Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen Keuangan
Syariah Kelompok 2
Dosen Pengampu:
Disusun Oleh :
Syukur Alhamdulillah kami ucapkan atas rahmat dan hidayah dari Allah SWT. Berkat
Allah SWT, makalah ini telah selesai dikerjakan tepat pada waktunya. Kami telah
menyelesaikan makalah dengan judul Lingkungan Manajemen Keuangan Syariah.
Dengan selesainya makalah ini, maka kami juga ingin berterima kasih kepada Dr.
Muhammad Iqbal, M.E.I. selaku dosen pengampu mata kuliah Manajemen Keuangan
Syariah yang telah memberikan tugas ini sehingga kami dapat menambah wawasan ilmu
pengetahuan baru, serta teman-teman yang telah terlibat dalam pengerjaan makalah ini
sampai dengan selesai tepat pada waktunya.
Kelompok 2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar........................................................................................................................2
A. Kesimpulan…………………………………………………………………………19
B. Saran………………………………………………………………………………..19
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………….........
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sistem keuangan syariah merupakan sistem keuangan yang menjembatani antar pihak yang
membutuhkan dana dengan pihak yang memiliki kelebihan dana melalui produk dan jasa keuangan
yang sesuai dengan prinsip-prinsip syariah. Seluruh transaksi yang terjadi dalam kegiatan keuangan
syariah harus dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip syariah.1 Lembaga keuangan syariah adalah
Lembaga Keuangan yang menjalankan kegiatannya dengan berlandaskan prinsip syariah Islam.
Lembaga keuangan syariah terdiri dari Lembaga Keuangan Bank dan Lembaga Keuangan non Bank
(asuransi, pegadaian, reksadana, pasar modal, dan baitul mal wat tamwil). Lembaga Keuangan
Syariah memiliki dua sifat yang berbeda yakni Lembaga Keuangan Syariah Bank dan Lembaga
Keuangan Syariah non Bank.2 Bank berdasarkan prinsip syariah adalah bank umum yang
beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip syariah Islam atau dengan kata lain yaitu bank yang tata
cara beroperasinya mengacu kepada ketentuan-ketentuan Islam yaitu Al Qur’an dan As Sunnah.
Dalam tata cara tersebut terhindar dari kegiatan yang dikhawatirkan mengandung unsur riba untuk
diisi dengan praktik atau kegiatan investasi atas dasar bagi hasil dari pembiayaan perdagangan atau
praktik usaha yang dilakukan pada zaman Rasulullah atau bentuk-bentuk usaha yang sebelumnya
telah dilarang oleh Rasulullah.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Bentuk Organisasi Bisnis Dalam Perekonomian Syariah?
2. Apa Jenis Akad dan Implementasi dalam Organisasi Bisnis?
3. Apa Profit Normal dan Profit Tidak Normal?
4. Apa Keberagaman Tujuan Perusahaan?
5. Apa Tata Kelola Perusahaan Dalam Islam?
6. Apa Relevansi Tujuan Perusahaan dan Tata Kelola Perusahaan?
C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Bentuk Organisasi Bisnis Dalam Perekonomian Syariah
2. Untuk Mengetahui Jenis Akad dan Implementasi dalam Organisasi Bisnis
3. Untuk Mengetahui Profit Normal dan Profit Tidak Normal
4. Untuk Mengetahui Keberagaman Tujuan Perusahaan
5. Untuk Mengetahui Tata Kelola Perusahaan Dalam Islam
6. Untuk Mengetahui Relevansi Tujuan Perusahaan dan Tata Kelola Perusahaan
BAB II
PEMBAHASAN
Dalam perekonomian Islam, bentuk organisasi bisnis secara umum dikelompokkan menjadi
tiga bentuk, yaitu organisasi bisnis perusahaan perseorangan (sole proprietorship), bentuk
persekutuan/ syirkah (partnership), dan organisasi bisnis mudharabah. 1
a. Perusahaan Perseorangan (Sole Proprietorship)
Seperti sistem ekonomi kapitalis, ekonomi Islam mengizinkan perusahaan swasta oleh
individu dan tidak mengikatnya. Dalam perusahaan ini pemilik bebas untuk memutuskan
modal, baik melalui pinjaman maupun menjual barang-barangnya dengan cara kredit.
b. Persekutuan (Partnership)/Syirkah Kata syirkah berasal dari bahasa Arab, yaitu dari kata
syarikayasroku, syarikan/syirkatan/syarikatan yang artinya menjadi sekutu atau serikat.
Secara etimologis, syirkah berarti mencampurkan kedua bagian tangan atau lebih
sedemikian rupa sehingga tidak dapat lagi dibedakan satu bagian dengan bagian lainnya
(An-Nabbani, 1990). Adapun menurut makna syari’ah, syirkah adalah suatu akad antara
dua orang atau lebih yang bersepakat untuk melakukan usaha dengan tujuan memperoleh
keuntungan. Persekutuan (partnership) merupakan hubungan antara dua orang atau lebih
untuk mendistribusikan laba (profit) atau kerugian (loses) dari suatu bisnis yang dijalankan
oleh semua pihak atau salah satu dari mereka sebagai pengelola.
(b) Mudharabah
Mudharabah adalah hubungan antara dua orang atau lebih, yang salah satu pihak
menyediakan modal (investor) kepada pihak lain yang berkedudukan sebagai pengelola
untuk menjalankan bisnis (mudharib) dengan kesepakatan untuk mendapatkan tingkat
keuntungan tertentu. Definisi di atas memberikan implikasi berikut ini.
1) Persetujuan tidak terbatas hanya antara dua orang, tetapi dapat terjadi lebih dari jumlah
tersebut.
2) ) Dalam setiap persetujuan terdapat dua pihak yang terlibat, yaitu pihak yang
berkedudukan sebagai penyedia modal usaha disebut pihak utama, dan pihak yang
berkedudukan sebagai pengelola disebut sebagai enterpreneur.
3) Pihak pengelola dapat membawa modalnya sendiri untuk kepentingan bisnis atau usaha
yang dijalankannya, tetapi hal ini perlu juga mendapat persetujuan dari pihak pemilik
modal. Dalam hal ini, modal yang berada pada pihak pengelola bukan merupakan bentuk
pinjaman, melainkan berfungsi untuk dijalankan dalam bisnis yang telah disepakati oleh
pemilik modal dengan kesepakatan mendapatkan porsi keuntungan dari usaha tersebut.
Jual beli adalah suatu perjanjian tukar menukar benda (barang) yang
mempunyai nilai, atas dasar kerelaan (kesepakatan) antara dua belah pihak
sesuai dengan perjanjian atau ketentuan yang dibenarkan oleh syara’.
Menurut pandangan fuqaha Malikiyah, jual beli dapat diklasifikasikan
menjadi dua macam, yaitu jual beli yang bersifat umum dan jual beli yang
bersifat khusus.
Jual beli dalam arti umum ialah suatu perikatan tukar menukar sesuatu
yang bukan kemanfaatan dan kenikmatan. Artinya sesuatu yang bukan
manfaat ialah benda yang ditukarkan adalah berupa dzat (berbentuk) dan ia
berfungsi sebagai objek penjualan. Sedangkan jual beli dalam arti khusus
ialah ikatan tukar menukar sesuatu yang mempunyai kriteria antara lain
bukan kemanfaatan dan bukan pula kelezatan, yang mempunyai daya tarik,
penukarannya bukan emas dan bukan pula perak, bendanya dapat direalisir
dan ada seketika (tidak ditangguhkan), tidak merupakan hutang baik barang
tersebut ada di hadapan si pembeli maupun tidak, dan barang tersebut telah
diketahui sifat-sifatnya atau sudah diketahui terlebih dahulu., atau pertukaran
antara benda dengan uang.
2. Pinjam Mengganti (al-Qardh)
Al-Qardh adalah pemberian harta kepada orang lain yang dapat ditagih
atau diminta kembali atau dengan kata lain meminjamkan tanpa mengharapkan
imbalan.4
Oleh karena itu, dapat dipahami bahwa al-Qardh merupakan
memberikan (menghutangkan) harta kepada orang lain tanpa mengharapkan
imbalan, untuk dikembalikan dengan pengganti yang sama dan dapat ditagih
atau diminta kembali kapan saja penghutang menghendaki. Akad al-Qardh ini
diperbolehkan dengan tujuan meringankan (menolong) beban orang lain Dalam
implementasinya di lembaga keuangan syariah, al-Qardh dapat diaplikasikan
sebagai berikut:
a. Sebagai produk pelengkap kepada nasabah yang telah terbukti loyalitas dan
bonafiditasnya, yang membutuhkan dana talangan segera untuk masa yang
relatif pendek. Nasabah tersebut akan mengembalikan secepatnya sejumlah
uang yang dipinjam itu.
b. Sebagai fasilitas nasabah yang memerlukan dana cepat, sedangkan ia tidak
bisa menarik dananya karena, misalnya, tersimpan dalam bentuk deposito.
c. Sebagai produk untuk menyumbang usaha yang sangat kecil atau membantu
sektor sosial. Guna pemenuhan skema khusus ini telah dikenal suatu produk
khusus, yaitu al-qardh al-hasan.
Dengan demikian, sumber dana yang digunakan dalam pembiayaan al-
Qardh, yaitu dari dana sosial meliputi dana yang diterima oleh lembaga
keuangan syariah dari pihak lain (misalnya dari sumbangan zakat, infak, dan
sedekah) serta dana yang disediakan oleh para pemilik lembaga keuangan
syariah, dan hasil pendapatan non- halal.
2. Sewa-Menyewa (al-Ijarah)
Al-Ijarah merupakan salah satu bentuk kegiatan muamalah dalam
jasa, dan lain- lain.12 Dalam hal ini, al-Ijarah dapat diartikan sebagai akad
pemindahan hak guna atas barang atau jasa melalui pembayaran upah sewa,
4
Naerul Edwin Kiki Aprianto,implementasi bentuk bentuk akad bernama dalam lembaga syariah,Vol.9,Jurnal
ekonomi islam,2018,Hal.6
tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan atas barang itu sendiri.
Menurut jumhur ulama, hukum asal al-Ijarah adalah mubah (boleh) bila
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh syara’.
Implementasi dari al-Ijarah ini, lembaga keuangan syariah dapat melakukan
leasing. Akan tetapi pada umumnya, lembaga keuangan syariah tersebut lebih
dua orang yang berserikat di dalam modal dan keuntungan. Dalam hal ini, al-
Syirkah adalah akad kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk suatu
usaha tertentu, di mana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana
(amal/expertise) dengan kesepakatan bahwa keuangan dan resiko ditanggung
bersama.5
Transaksi al-Syirkah dilandasi adanya keinginan para pihak yang
bekerja sama untuk meningkatkan nilai aset yang mereka miliki secara
bersama-sama. Hal ini didasarkan firman Allah dalam QS. an-Nisa ayat 12
dan QS. Shaad ayat 24.Dalam implementasinya di lembaga keuangan
syariah, al-Syirkah dapat diaplikasikan pada pembiayaan suatu proyek, di
mana lembaga keuangan syariah bekerja sama dengan sebuah perusahaan
untuk sebuah proyek. Dalam hal ini, kedua belah pihak masing-masing
mengeluarkan dana guna membiayai proyek yang akan berlangsung. Setelah
proyek itu selesai, perusahaan mengembalikan dana tersebut bersama bagi
hasil yang telah disepakati.
1. Penitipan (al-Wadi’ah)
Al-Wadi’ah atau dikenal dengan nama titipan atau simpanan
merupakan titipan murni dari satu pihak ke pihak lain, baik perorangan
maupun badan hukum yang harus dijaga dan dikembalikain kapan saja bila si
5
Naerul Edwin Kiki Aprianto,implementasi bentuk bentuk akad bernama dalam lembaga syariah,Vol.9,Jurnal
ekonomi islam,2018,Hal.9
penitip menghendaki. Sementara itu, menurut Undang-Undang Nomor 21
Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah yang dimaksud dengan akad wadiah
adalah akad penitipan barang atau uang antara pihak yang mempunyai barang
atau uang dan pihak yang diberi kepercayaan dengan tujuan untuk menjaga
keselamatan, keamanan, serta keutuhan barang atau uang.
Dalam al-wadi’ah, para ulama fikih sepakat menggunakan akad dalam
Islam.
Dalam implementasinya di lembaga keuangan syariah, akad al-Wadi’ah
mewakilkan dalam masalah dan waktu yang ditentukan 6. Oleh karena itu,
dapat dipahami bahwa al- Wakalah adalah penyerahan, pendelegasian, atau
pemberian mandat dari satu pihak kepada pihak lain. Mandat ini harus
dilakukan sesuai dengan yang telah disepakati oleh si pemberi mandat.
Islam mensyariatkan al-Wakalah karena manusia membutuhkannya.
Tidak setiap orang mempunyai kemampuan atau kesempatan untuk
menyelesaikan segala urusannya sendiri. Pada suatu kesempatan, seseorang
6
Naerul Edwin Kiki Aprianto,implementasi bentuk bentuk akad bernama dalam lembaga syariah,Vol.9,Jurnal
ekonomi islam,2018,Hal.11
perlu mendelegasikan suatu pekerjaan kepada orang lain untuk mewakili
dirinya. Dalam implementasinya, lembaga keuangan syariah dapat
memberikan jasa wakalah, yaitu sebagai wakil dari nasabah sebagai pemberi
kuasa (muwakil) untuk melakukan sesuatu (taukil). Dalam hal ini, lembaga
keuangan akan mendapatkan upah atau biaya administrasi atas jasa tersebut.
Sebagai contoh, lembaga keuangan dapat menjadi wakil untuk melakukan
pembayaran tagihan listrik atau telepon kepada perusahaan listrik atau
telepon. Contoh lainnya adalah lembaga keuangan mewakili sekolah atau
universitas sebagai penerima biaya SPP dari para pelajar untuk biaya studi.
5. Penanggungan (al-Kafalah)
Al-Kafalah adalah jaminan yang diberikan oleh penanggung (kafil) kepada
pihak ketiga untuk memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang ditanggung.
Dalam pengertian lain, kafalah juga berarti mengalihkan tanggung jawab
seseorang yang dijamin dengan berpegang pada tanggung jawab orang lain
7
Abdul Majid Toyyibi, IMPLEMENTASI HAWALAH PADA PEMBIAYAAN BERMASALAH STUDI KASUS KOPERASI
JASA KEUANGAN SYARIAH USAHA GABUNGAN TERPADU BMT SIDOGIRI KCP OMBEN TAHUN BUKU
2018,Vol.2,Jurnal Kajian Ekonomi Dan Perbankan,2019,Hal.3
7. Gadai (ar-Rahn)
Ar-Rahn merupakan menahan sejumlah harta yang diserahkan sebagai
jaminan secara hak, dan dapat diambil kembali sejumlah harta dimaksud
8
Meirani Rahayu Rukmanda, Konsep Rahn Dan Implementasinya Di Indonesia,Vol.2,Jurnal Ilmiah Ekonomi,
dan Keuangan Syariah,2020,No.03
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
C. B. Saran
D. Pembuatan makalah
ini sangat jauh dari
kesempurnaan, karena
E. keterbatasan sumber
yang kami peroleh.
Sehingga isi dari
makalah ini masih
F. bersifat umum, oleh
karena itu kami harapkan
agar pembaca bisa mecari
sumber
G. yang lain guna
membandingkan dengan
pembahasan yang kami
buat, guna
H. mengoreksi bila terjadi
kelasahan dalam pembuatan
makalah ini
I. B. Saran
J. Pembuatan makalah
ini sangat jauh dari
kesempurnaan, karena
K. keterbatasan sumber
yang kami peroleh.
Sehingga isi dari
makalah ini masih
L. bersifat umum, oleh
karena itu kami harapkan
agar pembaca bisa mecari
sumber
M. yang lain guna
membandingkan dengan
pembahasan yang kami
buat, guna
N. mengoreksi bila terjadi
kelasahan dalam pembuatan
makalah ini
O. B. Saran
P. Pembuatan makalah
ini sangat jauh dari
kesempurnaan, karena
Q. keterbatasan sumber
yang kami peroleh.
Sehingga isi dari
makalah ini masih
R. bersifat umum, oleh
karena itu kami harapkan
agar pembaca bisa mecari
sumber
S. yang lain guna
membandingkan dengan
pembahasan yang kami
buat, guna
T. mengoreksi bila terjadi
kelasahan dalam pembuatan
makalah ini
Pembuatan makalah ini sangat jauh dari kesempurnaan,
karenaketerbatasan sumber yang kami peroleh. Sehingga isi dari makalah
ini masihbersifat umum, oleh karena itu kami harapkan agar pembaca bisa mecari
sumberyang lain guna membandingkan dengan pembahasan yang kami
buat, gunamengoreksi bila terjadi kelasahan dalam pembuatan makalah ini
DAFTAR PUSTAKA