Anda di halaman 1dari 16

SYARAT SAH IJAB QABUL DALAM JUAL BELI

BAGIAN II

Makalah ini disusun bertujuan untuk memenuhi tugas

Mata kuliah : Kajian Kitab Muamalah

Dosen Pengampu : Eka Suriansyah, M. S. I

Disusun oleh

Rahmad Puji N
NIM 2112130141

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

PALANGKARAYA FAKULTAS SYARIAH

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH

TAHUN 2024 M/1445 H


KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat taufik serta hidayahnya lah kami

dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Syarat Sah Ijab Qabul Dalam Jual Beli

Bagian II”. Sholawat serta salam juga tak lupa kita haturkan kepada junjungan kita Nabi besar

Muhammad SAW yang telah menunjukan kepada kita jalan yang lurus berupa ajaran islam yang

sempurna dan menjadi rahmat bagi seluruh alam semesta.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak “Eka Suriansyah, M. S. I” selaku

dosen pengampu mata kuliah Kajian Kitab Muamalah yang telah memberikan bimbingan dan

kesempatan pada kami untuk menyelesaikan makalah ini.

Makalah ini tentunya masih sangat jauh dari kesempurnaan yang semestinya, masih

banyak terdapat kekurangan dalam penulisannya mengingatkan kemampuan penulis yang sangat

terbatas. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk

kesempurnaan makalah ini serta sebagai acuan dalam pembuatan karya ilmiah selanjutnya

supaya lebih bisa baik.

Palangkaraya, Maret 2024

mengetahui

penulis

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................................ii

DAFTAR ISI................................................................................................................................................iii

BAB I....................................................................................................................................................2

PENDAHULUAN....................................................................................................................................2

A. Latar Belakang.................................................................................................................................2
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................................3
C. Tujuan Penulisan.............................................................................................................................3
D. Metode Penelitian.............................................................................................................................3
BAB II...................................................................................................................................................4

PEMBAHASAN......................................................................................................................................4

A. Pengertian, Rukun, dan Syarat Jual Beli......................................................................................6


B. Syarat Sah Ijab Qabul Dalam Jual Beli.........................................................................................9
BAB III........................................................................................................................................................12

PENUTUP...................................................................................................................................................12

A. Kesimpulan.....................................................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................................13

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Jual beli (bisnis) dimasyarakat merupakan kegiatan rutinitas yang dilakukan

setiap waktu oleh semua manusia. Tetapi jual beli yang benar menurut hukum Islam

belum tentu semua orang muslim melaksanakannya. Bahkan ada pula yang tidak tahu

sama sekali tentang ketentutan-ketentuan yang di tetapkan oleh hukum Islam dalam hal

jual beli (bisnis).1

Di dalam al-Qur’an dan Hadist yang merupakan sumber hukum Islam banyak

memberikan contoh atau mengatur bisnis yang benar menurut Islam. Bukan hanya untuk

penjual saja tetapi juga untuk pembeli. Sekarang ini lebih banyak penjual yang lebih

mengutamakan keuntungan individu tanpa berpedoman pada ketentuan-ketentuan hukum

Islam. Mereka cuma mencari keuntungan duniawi saja tanpa mengharapkan barokah

kerja dari apa yang sudah dikerjakan.

Setiap manusia yang lahir di dunia ini pasti saling membutuhkan orang lain, aka

selalu melakukan tolong– menolong dalam menghadapi berbagai kebutuhan yang

beraneka ragam, salah satunya dilakukan dengan cara berbisnis atau jual beli. Jual beli

merupakan interaksi sosial antar manusia yang berdasarkan rukun dan syarat yang telah

di tentukan. Jual beli diartikan “al-bai’, al-Tijarah dan al-Mubadalah”. Pada intinya jual

beli merupakan

1
Shobirin Shobirin, “Jual Beli Dalam Pandangan Islam,” BISNIS : Jurnal Bisnis Dan Manajemen Islam 3, no.
2 (2016): 239, https://doi.org/10.21043/bisnis.v3i2.1494.
2
suatu perjanjian tukar menukar barang atau benda yang mempunyai manfaat untuk

penggunanya, kedua belah pihak sudah menyepakati perjanjian yang telah dibuat.2

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas rumusan masalah yang dapat diambil yaitu

sebagai berikut :

1. Apa pengertian, rukun dan syarat dari Jual Beli

2. Apa saja syarat sah ijab qabul dalam Jual Beli

C. Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah diatas tujuan makalah yaitu :

1. Untuk mengetahui pengertian dari pengertian, rukun dan syarat dari jual beli.

2. Untuk mengetahui syarat sah ijab qabul dalam jual beli

D. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini yaitu dengan metode studi

keperpustakaan yaitu menggunakan referensi dari buku-buku, jurnal dan artikel yang ada

di perpustakaan dan internet yang di ambil dari berbagai literature dan dibandingkan agar

mendapat makalah yang baik dan penjelasannya dapat dipahami dengan mudah oleh

berbagai kalangan.

2
Shobirin.

3
BAB II

PEMBAHASAN

4
5
A. Pengertian, Rukun, dan Syarat Jual Beli
Pengertian jual beli menurut bahasa berarti al bai’, al-tijarah, dan al-mubadalah,
3
sebagaimana firman Allah Swt dalam surat Fathir ayat 29 yaitu:

َ ۡ ٰ
‫ّ وَا َقا ُموا ص َ ف ُق َ ر َز ۡق ٰن ًّ َ َل ن ُ ج ۡو َ ر ن ت ُب ور‬ ٰ ۡ ُ ۡ
‫ِذ ي ل و‬ ‫ال‬
َّ
ِ َ ٰ
َّ ً َ ُ ۡ َ ‫ال لو ة‬ ‫ل‬ ‫ل‬‫ا‬ ‫ب‬
‫ۡوا وا ن ه ۡم م َّما را َي ًة و ن ت ي ة ل‬ ‫ت ِه‬ َ َّ َ
‫ِا ن ن ي‬ ‫ن‬
‫ۡر جا‬ ‫س‬ ‫ۡ ك‬
َ ‫ت‬
‫ع‬

Artinya: Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan

shalat dan menafkahkan sebahagian dari rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka

dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak

akan merugi. (Q.S Fathir: 29).

Pengertian jual beli (al-Bai’) adalah tukar menukar barang atau barang dengan

uang yang dilakukan dengan jalan melepaskan hak milik dari yang satu kepada yang lain

atas dasar saling merelakan, menurut istilah (terminologi).4

Jual beli adalah merupakan suatu akad, dan dipandang sah apabila telah

memenuhi rukun dan syarat jual beli. Mengenai rukun dan syarat jual beli, para ulama

berbeda pendapat, berikut ini adalah uraiannya. Menurut Mazhab Hanafi, rukun jual beli

hanya ijab dan Kabul saja. Menurutnya yang menjadi rukun dalam jual beli hanyalah

kerelaan atara kedua belah pihak untuk berjual beli. Namun, karena unsure kerelaan

berhubungan dengna hati sering tidak kelihatan, maka diperlukan indikasi (qarinah) yang

menunjukkan kerelaan

6
3
Siregar dan padian Adi, “Keabsahan Akad Jual Beli Melalui Internet Ditinjau Dari Hukum Islam,” EduTech
5, no. 1 (2019): 57–65.
4
Adi.

7
tersebut dari kedua belah pihak.indikator tersebut bisa dalam bentuk perkataan (ijab dan

Kabul) atau dalam bentuk perbuatan, yaitu saling member (penyerahan barang dan

penerimaan uang).5

Menurut jumhur ulama, rukun jual beli itu ada empat, yaitu sebagai berikuit:

1. Orang yang berakad (penjual dan pembeli).

2. Sighat (lafaz ijab dan Kabul).

3. Ada barang yang dibeli.

4. Ada nilai tukar pengganti barang.6

Menurut mazhab Hanafi, orang yang berakad, barang yang dibeli dan nilai tukar

barang di atas, termasuk syarat jual beli bukan rukun. Dalam bertransaksi itu, diperlukan

rukun-rukun. Adapun rukun beli itu ada tiga, yaitu akad (ijab dan Kabul), orang yang

berakad (penjual dan pembeli), Dan ma’kud alaih (objek akad).7

Akad ialah ikatan kata antara penjual dan pembeli. Jual beli belum dikatakan sah

sebelum ijab dan Kabul dilakukan,sebab ijab dan Kabul menunjukkan kerelaan

(keridhaan). Pada dasarnya, ijab Qabul dilakukan dengan lisan, tetapi kalau tidak

mungkin, misalnya bisu atau yang lainnya, boleh ijab Qabul dengan surat-menyurat yang

mengandung arti ijab dan Kabul. Adanya kerelaan tidak dapat dilihat, sebab kerelaan

5
Syaflin Halim, Teori Tentang Hak, ed. Muannif Ridwan, Fiqh Mu’amalah Kontemporer (Aceh: Yayasan
Penerbit Muhammad Zaini, 2022), http://eprints.umsb.ac.id/1101/2/Buku.pdf.
6
Halim.
7
Adi, “Keabsahan Akad Jual Beli Melalui Internet Ditinjau Dari Hukum Islam.”

8
berhubungan dengan hati. Kerelaan dapat diketahui melalui tanda-tanda lahirnya, adapun

tanda yang jelas menunjukkan kerelaan adalah ijab dan Kabul.8

Jual beli yang menjadi kebiasaan, misalnya jual beli yang menjadi kebutuhan

sehari-hari, maka tidak disyaratkan ijab dan Kabul, ini adalah pendapat jumhur. Menurut

fatwa ulama Syafi’iyah, yaitu Imam Al-Nawawi dan ulama muta’akhiran Syafi’iyah

berpendirian, bahwa boleh jual beli barang-barang yang kecil tanpa ijab dan Kabul

seperti membeli sebungkus rokok.9

Kemudian, terdapat beberapa syarat yang harus dipenuhi jika ingin melakukan

jual beli dalam ajaran agama Islam. Berikut ini adalah syarat-syarat jual beli dalam Islam.

1. Penjual dan pembeli harus baligh atau dewasa, berakal sehat, dan tidak suka

boros.

2. Jual beli dilakukan atas kehendak sendiri.

3. Barang yang dijual harus ada saat transaksi serta jelas dan dapat dilihat oleh

kedua pihak.

4. Barang yang dijual harus bermanfaat.

5. Barang yang dijual tidak kotor.

6. Barang yang dijual adalah miliki pedagangnya.10

8
Abdur Rohman, “MENYOAL FILOSOFI ‘AN TARADIN PADA AKAD JUAL BELI (Kajian Hukum Ekonomi Syariah
Dalam Transaksi Jual Beli),” Et-Tijarie: Jurnal Hukum Dan Bisnis Syariah 3, no. 2 (2018),
https://doi.org/10.21107/ete.v3i2.3911.
9
Shobirin, “Jual Beli Dalam Pandangan Islam.”
10
Prilla Kurnia Ningsih, Fiqh Muamalah, ed. Nuraini, I (Depok: Rajawali Press, 2021). Hlm. 80

9
B. Syarat Sah Ijab Qabul Dalam Jual Beli

Berdasarkan terjemahan dari kitab Taqrirad Sadididah Muamalah maka syarat sah

ijab qabul dalam jual beli yaitu:

1. Berhati-hatilah agar orang yang berada didekatnya dapat mendengar: maka

tidak sah jika dia berbicara dan membuat dirinya didengar.

- Hukum isyarat bagi orang bisu: jika isyaratnya dapat dipahami oleh semua

orang, maka jelas, sah tanpa ada niat, dan jika hanya dipahami oleh orang

yang berakal atau orang-orang yang bergaul (teman) dengannya, maka

diperbolehkan, hal ini sah karena melihat niatnya. adapun patokan atau

acuan berbicara baginya (orang bisu) tidak diperhitungkan

(skip/pengecualian).

2. kelanjutan dari kesanggupan seseorang maka hukumnya sampai ada bagian

lain, akan tetapi akan dikecualikan bila kesanggupan hukum itu hilang

sebelumnya, keberadaan bagian yang lain, bagian lainnya adalah diterimanya

hukum tersebut.

- Contohnya (bentuknya): jika ada penjual menjawab dan berkata "saya

menjual ini kepada anda untuk ini dan itu" kemudian dia (konsumen)

menerima tawaran tersebut akan tetapi pembeli membuat penjual marah

atau pingsan.

3. Wacana: wacana harus terjadi diantara kedua belah pihak yang megadakan

perjanjian jika penjual mengatakan "saya menjual zaid dan pembelinya

bernama zaid", maka tidak sah, karena seolah-olah penjual menjual kamu.

10
(tidak boleh mengucapkan nama orang jika sama dengan nama benda yang

dijual, gunakan kata yang serupa)

4. Bahwa alamat yang dituju harus jelas (lengkap) dalam suatu pengiriman: yaitu

harus melengkapi sesuai alamat yang dituju kemudian jika penjual

mendapatkan alamat dari orangnya langsung (konsumen) dan konsumen

berkata "saya menerima" padahal barang belum diantar, maka itu tidak sah

sampai barang tersebut sampai ditujuan.

5. bahwa distributor menyebutkan harga dengan catatan dia sebagai penjual atau

sebagai pembeli

6. Bahwa dia menambahkan harga dalam penjualannya: jika berkata “aku

menjual tanganmu atau kepalamu atau separuhnya milikmu” maka itu tidak

sah, karena yang menjual harus menyebutkan dengan tambahan”saya menjual

kamu dengan harga... ditambah...”

7. bahwa dia maksudkan kata itu maknanya ialah jika orang lain berkata (saya

menjual barang ini kepada anda)

- penjual itu dibagi menjadi 4 bagian

a. Menjual barang yang terlihat: yaitu sesuatu yang terlihat dan dapat

dilihat keduabelah pihak maka itu sah

b. Menjual sesuatu yang disebutkan dalam akad: termasuk persoalan

penyelesaian sengketa, hal ini diperbolehkan, dan sah dengan syarat-

syarat seperti yang akan terjadi

11
c. Menjual properti yang hilang: yaitu tanpa dilihat oleh kedua belah

pihak yang berkontrak atau dari salah satu merea dan itu tidak terjadi

maka hal itu diperbolehkan

d. Menjual manfaat: seperti menjual hak lintas atau perjalanan (biro).11

11
ahmad ibnu muhammad al kaff Hasan, Taqrirat Sadidah Muamalah., 2013. Hlm 18-19

12
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Jual beli secara bahasa berarti al bai’, al-tijarah, dan al-mubadalah, secara

terminologi jual beli berarti tukar menukar barang atau barang dengan uang yang

dilakukan dengan jalan melepaskan hak milik dari yang satu kepada yang lain atas dasar

saling merelakan. Rukun jual beli ada empat (4), yaitu Orang yang berakad (penjual dan

pembeli), Sighat (lafaz ijab dan Kabul), Ada barang yang dibeli, dan Ada nilai tukar

pengganti barang.

Ada beberapa syarat ijab qabul yang sah yang tertulis dalam kitab taqrirat

sadidah, diantaranya isyarat bagi orang bisu, kejelasan alamat yang harus dituju, serta

kejelasan harga dari barang yang diperjual belikan.

13
DAFTAR PUSTAKA

Adi, Siregar dan padian. “Keabsahan Akad Jual Beli Melalui Internet Ditinjau Dari

Hukum Islam.” EduTech 5, no. 1 (2019): 57–65.

Halim, Syaflin. Teori Tentang Hak. Edited by Muannif Ridwan. Fiqh Mu’amalah Kontemporer.

Aceh: Yayasan Penerbit Muhammad Zaini, 2022.

http://eprints.umsb.ac.id/1101/2/Buku.pdf.

Hasan, ahmad ibnu muhammad al kaff. Taqrirat Sadidah Muamalah., 2013.

Kurnia Ningsih, Prilla. Fiqh Muamalah. Edited by Nuraini. I. Depok: Rajawali Press, 2021.

Rohman, Abdur. “MENYOAL FILOSOFI ‘AN TARADIN PADA AKAD JUAL BELI (Kajian

Hukum Ekonomi Syariah Dalam Transaksi Jual Beli).” Et-Tijarie: Jurnal Hukum

Dan Bisnis Syariah 3, no. 2 (2018). https://doi.org/10.21107/ete.v3i2.3911.

Shobirin, Shobirin. “Jual Beli Dalam Pandangan Islam.” BISNIS : Jurnal Bisnis Dan

Manajemen Islam 3, no. 2 (2016): 239. https://doi.org/10.21043/bisnis.v3i2.1494.

14

Anda mungkin juga menyukai