Yaitu saat munculnya gejolak konflik soal imamah atau khilafah, pasca terjadinya konflik antara khalifah Ali & Muawiyah dan juga terbunuhnya khalifah Usman bin Affan. Semenjak terbunuhnya Usman bin Affan, konflik yg terjadi antara umat Islam semakin memanas. Konflik terjadi antara pengikut Ali dan kubu Muawiyah lalu diakhiri dengan arbitrase atau tahkim. * Konflik belum mereda. orang-orang Ali yang tidak puas atas keputusan Ali mengambil jalan tahkim dengan muawiyah memilih keluar dan menghukum kedua belah pihak yang bertahkim sebagai kafir dan wajib dibunuh. Mereka dikenal kaum khawarij. Selain itu, ada juga konflik antara sebahagian kelompok Ali dgn Ummul mukminin, Siti Aisyah, yang menuduhnya telah menggerakan perlawanan terhadap Ali sehingga terjadi perang Jamal. Di dalam situasi yang semakin panas dan kompleks ini, lahirlah segolongan umat Islam yang berusaha melepaskan diri serta menjauhkan diri dari pertikaian, tidak mau mencampuri urusan tsb. Kaum ini, apabila menghadapi berbagai masalah, mereka tangguhkan hal tsb ke hadirat Tuhan yang akan menghukumnya dengan adil. Mereka tidak melahirkan sikap politik dalam menghadapi situasi yg terjadi pada waktu itu. PENGERTIAN MURJI’AH
Murji’ah berasal dari kata arja’a yang berarti menunda atau
mengembalikan, memberi penghargaan, menyerahkan, dan membuat sesuatu mengambil tempat di belakang. Dari pengertian itu dapat dipahami bahwa Murji’ah adalah suatu golongan umat Islam yg mempunyai pemahaman menunda dan menyerahkan segala akibat amal perbuatan manusia di hadapan Allah kelak dengan berharap mendapatkan ampunannya. DOKTRIN DAN PAHAM MURJI’AH Lahirnya aliran Murji’ah di pelopori oleh Hasan bin Bilal Al- Muanani, Abu Salat as-Samauan dan Dhirah bin Umar. Pada perkembangannya, di kalangan kaum Murji’ah terjadi perpecahan dan perbedaan pendapat, yg pada garis besarnya terbagi dua golongan yaitu : golongan moderat dan ekstrim. Tokoh Murji’ah moderat adalah Al-Hasan Ibnu Muhammad Ibnu Ali Ibn Abi Thalib, Abu Hanifah, Abu Yusuf dan beberapa ahli hadist. Golongan ini tidak menganggap amal shaleh itu kurang penting meskipun amal shaleh bukan bagian rukun iman. Adapun golongan ekstrim tokohnya antara lain :
Sahwan. Ia berpendapat bahwa orang Islam yang percaya kepada Tuhan kemudian menyatakan dirinya kafir secara lisan, ia tidak menjadi kafir karena iman dan kafir letaknya di dalam hati.
As-Sahihihah, pengikut ajaran Abu Al-Husein Al-Shalihi. Ia
berpendapat bhwa iman adalah mengetahui Tuhan dan Kufur itu tidak mngetahui Tuhan. Sebab hal itu tidak dianggap ibadat kepada Allah, sebab ibadat itu adalah iman kepada Allah dengan arti mengetahui Tuhan. *Al-Yunusiyah, pengikut ajaran Yunus al-Samiri. Ia berpendapat bahwa melakukan maksiat atau perbuatan jahat itu tidak merusak iman seseorang, karena iman adalah ma’rifat kepada Allah SWT.
*Al-Ghassaniyah, pengikut ajaran Ghasanul Kufi. Ia
berpendapat bahwa Tuhan melarang mngkonsumsi daging babi. Ttp seandainya seseorang tidak mngetahui hal tsb, maka orang yang makan babi itu tetap mukmin dan tidak kafir. Pendapat golongan Murji’ah ekstrim di atas timbul karena adanya suatu pengertian bahwa perbuatan atau amal manusia tidak sepenting iman. Kemudian pengertian itu meningkat menjadi ekstrim, yakni imanlah yang penting dan yang menentukan mukmin atau tidaknya seseorang.
Sedangkan al-Baghdadi membagi aliran Murji’ah pada tiga
golongan besar :
1. Golongan Murji’ah yang dipengaruhi ajaran Jabariah,
2. Golongan Murji’ah yang dipengaruhi ajaran Qodariah, 3. Golongan Murji’ah yang bebas dari ajaran Jabariyah dan Qodariah. Doktrin dan pemikiran Murji’ah
Bidang I’tiqodiyah
Iman itu cukup dgn mengenal Allah & Rasul-Nya.
Orang beriman dalam hatinya bila berbuat dosa besar orang tersebut masih tetap mukmin. Orang yg beriman dalam hatinya, apabila berbuat dosa besar, maka orang tersebut masih tetap dianggap mukmin. perbuatan maksiat itu tdk memadaratkan keimanan. Dan begitu juga sebaliknya. Orang beriman bila ia berbuat dosa besar, maka hukum baginya di tangguhkan sampai dihadapan Allah SWT di hari kiamat. Sebagian kaum murji’ah yang ekstrim beri’tikad, asal seseorang mengakui dalam hati atas wujud Tuhan dan kepada Rosul-Rosulnya maka orang itu disebut mukmin meskipun ia berbicara tentang hal-hal yang menjadikan dia kafir. Bidang Politik Dilarang menentang khalifah yang zalim Baik buruknya sesuatu pemerintahan bukanlah urusan manusia Tidak mau menjatuhkan hukuman terhadap Ali maupun Muawiyah
* Sikap politik golongan Murjiah ini, tidak jarang
“menguntungkan”dan dimanfaatkan oleh penguasa yg zalim atau bertindak repressif kpd rakyatnya sendiri, terutama yg menentang pmrintahannya. DAFTAR PUSTAKA
Prinsip – Prinsip Dasar Aliran Teologi Islam
Karya : Prof. Dr. Muhammad Muhyiddin Abdul Hamid Nasution, Harun. 2010. Teologi Islam: Aliran-aliran Sejarah Analisa Perbandingan. Jakarta: UI Press Nurdin, M.Amin. 2012. Sejarah Pemikiran Islam. Jakarta: Teruna Grafika Rozak, Abdul. 2001. Ilmu Kalam. Bandung: Pustaka Setia Nasution Harun,2010,Teologi Islam: Aliran-Aliran Sejarah Analisa Perbandingan (Jakarta: UI-Press). Hal. 24 Rozak Abdul, 2001,Ilmu Kalam(Bandung: CV Pustaka Setia). Hal. 58 Nurdin, M. Amin, 2011, Sejarah Pemikiran Isalm(Jakarta: Teruna Grafika). Hal. 27