Anda di halaman 1dari 13

PERBANDINGAN PEMIKIRAN KALAM

Makalah

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas dalam Mata Kuliah “Ilmu Kalam” pada
Program Studi Pendidikan Agama Islam

Oleh:

Kelompok 7

NURRAHMA
NIM. 19.14.31.052
RIDHAYANA
NIM. 19.14.31.044
RISMANDI
NIM. 19.14.31.046
YUSRI WANA
NIM. 19.14.31.051

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI)


AL-GAZALI SOPPENG
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena atas keagungan dan

kemurahan-Nya saya dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan baik. Hembusan angin

yang tidak ternilai harganya semoga dapat mengantarkan salam kerinduan kita kepada baginda

Nabi Muhammad SAW.

Terima kasih saya sampaikan kepada Bapak Musmuliadi, S.Ag, M.A Sebagai dosen

pengampu mata kuliah “ Ilmu Kalam ” yang telah memberikan arahan materi yang sangat

bermanfaat terlebih dalam penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh

karena itu saya mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak

guna perbaikan dan kelengkapan penyusunan makalah ini. Harapan saya semoga makalah ini

dapat bermanfaat bagi kita semua.

Lagoci, 28 Juni 2022

Kelompok 7

ii
DAFTAR ISI

JUDUL ............................................................................................................. i

KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii

DAFTAR ISI ................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1


A. Latar Belakang Masalah ............................................................. 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................... 1
C. Tujuan Pembahasan .................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................ 2-8
A. Pelaku Dosa Besar ...................................................................... 2
B. Iman dan Kufur ........................................................................... 5
BAB III PENUTUP ........................................................................................ 9
A. Kesimpulan ................................................................................. 9
B. Implikasi ..................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 10

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Ilmu kalam sebagaimana diketahui membahas ajaran-ajaran dasar dari suatu agama.

Di dalam ilmu kalam itu terdapat sub bahasan tentang perandingan antara aliran serta

ajaran-ajarannya. Dari perbandingan antar aliran ini, kita dapat mengetahui dan

membandingkan antar paham aliran lain. Sehingga kita mampu memhami maksud dari

segala polemik yang ada.

Persoalan kalam yang pertama kali muncul adalah persoalan siapa yang kafir dan

siapa yang bukan kafir, dalam artian siapa yang telah keluar dari islam dan siapa yang

masih tetap islam. Persoalan ini menjadi perbincangan aliran-aliran kalam dengan konotasi
yang lebih umum, yakini status pelaku dosa besar. Setiap aliran memiliki pola pikir yang

berbeda dalam pandangan pelaku dosa besar dan muncul teologi islam mengenai masalah

iman dan kufur. Persoalan ini muncul pertama kali oleh kaum khawarij yang mencap kafir

sejumlah sahabat nabi Muhammad SAW antara lain Ali Bin Abi Thalib, Mu’awiyah Bin

Abi Sufyan, Abu Musah Al-Asy’aria, Amr bin Al Ash, Thalhah Bin Ubaidilah, Zubair Bin

Awwam dan Aisyah Istri Rasulullah SAW.

Dampak dari ilmu kalam ini juga melahirkan banyak aliran serta perbedaan pemikiran

perihal perbuatan tuhan dan perbuatan manusia. Oleh karena itu makalah ini disusun untuk

mempelajari pemikiran ilmu kalam perihal pelaku dosa besar, iman dan kufur dari sudut

pandang aliran-aliran yang ada, dan juga membahas perihal perbuatan tuhan dan manusia

dalam sudut pandang aliran yang ada. mengenai perbedaan dan sudut pandang ini untuk

lebih jelasnya akan dibahas dalam makalah ini.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pemikiran tiap aliran mengenai pelaku dosa besar?

2. Bagaimana pemikiran tiap aliran mengenai iman dan kufur?

C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetahui pemikiran tiap aliran mengenai pelaku dosa besar
2. Untuk mengetahui pemikiran tiap aliran mengenai iman dan kufur

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pelaku Dosa Besar


Dalam persoalan pelaku dosa besar, ada beberapa aliran yang berpendapat

diantaranya:

1. Aliran Khawarij

Pada umumnya,ciri yang menonjol dari aliran khawarij adalah watak

ekstrimitas dalam memutuskan persoalan-persoalan kalam. Tak heran kalau aliran

ini memiliki pandangan ekstrim pula tentang setatus pelaku dosa besar. Mereka

memandang bahwa orang-orang yang terlibat dalam peristiwa tahkim, yakni Ali,

Mu’awiyah, Amr bin Al-Ash, Abu Musa Al-Asy’ari adalah kafir. Semua pelaku
dosa besar (murtabb al-kabiiah), menurut semua subsekte Khawarij, kecuali

Najdah adalah kafir dan akan disiksa di neraka selamanya.

Pandangan pelaku dosa besar oleh subsekte Khawarij.

a. Azariqah

Merupakan subsekte Khawarij yang sangat ekstrim, mereka

menggunakan istilah yang lebih mengerikan dari kafir, yaitu Musyrik. Mereka

memandang musyrik bagi siapa saja yang tidak mau bergabung dengan barisan

mereka atau yang tak sepaham dengan mereka. Adapun pelaku dosa besar

dalam pandangan mereka telah beralih satatus keimanannya menjadi kafir

millah (agama), dan berarti ia telah keluar dari islam mereka kekal di neraka

bersama orang-orang kafir lainya.

b. Najdah

Subsekte ini hampir sama dengan Azariqah mereka menganggap musyrik

kepada siapapun yang secara countinue mengerjakan dosa kecil. Seperti halnya

dengan dosa besar jika tidak dilakukan secara terus menerus maka pelakunya

tidak di pandang musyrik tetapi hanya kafir.

2
3

c. An Najdat

Berpendapat bahwasnya orang yang berdosa besar menjadi kafir dan

kekal di dalam neraka hanyalah orang islam yang tidak sefaham dengan

golonganya. Adapun pengikutnya,jika mengerjakan dosa besar tetap mendapat

siksaan di neraka. Tetapi pada akhirnya akan masuk surga.

d. Al-Muhakimat

subsekte ini Ali,Mu’awiyah, kedua pengantarnya (Amr bin Al-Ash dan

Abu Musa Al-Asy’ari) dan semua orang yang menyetujui arbitrase adalah

bersalah dan menjadi kafir. Hukum kafir inipun mereka luaskan artinya

sehingga termasuk orang yang berbuat dosa besar, berbuat zina, membunuh

sesama manusia tanpa sebab dan dosa-dosa besar lainya menyebabkan


pelakunya keluar dari islam.

e. As-Sufriah

Subsekte ini membagi dosa besar dalam dua bagian yaitu:

1) Dosa yang ada sanksinya di dunia seperti membunuh dan berzina. Pada

kategori ini pelakunya tidak di pandang kafir.

2) Dosa yang tak ada sanksinya di dunia, seperti meninggalkan sholat dan

puasa. Dan pada kategori ini pelakunya dipandang kafir.

2. Aliran Murji’ah

Sacara garis besar, sebagaimana telah dijelaskan subsekte Khawarij, Murji’ah

dapat dapat di kategorikan dalm dua kategori: ekstrim dan moderat. Murji’ah

ekstrim berpandangan bahwasanya pelaku dosa besar tidak akan disiksa di neraka.

Adapun Murji’ah Moderat ialah merekayang berpendapat bahwa pelaku dosa besar

tidaklah menjadi kafir. Meskipun disiksa dineraka, ia tidak kekal dineraka.

Tergantung pada ukuran dosa yang dilakukannya. Masih terbuka kemungkinan

bahwa tuhan akan mengampuni dosanya sehingga ia akan terbebas dari neraka.

3. Menurut Aliran Mu’tazilah

Di antara kedua aliran diatas mengenai setatus pelaku dosa besar,


perbedaanya, bila Khawarij mengafirkan pelaku dosa besar dan Murji’ah
4

memelihara keimanan pelaku dosa besar, Mu’tazilah tidak menentukan setatus dan

predikat yang pasti bagi pelaku dosa besar,apakah ia tetap mukmin atau

kafir,kecuali dengan sebutan yang sangat terkenal,yaitu Al-Manzilah Bain Al-

Manzilatain.1 Setiap pelaku dosa besar, Menurut Mu'tazilah, orang tersebut tidak

mungkin Mu'min dan tidak Kafir. Balasannya adalah neraka juga, tetapi lebih

ringan dari orang-orang kafir, dan akan abadi.2 Jika pelakunya meninggal dunia

dan belum sempat bertaubat, ia akan dimasukkan neraka selama-lamanya.

Walaupun demikian siksaan yang diterimanya lebih ringan dari daripada siksaan

orang-orang kafir, dalam perkembangannya,beberapa tokoh Mu’tazilah seperti

washil bin Atha’ dan Amr bin Ubaid memperjelas ebutan tengah itu dengan fasik

yang bukan mukmin atau kafir.


4. Aliran Asy’ariyah

Terhadap pelaku dosa besar,agaknya Al-Asy’ari,sebagai bahanwakil Ahl-

Sunnah. Tidak mengafirkan orang-orang yang bersujud ke baitulloh (Ahl-Al

Qiblah) walaupun melakukan dosa besar, seperti berzina dan mencuri. Menurutnya

mereka masih tetap sebagai orang yang beriman dengan keimanan yang mana

mereka miliki. Sekalipun berbuat dosa besar. Akan tetapi jika dosa besar itu

dilakukannya dengan anggapan bahwa hal ini di bolehkan (halal) dan tidak

meyakini keharamannya, ia dipandang telah kafir.

Adapun balasan di akhirat kelak bagi pelaku dosa besar, apabila ia meninggal

dan belum bertaubat, maka menurut Al-Asy’ari hal itu tergantung pada bijakan

tuhan yang maha berkehendak mutlaq. Dari papran singkat ini jelaslah bahwa

Asy’ariyah sesungguhnya mengambil posisi yang dengan Murji’ah, khususnya

pertanyaan yang tidak mengafirkan para pelaku dosa besar.

1
https://kukarpdipm.blogspot.com/2020/03/makalah-perbandingan-pemikiran-kalam.html?m=1
2
Elmansyah, Kuliah Ilmu Kalam:Formula Meluruskan Keyakinan Umat Diera Digital (Pontianak: IAIN
Pontianak press, 2017), h. 145
5

5. Aliran Maturidiyah

Aliran maturidiyah,baik samarkand maupun bukhara sepakat menyatakan

bahwa pelaku dosa masih tetap sebagai mukmin karena adanya keimanan dalam

dirinya. Adapun balasan yang diperolehnya kelak bergantung pada apa yang

dilakukanya di dunia. Jika ia meninggal tanpa taubat terlebih dahulu, keputusanya

diserahkan sepenuhnya kepada kehendak Allah SWT. Jika menghendaki pelaku

dosa besar di ampuni ia akan memasukkan ke nearaka, tapi tidak kekal didalamnya.

Al Maturidi sebagai peletak dasar aliran kalam Al-Maturidiyah, berpendapat

bahwa orang berdosa besar yaitu tidak kafir dan tidak kekal di dalam neraka

walaupun ia mati sebelum bertaubat. Karena tuhan telah menjanjikanakan

memeberikan balasan kepada manusia sesuai dengan perbuatannya. Kekal di dalam


neraka adalah balasan bagi orang yang berbuat syirik. Karenanya, perbutan dosa

besar (selain syirik) tidaklah menjadikan seseorang kafir atau murtad. Menurutnya,

iman itu cukup dengan tashiq dan iqrar, sedangkan amalan adalah penyempurnaan

iman.3

6. Aliran Syi’ah Zaidiyah

Penganut syi’ah zaidiyah percaya bahwa orang yang melakukan dosa besar

akan kekal didalam neraka , jika ia belum taubat dengan taubat yang

sesungguhnya. Dalam hal ini syi’ah zaidiyah memang dekat dengan Mu’tazilah.

Ini bukan sesuatu yang aneh mengingat Washil bin Atha’, mempunyai hubungan

dengan zaid.

B. Iman dan Kufur


Dalam persoalan iman dan kufur, ada beberapa aliran yang berpendapat

diantaranya:

1. Aliran Khawarij

Khawarij menetapkan dosa itu hanya satu macamnya,yaitu dosa besar agar

dengan demikian orang islam yang tidak sejalan dengan pendiriannya dapat

3
Nunu Burhanuddin, Ilmu Kalam Dari Tauhid Menuju Keadilan (Prenada Media, 2017), h. 131
6

diperangi dan dapat dirampas harta bendanya dengan dalih mereka berdosa dan

yang setiap berdosa adalah kafir. Mengkafirkan Ali, Ustman, orang-orang yang

terlibat dalam perang jamal dan orang-orang yang rela terhadap tahkim dan

mengkafirkan orang-orang yang berdosa besar dan wajib berontak terhadap

penguasa yang menyeleweng.

Dalam pandangan khawarij, Iman tidak semata-mata percaya kepada Allah.

Mengerjakan segala perintah kewajiban agama juga merupakan bagian dari

keimanan. Dengan demikian siapapun yang menyatakan dirinya beriman kepada

Allah dan mengakui Muhammad adalah Rasul-Nya, tetapi tidak melaksanakan

kewajiban agama dan malah melakukan perbuatan dosa ia dipandang kafir

Khawarij.4 Iman menurut Khawarij bukanlah tashiq. Dan iman dalam arti
mengetahui pun belumlah cukup. Menurut Abd.Aljabbar, orang yang tau tuhan

tetapi melawan kepadanya, bukanlah orang yang mukmin,dengan demikian iman

bagi mereka bukanlah tashiq,bukan pula ma’rifah tetapi amal yang timbul sebagai

akibat dari mengetahui tuhan tegasnya iman bagi mereka adalah pelaksanaan

perintah-perintah tuhan.

2. Aliran Murji’ah

Menurut subsekte murji’ah yang ekstrim,mereka berpendapat bahwa

keimanan terletak didalam kalbu. Oleh karena itu,segala ucapan dan perbuatan

seseorang yang menyimpang dari kaidah agama tidak berarti menggeser atau

merusak keimanannya, bahkan keimanannya masih sempurna dalam pandangan

tuhan. Sementara yang dimaksud murji’ah moderat adalah mereka yang

berpendapat bahwa pelaku dosa besar tidaklah menjadi kafir. Meskipun disiksa

dineraka,ia tidak kekal didalamnya bergantung pada dosa yang dilakunnya. Ciri

khas mereka lainnya adalah dimasukkannya iqrar sebagai bagian penting dari

iman,di samping tashdiq (ma’rifah).

4
Elmansyah, Kuliah Ilmu Kalam: Formula Meluruskan Keyakinan Umat Diera Digital (Pontianak:
IAIN Pontianak press, 2017), h. 146
7

3. Aliran Mu’tazilah

Seluruh pemikir mu’tazilah sepakat bahwa amal perbuatan merupakan salah

satu unsur terpenting dalam konsep iman. Aspek penting lainya dalam konsep

Mu’tazilah tentang iman adalah apa yang mereka identifikasikan sebagai ma’rifah

(pengetahuan dan akal). Ma’rifah menjadi unsur penting dari iman karena pandangn

Mu’tazilah yang bercorak Rasional. Di sini terlihat bahwa Mu’tazilah sangat

menekankan pentingnya pemikiran logis atau penggunaan akal bagi keimanan.

Haru Nasution menjelaskan bahwa menurut Mu’tazilah, segala pengetahuan dapat

diperoleh dengan erantaan akal dan segala kewajiban dapat diketahui dengan

pemikiran yang mendalam.

Pandangan Mu’tazilah seperti ini, menurut Toshihiko Izutsu pakar teologi


islam asal jepang menyatakan pendapatnya bahwa hal sarat dengan konsekuensi

yang cukup fatal. Hal ini hanya karena mutakallim (teolog) saja yang benar-benar

dapat menjadi orang yang beriman, sedangkan masyarakat awam yang mencapai

jumlah mayoritas tidak dipandang sebagai orang yang benar-benar beriman

(mukmin) . Iman adalah tashdiq di dalam hati, ikrar dengan lisan dan di buktikan

dengan perbuatan konsep ketiga ini mengaitkan perbuatan manusia dan

iman,karena itu,keimanan seseorang di tentukan pula oleh amal perbuatannya.

Konsep ini di anut pula oleh khawarij.

4. Aliran Asy’ariyah

Menurut aliran ini, dijelaskan oleh Asy-Syahrastani iman secara esensial

adalah tashdiq bil al janan (membenarkan dengan kalbu). Sedangkan qawl dengan

lisan dan melakukan berbagai kewajiban utama (amal bil arkan) hanya merupkan

furu’ (cabang-cabang) iman. Oleh sebab itu, siapaun yang membenarkan KE-esaan

Allah dengan kalbunya dan juga membenarkan utusan-utusan-Nya beserta apa yang

mereka bawa dari-Nya. Iman secara ini merupakan sahih. Dan keimanan seseorang

tidak akan hilang kecuali ia mengingkari salah satu dari hal-hal tersebut. Jadi Asy-

Syahrastani menempatkan ketiga unsur iman yaitu tashdiq,qawl dan amal pada
posisinya masing-masing.
8

5. Aliran Maturidiyah

Dalam masalah iman, aliran maturidiyah samarkan berpendapat bahwa iman

adalah Tashdiq bi al-qalb, bukan semata-mata iqrar bi al-lisan. Maturidiyah

Bukhara mengembangkan pendapat yang berbeda Al-Bazdawi menegaskan hal

tersebut dengan memebuat analogi dengan ibadah-ibadah yang dilakukan berfungsi

sebagai bayangan dari iman. Jika bayangan itu hilang,esensi yang di gambarkan

oleh bayangan itu tidak akan berkurang. Sebaliknya dengan kehadiran bayang-

bayang (ibadah) itu, iman justru menjadi bertambah. Iman dan tashdiq dalam hati

dan diikrarkan dengan lidah,dengan kata lain,seseorang bisa disebut beriman jika ia

mempercayai dalam hatinya akan kebenaran Allah dan mengikrarkan

kepercayaannya itu dengan lidah. Konsep ini juga tidak menghubungkan iman
dengan amal perbuatan manusia. 5

5
https://kukarpdipm.blogspot.com/2020/03/makalah-perbandingan-pemikiran-kalam.html?m=1
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Ciri yang menonjol dari aliran Khawarij adalah watak ektrimitas dalam memutuskan

persoalan-persoalan kalam. Tak heran kalau aliran ini memiliki pandangan ekstrim pula

tentang status pelaku dosa besar. Kaum asy’ariyah membawa penyelesaian yang

berlawanan dengan Mu’tazilah mereka dengan tegas mengatakan bahwa Tuhan

mempunyai sifat.

Kaum Mu’tazilah berpendapat semua persoalan di atas dapat diketahui oleh akal

manusia dengan perantara akal yang sehat dan cerdas seseorang dapat mencapai makrifat

dan dapat pula mengetahui yang baik dan buruk. Bahkan sebelum wahyu turun, orang
sudah wajib bersyukur kepada Tuhan. Menjauhi yang buruk dan mengerjakan yang baik.

Menurut aliran Asy’ariyah sendiri tidak dapat diingkari bahwa Tuhan mempunyai

sifat, karena perbuatan-perbuatan nya, di samping menyatakan bahwa Tuhan mengetahui

dan sebagainya, juga menyatakan bahwa ia mempunyai pengetahuan, kemauan, dan daya.

Menurut subsekte Murji’ah yang ekstrim adalah mereka yang berpandangan bahwa

keimanan terletak di dalam kalbu. Oleh karena itu, segala ucapan dan perbuatan seseorang

yang menyimpang dari kaidah agama tidak berarti menggeser atau merusak keimanannya,

bahkan keimanannya masih sempurna dalam pandangan Tuhan. Kehendak mutlak Tuhan,

menurut maturidiyah samarkand, dibatasi oleh keadilan Tuhan, Tuhan adil mengandung

arti bahwa segala perbuatan-Nya adalah baik dan tidak mampu untuk berbuat

serta tidak mengabaikan kewajiban-kewajiban hanya terhadap manusia. pendapat ini lebih

dekat dengan Mu’tazilah.

B. Implikasi
Berdasarkan materi di atas tentang perbandingan pemikiran kalam yang

diharapkannya pembaca mampu mengetahui dan memahami penyebab pelaku dosa besar,

kemudian tentang iman dan kufur.

9
DAFTAR PUSTAKA
Burhanuddin, Nunu. Ilmu Kalam Dari Tauhid Menuju Keadilan. Prenada Media, 2017.
Elmansyah. Kuliah Ilmu Kalam:Formula Meluruskan Keyakinan Umat Diera Digital .
Pontianak: IAIN Pontianak press, 2017.
https://kukarpdipm.blogspot.com/2020/03/makalah-perbandingan-pemikiran-
kalam.html?m=1

10

Anda mungkin juga menyukai