DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 4
RIKA APRILIYA (21010387)
MUTIYA (21020123)
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat,
karunia, taufik dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah tentang
Organisasi Bisnis Dalam Islam dengan baik dan tepat waktu meskipun banyak
kekurangan di dalamnya.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan bagi pembaca mengenai Organisasi Bisnis Dalam
Islam. Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman. Oleh sebab itu
kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah
kami buat di masa yang akan datang. Mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna
tanpa saran yang membangun.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .......................................................................................... i
DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan ......................................................................................... 2
D. Manfaat Penulisan ....................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................... 3
A. Definisi Organisasi Bisnis Islam .................................................................. 3
B. Tipe dan Bentuk Organisasi Bisnis dalam Islam .......................................... 3
C. Organisasi Bisnis dengan Prinsip Musyarakah ............................................. 4
D. Organisasi Bisnis dengan Prinsip Mudharabah .......................................... 12
BAB III PENUTUP ........................................................................................... 24
A. Kesimpulan ............................................................................................... 24
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... iii
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mudharabah dan musyarakah atau yang sering dikenal dengan istilah profit
and loss sharing (PLS) adalah dua model perkongsian yang direkomendasikan
dalam Islam karena bebas dari sistem riba. Oleh karena itu, penulis berusaha
mendiskripsikan mengenai musyarakah dan mudharabah dalam makalah ini.
1
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
D. Manfaat Penulisan
2
BAB II
PEMBAHASAN
Adapun dalam Islam bisnis dapat dipahami sebagai serangkaian aktivitas bisnis
dalam berbagai bentuknya yang tidak dibatasi jumlah (kuantitas) kepemilikan
hartanya (barang/jasa) termasuk profitnya, namun dibatasi dalam cara perolehan
dan pendayagunaan hartanya (ada aturan halal dan haram).
3
bisnis dijalankan dalam ikatan syariah Islam. Organisasi tersebut harus mampu
mendaptkan modal, menggaji tenaga kerja, dan faktor lain pada produksi,
utamanya dalam menghadapi resiko kerugian apapun yang mungkin terjadi.
2. Kerja Sama
a. Musyarakah
b. Mudharabah
c. Perusahaan
1. Pengertian Al-Musyarakah
Musyarakah adalah akad kerja sama dan bagi hasil antara dua pihak atau
lebih untuk suatu usaha tertentu dengan cara masing-masing pihak memberikan
kontribusi atau menggabungkan modal, dana atau mal dengan kesepakatan
bahwa hak-hak, kewajiban, risiko dan keuntungan ditanggung secara bersama
dengan nisbah (bagi hasil) ditentukan sesuai jumlah modal dan peran masing-
masing.
4
Pembiayaan bagi hasil dalam bentuk musyarakah diatur dalam Undang-
undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, dalam pasal 1 angka 13
disebutkan bahwa musyarakah merupakan salah satu produk pembiayaan pada
perbankan syariah. Musyarakah adalah suatu transaksi dua orang atau lebih,
transaksi ini meliputi pengumpulan dana dan penggunaan modal. Keuntungan
dan kerugian di tanggung bersama sesuai dengan kesepakatan. Namun
demikian modal tidak selalu berbentuk uang tetapi dapat berbentuk lain.
5
f. Menurut Naf'an (2014), musyarakah adalah akad kerja sama yang terjadi
di antara para pemilik modal (mitra musyarakah) untuk menggabungkan
modal dan melakukan usaha secara bersama dalam suatu kemitraan,
dengan nisbah pembagian hasil sesuai dengan kesepakatan, sedangkan
kerugian ditanggung secara proporsional sesuai dengan kontribusi modal.
ً ِن َكث
َّيرا َو ِإن َ َض ُه َّْم لَيَ ْب ِغى ْٱل ُخل
ََّ طا ٓ َِّء ِم ُ علَىَّ بَ ْع
َ ضإِل ََّ ع ِملُواَّ َءَّا َمنُواَّ اٱلذ
ٍ ِين َّّبَ ْع َ ت َو ََّ ما َوقَ ِليلَّ ٱلص ِل
َِّ ح
َُّه ْم
Artinya: "Dari sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang berserikat itu
sebagian mereka berbuat zalim kepada sebagian yang lain, kecuali orang-orang
yang beriman dan mengerjakan amal yang shaleh; dan amat sedikitlah mereka
ini" (Q.S Shaad:24).
Musyarakah dalam Al-Hadist seperti yang diriwayatkan oleh Abu Daud dari
Abu Hurairah, yaitu:
Artinya: "Nabi SAW bersabda, sesungguhnya Allah SWT berfirman, Aku adalah
yang ketiga pada dua orang yang bersekutu, selama salah seorang dari keduanya
tidak mengkhianati temanya, Aku akan keluar dari persekutuan tersebut apabila
salah seorang menghianatinya".
Maksud yang terkandung dari hadis di atas adalah Allah SWT akan
menjaga, memelihara dan menolong pihak-pihak yang melakukan kerja sama
serta menurunkan berkah atas kerja sama yang dijalankannya. Apa saja yang
mereka lakukan harus sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati agar tidak
terjadi persengketaan di antara masing-masing pihak.
6
legitimasi Musyarakah secara global walaupun terdapat perbedaan pendapat
dalam beberapa elemen darinya".
3. Jenis-Jenis Musyarakah
a. Syirkah Al-Milk
Syirkah al-Milk atau Al-Amlak adalah kepemilikan bersama antara pihak
yang berserikat dan keberadaannya muncul pada saat dua orang atau lebih
secara kebetulan memperoleh kepemilikan bersama atas sesuatu kekayaan
tanpa adanya perjanjian kemitraan secara resmi. Syirkah al-Milk biasanya
berasal dari warisan. Pendapatan atas barang warisan ini akan dibagi hingga
porsi hak atas warisan itu sampai dengan barang warisan itu dijual. Misalnya
tanah warisan, sebelum tanah ini dijual maka bila tanah ini menghasilkan,
maka hasil bumi tersebut dibagi kepada ahli waris sesuai dengan porsi
masing-masing. Syirkah al-Milk muncul bukan karena adanya kontrak, tetapi
karena suka rela dan terpaksa.
Syirkah Al-Milk dibagi menjadi dua bagian yaitu syirkah ikthtiar dan
syirkah jabar. Syirkah ikhtiar adalah syirkah yang lahir atas kehendak dua
pihak yang bersekutu, contohnya dua orang yang membeli suatu barang.
Sedangkan syirkah jabar adalah persekutuan yang terjadi di antara dua orang
atau lebih tanpa sekehendak mereka. Seperti dua orang yang mendapatkan
sebuah warisan, sehingga barang yang menjadi warisan tersebut menjadi hak
milik kedua orang yang bersangkutan.
b. Syirkah Al-Uqud
Syirkah Al-Uqud adalah akad kerja sama antar dua orang atau lebih
dalam mengelola harta dan resiko, baik keuntungan maupun kerugian
ditanggung bersama. Syirkah al-Uqud merupakan contractual partnership
yang dapat dianggap sebagai kemitraan yang sesungguhnya karena pada
7
pihak yang bersangkutan secara sukarela yang berkeinginan untuk membuat
suatu perjanjian investasi bersama dan berbagai untung dan risiko.
2) Syirkah Inan adalah kontrak antara dua orang atau lebih. Setiap
pihak memberikan suatu porsi dar keseluruhan dana dan berpartisipasi
dalam kerja. Kedua pihak berbagi dalam keuntungan dan kerugian
sebagaimana yang disepakati di antara mereka. Akan tetapi, porsi
masing-masing pihak, baik dalam dana maupun kerja atau bagi hasil,
tidak harus sama dan identik sesuai dengan kesepakatan mereka.
3) Syirkah Wujuh adalah kontrak antara dua orang atau lebih yang
memiliki reputasi dan prestise baik serta ahli dalam bisnis. Mereka
membeli barang secara kredit dari suatu perusahaan dan menjual
barang tersebut secara tunai. Mereka berbagi dalam keuntungan dan
kerugian berdasarkan jaminan kepada penyuplai yang disediakan oleh
tiap mitra.
4) Syirkah A’mal adalah adalah kontrak kerja sama dua orang seprofesi
untuk menerima pekerjaan secara bersama dan berbagi keuntungan
dari pekerjaan itu. Misalnya kerja sama dua orang arsitek untuk
menggarap sebuah proyek atau kerja sama, dua orang penjahit untuk
menerima order pembuatan seragam sebuah kantor. Musyarakah ini
kadang disebut dengan syirkah abdan atau sanaa'i.
8
5) Syirkah Mudharabah adalah bentuk kerja sama antara pemilik
modal dan seseorang yang punya keahlian dagang dan keuntungan
perdagangan dari modal itu dibagi sesuai dengan kesepakatan
bersama. Syirkah Mudharabah merupakan kerja sama usaha antara
dua pihak atau lebih yang mana satu pihak sebagai shahibul maal yang
menyediakan dana 100% untuk keperluan usaha, dan pihak lain tidak
menyerahkan modal dan hanya sebagai pengelola atas usaha yang
dijalankan, disebut mudharib.
a. Tidak ada bentuk khusus kontrak, berakad dianggap sah jika diucapkan
secara verbal/tertulis, kontrak dicatat dalam tulisan dan disaksikan.
b. Mitra harus kompeten dalam memberikan/diberikan kekuasaan perwalian.
c. Modal harus uang tunai, emas, perak yang nilainya sama, dapat terdiri dari
aset perdagangan, hak yang tidak terlihat (misalnya lisensi, hak paten dan
sebagainya).
d. Partisipasi para mitra dalam pekerjaan adalah sebuah hukum dasar dan
tidak diperbolehkan bagi salah satu dari mereka untuk mencantumkan
tidak ikut sertanya mitra lainnya. Namun porsi melaksanakan pekerjaan
tidak perlu harus sama, demikian pula dengan bagian keuntungan yang
diterima.
9
Menurut Perwatatmadja (1996), pembiayaan musyarakah mempunyai prinsip-
prinsip sendiri yang membedakan dengan pembiayaan lainnya, yaitu sebagai
berikut:
a. Proyek atau kegiatan usaha yang akan dikerjakan fleksibel dan tidak
bertentangan dengan syariah.
b. Pihak-pihak yang turut dalam kerja sama memasukkan dana musyarakah
dengan ketentuan; dapat berupa uang tunai atau aset yang likuid, Dana
yang terhimpun bukan lagi milik perorangan, tetapi menjadi milik usaha.
a. Akad
Pernyataan ijab dan qabul harus dinyatakan oleh para pihak untuk
menunjukkan kehendak mereka dalam mengadakan kontrak (akad), dengan
memperhatikan hal-hal berikut:
b. Pihak-pihak
Pihak-pihak yang berkontrak harus cakap hukum, dan memperhatikan
hal-hal berikut:
1) Kompeten dalam memberikan atau diberikan kekuasaan perwakilan.
2) Setiap mitra harus menyediakan dana dan pekerjaan, dan setiap mitra
melaksanakan kerja sebagai wakil.
3) Setiap mitra memiliki hak untuk mengatur aset musyarakah dalam
proses bisnis normal.
10
4) Setiap mitra memberi wewenang kepada mitra yang lain untuk
mengelola aset dan masing-masing dianggap telah diberi wewenang
untuk melakukan aktivitas musyarakah dengan memperhatikan
kepentingan mitranya, tanpa melakukan kelalaian dan kesalahan yang
disengaja.
5) Seseorang mitra tidak diizinkan untuk mencairkan atau
menginvestasikan dana untuk kepentingannya sendiri.
c. Modal
1) Modal yang diberikan harus uang tunai, emas, perak atau yang lainnya
sama. Modal dapat terdiri dari aset perdagangan, seperti barang-
barang, properti, dan sebagainya. Jika modal berbentuk aset, harus
terlebih dahulu dinilai dengan tunai dan disepakati oleh para mitra.
2) Para pihak tidak boleh meminjam, meminjamkan, menyumbangkan
atau menghadiahkan modal musyarakah kepada pihak lain, kecuali
atas dasar kesepakatan.
3) Pada prinsipnya, dalam pembiayaan musyarakah tidak ada jaminan,
namun untuk menghindari terjadinya penyimpangan, LKS dapat
meminta jaminan.
d. Kerja
11
e. Keuntungan dan Kerugian
Keuntungan yang diperoleh dan kerugian yang timbul memiliki ketentuan
sebagai berikut:
2) Jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya atau jika terjadi
perselisihan di antara para pihak, maka penyelesaiannya dilakukan
melalui Badan Arbitrase Syariah setelah tidak tercapai kesepakatan
melalui musyawarah.
1. Pengertian Mudharabah
12
memperoleh pendapatan atau keuntungan. Pemilik modal dapat disebut shahibul
maal, rabbul maal, atau propretior. Pengelola modal disebut mundharib. Modal
yang digulirkan disebut ra'sul maal. Kerja sama yang dilakukan berdasarkan
pada prinsip profit sharing, yang satu sebagai pemilik modal dan yang kedua
menjalankan usaha. Pendapatan atau keuntungan dibagi berdasarkan nisbah yang
telah disepakati di awal akad menggunakan metode bagi untung dan rugi (profit
and loss sharing) atau metode bagi pendapatan (revenue sharing).
Istilah mudharabah secara etimologi berasal dari bahasa arab yaitu darb,
yang memiliki arti memukul, berdetak, mengalir, berenang, bergabung,
menghindar berubah, mencampur, berjalan, dan lain sebagainya. Secara
terminologi mudharabah adalah bentuk kontrak (perjanjian) antara pemilik
modal (shahibul maal) dan pengguna dana (mudharib) untuk digunakan aktivitas
yang produktif di mana keuntungan dibagi kedua belah pihak antara pemilik
modal dan pengelola dana. Apabila terjadi kerugian ditanggung oleh pemilik
modal, jika kerugian itu terjadi dalam keadaan normal, pemodal (shahibul maal)
tidak boleh intervensi kepada pengelola dana (mudharib) dalam menjalankan
usahanya (Mardani, 2012).
13
modal sebesar 100% yang disebut sebagai Shahibul Maal dan pihak
lainnya sebagai pengelola usaha yang disebut sebagai Mudharib.
b. Menurut Naf'an (2014), mudharabah adalah akad antar pihak pemilik
modal (shahibul maal) dengan pengelola (mudharib) untuk memperoleh
pendapatan atau keuntungan. Pendapatan atau keuntungan tersebut dibagi
berdasarkan nisbah yang telah disepakati di awal akad.
c. Menurut Umam (2016), mudharabah adalah penanaman dana dari pemilik
dana (shahibul maal) kepada pengelola dana (mudharib) untuk melakukan
kegiatan usaha tertentu, dengan pembagian menggunakan metode bagi
untung dan rugi (profit and loss sharing) atau metode bagi pendapatan
(revenue sharing) antara kedua belah pihak berdasarkan nisbah yang telah
disepakati sebelumnya.
d. Menurut Karim (2006), mudharabah adalah bentuk kontrak antara dua
pihak dimana satu pihak berperan sebagai pemilik modal dan
mempercayakan sejumlah modalnya untuk dikelola oleh pihak kedua,
yakni si pelaku usaha, dengan tujuan untuk mendapatkan uang.
e. Menurut Dahlan (2012), mudharabah adalah bentuk kontrak kerja sama
yang didasarkan pada prinsip profit sharing, yang satu sebagai pemilik
modal dan yang kedua menjalankan usaha. Modal disini berupa uang dan
tidak boleh berbentuk barang. Pemilik modal dapat disebut shahibul maal,
rabbul maal, atau propretior. Pengelola modal disebut mundharib. Modal
yang digulirkan disebut ra'sul maal.
a. Al-Quran
14
Artinya: "Dan dari orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari
sebagian karunia Allah SWT".(Q.S Al-Muzzammil : 20)
b. Al-Hadits
HR Ibnu Majah No.2280 dalam kitab At-Tijarah
“Dari Shalih bin Shuhaib R.A. bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Tiga hal
yang didalamnya terdapat keberkatan: jual beli secara tangguh,
muqaradhah (mudharabah), dan mencampur gandum dengan tepung untuk
keperluan rumah, bukan untuk dijual".
c. Ijma
Imam Zailai telah menyatakan bahwa para sahabat telah berkonsensus
terhadap legitimasi pengolahan harta yatim secara mudharabah. Qiyas
merupakan dalil lain yang membolehkan mudharabah dengan
mengqiyaskannya (analogi) kepada transaksi musaqat, yaitu bagi hasil
yang umum dilakukan dalam bidang perkebunan. Dalam hal ini, pemilik
kebun bekerja sama dengan orang lain dengan pekerjaan menyiram,
memelihara dan merawat isi perkebunan. Dalam perjanjian ini, sang
perawat (penyiram) mendapatkan bagi hasil tertentu sesuai dengan
kesepakatan di depan dari out put perkebunan (pertanian). Dalam
mudharabah, pemilik dana (shahibul maal) dianalogikan dengan pemilik
kebun, sedangkan pemeliharaan kebun dianalogikan dengan pengusaha
(entrepreneur).
15
3. Rukun, Syarat dan Prinsip Mudharabah
a. Akad
Syarat yang terkait dengan orang yang melakukan akad (Aqidain), yaitu:
b. Modal
16
2) Modal harus dalam bentuk tunai, seandainya berbentuk aset
diperbolehkan asalkan berbentuk barang niaga dan memiliki nilai atau
historinya pada saat mengadakan kontrak.
3) Besarnya ditentukan secara jelas di awal akad.
4) Modal bukan merupakan pinjaman (hutang).
5) Modal diserahkan langsung kepada pengelola dana dan secara tunai.
6) Modal digunakan sesuai dengan syarat-syarat akad yang disepakati.
7) Pengembalian modal dapat dilakukan bersamaan dengan waktu
penyerahan bagi hasil atau pada saat berakhirnya masa akad
mudharabah.
c. Keuntungan
d. Kegiatan Usaha
Kegiatan usaha oleh pengelola (mundharib), sebagai pertimbangan (muqabil)
modal yang disediakan oleh penyedia dana, harus memperhatikan hal-hal
berikut:
17
2) Penyedia dana tidak boleh mempersempit tindakan pengelola
sedemikian rupa yang dapat menghalangi tercapainya tujuan
mudharabah, yaitu keuntungan.
3) Pengelola tidak boleh menyalai hukum syariah islam dalam
tindakannya yang berhubungan dengan mudharabah, dan harus
mematuhi kebiasaan yang berlaku dalam aktivitas itu.
18
dana mempercayakan dananya untuk dikelola oleh pengelola dana
(mudharib). Pemilik dana bisa saja membatalkan kontrak perjanjian
akad mudharabah tersebut apabila sudah tidak ada rasa saling percaya.
4. Jenis-Jenis Mudharabah
b. Mudharabah Muqayyadah
19
atau disebut juga dengan istilah restricted mudharabah atau specified
mudharabah adalah kebalikan dari mudharabah muthlaqah.
20
pihak. Sedangkan antara pemilik dana dan pelaksana usaha berlaku
nisbah bagi hasil.
21
d. Nasabah memberikan nisbah bagi hasil atau nilai keuntungan sesuai
dengan nilai kontrak. Lazimnya dibayarkan secara regular dalam interval
per-bulan.
22
f. LKS sebagai penyedia dana menanggung semua kerugian akibat dari
mundharabah. Kecuali dari mundharib (nasabah) melakukan kesalahan
yang disengaja, lalai, menyalahi perjanjian.
23
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Musyarakah adalah akad kerja sama dan bagi hasil antara dua pihak atau
lebih untuk suatu usaha tertentu dengan cara masing-masing pihak memberikan
kontribusi atau menggabungkan modal, dana atau mal dengan kesepakatan bahwa
hak-hak, kewajiban, risiko dan keuntungan ditanggung secara bersama dengan
nisbah (bagi hasil) ditentukan sesuai jumlah modal dan peran masing-masing.
Sedangkan Mudharabah adalah bentuk akad, perjanjian atau kontrak antara dua
pihak atau lebih untuk melakukan kerja sama menjalankan suatu usaha untuk
24
memperoleh pendapatan atau keuntungan. Pemilik modal dapat disebut shahibul
maal, rabbul maal, atau propretior. Pengelola modal disebut mundharib.
25
DAFTAR PUSTAKA
Aghistina Laila. “Organisasi Bisnis dalam Islam” Diakses 9 Januari 2022 Pukul
20.30
https://lailaghistina.blogspot.com/2014/06/organisasi-bisnis-dalam-islam.html
Apriyanto Anto. 2017 “ Organisasi Bisnis dalam Islam “ 9 Januari 2022 Pukul
21.15
https://www.slideshare.net/Anhal234/organisasi-bisnis-dalam-islam-anto-
apriyanto