Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

AKIDAH DALAM ALIRAN MURJI’AH


Dosen pengampu : Dra. Hj. Musdalifah sahib, M. Hum. Ph.D

Disusun oleh :

KELOMPOK 2
KELAS : KPI C

ANDI AIDIL SALSABIL (50100122092)


NURALYA ARWIN (50100122081)
NURUL SAKINAH (50100122076)
ABDURRAHMAN SABRUN (50100122094)

JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM


FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
ALAUDDIN MAKASSAR
2022/2023
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr.wb

Dengan menyebut nama Allah Swt. yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Kami

panjatkan puji syukur kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, serta inayah-

Nya kepada kami sehingga kami bisa menyelesaikan makalah ilmiah tentang “AKIDAH DALAM

ALIRAN MURJI’AH”. Makalah ini sudah kami susun dengan maksimal dan mendapat bantuan

dari berbagai pihak sehingga bisa memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami

menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan

makalah ini.

Sholawat dan salam kita haturkan kepada baginda Nabi Besar Muhammad saw. yang telah

mendakwahkan ajaran islam sehingga umat manusia mengetahui hal-hal yang di ridhoi oleh

Allah dan yang dimurkai-Nya. Terlepas dari segala hal tersebut, kami sadar sepenuhnya bahwa

masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karenanya

kami dengan lapang dada menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat

memperbaiki makalah ini. Akhir kata kami berharap semoga makalah ini bisa memberikan

manfaat maupun inspirasi untuk pembaca.

Wassalamu’alaikum wr.wb

Makassar, 31 September 2022

Penyusun

I
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................................................i

DAFTAR ISI..................................................................................................................................................ii

BAB 1 PENDAHULUAN................................................................................................................................1

A. LATAR BELAKANG KEMUNCULAN ALIRAN MURJIAH…………………………………………………………………1

BAB 2 PEMBAHASAN..................................................................................................................................2

B. SEKTE SEKTE ALIRAN MURJIAH………………………………………………………………………………………………..2


C. AJARAN AJARAN POKOK MURJIAH……..……………………………………………………………………….4
BAB III KESIMPULAN …………………………………………………………………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA ,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,

Ii
BAB 1I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG KEMUNCULAN ALIRAN MURJIAH


Asal kata Murji'ah adalah  dari kata irja' yang artinya menagguhkan, mengakhirkan,
dan memberi pengharapan. Kaum murji'ah ini lahir pada permulaan abad ke-1 hijriah.
Kaum murji'ah ini memiliki ciri khas yaitu dimasukkannya iqrar sebagai bagian yang
sangat penting dari iman, di samping tashdiq (ma'rifah).  Kaum Murji'ah pada awalnya,
muncul karna persoalan politik, yaitu persoalan Khalifah yang dimana membawa
perpecahan dan kekacauan dikalangan umat islam. Nah pada saat itu situasi yang sangat
mencekam karna masalah tahkim yang melibatkan Ali bin Abu Thalib, Mu'awiyah bin
Abu Sufyan, Amru bin Ash dan Abu Musa Al-Asy'ari. 
Pada dasarnya kaum murji'ah merupakan golongan yang tidak mau turut campur
dalam pertentangan yang terjadi diantara mereka dan justru mengambil sikap
menyerahkan semua pertentangan atau masalah yang terjadi antara mereka berempat
kepada Tuhan. Ada yang mengatakan bahwa latar belakang munculnya murji'ah adalah
dengan adanya pendapat yang menyalahkan bahwa ummul mukminin Siti Aisyah dan
kawan-kawan yang telah menyebabkan terjadinya perang jamal. 
Dan ada juga yang mengatakan bahwa mu'awiyahlah yang menyalahkan pihak Ali karna
telah berani memberontak melawan khalifah Usman bin Affan. (Drs. Sudadi, 2015:112)
Jadi jika kita perhatikan dengan seksama bahwa semua ini bisa terjadi karna pada saat
itu terjadi ketidakpuasan terhadap para pemimpin pada saat itu, dan pada saat itu juga
adanya tidak saling percaya satu sama lain, oleh karna itulah murji'ah muncul. 
Memang pada awalnya murji'ah itu sendiri sangat membenci hal-hal yang berhubungan
tentang politik, dan kehalifahan. Makanya murji'ah ini dikenal sebagai the queietists
(kelompok bungkam), dikarnakan sikap inilah yang membuat kaum murji'ah itu selalu
diam dalam persoalan politik. 
Tidak tau secara pasti mengapa murji'ah ini tiba-tiba angkat bicara tentang persoalan ini
ada kemungkinan bahwa murji'ah itu muncul karena mereka mulai kesal dengan mereka
dan juga 2 aliran yang saling mengejek aliran tersebut yaitu antara khawarij dan syi'ah,
yang dimana mereka saling mengkafi-kafirkan satu sama lain dan merasa paling
benar.Dan pepimpin golongan murji'ah adalah Hasan bin Bilal al-Muzni dan Abu Salaf as-
Sammah as-Sammah

1
BAB II 2
PEMBAHASAN

B. SEKTE SEKTE ALIRAN MURJIAH

Kemunculan sekte-sekte dalam kelompok Murji'ah dipicu oleh perbedaan pendapat


yang terjadi di kalangan Murji'ah sendiri.Kaum murjiah dibedakan menjadi dua
golongan, yaitu murj'iah moderat dan murj'iah ekstrem. Pembagian ini berdasarkan
pendapat para ahli tentang iman dan hubungannya dengan amal. Seluruh murjiah telah
sepakat tentang iman yang tidak akan terhapuskan karena kemaksiatan.
Golongan moderat berpendapat bahwa pelaku dosa besar tidak kafir dan tidak kekal
dalam neraka. Ia akan dihisab nanti di akhirat, mungkin di hukum dalam neraka sesuai
dengan dosanya dan di ampuni sehingga masuk nerakasurga. Pendapat ini sangat dekat,
bahkan identik dengan pandangan mayoritas Muslimin.
Golongan moderat memandang iman, dalam arti al-tashdiq atau pengakuan dalam hati
sebagai yang utama, tetapi mengakui adanya hisab yang menyebabkan pelaku dosa
besar atau kemaksiatan lain akan dihukum atas perbuatannya. Ini berarti masih
mengakui arti pentingnya amal. Namun yang pasti, hukuman di neraka tidak kekal bagi
orang yang beriman.
Murji'ah Ekstrem adalah iman cukup hanya dengan membenarkan dalam hati saja dan
tidak perlu pengucapan dengan lisan dan pengaplikasian dengan perbuatan. Adapun
golongan murji'ah ekstrem, terutama al-jahmiah pengikut Jahm ibn Shafwan
berpendapat bahwa orang yang telah beriman melalui hati tidak akan menjadi kafir.
Walaupun secara lisan iya menyatakan kekufuran atau, dalam tindakan ia menyembah
berhala, melaksanakan ajaran agama Yahudi dan Nasrani, dan menyembah salib atau
mengakui trinitas. Orang ini akan mati dalam keadaan beriman dan menjadi penghuni
surga. Golongan murji'ah ekstrem sama sekali tidak menganggap penting aspek
tindakan atau amal dalam beragama.
Di dalam aliran murji'ah ekstrem ini memiliki beberapa sub sekte, yaitu: al-Yunusiah,
al-'Ubaidiah, al-Ghasaniah, al-Tsaubaniah, dan al-Shalihiah.
1. Sekte al- yunusiah Yunusiah adalah pengikut Yunus Ibn 'Aun al-Namiri yang
berpendapat bahwa iman adalah mengenal Allah, tunduk kepada-Nya, tidak
sombong kepada-Nya, dan mencintai-Nya melalui hati.Bagi mereka ketaatan tidak
termasuk unsur iman, oleh karena itu ketidaktaatan tidak termasuk iman dan
seseorang tidak disiksa selama imannya benar-benar murni dan penuh keyakinan.

2
Iblis termasuk arif billah, namun ia kafir karena kesombongannya kepada Allah.
Kemaksiatan tidak menyebabkan rusaknya iman seseorang dan tidak mendatangkan
mudarat baginya. Seorang mukmin masuk surga karena keikhlasan dan
kecintaannya, bukan karena amalnya.
2. Sekte al-'Ubaidiah adalah pengikut 'Ubaid al-Muktaib berpendapat bahwa dosa
selain syirik pasti diampuni. Apabila seorang hamba meninggal dunia dalam keadaan
berakidah tauhid tidak disiksa atas dosa-dosa dan kejahatan yang pernah ia kerjakan
demikian pula sebaliknya apabila seseorang meninggal dunia dalam keadaan tidak
beriman (musyrik) semua perbuatan baik yang telah dilakukannya tidak akan
mengubah kedudukannya sebagai seorang musyrik.
3.  Sekte al-Ghassaniah adalah pengikut Ghassan al-Kufi berpendapat bahwa iman
adalah mengenal Allah dan Rasul-Nya, mengakui apa yang diturunkan oleh Allah dan
yang dibawa oleh Rasul-Nya secara global. Iman menurut mereka, tidak bertambah
dan tidak berkurang. Apabila ada yang berkata," saya tahu Allah mewajibkan
menunaikan ibadah haji ke ka'bah tetapi saya tidak tahu di mana ka'bah itu, apakah
di India atau di tempat lain,"orang yang mengatakan itu tetap mukmin, tidak kafir.
Akan tetapi pengakuan Ghassan yang mengatakan bahwa pendapat atau mazhabnya
yang di ambil dari Imam Abu Hanifah ini di bantah oleh para ahli. Dengan kata lain,
ghassan memasukkan Abu Hanifah kedalam salah satu tokoh murji'ah ekstrem yang
pendapatnya seperti yang dikemukakan oleh Ghassan. Pengakuan Ghassan ini di
bantah keras oleh al-Syahrastani karena salah paham belaka. "bagaimana",tanya al-
syahrastani "seorang imam yang sangat mengutamakan al-'amal  memfatwakan agar
meninggalkannya?" "sebab lain penisbatan Abu Hanifah kepada murji'ah," lanjut al-
syahrastani, "karena Abu Hanifah menentang Qadariah dan Mu'tazilah pada
kemunculannya di generasi awal-awal. Sementara mu'tazilah lazim menyebut orang
yang menentang pendapatnya sebagai murji'ah."
4. Sekte al-Tsaubaniah adalah pengikut Abu Tsauban yang mengatakan bahwa iman
adalah mengetahui dan mengakui Allah dan para Rasul-Nya dan semua yang oleh
akal boleh dikerjakan dan tidak boleh dikerjakan tidak termasuk kategori iman.
5. Sekte al-Shalihiah dipimpin oleh Shalih Ibn Umar al-Shalihi berpendapat bahwa iman
adalah mengetahui Allah, dan kafir adalah tidak mengetahui Allah. Bagi mereka
ibadah seperti shalat bukanlah ibadah melainkan iman, dalam arti mengetahui Allah
sehingga iman dan kufur tidak bertambah dan tidak berkurang.
Ajaran-ajaran Murji'ah ekstrem ini bisa menimbulkan bahaya karena dapat membawa
pada moral atitude, memperlemah ikatan-ikatan moral, atau akan melahirkan
masyarakat permissive, yang cenderung menoleransi berbagai tindakan terhadap
norma-norma akhlak yang berlaku.

3
Sebab, menurut mereka yang penting adalah iman dalam hati, sementara perilaku moral
atau amal saleh tidak penting di dalam keberagaman. Sehingga ajaran Murji'ah sangat
merugikan masyarakat karena setiap orang akan terdorong untuk melakukan kejahatan-
kejahatan tanpa memikirkan akibat dari perbuatannya.
Sementara Murji'ah moderat tidak pernah menjelma sebagai aliran lain paham mereka
banyak yang masih tersisa bahkan dikalangan mayoritas umat islam dewasa. Murji'ah
moderat ini sangat dekat bahkan identik dengan para jumhur, terutama dari kalangan
Ahl al-Sunnah wa al-Jama'ah. Menyerahkan kepada Allah suatu persoalan yang masih
belum jelas kebenarannya, seperti masalah pelaku dosa besar, bukanlah suatu hal yang
keliru bahkan merupakan suatu sikap yang paling benar dan aman, karena hanya Allah
yang secara pasti mengetahui kebenaran.
Demikian pula memberi harapan kepada pelaku dosa besar atau kemaksiatan lainnya
bukanlah suatu kesalahan fatal sehingga tidak mustahil Allah yang Maharahim dan
Maharahman akan mengampuninya. Yang jelas, ayat-ayat Al-Quran sendiri, tidak sedikit
yang memberikan harapan atau memberikan janji pengampunan.
Tidak sedikit ayat yang menganjurkan orang-orang yang berbuat dosa dan kesalahan
agar memohon ampun dan bertobat kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penerima Taubat.

C. AJARAN AJARAN POKOK MURJI’AH

1. Iman 
Iman adalah cukup dengan mengakui dan percaya kepada Allah dan rasul-Nya saja. Adapun
amal atau perbuatan tidak merupakan suatu keharusan bagi adanya iman. Berdasan hal ini
seseorang tetep dianggap mukmin walaupun meninggalkan perbuatan yang difardukan dan
melekukan dosa besar.

“kebanyakan aliran Murji’ah berpendapat bahwa iman ialah hanya membenarkan dengan
hati saja, atau dengan kata lain iman ialah makrifat kepada Allah SWT. Dengan hati, bukan
pengertian lahir. Apabila seseorang beriman dengan hatinya, maka dia adalah Mukmin dan
Muslim, sekalipun lahirnya dia menyerupai orang Yahudi atau Nasrani dan meskipun
lisannya tidak mengucapkan dua kalimat syahadat. Mengikrarkan dengan lisan dan amal
perbuatan seperti shalat, puasa, dan sebagainya, itu bukan bagian dari pada iman.”

2. Dasar keselamatan 
Adapun dasar keselamatan adalah iman semata-mata, selama masih ada iman dihati, setiap
maksiat tidak dapat mendatangkan madarat atau gangguan atas seseorang. Untuk
mendatangkan pengampunan, manusia cukup hanya dengan menjauhkan diri dari syirik dan
mati dalam keadaan akidah tauhid.[9]

Dengan kata lain, kelompok murji’ah memandang bahwa perbuatan atau amal tidaklah
sepenting iman, Yang kemudian meningkat pada pengertian bahwa, hanyalah imanlah yang
penting dan yang menentukan mukmin atau tidak mukminnya seseorang, perbuatan-
perbuatan tidak memiliki pengaruh dalam hal ini. Iman letaknya dalam hati seseorang dan
tidak diketahui manusia lain, selanjutnya perbuatan-perbuatan manusia tidak
menggambarkan apa yang ada dalam hatinya. Oleh karena itu ucapan-ucapan dan
perbuatan-perbuatan seseorang tidak mesti mengandung arti bahwa ia tidak memiliki iman.
Yang penting ialah iman yang ada dalam hati. Dengan demikian ucapan dan perbuatan-
perbuatan tidak merusak iman seseorang. Walaupun perbuatan-perbuatan yang dilakukan
melanggar syariat Islam, tetapi kalau hatinya iman, aliran tersebut masih mengatakan orang
itu mukmin.
Adapun mengenai orang yang lalai dalam menunaikan kewajiban-kewajiban, atau dia
melakukan dosa-dosa besar, maka sebagian dari tokoh-tokoh Murji’ah berpendapat:
tiadalah mungkin menentukan hokum bagi orang itu di dunia ini. Hal itu haruslah
ditangguhkan (diserahkan saja) kepada Tuhan untuk menentukannya di hari kiamat. Dari
sini timbulnya istilah ”Murji’ah”, yaitu berasal dari kata “irja’” yang berarti
“menangguhkan”.[10]

3. I’tiqad murji’ah

A. Sudah mengetahui dalam hati atas wujudnya Ttuhan dan sudah percaya dalam hati kepada
Rasul-rasulNya maka menjadi otomatis mukmin, walaupun mengucapkan dengan lidah hal-
hal yang mengkafirkan, seperti menghina nabi, menghina al-qur’an dan lain sebagainya.
B. Golongan murji’ah juga mengatakan, bahwa orang mukmin yang percaya dalam hati
adanya Tuhan dan percaya pada rasul-rasul maka ia adalah mukmin walaupun dia
mengerjakan segala macam dosa besar ataupun dosa kecil. Dosa bagi kaum murji’ah tidak
apa-apa kalau sudah ada iman dalam hati, sebagai keadaannya perbuatan baik tak ada
gunanya kalau sudah ada kekafiran didalam hati.
C. Orang yang telah beriman dalam hatinya, tetapi ia kelihatan menyembah berhala atau
membuat dosa-dosa besar yang lain, bagi murji’ah orang ini masih mukmin.
D. I’tiqad menangguhkan dari kaum murji’ah, yaitu menangguhkan orang yang bersalah
sampai kemuka tuhan sampai hari kiamat, hal ini ditentang oleh kaum ahlussunnah wal
jama’ah karena setiap orang yang salah harus dihukum didunia ini.
E. Kalau kita ikuti faham golongan murji’ah ini maka ayat-ayat hukum seperti menghukum
pencuri dengan memotong tangan, menghukum rajam orang yang berzina, menghukum
bayar kafart dan lain-lain yang banyak tersebut dalam Qur’an tidak ada gunanya lagi karena
sekalian kesalahan akan ditangguhkan sampai ke muka Tuhan saja.

5
BAB. III
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai