BAGIAN II
Disusun oleh
Rahmad Puji N
NIM 2112130141
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat taufik serta hidayahnya lah kami
dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Syarat Sah Ijab Qabul Dalam Jual Beli
Bagian II”. Sholawat serta salam juga tak lupa kita haturkan kepada junjungan kita Nabi besar
Muhammad SAW yang telah menunjukan kepada kita jalan yang lurus berupa ajaran islam yang
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak “Eka Suriansyah, M. S. I” selaku
dosen pengampu mata kuliah Kajian Kitab Muamalah yang telah memberikan bimbingan dan
Makalah ini tentunya masih sangat jauh dari kesempurnaan yang semestinya, masih
banyak terdapat kekurangan dalam penulisannya mengingatkan kemampuan penulis yang sangat
terbatas. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk
kesempurnaan makalah ini serta sebagai acuan dalam pembuatan karya ilmiah selanjutnya
mengetahui
penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................................ii
DAFTAR ISI................................................................................................................................................iii
BAB I....................................................................................................................................................2
PENDAHULUAN....................................................................................................................................2
A. Latar Belakang.................................................................................................................................2
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................................3
C. Tujuan Penulisan.............................................................................................................................3
D. Metode Penelitian.............................................................................................................................3
BAB II...................................................................................................................................................4
PEMBAHASAN......................................................................................................................................4
PENUTUP...................................................................................................................................................12
A. Kesimpulan.....................................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................................13
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
setiap waktu oleh semua manusia. Tetapi jual beli yang benar menurut hukum Islam
belum tentu semua orang muslim melaksanakannya. Bahkan ada pula yang tidak tahu
sama sekali tentang ketentutan-ketentuan yang di tetapkan oleh hukum Islam dalam hal
Di dalam al-Qur’an dan Hadist yang merupakan sumber hukum Islam banyak
memberikan contoh atau mengatur bisnis yang benar menurut Islam. Bukan hanya untuk
penjual saja tetapi juga untuk pembeli. Sekarang ini lebih banyak penjual yang lebih
Islam. Mereka cuma mencari keuntungan duniawi saja tanpa mengharapkan barokah
Setiap manusia yang lahir di dunia ini pasti saling membutuhkan orang lain, aka
beraneka ragam, salah satunya dilakukan dengan cara berbisnis atau jual beli. Jual beli
merupakan interaksi sosial antar manusia yang berdasarkan rukun dan syarat yang telah
di tentukan. Jual beli diartikan “al-bai’, al-Tijarah dan al-Mubadalah”. Pada intinya jual
beli merupakan
1
Shobirin Shobirin, “Jual Beli Dalam Pandangan Islam,” BISNIS : Jurnal Bisnis Dan Manajemen Islam 3, no.
2 (2016): 239, https://doi.org/10.21043/bisnis.v3i2.1494.
2
suatu perjanjian tukar menukar barang atau benda yang mempunyai manfaat untuk
penggunanya, kedua belah pihak sudah menyepakati perjanjian yang telah dibuat.2
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas rumusan masalah yang dapat diambil yaitu
sebagai berikut :
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian dari pengertian, rukun dan syarat dari jual beli.
D. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini yaitu dengan metode studi
keperpustakaan yaitu menggunakan referensi dari buku-buku, jurnal dan artikel yang ada
di perpustakaan dan internet yang di ambil dari berbagai literature dan dibandingkan agar
mendapat makalah yang baik dan penjelasannya dapat dipahami dengan mudah oleh
berbagai kalangan.
2
Shobirin.
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
5
A. Pengertian, Rukun, dan Syarat Jual Beli
Pengertian jual beli menurut bahasa berarti al bai’, al-tijarah, dan al-mubadalah,
3
sebagaimana firman Allah Swt dalam surat Fathir ayat 29 yaitu:
َ ۡ ٰ
ّ وَا َقا ُموا ص َ ف ُق َ ر َز ۡق ٰن ًّ َ َل ن ُ ج ۡو َ ر ن ت ُب ور ٰ ۡ ُ ۡ
ِذ ي ل و ال
َّ
ِ َ ٰ
َّ ً َ ُ ۡ َ ال لو ة ل لا ب
ۡوا وا ن ه ۡم م َّما را َي ًة و ن ت ي ة ل ت ِه َ َّ َ
ِا ن ن ي ن
ۡر جا س ۡ ك
َ ت
ع
Artinya: Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan
shalat dan menafkahkan sebahagian dari rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka
dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak
Pengertian jual beli (al-Bai’) adalah tukar menukar barang atau barang dengan
uang yang dilakukan dengan jalan melepaskan hak milik dari yang satu kepada yang lain
Jual beli adalah merupakan suatu akad, dan dipandang sah apabila telah
memenuhi rukun dan syarat jual beli. Mengenai rukun dan syarat jual beli, para ulama
berbeda pendapat, berikut ini adalah uraiannya. Menurut Mazhab Hanafi, rukun jual beli
hanya ijab dan Kabul saja. Menurutnya yang menjadi rukun dalam jual beli hanyalah
kerelaan atara kedua belah pihak untuk berjual beli. Namun, karena unsure kerelaan
berhubungan dengna hati sering tidak kelihatan, maka diperlukan indikasi (qarinah) yang
menunjukkan kerelaan
6
3
Siregar dan padian Adi, “Keabsahan Akad Jual Beli Melalui Internet Ditinjau Dari Hukum Islam,” EduTech
5, no. 1 (2019): 57–65.
4
Adi.
7
tersebut dari kedua belah pihak.indikator tersebut bisa dalam bentuk perkataan (ijab dan
Kabul) atau dalam bentuk perbuatan, yaitu saling member (penyerahan barang dan
penerimaan uang).5
Menurut jumhur ulama, rukun jual beli itu ada empat, yaitu sebagai berikuit:
Menurut mazhab Hanafi, orang yang berakad, barang yang dibeli dan nilai tukar
barang di atas, termasuk syarat jual beli bukan rukun. Dalam bertransaksi itu, diperlukan
rukun-rukun. Adapun rukun beli itu ada tiga, yaitu akad (ijab dan Kabul), orang yang
Akad ialah ikatan kata antara penjual dan pembeli. Jual beli belum dikatakan sah
sebelum ijab dan Kabul dilakukan,sebab ijab dan Kabul menunjukkan kerelaan
(keridhaan). Pada dasarnya, ijab Qabul dilakukan dengan lisan, tetapi kalau tidak
mungkin, misalnya bisu atau yang lainnya, boleh ijab Qabul dengan surat-menyurat yang
mengandung arti ijab dan Kabul. Adanya kerelaan tidak dapat dilihat, sebab kerelaan
5
Syaflin Halim, Teori Tentang Hak, ed. Muannif Ridwan, Fiqh Mu’amalah Kontemporer (Aceh: Yayasan
Penerbit Muhammad Zaini, 2022), http://eprints.umsb.ac.id/1101/2/Buku.pdf.
6
Halim.
7
Adi, “Keabsahan Akad Jual Beli Melalui Internet Ditinjau Dari Hukum Islam.”
8
berhubungan dengan hati. Kerelaan dapat diketahui melalui tanda-tanda lahirnya, adapun
Jual beli yang menjadi kebiasaan, misalnya jual beli yang menjadi kebutuhan
sehari-hari, maka tidak disyaratkan ijab dan Kabul, ini adalah pendapat jumhur. Menurut
fatwa ulama Syafi’iyah, yaitu Imam Al-Nawawi dan ulama muta’akhiran Syafi’iyah
berpendirian, bahwa boleh jual beli barang-barang yang kecil tanpa ijab dan Kabul
Kemudian, terdapat beberapa syarat yang harus dipenuhi jika ingin melakukan
jual beli dalam ajaran agama Islam. Berikut ini adalah syarat-syarat jual beli dalam Islam.
1. Penjual dan pembeli harus baligh atau dewasa, berakal sehat, dan tidak suka
boros.
3. Barang yang dijual harus ada saat transaksi serta jelas dan dapat dilihat oleh
kedua pihak.
8
Abdur Rohman, “MENYOAL FILOSOFI ‘AN TARADIN PADA AKAD JUAL BELI (Kajian Hukum Ekonomi Syariah
Dalam Transaksi Jual Beli),” Et-Tijarie: Jurnal Hukum Dan Bisnis Syariah 3, no. 2 (2018),
https://doi.org/10.21107/ete.v3i2.3911.
9
Shobirin, “Jual Beli Dalam Pandangan Islam.”
10
Prilla Kurnia Ningsih, Fiqh Muamalah, ed. Nuraini, I (Depok: Rajawali Press, 2021). Hlm. 80
9
B. Syarat Sah Ijab Qabul Dalam Jual Beli
Berdasarkan terjemahan dari kitab Taqrirad Sadididah Muamalah maka syarat sah
- Hukum isyarat bagi orang bisu: jika isyaratnya dapat dipahami oleh semua
orang, maka jelas, sah tanpa ada niat, dan jika hanya dipahami oleh orang
diperbolehkan, hal ini sah karena melihat niatnya. adapun patokan atau
(skip/pengecualian).
lain, akan tetapi akan dikecualikan bila kesanggupan hukum itu hilang
hukum tersebut.
menjual ini kepada anda untuk ini dan itu" kemudian dia (konsumen)
atau pingsan.
3. Wacana: wacana harus terjadi diantara kedua belah pihak yang megadakan
bernama zaid", maka tidak sah, karena seolah-olah penjual menjual kamu.
10
(tidak boleh mengucapkan nama orang jika sama dengan nama benda yang
4. Bahwa alamat yang dituju harus jelas (lengkap) dalam suatu pengiriman: yaitu
berkata "saya menerima" padahal barang belum diantar, maka itu tidak sah
5. bahwa distributor menyebutkan harga dengan catatan dia sebagai penjual atau
sebagai pembeli
menjual tanganmu atau kepalamu atau separuhnya milikmu” maka itu tidak
7. bahwa dia maksudkan kata itu maknanya ialah jika orang lain berkata (saya
a. Menjual barang yang terlihat: yaitu sesuatu yang terlihat dan dapat
11
c. Menjual properti yang hilang: yaitu tanpa dilihat oleh kedua belah
pihak yang berkontrak atau dari salah satu merea dan itu tidak terjadi
11
ahmad ibnu muhammad al kaff Hasan, Taqrirat Sadidah Muamalah., 2013. Hlm 18-19
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Jual beli secara bahasa berarti al bai’, al-tijarah, dan al-mubadalah, secara
terminologi jual beli berarti tukar menukar barang atau barang dengan uang yang
dilakukan dengan jalan melepaskan hak milik dari yang satu kepada yang lain atas dasar
saling merelakan. Rukun jual beli ada empat (4), yaitu Orang yang berakad (penjual dan
pembeli), Sighat (lafaz ijab dan Kabul), Ada barang yang dibeli, dan Ada nilai tukar
pengganti barang.
Ada beberapa syarat ijab qabul yang sah yang tertulis dalam kitab taqrirat
sadidah, diantaranya isyarat bagi orang bisu, kejelasan alamat yang harus dituju, serta
13
DAFTAR PUSTAKA
Adi, Siregar dan padian. “Keabsahan Akad Jual Beli Melalui Internet Ditinjau Dari
Halim, Syaflin. Teori Tentang Hak. Edited by Muannif Ridwan. Fiqh Mu’amalah Kontemporer.
http://eprints.umsb.ac.id/1101/2/Buku.pdf.
Kurnia Ningsih, Prilla. Fiqh Muamalah. Edited by Nuraini. I. Depok: Rajawali Press, 2021.
Rohman, Abdur. “MENYOAL FILOSOFI ‘AN TARADIN PADA AKAD JUAL BELI (Kajian
Hukum Ekonomi Syariah Dalam Transaksi Jual Beli).” Et-Tijarie: Jurnal Hukum
Shobirin, Shobirin. “Jual Beli Dalam Pandangan Islam.” BISNIS : Jurnal Bisnis Dan
14