Disusun Oleh:
Kelompok 6
1. Agmilia Devi Safira NIM 2205036002
2. Alifatul Afwah NIM 2205036022
3. Finny Safitri NIM 2205036019
KELAS A2
PRODI PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah SWT., atas berkat rahmat, karunia, dan hidayah-Nya,
penyusun dapat menyelesaikan makalah ini dengan sebaik-baiknya.
Makalah ini berjudul “Prinsip Dasar Dalam Ekonomi Islam” yang disusun guna
memenuhi tugas mata kuliah Etika Bisnis Perbankan Syariah. Penyusun mengucapkan
terima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah Etika Bisnis Perbankan Syariah, yaitu
Bapak Riza Rizki Faozan Syakur, S.H., M.E. yang sudah membantu dan memberikan
arahan, sehingga makalah ini bisa diselesaikan dengan tepat waktu.
Penyusun mengucapkan terima kasih dan akhir kata penyusun berharap semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat bagi semua orang.
Kelompok 6
2
DAFTAR ISI
Kata pengantar ................................................................................................................. 2
Daftar isi .......................................................................................................................... 3
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah .......................................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian ........................................................................................... 5
BAB II : PEMBAHASAN
A. Prinsip Dasar Syirkah Dalam Sistem Ekonomi Islam ................................... 6
B. Akad-Akad Syirkah Dalam Bisnis Islam...................................................... 10
C. Hal yang Membatalkan Syirkah .................................................................. 10
BAB III : PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................................. 12
B. Saran ............................................................................................................ 12
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 13
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Secara umum, prinsip syirkah atau bagi hasil dalam perbankan syariah dapat
dilakukan dalam empat akad utama, yaitu al-musyârakah, al-mudhârabah, al-
muzâra’ah dan al-musâqah. Namun dalam makalah ini akan dijelaskan mengenai al-
musyârakah atau syirkah saja.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
4
BAB II
PEMBAHASAN
Syirkah adalah akad kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha
tertentu di mana masing-masing pihak memberikan kontribusi (amal dan expertise)
dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan risiko akan ditanggung bersama sesuai
dengan kesepakatan.
Kata Syirkah dalam bahasa Arab berasal dari kata syarika (fi’il madhi),
yasyraku (fi’il mudhari’), syarikan/syirkatan/syarikatan (mashdar/kata dasar);
artinya menjadi sekutu atau serikat. Menurut arti asli bahasa Arab (makna
etimologis), syirkah berarti mencampurkan dua bagian atau lebih sedemikian rupa
sehingga tidak dapat lagi dibedakan satu bagian dengan bagian lainnya. Adapun
menurut makna syariat, syirkah adalah suatu akad antara dua pihak atau lebih, yang
bersepakat untuk melakukan suatu usaha dengan tujuan memperoleh keuntungan.
Jadi dapat disimpulkan bahwa Syirkah adalah kerja sama antara dua orang
atau lebih dalam bidang usaha atau modal yang masing-masing dari harta yang
melakukan syirkah tersebut berbaur menjadi satu tanpa ada perbedaan satu dengan
yang lainnya yang keuntungan dan kerugiannya di tanggung bersama sesuai
kesepakatan yang telah di laksanakan.
5
Dia (Dawud) berkata, “Sungguh, dia telah berbuat zalim kepadamu dengan
meminta kambingmu itu untuk (ditambahkan) kepada kambingnya. Memang
banyak di antara orang-orang yang bersekutu itu berbuat zalim kepada yang lain,
kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan; dan hanya sedikitlah
mereka yang begitu.” Dan Dawud menduga bahwa Kami mengujinya; maka dia
memohon ampunan kepada Tuhannya lalu menyungkur sujud dan bertobat. (sad :
24)
c) Jenis-jenis Syirkah
Syirkah terdiri dari dua jenis, yaitu syirkah al-milk dan syirkah al-‘uqud.
Syirkah al-milk adalah kepemilikan bersama dan keberadaannya muncul apabila
dua atau lebih orang secara kebetulan memperoleh kepemilikan bersama atas suatu
kekayaan, syirkah ini tercipta karena warisan dan/atau wasiat. Sedangkan syirkah
al-‘uqud adalah syirkah yang dianggap kemitraan yang sesungguhnya karena para
pihak yang bersangkutan secara sukarela berkeinginan untuk membuat suatu
perjanjian, syirkah ini tercipta dengan cara kesepakatan, tiap orang dari mereka
memberikan modal dan sepakat berbagi untung dan rugi.
❖ Syirkah milk jabr, ialah berkumpulnya dua orang atau lebih dalam pemilikan
suatu benda secara paksa
❖ Syirkah milk al-ikhtiyar, ialah ibarat kesepakatan dua orang atau lebih untuk
menyerahkan harta mereka masing-masing supaya memperoleh hasil dengan
cara mengelola harta itu, bagi setiap yang berserikat memperoleh bagian yang
ditentukan dari keuntungan.
Syirkah milk tercipta karena warisan, wasiat atau kondisi lain yang
mengakibatkan pemilikan satu aset oleh dua orang atau lebih. Dalam musyarakah
1
Sohari Sahrani, Ru’fah Abdullah, Fikih Muamalah, h. 181
6
ini, kepemilikan dua orang atau lebih terbagi dalam dua aset nyata dan berbagi
dari keuntungan yang dihasilkan aset tersebut.
Misalnya: Si A dan si B diberi wasiat atau hadiah berupa sebuah mobil oleh
seseorang dan keduanya menerimanya, atau membelinya dengan uang keduanya,
atau mendapatkannya dari hasil warisan, maka mereka berdua berserikat dalam
kepemilikan mobil tersebut.
a. Syirkah al-inan adalah persekutuan dua orang atau lebih untuk memasukkan
bagian tertentu dari modal yang akan diperdagangkan dengan ketentuan
keuntungan dibagi di antara para anggota sesuai dengan kesepakatan bersama,
sedangkan modal masing-masing harus sama.
b. Syirkah a’maal adalah bentuk kerja sama antara dua orang yang seprofesi untuk
menerima pekerjaan secara bersama-sama dan berbagi keuntungan dari
pekerjaan itu.
c. Syirkah wujuh adalah persekutuan dua orang atau lebih dengan modal harta dari
pihak luar untuk mengelola modal bersama-sama tersebut dengan membagi
keuntungan sesuai dengan kesepakatan, Syirkah ini berdasarkan kepercayaan
yang bersifat kredibilitas.
d. Syirkah Mudharabah, dimana persekutuan dua orang atau lebih satu
berkontribusi lewat amal dan yang lain lewat modal.
e. Syirkah mufawadha adalah gabungan dari beberapa macam syirkah (Syirkah
inan, syirkah abdan, dan syirkah wujuh).
d) Prinsip-prinsip Syirkah
➢ Prinsip at-ta’awun, yaitu saling membantu dan saling bekerja sama di antara
7
َٰٓ ٰ ۟ ُٰيََٰٓأَيُّ َها ٱلَّذِينَ َءا َمن
۟ ُّوا ََّل تُحِ ل
َ ْى َو ََّل ٱ ْلقَلَئِدَ َو ََّلَٰٓ َءآَٰ ِمينَ ٱ ْلبَيْتَ ٱ ْل َح َر
َام يَ ْبتَغُون َ ام َو ََّل ٱ ْل َهد
َ ش ْه َر ٱ ْل َح َر ِ َّ ش ٰعََٰٓئ َِر ٱ
َّ ّلل َو ََّل ٱل َ وا
ِ شدِيدُ ٱ ْل ِعقَا
ب َ َّ ّلل ۖ ِإ َّن ٱ
َ ّلل ۟ ُعلَى ٱ ْ ِْلثْ ِم َوٱ ْلعُد ٰ َْو ِن ۚ َوٱتَّق
َ َّ وا ٱ ۟ ُعلَى ٱ ْل ِب ِر َوٱلتَّ ْق َو ٰى ۖ َو ََّل ت َ َع َاون
َ وا ۟ ُُوا ۘ َوت َ َع َاون
َ وا ۟ أَن تَ ْعتَد
mereka mencari kurnia dan keridhaan dari Tuhannya dan apabila kamu telah
8
Menurut Muhammad Budi Setiawan, prinsip-prinsip Islam dalam
muamalah yang harus diperhatikan oleh pelaku investasi syariah (pihak terkait)
adalah:
1) Tidak mencari rezeki pada hal yang haram, baik dari segi zatnya maupun cara
mendapatkannya, serta tidak menggunakannya untuk hal-hal yang haram.
2) Tidak menzalimi dan tidak dizalimi
3) Keadilan pendistribusian kemakmuran.
4) Transaksi dilakukan atas dasar ridha sama ridha.
5) Tidak ada unsur riba, maysir (perjudian/spekulasi), dan gharar
(ketidakjelasan/samar-samar).
➢ Prinsip bagi hasil (Profit and Lost Sharing Principle) dalam pelaksanaannya
merupakan bentuk dari perjanjian kerja sama antara pemodal (investor) dan
pengelola modal (enterpreneur) dalam menjalankan kegiatan usaha ekonomi, di
mana di antara keduanya akan terikat kontrak bahwa di dalam usaha tersebut jika
mendapat keuntungan akan dibagi kedua pihak sesuai nisbah kesepakatan di awal
perjanjian, dan begitu pula bila usaha mengalami kerugian akan ditanggung
bersama sesuai porsi masing-masing.
• Syirkah Inan
Yaitu kerja sama antara dua orang atau lebih dalam permodalan untuk
melakukan sesuatu usaha Bersama dengan cara membagi untung atau rugi sesuai
9
dengan jumlah modal masing-masing. Namun apabila porsi masing-masing pihak
baik dalam dana maupun kerja atau bagi hasil berbeda sesuai dengan kesepakatan
mereka, semua ulama memperbolehkannya. Syirkah ini tidak syaratkan nilai modal,
wewenang dan keuntungan dapat didasarkan kepada penyertaan persentase modal
masing-masing, tetapi dapat pula atas dasar organisasi. Hal ini diperkenankan karena
adanya kemungkinan tambahan kerja atau penanggungan risiko setiap pihak.2
• Syirkah Mufawwadhah
Yaitu kerja sama antara dua orang atau lebih untuk melakukan suatu usaha
dengan persyaratan sebagai berikut:
a) Modalnya harus sama banyak. Bila ada di antara anggota perserikatan modalnya
lebih besar, maka syirkah itu tidak sah.
b) Mempunyai kesamaan wewenang dalam bertindak yang ada kaitannya dengan
hukum. Dengan demikian, anak yang belum dewasa/baligh, tidak sah dalam
anggota perikatan.
c) Mempunyai kesamaan dalam hal agama. Dengan demikian, tidak sah berserikat
antara orang Muslim dengan non-Muslim.
d) Masing-masing anggota mempunyai hak untuk bertindak atas nama syirkah
(kerja sama).
• Syirkah Wujuh
2
Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnag, terj. Kamaluddin A. Marzuki, (Bandung: Al Ma’arif, 1988), Cet.
Ke-2, hlm. 176.
3
Taqiyyuddin, An-Nabhani, Sistem Ekonomi Islam, terj. Hafidz Abd. Rahman. (Jakarta: HTI
Press, 2004), hlm. 155.
10
Yaitu kerja sama antara dua orang atau lebih untuk membeli sesuatu tanpa
modal, tetapi hanya modal kepercayaan dan keuntungan dibagi antara sesama
mereka.4 Dapat dikatakan syirkah wujuh dilaksanakan dua orang atau lebih yang
tidak memiliki modal sama sekali, mereka mengerjakan sesuatu pembelian dengan
cara kredit dan menjualnya secara kontan, kemudian untung dibagi Bersama. Syirkah
ini ialah perseroan antara dua orang atau lebih dengan modal dari pihak luar dari
orang (badan) tersebut.5
• Syirkah Abdan
Yaitu kerja sama antara dua orang atau lebih untuk melakukan suatu usaha
atau pekerjaan. Selanjutnya hasil dari usaha tersebut dibagi antar sesama mereka
berdasarkan perjanjian, seperti pemborong bangunan, jalan, listrik, dan lain-lain.6
Dengan kata lain mereka mengerjakan perseroan dalam pekerjaan dengan tenaga
mereka sendiri baik pekerjaan melewati pikiran atau fisik. Seperti pekerjaan antara
insinyur dengan tukang batu, dokter dengan pemburu sedangkan keuntungannya
yang didapatkan akan dibagi di antara mereka.
• Syirkah Mudharabah
Yaitu, persetujuan seseorang sebagai pemilik modal (investor) menyerahkan
sejumlah modal kepada pihak pengelola (mudhârib) dalam suatu perdagangan
4
Mardani, Fiqh Ekonomi Syariah, (Jakarta: Prenadamedia, 2012), hlm. 224.
5
Ibnu Rusdy, Biyatu’I Mujtahid, terj. M.A. Abdulrahman, (Semarang: Asy-Syifa, 1990), Cet. Ke-
3, hlm. 271.
6
Zaidi Abdad, Lembaga Perekonomian Ummat di Dunia Islam, (Bandung: Angkasa, 2003), hlm.
101.
11
tertentu yang keuntungannya dibagi sesuai dengan kesepakatan bersama. Adapun
kerugiannya ditanggung oleh pemilik modal saja.
Menurut jumhur ulama (Hanafiyah, malikiyah, Syafi’iah, Zahiriyah, dan
Syiah Imamiyah) tidak memasukkan transaksi mudharabah sebagai salah satu bentuk
perserikatan, karena mudharabah menurut mereka merupaka akad tersendiri dalam
bentuk kerja sama yang lain yang tidak dinamakan dengan perserikatan.
Syarat-syarat mudârabah antara lain:
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Syirkah adalah kerja sama antara dua orang atau lebih dalam bidang usaha
atau modal yang masing-masing dari harta yang melakukan syirkah tersebut
berbaur menjadi satu tanpa ada perbedaan satu dengan yang lainnya yang
keuntungan dan kerugiannya di tanggung bersama sesuai kesepakatan yang telah
di laksanakan. Mengenai landasan hukum tentang syirkah ini terdapat dalam al-
qur’an, sunnah dan ijma.
Macam-macam syirkah ada dua macam yakni syirkah milk dan syirkah
‘uqud. Adapun yang membatalkan syirkah salah satunya ada pembatalan oleh
salah seorang anggota serikat. Hal tersebut dikarenakan akad syirkah merupakan
akad yang jâiz dan ghair lâzim, sehingga memungkinkan untuk di-fasakh.
B. Saran
Dalam penulisan makalah ini kami menyadari bahwa penulisan masih jauh
dari kata sempurna, ke depannya kami akan lebih berhati-hati dalam menjelaskan
tentang makalah dengan sumber-sumber yang lebih banyak dan dapat lebih
dipertanggung jawabkan. Kepada para pembaca kami menyarankan agar lebih
banyak membaca buku yang berkaitan Syirkah agar lebih memahami hal tersebut.
13
DAFTAR PUSTAKA
Abdad, Zaidi Lembaga Perekonomian Ummat di Dunia Islam, (Bandung: Angkasa,
2003), hlm. 101.
Abdul Manan, 2007. Beberapa Masalah Hukum dalam Praktik Ekonomi Syariah, Jakarta.
Moh. Fizal, 2017. Syirkah Prinsip Bagi Hasil pada Pembiayaan Bank Syariah
Ibnu Rusdy, Biyatu’I Mujtahid, terj. M.A. Abdulrahman, (Semarang: Asy-Syifa, 1990),
Cet. Ke-3, hlm. 271.
Taqiyyuddin, An-Nabhani, Sistem Ekonomi Islam, terj. Hafidz Abd. Rahman. (Jakarta:
HTI Press, 2004), hlm. 155.
Mardani, Fiqh Ekonomi Syariah, (Jakarta: Prenadamedia, 2012), hlm. 224.
Akhmad Farroh Hasan, Fiqh Muamalah dari Klasik hingga Kontemporer Teori dan
Praktik, (Malang: UIN-Maliki Malang Press, 2018), hlm. 77.
A. Syafi’I Jafri, Fiqh Muamalah, (Pekanbaru: Suska Press, 2008), hlm. 109-114.
Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnag, terj. Kamaluddin A. Marzuki, (Bandung: Al Ma’arif, 1988),
Cet. Ke-2, hlm. 176.
14