Anda di halaman 1dari 6

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Aliran Murji’ah


Nama murji’ah diambil dari kata irja atau arja’a yang bermakna penundaan,
penangguhan, dan pengharapan. Kata arja’a mengandung pula arti memberi
harapan, yakni memberi harapan kepada pelaku dosa besar untuk memperoleh
pengampunan dan rahmat Allah. Selain itu, arja’a berarti pula meletakkan di
belakang atau mengemudikan, yaitu orang yang mengemudikan amal dari iman.
Oleh karena itu, Murji’ah artinya orang yang menunda penjelasan kedudukan
seseorang yang bersengketa, yakni Ali dan Muawiyah serta pasukannya masing-
masing ke hari kiamat kelak.1
B. Sebab Timbulnya Aliran Murji’ah
Murji’ah adalah sebuah aliran yang muncul di tengah-tengah pertikaian politik
(kekhalifahan) antara Ali bin Abi Thalib dengan muawiyah bin Abi Sofyan.
Perpecahan ini terjadi setelah Usman bin Affan mati terbunuh. Seperti telah
dilihat, kaum Khawarij, pada mulanya adalah penyokong Ali, tetapi kemudian
berbalik menjadi musuhnya. Karena adanya perlawanan ini, penyokong Ali yang
tetap setia padanya bertambah keras dan kuat membelanya dan akhirnya mereka
merupakan satu golongan lain dalam islam yang dikenal dengan nama Syi'ah.
Kaum khawarij dan Syi'ah merupakan dua golongan yang bermusuhan, sama-
sama menentang kekuasaan Bani Umayyah, tetapi dengan motif yang berlainan.
Kalau Khawarij menentang dinasti ini, karena memandang mereka menyeleweng
dari ajaran-ajaran islam. Syi'ah menentang, karena memandang mereka merampas
kekuasaan dari Ali dan keturunannya. 2

1
Rosihon Anwar, Ilmu Kalam, (Bandung : Pustaka Setia), 2007, hlm. 56.
2
Ahmad Amin, Fajr al-Islam, (Kairo : Maktbah Al-Nahdah), 1965, hlm. 279.

1
Dalam suasana pertentangan inilah, timbul suatu golongan baru yang ingin
bersikap netral dan tidak berpihak kepada satu di antara keduanya, dan tidak pula
setuju dengan Khawarij yang mengkafirkan keduanya, golongan tersebut yaitu
Murji'ah. Murji'ah pada saat itu merupakan musuh berat Khawarij.
C. Tokoh-Tokoh Aliran Murji’ah
Dalam golongan Murji’ah moderat :
1. Abu Hasan Ibnu Muhammad Ibnu Ali bin Abi Thalib
2. Abu Hanifah
3. Abu Yusuf
Dalam golongan Murji’ah ekstrim :
1. Al-Jahmiah (Jahm bin Shafwan)
2. Al-Salihiah (Abu Al-Hasan Al-Salihi)
3. Al-Yunusiah
4. Al-Ubaidiah
5. Al-Khassaniah.3
D. Ajaran-Ajaran Aliran Murji’ah
Golongan Murji’ah moderat berpendapat bahwa orang yang berdosa besar
bukanlah kafir dan tidak kekal dalam neraka, tetapi akan akan dihukum di dalam
neraka sesuai dengan besarnya dosa yang dilakukannya, dan ada kemungkinan
bahwa Tuhan akan mengampuni dosanya dan oleh karena itu tidak akan masuk
neraka sama sekali.
Pendapat pendapat ekstrim timbul dari pengertian bahwa perbuatan atau amal
tidaklah sepenting iman, yang kemudian meningkat pada pengertian bahwa hanya
imanlah yang penting dan yang menentukan mukmin atau tidak , perbuatannya
tidak berpengaruh. Iman letaknya di hati dan apa yang ada dalam hati seseorang
tidak diketahui orang lain. Perbuatan manusia tidak selamanya menggambarkan
apa yang ada dalam hatinya. Oleh karena itu ucapan atau perbuatan seseorang

3
Harun Nasution, Teologi Islam, (Jakarta : UI Press), 2002, hlm. 26-28.

2
tidak mesti mengandung arti bahwa ia tidak mempunyai iman, yang penting iman
ada di dalam hati.
Ajaran ini ada bahayanya karena dapat membawa kepada moral latitude,
sikap memperlemah ikatan moral, atau masyarakat yang bersifat permissive, yang
dapat mentolelir penyimpangan dan norma akhlak, karena yang dipentingkan
adalah iman. Ini kelihatannya menjadi sebab nama murji’ah pada akhirnya
mengandung arti yang tidak baik dan tidak disenangi. Tetapi bagaimanapun
ajaran yang terdapat dalam golongan Murji’ah moderat menjadi ajaran yang
diterima dalam golongan Ahlussunnah Wal Jama’ah.
Menurut imam Al-Asy’ari sendiri, iman adalah pengakuan dalam hati tentang
keesaan Tuhan dan tentang kebenaran Rasul-Rasul serta segala apa yang mereka
bawa. Mengucapkannya dengan lisan dan mengerjakan rukun-rukun Islam
merupakan cabang dari iman. Orang yang berdosa besar, jika meninggalkan dunia
tanpa taubat, nasibnya terletak di tangan Tuhan. Ada kemungkinan Tuhan akan
mengampuni dosa-dosanya dan akan menyiksanya sesuai dengan dosa-dosa yang
dibuatnya dan kemudian ia baru ia dimasukkan ke dalam surge, karena ia tak
mungkin akan kekal di Neraka. Pendapat yang diuraikan Al-Asy’ari ini identic
dengan pendapat yang dimajukan golongan Murji’ah moderat. Dan kemungkinan
inilah sebabnya Ibn Hazm memasukkan AL-Asy’ari ke dalama golongan
murji’ah.
Ringkasannya menurut uraian di atas orang yang berdosa besar bukanlah
kafir, dan tidak kekal di dalam Neraka. Orang demikian adalah mukmin dan
akhirnya masuk surga. Kalau yang di atas adalah pendapat para Ahlussunnah
golongan Al-Asy’ari maka dari golongan Al-Maturidiah, pendapat Al-Bazdawi
yang mengatakan iman adalah kunci untuk masuk surge, sedang amal akan
menentukan tingkatan yang dimasuki seseorang dalam surge. Kalau amal baiknya
banyak, tingkatan yang akan diperolehnya tinggi, tetapi jika amal baiknya sedikit,
derajat yang akan diperolehnya rendah.

3
Dengan demikian, pendapat-pendapat yang diterangkan oleh pemuka-pemuka
Ahlussunnah Wal Jama’ah di atas pada dasarnya sama dengan pendapat-pendapat
yang dikemukakan oleh kaum Murji’ah moderat. Ini diakui sendiri oleh Al-
Bazdawi ketika ia mengatakan “Kaum Murji’ah pada umumnya sependapat
dengan Ahlussunnah Wal Jama’ah”.
E. Kondisi Kekinian Aliran Murji’ah
Golongan Murji’ah moderat, sebagai golongan yang berdiri sendiri telah
hilang dalam sejarah dan ajaran-ajaran mereka mengenai iman, kufr, dan dosa
besar masuk ke dalam aliran Ahlussunnah Wal Jama’ah. Adapaun golongan
Murji’ah ekstrim juga telah hilang sebagai aliran yang berdiri sendiri, tetapi
dalam praktek masih terdapat sebagian umat Islam yang menjalankan ajaran-
ajaran ekstrim itu, mungkin dengan tidak sadar bahwa mereka sebenarnya dalam
hal ini mengikuti ajaran-ajaran golongan Murji’ah ekstrim.4

4
Harun Nasution, Ibid., hlm. 26-32.

4
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Aliran Murji'ah yang terpenting dalam kehidupan beragama adalah aspek
iman dan kemudian amal. Aliran Murjih muncul sebagai reaksi atas sikapnya
yang tidak mau terlibat dalam upacaya kafir mengkafirkan orang yang melakukan
dosa besar. Murji’ah adalah sebuah aliran yang muncul di tengah-tengah
pertikaian politik (kekhalifahan) antara Ali bin Abi Thalib dengan muawiyah bin
Abi Sofyan. Perpecahan ini terjadi setelah Usman bin Affan mati terbunuh.
Golongan baru yang ingin bersikap netral dan tidak berpihak kepada satu di
antara keduanya, dan tidak pula setuju dengan Khawarij yang mengkafirkan
keduanya, golongan tersebut yaitu Murji'ah. Murji'ah pada saat itu merupakan
musuh berat Khawarij.
Orang yang berdosa besar bukanlah kafir, dan tidak kekal di dalam Neraka.
Orang demikian adalah mukmin dan akhirnya masuk surga. Kalau yang di atas
adalah pendapat para Ahlussunnah golongan Al-Asy’ari maka dari golongan Al-
Maturidiah, pendapat Al-Bazdawi yang mengatakan iman adalah kunci untuk
masuk surga, sedang amal akan menentukan tingkatan yang dimasuki seseorang
dalam surge. Kalau amal baiknya banyak, tingkatan yang akan diperolehnya
tinggi, tetapi jika amal baiknya sedikit, derajat yang akan diperolehnya rendah.
B. Saran
Pemakalah menyadari bahwa banyaknya kekurangan dalam penulisan
makalah ini, karena keterbatasan kemampuan penulis sendiri, maka dari itu
pemakalah membutuhkan saran dan kritikan yang bersifat konstruktif guna
memperbaiki untuk kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat untuk semua. Dan isi pembahasannya bisa berguna dan kita terapkan
dalam kehidupan sehari-hari.

5
DAFTAR PUSTAKA

Amin, Ahmad. 1965. Fajr al-Islam. Kairo : Maktbah Al-Nahdah.

Anwar, Rosihon. 2007. Ilmu Kalam. Bandung : Pustaka Setia.

Nasution, Harun. 2002. Teologi Islam. Jakarta : UI Press.

Anda mungkin juga menyukai