Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH

PENGANTAR STUDI ISLAM


( MENGAPA ALLAH MEMERINTAHKAN SHALAT
KEPADA UMAT MUSLIM )

DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH

PENGANTAR STUDI ISLAM


DOSEN PENGAMPU : ADE NURHAMZAH, S.IP.,M.M.

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 1
RIKA APRILIYA (21010387)
SUNARDI (2 )

PROGRAM SARJANA EKONOMI SYARIAH


SEKOLAH TINGGI EKONOMI DAN BISNIS ISLAM (STEBI)
TANGGAMUS LAMPUNG
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat,
karunia, taufik dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah tentang
Pengantar Studi Islam dengan baik dan tepat waktu meskipun banyak kekurangan
di dalamnya.

Kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada Bapak Ade Nurhamzah,


S.IP.,M.M. selaku Dosen mata kuliah Pengantar Studi Islam yang telah
memberikan tugas ini. Berkat tugas yang diberikan, dapat menambah wawasan
kami berkaitan dengan topik yang diberikan. Kami juga mengucapkan terima
kasih yang sebesarnya kepada semua pihak yang membantu dalam proses
penyusunan makalah ini.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan bagi pembaca mengenai Pengantar Studi Islam. Kami
menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini
karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman. Oleh sebab itu kami berharap
adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di
masa yang akan datang. Mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran
yang membangun.

Kota Agung, 13 Januari 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .......................................................................................... i
DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan ........................................................................................ 2
1.4 Manfaat Penulisan ...................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................... 4
2.1 Pengertian Shalat ........................................................................................ 4
2.2 Sejarah yang Mewajibkan Shalat ................................................................ 5
2.3 Manfaat Shalat ........................................................................................... 6
2.4 Dalil-Dalil yang Mewajibkan Sholat......................................................... 11
2.5 Kedudukan Shalat dalam Islam ................................................................ 13
2.6 Macam-Macam Shalat Wajib dan Shalat Sunnah ...................................... 14
2.7 Syarat-Syarat Shalat dan Rukun Shalat ..................................................... 19
2.8 Hal-Hal yang Membatalkan Shalat, Sunnah dalam Melakukan Shalat dan
Makruh Shalat ................................................................................................ 23
2.9 Bahaya Meninggalkan Shalat ................................................................... 25
BAB III PENUTUP ........................................................................................... 27
3.1 Kesimpulan .............................................................................................. 27
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... iii

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sudah kita ketahui bersama bahwa Ibadah merupakan suatu kewajiban


bagi umat manusia terhadap Tuhannya dan dengan ibadah manusia akan
mendapatkan ketenangan dan kebahagiaan di dunia dan di akhirat nanti. Bentuk
dan jenis Ibadah sangat bermacam-macam, seperti Shalat, puasa, naik haji,
membaca Al Qur’an, jihad dan lainnya. Islam didirikan atas lima sendi (tiang)
Sholat merupakan salah satu tiang bangunan Islam. Begitu pentingnya arti sebuah
tiang dalam suatu bangunan yang bernama Islam, sehingga barang siapa yang
mendirikan shalat, maka dia telah mendirikan agama, dan barang siapa yang
meninggalkan shalat, maka ia meruntuhkan agama (Islam).

Shalat merupakan salah satu kewajiban bagi kaum muslimin yang sudah
baligh berakal, dan harus dikerjakan bagi seorang mukmin dalam keadaan
bagaimanapun. Shalat merupakan rukun Islam yang kedua setelah syahadat.
Shalat yang wajib harus didirikan dalam sehari semalam sebanyak lima kali,
berjumlah 17 raka’at. Shalat tersebut wajib dilaksanakan oleh muslim baligh tanpa
terkecuali baik dalam keadaan sehat mapun sakit, dalam keadaan susah maupun
senang, lapang ataupun sempit. Selain shalat wajib yang lima ada juga shalat
sunat.
Sesungguhnya shalat merupakan sistem hidup, manhaj tarbiyah dan ta’lim
yang sempurna, yang meliputi (kebutuhan) fisik, akal dan hati. Tubuh menjadi
bersih dan bersemangat, akal bisa terarah untuk mencerna ilmu, dan hati menjadi
bersih dan suci. Karena itu semua maka masyarakat Islam pada masa salafus
shalih sangat memperhatikan masalah shalat, sampai mereka menempatkan shalat
itu sebagai ”mizan” atau standar, yang dengan neraca itu ditimbanglah kadar
kebaikan seseorang dan diukur kedudukan dan derajatnya. Jika mereka ingin
mengetahui agama seseorang sejauh mana istiqamahnya maka mereka bertanya

1
tentang shalatnya dan sejauh mana ia memelihara shalatnya, bagaimana ia
melakukan dengan baik. Ini sesuai dengan hadits Rasulullah SAW:
“Apabila kamu melihat seseorang membiasakan ke Masjid, maka saksikanlah
untuknya dengan iman.” (HR. Tirmidzi).
Dalam kitab Jami’ush shogir lima orang sahabat r.a. yaitu Tsauban, Ibnu Umar,
Salamah, Abu Umamah dan Ubadah r.a. telah meriwayatkan hadist ini : ” Sholat
adalah sebaik-baik amalan yang ditetapkan Allah untuk hambanya”. Begitupun
dengan maksud hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu mas’ud dan Anas r.a.
Begitulah orang-orang yang beriman itu bukanlah orang yang melaksanakan ritual
dan gerakan-gerakan yang diperintahkan dalam sholat semata tetapi dapat
mengaplikasikannya dalam kesehariannya. Sholat sebagai salah satu penjagaan
bagi orang-orang yang beriman yang benar-benar melaksanakannya.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa Pengertian Shalat?
2. Bagaimana Sejarah yang Mewajibkan Shalat?
3. Apa Manfaat Shalat?
4. Apa Dalil-dalil yang Mewajibkan Shalat?
5. Bagaimana Kedudukan Shalat dalam Islam?
6. Apa Macam-Macam Shalat Wajib, dan Shalat Sunnah?
7. Apa Syarat-syarat Shalat dan Rukun Shalat?
8. Apa Hal-Hal yang Membatalkan Shalat, Sunnah dalam Shalat, dan Makruh
Shalat?
9. Apa Bahaya Meninggalkan Shalat?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui Pengertian Shalat
2. Untuk mengetahui Sejarah yang Mewajibkan Shalat
3. Untuk mengetahui Manfaat Shalat
4. Untuk mengetahui Dalil-dalil yang Mewajibkan Shalat
5. Untuk mengetahui Kedudukan Shalat dalam Islam
6. Untuk mengetahui Macam-Macam Shalat Wajib, dan Shalat Sunnah

2
7. Untuk mengetahui Syarat-syarat Shalat dan Rukun Shalat
8. Untuk mengetahui Hal-Hal yang Membatalkan Shalat
9. Untuk mengetahui Bahaya Meninggalkan Shalat

1.4 Manfaat Penulisan


1. Sebagai bahan untuk menambah khasanah keilmuan, pengetahuan, dan
wawasan tentang Hak Asasi Manusia
2. Sebagai bahan referensi dari sumber-sumber yang telah ada sebelumnya.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Shalat

Secara etimologi atau Bahasa shalat berarti do’a dan secara terminology
(istilah), para ahli Fiqih mengartikan secara lahir dan hakiki. Secara lahiriah
Shalat berarti “Beberapa ucapan dan perbuatan yang dimulai dengan takbir dan di
akhiri dengan salam, yang dengannya kita beribadah kepada Allah menurut
syarat-syarat yang telah ditentukan”. Secara hakiki Shalat ialah “Berhadapan hati,
jiwa dan raga kepada Allah,secara yang mendatangkan rasa takut kepada-Nya atau
mendhairkan hajat dan keperluan kita kepada Allah yang kita sembah dengan
perkataan dan perbuatan”.

Dalam pengertian lain Shalat ialah salah satu sarana komunikasi antara
hamba dengan Tuhannya sebagai bentuk ibadah yang didalamnya merupakan
amalan yang tersusun dari beberapa perkataan dan perbuatan yang diawali dengan
takbir dan diakhiri dengan salam, serta sesuai dengan syarat dan rukun yang telah
ditentukan syara’ (Imam Basyahri Assayuthi: 30).

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa Shalat adalah


Suatu ibadah kepada Tuhan, berupa perkataan dengan perbuatan yang diawali
dengan takbir dan diakhiri dengan salam menurut syarat dan rukun yang telah
ditentukan syara’ berupa penyerahan diri secara lahir batin kepada Allah dalam
rangka ibadah dan memohon ridho-Nya.

Menurut A. Hasan (1991) Baqha (1984), Muhammad bin Qasim As-


Syafi’i (1982) dan Rasyid (1976) shalat menurut bahasa Arab berarti berdo’a.
ditambahakan oleh Ash-Shiddiqy (1983) bahwa perkataan shalat dalam bahasa
Arab berarti do’a memohon kebajikan dan pujian. Sedangkan secara hakekat
mengandung pengertian “berhadap (jiwa) kepada Allah dan mendatangkan takut
kepadanya, serta menumbuhkan di dalam jiwa rasa keagungan, kebesaran-Nya
dan kesempurnaan kekuasaannya.

4
Solat yang berarti do’a terlihat dari firman Allah dalam Surah At-Taubah ayat
103: Artinya: “dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu
(menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka”

Secara dimensi Fiqh shalat adalah beberapa ucapan atau rangkaian ucapan
dan perbuatan (gerakan) yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam
yang dengannya kita beribadah kepada Allah, dan menurut syarat-syarat yang
telah di tentukan oleh Agama.

2.2 Sejarah yang Mewajibkan Shalat

Shalat merupakan ibadah terdahulu, yang juga dilakukan oleh nabi-nabi


sebelum Nabi Muhammad, namun, di masa Nabi Muhammad lah semua gerak
dan doa dalam shalat terkumpulkan. Fakta sejarah bahwa shalat sudah dikerjakan
oleh nabi-nabi terdahulu dapat kita simak pada tulisan Almaghfurlah Muhammad
Said Ramadhan al-Buthi dalam Fiqh Sirah Nabawiyah (Damaskus: Dar al-Fikr,
1426 H), hal. 109:
“Sebelum pensyariatan shalat, nabi terdahulu melakukan shalat masing-masing 2
rakaat di pagi dan sore hari sebagaimana dilakukan oleh Nabi Ibrahim
‘alaihissalâm.”
Fakta tersebut juga didukung oleh beberapa ayat Al-Qur’an seperti dalam Surat
Maryam ayat 55 yang menggambarkan tentang shalatnya Nabi Ismail
‘alaihissalâm:

َ‫ص ََلةِ أ َ ْهلَهُ يَأ ْ ُم ُر َو َكان‬ َّ ‫ضي َربِ ِه ِع ْندَ َو َكانَ َو‬
َّ ‫الزكَاةِ بِال‬ ِ ‫اً َم ْر‬

Artinya : “Dan dia (Ismail) menyuruh keluarganya untuk melaksanakan shalat dan
zakat, dan ia adalah seorang yang diridloi disisi Tuhan-Nya”

Juga Surat Maryam (31) yang menggambarkan tentang shalatnya Nabi Isa
‘alaihissalâm:

َ ‫ص ََلةِ َوأ َ ْو‬


‫صانِي‬ َّ ‫َحيًّا د ُْمتُ َما َو‬
َّ ‫الزكَاةِ بِال‬

Artinya : “Dan Dia (Allah) memerintahkan kepadaku (Isa) (mendirikan) shalat


dan (menunaikan) zakat selama aku hidup;” Mengacu pada keterangan di atas,

5
sebelum pensyariatan shalat, Nabi Muhammad juga sebenarnya sudah rutin
melakukan shalat di pagi dan sore hari.

Mengacu pada keterangan di atas, sebelum pensyariatan shalat, Nabi Muhammad


juga sebenarnya sudah rutin melakukan shalat di pagi dan sore hari. Hal tersebut
juga diperkuat dengan Surat Al-Mu’minun ayat 31:

َ ‫َار ِب ْال َعشِي ِ َر ِبكَ ِب َح ْم ِد َو‬


ْ‫س ِبح‬ ِ ْ ‫َو‬
ِ ‫اْل ْبك‬

Artinya : “Dan sucikanlah (shalatlah) dengan memuji Tuhanmu, di waktu sore dan
pagi hari”.

Perintah shalat 5 waktu kemudian diberikan oleh Allah kepada Nabi


Muhammad dalam peristiwa Isra dan Mi’raj, yang terjadi sekitar 18 bulan
sebelum peristiwa hijrah. Peristiwa tersebut terekam dalam hadits Nabi riwayat
Bukhori (No. 342) dan Muslim (No. 163):
“Bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “loteng rumahku
terbuka saat aku berada di Makkah, kemudian Jibril turun … kemudian ia
memegang tanganku dan mengangkatku ke langit…kemudian Allah
memfardlukan shalat 50 waktu pada ummatku…maka aku kembali lagi, dan Dia
(Allah) berfirman: “Shalat 5 waktu itulah (pahalanya sama dengan) shalat 50
waktu, tidak akan tergantikan lagi pernyataanku”.
Sejak saat itulah shalat 5 waktu sehari semalam difardlukan bagi umat Nabi
Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Shalat 5 waktu yang pahalanya sama
seperti shalat 50 waktu.

2.3 Manfaat Shalat

Mengapa Allah SWT memerintahkan umat muslim menunaikan shalat


setiap hari? mengapa tidak memerintahkan setiap minggu sekali, sebulan sekali
atau setahun sekali?. Mengapa Allah memerintahkan kita shalat lima kali dalam
sehari?

Sesungguhnya Allah Swt adalah Tuhan yang maha Rahman dan maha
rohim,yang maha tahu akan segala apa yang ada di bumi,sehingga setiap apapun

6
yang diperintahkan dan dilarang olehnya benar – benar menunjukan kasih sayang
dan cintanya kepada setiap makhluk di muka bumi.

Allah Swt berfirman dalam surat Al-kautsar ayat 2, “ Maka dirikanlah


shalat karena Tuhanmu; dan berkorbanlah”. Ayat tersebut menunjukan betapa
pentingnya menjalankan ibadah yang satu ini, bahkan Allah mengancam manusia
yang lalai dalam mengerjakan sholat dengan ancaman yang keras dalam surat al-
maun ayat 4-5 “maka celakalah bagi orang-orang yang sholat yaitu orang-orang
yang lalai dengan sholatnya”.

Apa sebenarrnya yang terkandung dalam sholat sehingga Allah Swt begitu
memerintahkannya bahkan mengancam orang-orang yang lalai dengan ancaman
yang keras apalagi orang yang meninggalkannya. Allah Swt memerintahkan untuk
sholat sebagai pembeda antara yang mu’min dan yang kafir, selain itu sholat juga
ibadah yang membuat kita lebih dekat dengan Allah, dalam sebuah hadits qudsy
dikatakan “kedekatan seorang hamba kepada-ku, seperti sesuatu yang aku
fardukan (wajibkan) padanya. dan tidak henti-hentinya seorang hamba
mendekatkan diri kepadaku dengan amalan-amalan sunat ,sehingga aku
mencintainya, maka aku menjadi telinga yang ia pergunakan untuk
mendengar,menjadi mata yang ia pergunakan untuk melihat. jika ia meminta
padaku sungguh aku akan memberinya dan bila ia berdoa kepadaku niscaya aku
akan mengabulkan.

Menurut penelitian Dr.Alexis Carel, seorang pemenang nobel dalam


bidang kedokteran memberikan pernyataan sebagai berikut, “Sholat memunculkan
aktivitas pada perangkat tubuh dan anggota tubuh bahkan sebagai sumber
aktivitas terbesar yang dikenal sampai saat ini. Sebagai seorang dokter, saya
melihat banyak pasien yang gagal dalam pengobatan ,dan dokter tidak mampu
mengobatinya,lalu ketika pasien-pasien membiasakan sholat justru penyakit
mereka hilang. Saya benar-benar melihat efek sholat pada kondisi sakit karena
banyak pasien sembuh dari penyakit radang tulang, kanker, luka membusuk dan
lain-lain dengan sholat.

7
Berikut ini akan di paparkan beberapa manfaat dari berbagai gerakan sholat
dengan aktivitas sirkulasi darah dalam urat.

1. Qiyam (berdiri)

Berdiri merupakan gerakan pertama dalam sholat.dalam posisi ini


seseorang berdiri tegak namun rileks.kaki merenggang selebar jarak antara
dua bahu tubuh. tangan kanan memegang tangan kiri posisi ini sebagai awal
pembukaan diri.

2.Ruku’

Posisi ini menempatkan jantung berada dalam satu garis horizontal dengan
pembuluh darah tulang besar ,sebagai ganti dari letak asalnya yaitu dalam
posisi lebih tinggi dari pembuluh darah tulang tersebut. posisi ini
memudahkan aliran darah untuk kembali ke jantung karena pengaruh karena
pengaruh aktivitas penarikan oleh urat-urat jantung sehingga jantung lebih
leluasa menarik darah tanpa rintangan gaya gravitasi bumi.gerakan ini jugga
meningkatkan kemampuan memompa dari urat urat dalam perut untuk
mengalirkan darahnya menuju jantung dennan kekutan maksimal oleh
pengerutan dinding perut. karena gerakan ini terbebas dari rintangan gravitasi
bumi yang biasanya membebani penarikan darah dari bawah keatas sehimgga
darah mengalir kembali ke jantung sehingga darah dapat kembali dengan
mudah ke jantung, dan darah dapat dibersikan dari segala kotoran secara
maksimal setelah mengalir ke bagian tubuh.

3 .I’tidal

Gerakan ini membantu menarik nafas yang dalam lalu diikuti pengeluaran
nafas tersebut dari arah yang berlawanan dengan kuat diafragma kembali
dalam posisi lebih tinggi, rongga perut tertekan ke tempat yang lebih rendah.
dada berada dalam posisi lebih tinggi dari desakan udara sehingga
terpancarnya darah ke rongga dada. aliran darah yang telah berada pada
rongga kaki mempunyai kesempatan leluasa untuk berjalan cepat menuju

8
rongga perut dimana urat – urat yang sedang lunak siap menerima darah yang
tengah berjalan dari arah kaki.

4. Gerakan dari berdiri menuju sujud

Gerakan ini membangkitkan semua proses pemompaan darah urat samping


secara maksimal dan seaktif mungkin. gerakan tersebut memompa darah pada
urat kaki,menyemprot betis, menyemprot paha dari samping ke samping juga
menyemprot perut. hal ini bertujuan memeras darah urat yang terdapat dalam
jaringan darah menuju urat kecil dan dilanjutkan ke urat besar.

5.Gerakan sujud

Gerakan ini memunculkan sirkulasi darah yang sempurna searah dengan


tarikan gaya gravitasi bumi. pengencangan punggung menjadikan otot yang
bersandar pada punggung mengalirkan darah dengan deras menuju aliran
darah yang memancar dalam nadi darah besar yang pada saat itu berada
dalam posisi lebih tinggi dari posisi keberadan jantung.

Selain itu, berikut ini beberapa manfaat dari gerakan sholat yang baik untuk
kesehatan:

Berdiri lurus adalah pelurusan tulang belakang, dan menjadi awal dari sebuah
latihan pernapasan, pencernaan dan tulang.

Takbir merupakan latihan awal pernapasan. Paru-paru adalah alat pernapasan,


Paru kita terlindung dalam rongga dada yang tersusun dari tulang iga yang
melengkung dan tulang belakang yang mencembung, dengan begitu kita tidak
mudah terserang penyakit, tulang belakang juga akan lurus.

Takbir berarti kegiatan mengangkat lengan dan merenggangkannya, hingga


rongga dada mengembang seperti halnya paru-paru. Dan mengangkat tangan
berarti meregangnya otot-otot bahu hingga aliran darah yang membawa oksigen
menjadi lancar.

Ruku’ berarti memperlancar aliran darah dan getah bening ke leher oleh karena
sejajarnya letak bahu dengan leher. Aliran akan semakin lancar bila ruku’

9
dilakukan dengan benar yaitu meletakkan perut dan dada lebih tinggi daripada
leher.

Sujud juga melancarkan peredaran darah hingga dapat mencegah wasir. Sujud
dengan cepat tidak bermanfaat. Ia tidak mengalirkan getah bening dan tidak
melatih tulang belakang dan otot. Tak heran kalau ada di sebagian sahabat Rasul
menceritakan bahwa Rasulullah sering lama dalam bersujud.

Duduk di antara dua sujud dapat mengaktifkan kelenjar keringat karena


bertemunya lipatan paha dan betis sehingga dapat mencegah terjadinya
pengapuran. Gerakan ini menjaga supaya kaki dapat secara optimal menopang
tubuh kita.

Gerakan salam yang merupakan penutup sholat, dengan memalingkan wajah ke


kanan dan ke kiri bermanfaat untuk menjaga kelenturan urat leher. Gerakan ini
juga akan mempercepat aliran getah bening di leher ke jantung.

Selain bermanfaat untuk Kesehatan, Shalat juga bermanfaat untuk:

1. Sholat dapat menghapuskan dosa

Ibnu Mas’ud meriwayatkan dari Nabi SAW, beliau bersabda: “Kamu


sekalian berbuat dosa, maka kamu telah melakukan shalat subuh maka shalat itu
membersihkannya, kemudian kamu sekalian berbuat dosa, maka jika kamu
melakukan shalat zhuhur, maka shalat itu membersihkannya, kemudian berbuat
dosa lagi, maka jika kamu melakukan shalat ‘asar maka shalat itu
membersihkannya, kemudian kamu berbuat dosa lagi, maka jika kamu melakukan
shalat maghrib, maka shalat itu membersihkannya, kemudian kamu berbuat dosa
lagi, maka jika kamu melakukan shalat isya’, shalat itu akan membersihkannya,
kemudian kamu tidur maka tidak lagi di catat dosa bagi kamu hingga kamu
bangun.” (HR. Thabrani)

2. Mencegah perbuatan keji dan mungkar

“….sesungguhnya sholat itu mencegah dari perbuatan keji dan mungkar…” (Qs.
Al-Ankabut ayat 45). Sholat adalah salah satu aplikasi dari keimanan yang

10
diambil dari konsekuensi rukun islam yang pertama. Sebagai muslim yang
memiliki iltizam terhadap apa yang telah menjadi konsekuensi pengakuannya
terhadap keimanannya pada Allah, maka sholat akan menjadi pencegah
kemaksiatan dan kemungkaran dari dirinya sebagaimana telah disebutkan dalam
ayat tadi.

3. Dzikir, tilawah dan doa-doa dalam sholat sangat baik untuk membersihan jiwa
dan melunakkan perasaan, menenangkan pikiran dan perasaan. Shalat dengan
dipersyaratkannya membaca AL Fatihah di dalamnya, sementara AL Qur’an
menjadi kurikulum Tsaqafah Islamiyah yang sempurna telah memberikan bekal
pada akal dan fikiran dengan berbagai hakekat ilmu pengetahuan, sehingga orang
yang shalat dengan baik akan sehat tubuhnya, lembut perasaannya dan akalnya
pun mendapat gizi.

2.4 Dalil-Dalil yang Mewajibkan Sholat

Solat merupakan salah satu kewajiban yang menduduki kedua setelah


syahadat dalam rukun islam. Sehingga di dalam Al-Qur’an dan hadits banyak
sekali dijelaskan mengenai kewajiban untuk mengerjakan solat. Diantara dalil Al-
Qur’an yang menjelaskan mengenai kewajiban shalat adalah:

Firman Allah dalam surah Al-Bayyinah ayat 5:

Artinya: “Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan
memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan
supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian
Itulah agama yang lurus.”

Firman-Nya yang lain dalam surah An-Nisa ayat 103:

Artinya: “Maka apabila kamu Telah menyelesaikan shalat(mu), ingatlah Allah di


waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring. Kemudian apabila kamu
Telah merasa aman, Maka Dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa).
Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-
orang yang beriman.”

11
Sedangkan hadits-hadits yang menjelakan tentang kewajiban solat antara lain
adalah:

Dari ‘Abdullah bin ‘Umar, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, “Islam itu
terdiri atas lima rukun. Mengakui bahwa tidak ada Tuhan melainkan Allah, dan
sesungguhnya Muhammad itu adalah utusan Allah, mendirikan shalat,
menunaikan zakat, haji ke Baitullah dan puasa Ramadhan. [HR. Ahmad, Bukhari
dan Muslim, dalam Nailul Authar juz 1, hal. 333]

Dari Jabir, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, “(Yang membedakan) antara


seseorang dan kekufuran adalah meninggalkan shalat”. [HR. Jama’ah, kecuali
Bukhari dan Nasai, dalam Nailul Authar juz 1, hal. 340]

Dari Buraidah RA, ia berkata : Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda,


“Perjanjian antara kami dan mereka adalah shalat, maka barangsiapa
meninggalkannya, maka sungguh ia telah kufur”. [HR. Khamsah, dalam Nailul
Authar juz 1, hal. 343]

Dari Thalhah bin ‘Ubaidillah, bahwa seorang Arab gunung datang kepada
Rasulullah SAW dalam keadaan rambutnya kusut, lalu ia bertanya, “Ya
Rasulullah, beritahukanlah kepadaku, apa yang Allah wajibkan kepadaku dari
shalat ?”. Beliau bersabda, “Shalat-shalat yang lima, kecuali kamu mau
melakukan yang sunnah”. Ia bertanya, “Beritahukanlah kepadaku, apa yang Allah
wajibkan kepadaku dari puasa ?”. Beliau SAW bersabda, “Puasalah bulan
Ramadlan, kecuali kamu mau melakukan yang sunnah”. Ia bertanya lagi,
“Beritahukanlah kepadaku, apa yang Allah wajibkan kepadaku dari zakat ?’.
Thalhah berkata : Lalu Rasulullah SAW memberitahukan kepadanya tentang
syariat-syariat Islam seluruhnya. Lalu orang Arab gunung itu berkata, “Demi
Allah yang telah memuliakan engkau, saya tidak akan menambah sesuatu dan
tidak akan mengurangi sedikitpun dari apa-apa yang telah diwajibkan oleh Allah
kepada saya”. Lalu Rasulullah SAW bersabda, “Pasti ia akan bahagia, jika benar.

12
Atau pasti ia akan masuk surga jika benar (ucapannya)”. [HR. Ahmad, Bukhari
dan Muslim, dalam Nailul Authar juz 1, hal. 335]

Dari Anas bin Malik RA, ia berkata : Diwajibkan shalat itu pada Nabi SAW pada
malam Isra’, lima puluh kali. Kemudian dikurangi sehingga menjadi lima kali,
kemudian Nabi dipanggil, “Ya Muhammad, sesungguhnya tidak diganti (diubah)
ketetapan itu di sisi-Ku. Dan sesungguhnya lima kali itu sama dengan lima puluh
kali”. [HR. Ahmad, Nasai dan Tirmidzi. Dan Tirmidzi menshahihkannya, dalam
Nailul Authar juz 1, hal. 334]

Dari ‘Asy-Sya’bi bahwa ‘Aisyah RA pernah berkata : Sungguh telah difardlukan


shalat itu dua rekaat dua rekaat ketika di Makkah. Maka tatkala Rasulullah SAW
tiba di Madinah (Allah) menambah pada masing-masing dua rekaat itu dengan
dua rekaat (lagi), kecuali shalat Maghrib, karena sesungguhnya shalat Maghrib itu
witirnya siang, dan pada shalat Fajar (Shubuh), karena panjangnya bacaannya”.
Asy-Sya’bi berkata, “Dan adalah Rasulullah SAW apabila bepergian (safar),
beliau shalat sebagaimana pada awalnya (dua rekaat)”. [HR. Ahmad 6 : 241

2.5 Kedudukan Shalat dalam Islam

Shalat sebenarnya telah diperintahkan Allah kepada umat terdahulu


sebelum umat nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wasallam. Allah Ta’ala
berfirman (artinya), “Wahai Bani Isra’il ingatlah nikmat yang telah Aku berikan
kepada kalian …… tegakkanlah shalat, keluarkanlah zakat dan ruku’lah bersama
orang-orang yang ruku. [Al Baqarah: 40-43].

Adapun kedudukan sholat dalam islam yaitu:

1. Shalat sebagai sebab seseorang ditolong oleh Allah. Hal ini karena Allah
sendiri berfirman (artinya), “ Wahai orang-orang yang beriman mintalah
pertolongan kepada Allah dengan kesabaran dan shalat” [Al Baqarah 153]. Shalat
bila ditunaikan sebagaimana mestinya niscaya akan menyebabkan seseorang
ditolong oleh Allah dalam setiap urusannya.

13
2. Shalat merupakan sebab seseorang tercegah dari kekejian dan kemungkaran.
Allah berfirman (artinya), “Sesungguhnya shalat itu mencegah dari perbuatan keji
dan kemungkaran.” [Al Ankabuut 45]. Jika shalat dikerjakan dengan semestinya
pasti akan mencegah pelakunya dari kekejian dan kemungkaran dengan ijin Allah.

3. Shalat merupakan salah satu rukun islam. [H.R Al bukhari 8 dan Muslim 16].

4. Shalat merupakan amalan yang pertama kali dihisab/ dihitung di hari kiamat.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam bersabda (artinya), “Sesungguhnya


amalan seorang hamba yang pertama kali dihisab pada hari kiamat adalah shalat.
Apabila shalatnya baik maka ia akan beruntung dan selamat. Namun bila
shalatnya jelek maka ia akan merugi dan celaka..” [H.R At Tirmidzi 413 dan
dishahihkan Asy Syaikh Al Albani]. Yang dimaksud shalat merupakan amalan
pertama kali yang dihisab di hari kiamat adalah shalat wajib, sebagaimana sabda
beliau Shallallahu ‘alaihi Wasallam yang lain (artinya), “Sesungguhnya yang
pertama kali dihisab dari seorang muslim pada hari kiamat adalah shalat wajib…”
[H.R ibnu Majah 1425 dan dishahihkan Asy Syaikh Al Albani]. Telah dimaklumi
bahwa shalat yang diwajibkan kepada kita adalah shalat 5 waktu (Zhuhur, ‘Ashr,
Maghib, Isya’ dan Subuh). Demikian pula shalat Jum’at bagi pria. Inilah yang
disepakati seluruh ulama.

5. Keutamaan shalat dapat dilihat dari awal perintah untuk mengerjakannya yaitu
diperintahkan langsung kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam tanpa
melalui perantara Jibril “alaihis Salaam, di tempat yang tertinggi yang pernah
dicapai manusia yaitu langit ketujuh, di malam yang paling utama bagi Nabi
Shallallahu ‘alaihi Wasallam yaitu malam Isra’ Mi’raj dan diwajibkan disetiap
hari sepanjang hidup seorang muslim.

2.6 Macam-Macam Shalat Wajib dan Shalat Sunnah

A. Macam-Macam Shalat Wajib

1) Sholat Isya' yaitu sholat yang dikerjakan 4 (empat) raka'at dengan dua kali
tasyahud dan satu kali salam. Waktu pelaksanaannya dilakukan menjelang malam

14
(+ pukul 19:00 s/d menjelang fajar) yang diiringi dengan sholat sunnah qobliyah
(sebelum) dan ba'diyah (sesudah) sholat isya.

2) Sholat Subuh yaitu sholat yang dikerjakan 2 (dua) raka'at dengan satu kali
salam. Adapaun waktu pelaksanaannya dilakukan setelah fajar (+ pukul 04:10)
yang hanya diiringi dengan sholat sunnah qobliyah saja, sedang ba'diyah
dilarang[2].

3) Sholat dzuhur yaitu sholat yang dikerjakan 4 (empat) raka'at dengan dua kali
tasyahud dan satu kali salam. Adapun waktu pelaksaannya dilakukan sa'at
matahari tepat di atas kepala (tegak lurus) + pukul 12:00 siang, yang diiringi
dengan sholat sunnah qobliyah dan sholat sunnah ba'diyah (dua raka'at-dua raka'at
atau empat raka'at-empat raka'at dengan satu kali salam).

4) Sholat Ashar yaitu sholat yang dikerjakan 4 (empat) raka'at dengan dua kali
tasyahud dan satu kali salam. Adapun waktu pelaksanaannya dilakukan setelah
matahari tergelincir (+ pukul 15:15 sore atau sebatas pandangan mata) yang hanya
diiringi oleh sholat sunnah qobliyah dengan dua raka'at atau empat raka'at (satu
kali salam).

5) Sholat Maghrib yaitu sholat yang dikerjakan 3 (tiga) raka'at dengan dua kali
tasyahud dan satu kali salam. Adapun waktu pelaksanaanya dilakukan setelah
matahari terbenam (+ pukul 18:00) yang diiringi oleh sholat sunnah ba'diyah dua
raka'at atau empat raka'at dengan satu kali salam, sedang sholat sunnah qobliyah
hanya dianjurkan saja bila mungkin dilakukan, tapi bila tidak jangan (karena akan
kehabisan waktu).

B. Macam-Macam Shalat Sunnah

1. Shalat Sunah Tahajud


Shalat sunah tahajud adalah shalat yang dikerjakan pada waktu tengah
malam di antara shalat isya’ dan Shalat shubuh setelah bangun tidur. Jumlah
rokaat shalat tahajud minimal dua rokaat hingga tidak terbatas. Saat hendak
kembali tidur sebaiknya membaca ayat kursi, surat al-ikhlas, surat al-falaq dan
surat an-nas.

15
2. Shalat Sunah Dhuha

Shalat Dhuha adalah shalat sunah yang dilakukan pada pagi hari antara
pukul 07.00 hingga jam 10.00 waktu setempat. Jumlah roka'at shalat dhuha
minimal dua rokaat dan maksimal dua belas roka'at dengan satu salam setiap dua
roka'at. Manfaat dari shalat dhuha adalah supaya dilapangkan dada dalam segala
hal, terutama rejeki. Saat melakukan sholat dhuha sebaiknya membaca ayat-ayat
surat al-waqi'ah, adh-dhuha, al-quraisy, asy-syamsi, al-kafirun dan al-ikhlas.

3. Shalat Sunah Istikharah

Shalat istikharah adalah shalat yang tujuannya adalah untuk mendapatkan


petunjuk dari Allah SWT dalam menentukan pilihan hidup baik yang terdiri dari
dua hal/perkara maupun lebih dari dua. Hasil dari petunjuk Allah SWT akan
menghilangkan kebimbangan dan kekecewaan di kemudian hari. Setiap kegagalan
akan memberikan pelajaran dan pengalaman yang kelak akan berguna di masa
yang akan datang. Contoh kasus penentuan pilihan:

- memilih jodoh suami/istri


- memilih pekerjaan
- memutuskan suatu perkara
- memilih tempat tinggal, dan lain sebagainya

Dalam melakukan shalat istikharah sebaiknya juga melakukan, puasa sunah,


shodaqoh, zikir, dan amalan baik lainnya.

4. Shalat Sunah Tasbih

Shalat tasbih adalah solat yang bertujuan untuk memperbanyak


memahasucikan Allah SWT. Waktu pengerjaan shalat bebas. Setiap rokaat
dibarengi dengan 75 kali bacaan tasbih. Jika shalat dilakukan siang hari, jumlah
rokaatnya adalah empat rokaat salam salam, sedangkan jika malam hari dengan
dua salam.

16
5. Shalat Sunah Taubat

Shalat taubat adalah shalat dua roka'at yang dikerjakan bagi orang yang
ingin bertaubat, insyaf atau menyesali perbuatan dosa yang telah dilakukannya
dengan bersumpah tidak akan melakukan serta mengulangi perbuatan dosanya
tersebut. Sebaiknya shalat sunah taubat dibarengi dengan puasa, shodaqoh dan
sholat.

6. Shalat Sunah Hajat

Shalat Hajat adalah shalat agar hajat atau cita-citanya dikabulkan oleh
Allah SWT. Shalat hajat dikerjakan bersamaan dengan ikhtiar atau usaha untuk
mencapai hajat atau cita-cita. Shalat sunah hajat dilakukan minimal dua rokaat
dan maksimal dua belas bisa kapan saja dengan satu salam setiap dua roka'at,
namun lebih baik dilakukan pada sepertiga terakhir waktu malam.

7. Shalat Sunah Safar

Shalat safar adalah sholat yang dilakukan oleh orang yang sebelum
bepergian atau melakukan perjalanan selama tidak bertujuan untuk maksiat seperti
pergi haji, mencari ilmu, mencari kerja, berdagang, dan sebagainya. Tujuan
utamanya adalah supaya mendapat keridhoan, keselamatan dan perlindungan dari
Allah SWT.

8. Shalat Sunah Rawatib.

Shalat sunah rawatib dilakukan sebelum dan setelah shalat fardhu. Yang
sebelum Shalat Fardhu disebut shalat qobliyah, dan yang setelah shalat fardhu di
sebut shalat Ba'diyah. Keutamaannya adalah sebagai pelengkap dan penambal
shalat fardhu yang mungkin kurang khusu atau tidak tumaninah.

9. Shalat Sunah Istisqho’

Shalat sunah ini di lakukan untuk memohon turunnya hujan. dilakukan


secara berjamaah saat musim kemarau.

17
10. Shalat Sunah Witir.

Shalat sunah witir dilakukan setelah sampai sebelum fajar. bagi yang
yakin akan bangun malam diutamakan dilakukan saat sepertiga malam setelah
shalat Tahajud. Shalat witir disebut juga shalat penutup. biasa dilakukan sebanyak
tiga rakaat dalam dua kali salam, dua rakaat pertama salam dan dilanjutkan satu
rakaat lagi[3].

11. Shalat Tahiyatul Masjid.

Shalat tahiyatul masjid ialah shalat untuk menghormati masjid.


Disunnahkan shalat tahiyatul masjid bagi orang yang masuk ke masjid, sebelum ia
duduk. Shalat tahiyatul masjid itu dua raka’at.

12. Shalat Tarawih.

Shalat Tarawih yaitu shalat malam pada bulan ramadhan hukumnya


sunnah muakad atau penting bagi laki-laki atau perempuan, boleh dikerjakan
sendiri-sendiri dan boleh pula berjama’ah.

13. Shalat Hari Raya (Idul Adha dan Idul Fitri).

Sebagaimana telah diterangkan bahwa waktu shalat hari raya idul fitri
adalah tanggal 1 syawal mulai dari terbit matahari sampai tergeincirnya. Akan
tetapi, jika diketahui sesudah tergelincirnya matahari bahwa hari itu tanggal 1
syawal jadi waktu shalat telah habis, maka hendaklah shalat di hari kedua atau
tanggal 2 saja. Sedangkan untuk shalat hari raya Idul Adha tanggal 10 Dzulhijjah.

14. Shalat Dua Gerhana.

Kusuf adalah gerhana matahari dan khusuf adalah gerhana bulan[4]. Shalat
kusuf dan khusuf hukumnya sunnah muakaddah berdasarkan sabda Nabi saw.
Yang artinya :

“Sesungguhnya matahari dan bulan tidak mengalami gerhana karena kematian


seseorang maupun kehidupannya. Maka apabila kalian menyaksikan itu,
hendaklah kalian shalat dan berdoa kepada Allah Ta’ala.” (H.R. Syaikhain).

18
15. Sholat Rawatib.

Sholat rawatib adalah sholat sunnah yang dikerjakan sebelum dan sesudah dholat
fardu. Seluruh dari sholat rawatib ini yaitu ada 22 rakaat, yaitu :

2 rakaat sebelum sholat subuh (sesudah sholat subuh tidak ada sholat sunah
ba’diyah).

2 rakaat sebelum sholat zuhur. 2 atau 4 rakaat sesudah zuhur.

2 rakaat atau 4 rakaat sebelum sholat ashar, (sesudah sholat ashar tidak ada sholat
ba’diyah).

2 rakaat sesudah sholat maghrib.

2 rakaat sebelum sholat isya.

2 rakaat sesudah sholat isya.

Sholat-sholat tersebut yang dikerjakan sebelum sholat fardhu, dinamakan


“qobliyah” dan sesudahnya disebut “ ba’diyah”.

2.7 Syarat-Syarat Shalat dan Rukun Shalat

A. Syarat-Syarat Shalat
Para ulama membagi syarat shalat menjadi dua macam, pertama syarat
wajib, dan yang ke dua syarat sah. Syarat wajib adalah syarat yang menyebabkan
seseorang wajib melaksanakan shalat. Sedangkan syarat sah adalah syarat yang
menjadikan shalat seseorang diterima secara syara’ di samping adanya kriteria
lain seperti rukun.

Syarat wajib salat adalah sebagai berikut:

1. Islam,
Shalat diwajibkan terhadap orang muslim, baik laki-laki maupun
perempuan, dan tidak diwajibkan bagi orang kafir atau nin muslim. Orang
kafir tidak dituntut untuk melaksanakan shalat, namun mereka tetap
menerima hukuman di akhirat. Walaupun demikian orang kafir apabila masuk

19
Islam tidak diwajibkan membayar shalat yang ditinggalkannya selama kafir,
demikian menurut kesepakatannya para ulama. Allah SWT berfirman:
Katakanlah kepada orang-orang yang kafir itu[609]: "Jika mereka berhenti
(dari kekafirannya), niscaya Allah akan mengampuni mereka tentang dosa-
dosa mereka yang sudah lalu. (QS 8:38)

2. Baligh,
Anak-anak kecil tidak dikenakan kewajiban shalat berdasarkan sabda Nabi
SAW, yang artinya: Dari Ali r.a. bahwa Nabi SAW berkata: Diangkatkan
pena ( tidak ditulis dosa) dalam tiga perkara: Orang gila yang akalnya tidak
berperan sampai ia sembuh, orang tidur sampai ia bangun dan dari anak-anak
sampai dia baligh. (HR Ahmad, Abu Daud dan Al-Hakim).

3. Berakal.
Orang gila, orang kurang akal (ma’tuh) dan sejenisnya seperti penyakit sawan
(ayan) yang sedang kambuh tidak diwajibkan shalat, karena akal merupakan
prinsip dalam menetapkan kewajiban (taklif), demikian menurut pendapat
jumhur ulama alasannya adalah hadits yang diterima dari Ali r.a. yang
artinya: “dan dari orang gila yang tidak berperan akalnya sampai dia sembuh”
Namun demikian menurut Syafi’iyah disunatkan meng-qadha-nya apabila
sudah senbuh. Akan tetapi golongan Hanabilah berpendapat, bagi orang yang
tertutup akalnya karena sakit atau sawan (ayan) wajib mneg-qadha shalat. Hal
ini diqiyaskan kepada puasa, Karena puasa tidak gugur disebabkan penyakit
tersebut.

4. Suci dari hadats

5. Suci seluruh anggota badan pakaian dan tempat

6. Menutup aurat

7. Masuk waktu yang telah ditentukan

8. Menghadap kiblat

9. Mengetahui mana rukun wajib dan sunah.

20
Adapun syarat sah sholat adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui masuk waktu. Shalat tidak sah apabila seseorang yang


melaksanakannya tidak mengetahui secara pasti atau dengan persangkaan yang
berat bahwa waktu telah masuk, sekalipun ternyata dia shalat dalam waktunya.
Demikian juga dengan orang yang ragu, shalatnya tidak sah. Allah SWT
berfirman:
“Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-
orang yang beriman”.(QS. An-Nisa:103).

2. Suci dari hadas kecil dan hadas besar. Penyucian hadas kecil dengan wudu’
dan penyucian hadas besar dengan mandi. Nabi Muhammad SAW bersabda, yang
artinya:
“Dari Umar r.a. bahwa Nabi SAW bersabda: Allah tidak menerima shalat
seseorang yang tidak suci. (HR. Al-Jama’ah kecuali Al-Bukhari).
“Dari Abu Hurairah r.a. bahwa Nabi SAW bersabda: Allah tidak menerima shalat
seorang kamu apabila berhadas hingga dia bersuci. (HR. Bukhari dan Muslim).

3. Suci badan, pakaian dan tempat dari na’jis hakiki. Untuk keabsahan shalat
disyariatkan suci badan, pakaian dan tempat dari na’is yang tidak dimaafkan,
demikian menurut pendapat jumhur ulama tetapi menurut pendapat yang masyhur
dari golongan Malikiyah adalah sunnah muakkad.

4. Menutup aurat. Seseorang yang shalat disyaratkan menutup aurat, baik sendiri
dalamkeadaan terang maupun sendiri dalam gelap. Allah SWt berfirman:
“pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid”(QS. 4:31).

5. Menghadap kiblat. Ulama sepakat bahwa syarat sah shalat. Allah SWT
berfirman:
“Dan dari mana saja kamu (keluar), Maka palingkanlah wajahmu ke arah
Masjidil Haram. dan dimana saja kamu (sekalian) berada, Maka palingkanlah
wajahmu ke arahnya. (QS. 2:150)
Mengahadap kiblat dikecualikan bagi orang yag melaksanakan sholat Al-khauf
dan sholat sunat diatas kendaraan bagi orang musafir dalam perjalanan. Golongan

21
Malikiyah mengaitkan dengan situasi aman dari musuh, binatang buas dan ada
kesanggupan. Oleh karena itu tudak wajib mengahadao kiblat apabila ketakutan
atau tidak sanggup (lemah) setiap orang sakit.
Ulama sepakat bagi orang yang menyaksikan ka’bah wajib menghadap ke ka’bah
sendir secara tepat. Akan tetapi bagi orang yang tidak menyaksikannya, karena
jauh di luar kota makkah, hanya wajib menghadapakan muka kea arah ka’bah,
demikian pendapat junhur ulama. Sedangkan Imam Syafi’I Berendapat mesti
menghadapkan muka ke ka’bah itu sendiri sebagaimana halnya orang yang berada
di kota mekah. Caranya mesti di niatkan dalam hati bahwa menghadap itu tepat
pada ka’bah.

6. Niat. Golongan hanafiyah dan Hanabilah memandang niat sebagai syarat sah
shalat, demikian juga pendapat yang lebih kuat dari kalangan Malikiyah.

B. Rukun Shalat

Apa itu Rukun Shalat? Rukun shalat adalah setiap perbuatan dan perkataan
yang akan membentuk hakikat shalat. Apabila salah satu rukun ini tak ada atau
ditinggalkan, shalat tersebut secara syar’i tidak dianggap alias tidak sah dan tidak
bisa digantikan dengan sujud sahwi.

1. Rukun Shalat: Berdiri bagi yang Mampu


2. Rukun Shalat: Niat yang Dibarengi dengan Takbiratul Ihram
3. Rukun Shalat: Takbiratul Ihram (ucapan ‘Allahu Akbar’ di awal shalat)
4. Membaca Surah Al-Fatihah di Setiap Raka’at Shalat
5. Rukuk dan Thuma’ninah
6. I’tidal setelah Rukuk dan Thuma’ninah
7. Sujud Dua Kali dalam Satu Rakaat dan Thuma’ninah
8. Duduk di antara Dua Sujud disertai Thuma’ninah
9. Tasyahud Akhir dan Duduk Tasyahud
10. Membaca Tasyahud Akhir
11. Bershalawat kepada Nabi setelah Mengucapkan Tasyahud Akhir
12. Salam
13. Berurutan dalam Rukun-Rukun yang Ada (Tertib)

22
2.8 Hal-Hal yang Membatalkan Shalat, Sunnah dalam Melakukan Shalat
dan Makruh Shalat

A. Hal-Hal yang Membatalkan Shalat

Shalat akan batal atau tidak sah apabila salah satu rukunnya tidak
dilaksanakan atau ditinggalkan dengan sengaja.

Adapun hal-hal yang dapat membatalkan shalat adalah sebagai berikut :


1. Berhadats
2. Terkena Najis yang tidak dimaafkan
3. Berkata-kata dengan sengaja di;luar bacaan shalat
4. Terbuka auratnya
5. Mengubah niat, missal ingin memutuskan shalat (niat berhenti shalat)
6. Makan atau /minum.walau sedikit

7. Bergerak tiga kali berturut-turut, diluar gerakan shalat


8. Membelakangi kiblat
9. Menambah rukun yang berupa perbuatan, seperti menambah ruku’sujud
atau lainnya dengan sengaja

10. Tertawa terbahak-bahak


11. Mendahului Imam dua rukun.
12. Murtad, keluar dari Islam.

B. Sunnah dalam Melakukan Shalat

Waktu mengerjakan shalat ada ,dua sunah, yaitu sunah Ab’adh dan sunah Hai’at.
a. Sunah Ab’adh
1. Membaca tasyahud awal
2. Membaca shalawat pada tasyahud awal
3. Membaca shalawat atas keluarga Nabi SAW pada tasyahud akhir
4. Membaca Qunut pada shalat Subuh dan shalat witir.

b. Sunah Hai’at
1. Mengangkat keduabelah tangan ketika takbiratul ikhram,ketika akan
ruku’ dan ketika berdiri dari ruku’.

23
2. Meletakan telapak tangan yang kanan diatas pergelangan tangan kiri
ketika sedekap,
3. Membaca do’a Iftitah sehabis takbiratul ikhram.
4. Membaca Ta’awwudz ketika hendak membaca fatihah,
5. Membaca Amiin ketika sesudah membaca Fatihah,

6. Membaca surat Al-Qor’an pada dua raka’t permulaan sehabis


membaca Fatihah,
7. Mengeraskan bacaan Fatihah dan surat pada raka’at pertama dan
kedua, pada shalat magrib, isya’ dan subuh selain makmum.
8. Membaca Takbir ketika gerakan naik turun,
9. Membaca tasbih ketika ruku’ dan sujud.
10. Membaca “sami’allaahu liman hamidah” ketika bangkit dari ruku’
dan membaca “Rabbanaa lakal Hamdu” ketika I’tidal,
11. Meletakan kedua telapak tangan diatas paha ketika duduk tasyahud
awal dan tasyahud akhir,dengan membentangkan yang kiri dan
mengenggamkan yang kanan, kecuali jari telunjuk.
12. Duduk Iftirasy dalam semua duduk shalat,
13. Duduk Tawarruk pada duduk tasyahud akhir
14. Membaca salam yang kedua.
15. Memalingkan muka ke kanan dan ;kekiri ketika membaca salam
pertama dan kedua

C. Makruh Shalat

Orang yang sedang shalat dimakruhkan :


1. Menaruh telapak tangan di dalam lengan bajunya ketika Takbiratul ikhram,
ruku’ dan sujud.
2. Menutup mulutnya rapat rapat.

3. Terbuka kepalanya,
4. Bertolak pinggang,
5. Memalingkan muka ke kiri dan ke kanan.
6. Memejamkan mata,
7. Menengadah ke langit,

24
8. Menahan hadats

9. Berludah,
10. Mengerjakan shalat di atas kuburan,
11. Melakukan hal-hal yang mengurangi kekhusukan shalat.

2.9 Bahaya Meninggalkan Shalat

Dalam peristiwa Isra’ Mi’raj Rasulullah SAW, bukan saja diperlihatkan


tentang balasan orang yang beramal baik, tetapi juga diperlihatkan balasan orang
yang berbuat mungkar, diantaranya siksaan bagi yang meninggalkan Sholat
fardhu. Mengenai balasan orang yang meninggalkan Sholat Fardu: “Rasulullah
SAW, diperlihatkan pada suatu kaum yang membenturkan kepala mereka pada
batu, Setiap kali benturan itu menyebabkan kepala pecah, kemudian ia kembali
kepada keadaan semula dan mereka tidak terus berhenti melakukannya. Lalu
Rasulullah bertanya: “Siapakah ini wahai Jibril”? Jibril menjawab: “Mereka ini
orang yang berat kepalanya untuk menunaikan Sholat fardhu” (Riwayat Tabrani).

Orang yang meninggalkan Sholat akan dimasukkan ke dalam Neraka


Saqor. Maksud Firman Allah Ta’ala: “..Setelah melihat orang-orang yang bersalah
itu, mereka berkata: “Apakah yang menyebabkan kamu masuk ke dalam Neraka
Saqor ?”. Orang-orang yang bersalah itu menjawab: “kami termasuk dalam
kumpulan orang-orang yang tidak mengerjakan Sholat”.

Saad bin Abi Waqas bertanya kepada Rasulullah SAW mengenai orang
yang melalaikan Sholat, maka jawab Baginda SAW, “yaitu mengakhirkan waktu
Sholat dari waktu asalnya hingga sampai waktu Sholat lain. Mereka telah menyia-
nyiakan dan melewatkan waktu sholat, maka mereka diancam dengan Neraka
Wail”. Ibn Abbas dan Said bin Al-Musaiyib turut menafsirkan hadist di atas
“yaitu orang yang melengah-lengahkan Sholat mereka sehingga sampai kepada
waktu Sholat lain, maka bagi pelakunya jika mereka tidak bertaubat Allah
menjanjikan mereka Neraka Jahannam tempat kembalinya”.
Maksud Hadist: “Siapa meninggalkan sholat dengan sengaja, maka sesungguhnya
dia telah kafir dengan nyata”.

25
Berdasarkan hadist ini, Sebagaian besar ulama (termasuk Imam Syafi’i) berfatwa:
Tidak wajib memandikan, mengkafankan dan mensholatkan jenazah seseorang
yang meninggal dunia dan mengaku Islam, tetapi tidak pernah mengerjakan
sholat. Bahkan, ada yang mengatakan haram mensholatkanya.

Sedangkan Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:


“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni
segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya.
Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa
yang besar.” [An-Nisaa’: 48]

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, ia berkata, “Aku mendengar Rasulullah


Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Sesungguhnya yang pertama kali dihisab
dari seorang hamba yang muslim pada hari Kiamat adalah shalat wajib. Jika dia
mengerjakannya dengan sempurna (maka ia selamat). Jika tidak, maka dikatakan:
Lihatlah, apakah dia memiliki shalat sunnah? Jika dia memiliki shalat sunnah
maka shalat wajibnya disempurnakan oleh shalat sunnah tadi. Kemudian seluruh
amalan wajibnya dihisab seperti halnya shalat tadi.’”

Dari Hudzaifah bin al-Yaman, dia mengatakan bahwa Rasulullah Shallallahu


‘alaihi wa sallam bersabda, “Islam akan lenyap sebagaimana lenyapnya warna
pada baju yang luntur. Hingga tidak lagi diketahui apa itu puasa, shalat, qurban,
dan shadaqah. Kitabullah akan diangkat dalam satu malam, hingga tidak tersisalah
satu ayat pun di bumi. Tinggallah segolongan manusia yang terdiri dari orang tua
dan renta. Mereka berkata, ‘Kami dapati bapak-bapak kami mengucapkan
kalimat: Laa ilaaha illallaah dan kami pun mengucapkannya.’” Shilah berkata
kepadanya, “Bukankah kalimat laa ilaaha illallaah tidak bermanfaat untuk mereka,
jika mereka tidak tahu apa itu shalat, puasa, qurban, dan shadaqah?”

Lalu Hudzaifah berpaling darinya. Shilah mengulangi pertanyaannya tiga kali.


Setiap kali itu pula Hudzaifah berpaling darinya. Pada kali yang ketiga, Hudzaifah
menoleh dan berkata, “Wahai Shilah, kalimat itulah yang akan menyelamatkan
mereka dari Neraka. Dia mengulanginya tiga kali.”

26
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Secara lahiriah shalat berarti beberapa ucapan dan perbuatan yang dimulai
dengan takbir dan diakhiri dengan salam, yang dengannya kita beribadah kepada
Allah menurut syarat – syarat yang telah ditentukan. Sedangkan secara hakikinya
ialah berhadapan hati (jiwa) kepada Allah, secara yang mendatangkan takut
kepada-Nya serta menumbuhkan di dalam jiwa rasa kebesarannya dan
kesempurnaan kekuasaan-Nya atau melahirkan hajat dan keperluan kita kepada
Allah yang kita sembah dengan perkataan dan pekerjaan atau dengan kedua –
duanya. Shalat merupakan kewajiban bagi kaum muslimin yang mukallaf tanpa
terkecuali. Shalat Merupakan Syarat Menjadi Taqwa. Taqwa merupakan hal yang
penting dalam Islam karena dapat menentukan amal / tingkah laku manusia, orang
- orang yang betul - betul taqwa tidak mungkin melaksanakan perbuatan keji dan
munkar, dan sebaliknya. Salah satu persyaratan orang – orang yang benar-benar
taqwa ialah diantaranya mendirikan shalat sebagimana firman Allah SWT dalam
surat Al Baqarah. Shalat merupakan benteng kemaksiatan. Artinya shalat dapat
mencegah perbuatan keji dan munkar. Semakin baik mutu shalat seseorang maka
semakin efektiflah benteng kemampuan untuk memelihara dirinya dari perbuatan
makasiat.

Orang beriman melaksanakan shalat sesuai dengan apa yang telah


diperintahkan oleh Allah SWT, serta sesuai dengan yang dicontohkan oleh
Rasulullah Saw. Selain itu sholat juga mempunyai banyak manfaat bagi
kehidupan manusia, untuk kesehatan manusia itu sendiri, ketenangan hati dan
pikiran, dan keselamatan di akhirat karena amal yang pertama dihisab adalah
sholat.

27
DAFTAR PUSTAKA

“Makalah Shalat Lengkap” Diakses 12 Januari 2022 Pukul 16.23


http://www.makalah.co.id/2015/11/makalah-sholat-lengkap.html

Oku Chanel. 2015 “ Makalah Tentang Shalat “ Diakses 12 Januari 2022 Pukul
16.30 https://tugasgalau.blogspot.com/2015/02/makalah-tentang-sholat.html

Mengukir Peradaban. 2015 “ Makalah Shala, Pengertian dan Macam-Macam


Shalat“ 12 Januari 2022 Pukul 16.40
https://www.mengukirperadaban.com/2015/05/makalah-salat-pengertian-
macam.html

Alhabsyi Hilwa.2010 “ Alasan Mengapa Allah Mewajibkan Shalat “ 12 Januari


2022 Pukul 16.43 https://hilwaalhabsyi.wordpress.com/2010/01/25/alasan-
mengapa-allah-mewajibkan-sholat/

Robi Rusman. 2018 “ Perintah Allah Mewajibkan Shalat “


https://robirusman.wordpress.com/2018/02/21/perintah-allah-mewajibkan-shalat/
Diakses 12 Januari 2022 Pukul 16.46

Islam Nu. Sejarah diwajibkannya Shalat” Diakses 12 Januari 2022 Pukul 17.00
https://islam.nu.or.id/shalat/sejarah-diwajibkannya-shalat-Bui3v

Anda mungkin juga menyukai