DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 1
RIKA APRILIYA (21010387)
SUNARDI (2 )
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat,
karunia, taufik dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah tentang
Pengantar Studi Islam dengan baik dan tepat waktu meskipun banyak kekurangan
di dalamnya.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan bagi pembaca mengenai Pengantar Studi Islam. Kami
menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini
karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman. Oleh sebab itu kami berharap
adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di
masa yang akan datang. Mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran
yang membangun.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .......................................................................................... i
DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan ........................................................................................ 2
1.4 Manfaat Penulisan ...................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................... 4
2.1 Pengertian Shalat ........................................................................................ 4
2.2 Sejarah yang Mewajibkan Shalat ................................................................ 5
2.3 Manfaat Shalat ........................................................................................... 6
2.4 Dalil-Dalil yang Mewajibkan Sholat......................................................... 11
2.5 Kedudukan Shalat dalam Islam ................................................................ 13
2.6 Macam-Macam Shalat Wajib dan Shalat Sunnah ...................................... 14
2.7 Syarat-Syarat Shalat dan Rukun Shalat ..................................................... 19
2.8 Hal-Hal yang Membatalkan Shalat, Sunnah dalam Melakukan Shalat dan
Makruh Shalat ................................................................................................ 23
2.9 Bahaya Meninggalkan Shalat ................................................................... 25
BAB III PENUTUP ........................................................................................... 27
3.1 Kesimpulan .............................................................................................. 27
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... iii
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Shalat merupakan salah satu kewajiban bagi kaum muslimin yang sudah
baligh berakal, dan harus dikerjakan bagi seorang mukmin dalam keadaan
bagaimanapun. Shalat merupakan rukun Islam yang kedua setelah syahadat.
Shalat yang wajib harus didirikan dalam sehari semalam sebanyak lima kali,
berjumlah 17 raka’at. Shalat tersebut wajib dilaksanakan oleh muslim baligh tanpa
terkecuali baik dalam keadaan sehat mapun sakit, dalam keadaan susah maupun
senang, lapang ataupun sempit. Selain shalat wajib yang lima ada juga shalat
sunat.
Sesungguhnya shalat merupakan sistem hidup, manhaj tarbiyah dan ta’lim
yang sempurna, yang meliputi (kebutuhan) fisik, akal dan hati. Tubuh menjadi
bersih dan bersemangat, akal bisa terarah untuk mencerna ilmu, dan hati menjadi
bersih dan suci. Karena itu semua maka masyarakat Islam pada masa salafus
shalih sangat memperhatikan masalah shalat, sampai mereka menempatkan shalat
itu sebagai ”mizan” atau standar, yang dengan neraca itu ditimbanglah kadar
kebaikan seseorang dan diukur kedudukan dan derajatnya. Jika mereka ingin
mengetahui agama seseorang sejauh mana istiqamahnya maka mereka bertanya
1
tentang shalatnya dan sejauh mana ia memelihara shalatnya, bagaimana ia
melakukan dengan baik. Ini sesuai dengan hadits Rasulullah SAW:
“Apabila kamu melihat seseorang membiasakan ke Masjid, maka saksikanlah
untuknya dengan iman.” (HR. Tirmidzi).
Dalam kitab Jami’ush shogir lima orang sahabat r.a. yaitu Tsauban, Ibnu Umar,
Salamah, Abu Umamah dan Ubadah r.a. telah meriwayatkan hadist ini : ” Sholat
adalah sebaik-baik amalan yang ditetapkan Allah untuk hambanya”. Begitupun
dengan maksud hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu mas’ud dan Anas r.a.
Begitulah orang-orang yang beriman itu bukanlah orang yang melaksanakan ritual
dan gerakan-gerakan yang diperintahkan dalam sholat semata tetapi dapat
mengaplikasikannya dalam kesehariannya. Sholat sebagai salah satu penjagaan
bagi orang-orang yang beriman yang benar-benar melaksanakannya.
2
7. Untuk mengetahui Syarat-syarat Shalat dan Rukun Shalat
8. Untuk mengetahui Hal-Hal yang Membatalkan Shalat
9. Untuk mengetahui Bahaya Meninggalkan Shalat
3
BAB II
PEMBAHASAN
Secara etimologi atau Bahasa shalat berarti do’a dan secara terminology
(istilah), para ahli Fiqih mengartikan secara lahir dan hakiki. Secara lahiriah
Shalat berarti “Beberapa ucapan dan perbuatan yang dimulai dengan takbir dan di
akhiri dengan salam, yang dengannya kita beribadah kepada Allah menurut
syarat-syarat yang telah ditentukan”. Secara hakiki Shalat ialah “Berhadapan hati,
jiwa dan raga kepada Allah,secara yang mendatangkan rasa takut kepada-Nya atau
mendhairkan hajat dan keperluan kita kepada Allah yang kita sembah dengan
perkataan dan perbuatan”.
Dalam pengertian lain Shalat ialah salah satu sarana komunikasi antara
hamba dengan Tuhannya sebagai bentuk ibadah yang didalamnya merupakan
amalan yang tersusun dari beberapa perkataan dan perbuatan yang diawali dengan
takbir dan diakhiri dengan salam, serta sesuai dengan syarat dan rukun yang telah
ditentukan syara’ (Imam Basyahri Assayuthi: 30).
4
Solat yang berarti do’a terlihat dari firman Allah dalam Surah At-Taubah ayat
103: Artinya: “dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu
(menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka”
Secara dimensi Fiqh shalat adalah beberapa ucapan atau rangkaian ucapan
dan perbuatan (gerakan) yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam
yang dengannya kita beribadah kepada Allah, dan menurut syarat-syarat yang
telah di tentukan oleh Agama.
َص ََلةِ أ َ ْهلَهُ يَأ ْ ُم ُر َو َكان َّ ضي َربِ ِه ِع ْندَ َو َكانَ َو
َّ الزكَاةِ بِال ِ اً َم ْر
Artinya : “Dan dia (Ismail) menyuruh keluarganya untuk melaksanakan shalat dan
zakat, dan ia adalah seorang yang diridloi disisi Tuhan-Nya”
Juga Surat Maryam (31) yang menggambarkan tentang shalatnya Nabi Isa
‘alaihissalâm:
5
sebelum pensyariatan shalat, Nabi Muhammad juga sebenarnya sudah rutin
melakukan shalat di pagi dan sore hari.
Artinya : “Dan sucikanlah (shalatlah) dengan memuji Tuhanmu, di waktu sore dan
pagi hari”.
Sesungguhnya Allah Swt adalah Tuhan yang maha Rahman dan maha
rohim,yang maha tahu akan segala apa yang ada di bumi,sehingga setiap apapun
6
yang diperintahkan dan dilarang olehnya benar – benar menunjukan kasih sayang
dan cintanya kepada setiap makhluk di muka bumi.
Apa sebenarrnya yang terkandung dalam sholat sehingga Allah Swt begitu
memerintahkannya bahkan mengancam orang-orang yang lalai dengan ancaman
yang keras apalagi orang yang meninggalkannya. Allah Swt memerintahkan untuk
sholat sebagai pembeda antara yang mu’min dan yang kafir, selain itu sholat juga
ibadah yang membuat kita lebih dekat dengan Allah, dalam sebuah hadits qudsy
dikatakan “kedekatan seorang hamba kepada-ku, seperti sesuatu yang aku
fardukan (wajibkan) padanya. dan tidak henti-hentinya seorang hamba
mendekatkan diri kepadaku dengan amalan-amalan sunat ,sehingga aku
mencintainya, maka aku menjadi telinga yang ia pergunakan untuk
mendengar,menjadi mata yang ia pergunakan untuk melihat. jika ia meminta
padaku sungguh aku akan memberinya dan bila ia berdoa kepadaku niscaya aku
akan mengabulkan.
7
Berikut ini akan di paparkan beberapa manfaat dari berbagai gerakan sholat
dengan aktivitas sirkulasi darah dalam urat.
1. Qiyam (berdiri)
2.Ruku’
Posisi ini menempatkan jantung berada dalam satu garis horizontal dengan
pembuluh darah tulang besar ,sebagai ganti dari letak asalnya yaitu dalam
posisi lebih tinggi dari pembuluh darah tulang tersebut. posisi ini
memudahkan aliran darah untuk kembali ke jantung karena pengaruh karena
pengaruh aktivitas penarikan oleh urat-urat jantung sehingga jantung lebih
leluasa menarik darah tanpa rintangan gaya gravitasi bumi.gerakan ini jugga
meningkatkan kemampuan memompa dari urat urat dalam perut untuk
mengalirkan darahnya menuju jantung dennan kekutan maksimal oleh
pengerutan dinding perut. karena gerakan ini terbebas dari rintangan gravitasi
bumi yang biasanya membebani penarikan darah dari bawah keatas sehimgga
darah mengalir kembali ke jantung sehingga darah dapat kembali dengan
mudah ke jantung, dan darah dapat dibersikan dari segala kotoran secara
maksimal setelah mengalir ke bagian tubuh.
3 .I’tidal
Gerakan ini membantu menarik nafas yang dalam lalu diikuti pengeluaran
nafas tersebut dari arah yang berlawanan dengan kuat diafragma kembali
dalam posisi lebih tinggi, rongga perut tertekan ke tempat yang lebih rendah.
dada berada dalam posisi lebih tinggi dari desakan udara sehingga
terpancarnya darah ke rongga dada. aliran darah yang telah berada pada
rongga kaki mempunyai kesempatan leluasa untuk berjalan cepat menuju
8
rongga perut dimana urat – urat yang sedang lunak siap menerima darah yang
tengah berjalan dari arah kaki.
5.Gerakan sujud
Selain itu, berikut ini beberapa manfaat dari gerakan sholat yang baik untuk
kesehatan:
Berdiri lurus adalah pelurusan tulang belakang, dan menjadi awal dari sebuah
latihan pernapasan, pencernaan dan tulang.
Ruku’ berarti memperlancar aliran darah dan getah bening ke leher oleh karena
sejajarnya letak bahu dengan leher. Aliran akan semakin lancar bila ruku’
9
dilakukan dengan benar yaitu meletakkan perut dan dada lebih tinggi daripada
leher.
Sujud juga melancarkan peredaran darah hingga dapat mencegah wasir. Sujud
dengan cepat tidak bermanfaat. Ia tidak mengalirkan getah bening dan tidak
melatih tulang belakang dan otot. Tak heran kalau ada di sebagian sahabat Rasul
menceritakan bahwa Rasulullah sering lama dalam bersujud.
“….sesungguhnya sholat itu mencegah dari perbuatan keji dan mungkar…” (Qs.
Al-Ankabut ayat 45). Sholat adalah salah satu aplikasi dari keimanan yang
10
diambil dari konsekuensi rukun islam yang pertama. Sebagai muslim yang
memiliki iltizam terhadap apa yang telah menjadi konsekuensi pengakuannya
terhadap keimanannya pada Allah, maka sholat akan menjadi pencegah
kemaksiatan dan kemungkaran dari dirinya sebagaimana telah disebutkan dalam
ayat tadi.
3. Dzikir, tilawah dan doa-doa dalam sholat sangat baik untuk membersihan jiwa
dan melunakkan perasaan, menenangkan pikiran dan perasaan. Shalat dengan
dipersyaratkannya membaca AL Fatihah di dalamnya, sementara AL Qur’an
menjadi kurikulum Tsaqafah Islamiyah yang sempurna telah memberikan bekal
pada akal dan fikiran dengan berbagai hakekat ilmu pengetahuan, sehingga orang
yang shalat dengan baik akan sehat tubuhnya, lembut perasaannya dan akalnya
pun mendapat gizi.
Artinya: “Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan
memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan
supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian
Itulah agama yang lurus.”
11
Sedangkan hadits-hadits yang menjelakan tentang kewajiban solat antara lain
adalah:
Dari ‘Abdullah bin ‘Umar, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, “Islam itu
terdiri atas lima rukun. Mengakui bahwa tidak ada Tuhan melainkan Allah, dan
sesungguhnya Muhammad itu adalah utusan Allah, mendirikan shalat,
menunaikan zakat, haji ke Baitullah dan puasa Ramadhan. [HR. Ahmad, Bukhari
dan Muslim, dalam Nailul Authar juz 1, hal. 333]
Dari Thalhah bin ‘Ubaidillah, bahwa seorang Arab gunung datang kepada
Rasulullah SAW dalam keadaan rambutnya kusut, lalu ia bertanya, “Ya
Rasulullah, beritahukanlah kepadaku, apa yang Allah wajibkan kepadaku dari
shalat ?”. Beliau bersabda, “Shalat-shalat yang lima, kecuali kamu mau
melakukan yang sunnah”. Ia bertanya, “Beritahukanlah kepadaku, apa yang Allah
wajibkan kepadaku dari puasa ?”. Beliau SAW bersabda, “Puasalah bulan
Ramadlan, kecuali kamu mau melakukan yang sunnah”. Ia bertanya lagi,
“Beritahukanlah kepadaku, apa yang Allah wajibkan kepadaku dari zakat ?’.
Thalhah berkata : Lalu Rasulullah SAW memberitahukan kepadanya tentang
syariat-syariat Islam seluruhnya. Lalu orang Arab gunung itu berkata, “Demi
Allah yang telah memuliakan engkau, saya tidak akan menambah sesuatu dan
tidak akan mengurangi sedikitpun dari apa-apa yang telah diwajibkan oleh Allah
kepada saya”. Lalu Rasulullah SAW bersabda, “Pasti ia akan bahagia, jika benar.
12
Atau pasti ia akan masuk surga jika benar (ucapannya)”. [HR. Ahmad, Bukhari
dan Muslim, dalam Nailul Authar juz 1, hal. 335]
Dari Anas bin Malik RA, ia berkata : Diwajibkan shalat itu pada Nabi SAW pada
malam Isra’, lima puluh kali. Kemudian dikurangi sehingga menjadi lima kali,
kemudian Nabi dipanggil, “Ya Muhammad, sesungguhnya tidak diganti (diubah)
ketetapan itu di sisi-Ku. Dan sesungguhnya lima kali itu sama dengan lima puluh
kali”. [HR. Ahmad, Nasai dan Tirmidzi. Dan Tirmidzi menshahihkannya, dalam
Nailul Authar juz 1, hal. 334]
1. Shalat sebagai sebab seseorang ditolong oleh Allah. Hal ini karena Allah
sendiri berfirman (artinya), “ Wahai orang-orang yang beriman mintalah
pertolongan kepada Allah dengan kesabaran dan shalat” [Al Baqarah 153]. Shalat
bila ditunaikan sebagaimana mestinya niscaya akan menyebabkan seseorang
ditolong oleh Allah dalam setiap urusannya.
13
2. Shalat merupakan sebab seseorang tercegah dari kekejian dan kemungkaran.
Allah berfirman (artinya), “Sesungguhnya shalat itu mencegah dari perbuatan keji
dan kemungkaran.” [Al Ankabuut 45]. Jika shalat dikerjakan dengan semestinya
pasti akan mencegah pelakunya dari kekejian dan kemungkaran dengan ijin Allah.
3. Shalat merupakan salah satu rukun islam. [H.R Al bukhari 8 dan Muslim 16].
4. Shalat merupakan amalan yang pertama kali dihisab/ dihitung di hari kiamat.
5. Keutamaan shalat dapat dilihat dari awal perintah untuk mengerjakannya yaitu
diperintahkan langsung kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam tanpa
melalui perantara Jibril “alaihis Salaam, di tempat yang tertinggi yang pernah
dicapai manusia yaitu langit ketujuh, di malam yang paling utama bagi Nabi
Shallallahu ‘alaihi Wasallam yaitu malam Isra’ Mi’raj dan diwajibkan disetiap
hari sepanjang hidup seorang muslim.
1) Sholat Isya' yaitu sholat yang dikerjakan 4 (empat) raka'at dengan dua kali
tasyahud dan satu kali salam. Waktu pelaksanaannya dilakukan menjelang malam
14
(+ pukul 19:00 s/d menjelang fajar) yang diiringi dengan sholat sunnah qobliyah
(sebelum) dan ba'diyah (sesudah) sholat isya.
2) Sholat Subuh yaitu sholat yang dikerjakan 2 (dua) raka'at dengan satu kali
salam. Adapaun waktu pelaksanaannya dilakukan setelah fajar (+ pukul 04:10)
yang hanya diiringi dengan sholat sunnah qobliyah saja, sedang ba'diyah
dilarang[2].
3) Sholat dzuhur yaitu sholat yang dikerjakan 4 (empat) raka'at dengan dua kali
tasyahud dan satu kali salam. Adapun waktu pelaksaannya dilakukan sa'at
matahari tepat di atas kepala (tegak lurus) + pukul 12:00 siang, yang diiringi
dengan sholat sunnah qobliyah dan sholat sunnah ba'diyah (dua raka'at-dua raka'at
atau empat raka'at-empat raka'at dengan satu kali salam).
4) Sholat Ashar yaitu sholat yang dikerjakan 4 (empat) raka'at dengan dua kali
tasyahud dan satu kali salam. Adapun waktu pelaksanaannya dilakukan setelah
matahari tergelincir (+ pukul 15:15 sore atau sebatas pandangan mata) yang hanya
diiringi oleh sholat sunnah qobliyah dengan dua raka'at atau empat raka'at (satu
kali salam).
5) Sholat Maghrib yaitu sholat yang dikerjakan 3 (tiga) raka'at dengan dua kali
tasyahud dan satu kali salam. Adapun waktu pelaksanaanya dilakukan setelah
matahari terbenam (+ pukul 18:00) yang diiringi oleh sholat sunnah ba'diyah dua
raka'at atau empat raka'at dengan satu kali salam, sedang sholat sunnah qobliyah
hanya dianjurkan saja bila mungkin dilakukan, tapi bila tidak jangan (karena akan
kehabisan waktu).
15
2. Shalat Sunah Dhuha
Shalat Dhuha adalah shalat sunah yang dilakukan pada pagi hari antara
pukul 07.00 hingga jam 10.00 waktu setempat. Jumlah roka'at shalat dhuha
minimal dua rokaat dan maksimal dua belas roka'at dengan satu salam setiap dua
roka'at. Manfaat dari shalat dhuha adalah supaya dilapangkan dada dalam segala
hal, terutama rejeki. Saat melakukan sholat dhuha sebaiknya membaca ayat-ayat
surat al-waqi'ah, adh-dhuha, al-quraisy, asy-syamsi, al-kafirun dan al-ikhlas.
16
5. Shalat Sunah Taubat
Shalat taubat adalah shalat dua roka'at yang dikerjakan bagi orang yang
ingin bertaubat, insyaf atau menyesali perbuatan dosa yang telah dilakukannya
dengan bersumpah tidak akan melakukan serta mengulangi perbuatan dosanya
tersebut. Sebaiknya shalat sunah taubat dibarengi dengan puasa, shodaqoh dan
sholat.
Shalat Hajat adalah shalat agar hajat atau cita-citanya dikabulkan oleh
Allah SWT. Shalat hajat dikerjakan bersamaan dengan ikhtiar atau usaha untuk
mencapai hajat atau cita-cita. Shalat sunah hajat dilakukan minimal dua rokaat
dan maksimal dua belas bisa kapan saja dengan satu salam setiap dua roka'at,
namun lebih baik dilakukan pada sepertiga terakhir waktu malam.
Shalat safar adalah sholat yang dilakukan oleh orang yang sebelum
bepergian atau melakukan perjalanan selama tidak bertujuan untuk maksiat seperti
pergi haji, mencari ilmu, mencari kerja, berdagang, dan sebagainya. Tujuan
utamanya adalah supaya mendapat keridhoan, keselamatan dan perlindungan dari
Allah SWT.
Shalat sunah rawatib dilakukan sebelum dan setelah shalat fardhu. Yang
sebelum Shalat Fardhu disebut shalat qobliyah, dan yang setelah shalat fardhu di
sebut shalat Ba'diyah. Keutamaannya adalah sebagai pelengkap dan penambal
shalat fardhu yang mungkin kurang khusu atau tidak tumaninah.
17
10. Shalat Sunah Witir.
Shalat sunah witir dilakukan setelah sampai sebelum fajar. bagi yang
yakin akan bangun malam diutamakan dilakukan saat sepertiga malam setelah
shalat Tahajud. Shalat witir disebut juga shalat penutup. biasa dilakukan sebanyak
tiga rakaat dalam dua kali salam, dua rakaat pertama salam dan dilanjutkan satu
rakaat lagi[3].
Sebagaimana telah diterangkan bahwa waktu shalat hari raya idul fitri
adalah tanggal 1 syawal mulai dari terbit matahari sampai tergeincirnya. Akan
tetapi, jika diketahui sesudah tergelincirnya matahari bahwa hari itu tanggal 1
syawal jadi waktu shalat telah habis, maka hendaklah shalat di hari kedua atau
tanggal 2 saja. Sedangkan untuk shalat hari raya Idul Adha tanggal 10 Dzulhijjah.
Kusuf adalah gerhana matahari dan khusuf adalah gerhana bulan[4]. Shalat
kusuf dan khusuf hukumnya sunnah muakaddah berdasarkan sabda Nabi saw.
Yang artinya :
18
15. Sholat Rawatib.
Sholat rawatib adalah sholat sunnah yang dikerjakan sebelum dan sesudah dholat
fardu. Seluruh dari sholat rawatib ini yaitu ada 22 rakaat, yaitu :
2 rakaat sebelum sholat subuh (sesudah sholat subuh tidak ada sholat sunah
ba’diyah).
2 rakaat atau 4 rakaat sebelum sholat ashar, (sesudah sholat ashar tidak ada sholat
ba’diyah).
A. Syarat-Syarat Shalat
Para ulama membagi syarat shalat menjadi dua macam, pertama syarat
wajib, dan yang ke dua syarat sah. Syarat wajib adalah syarat yang menyebabkan
seseorang wajib melaksanakan shalat. Sedangkan syarat sah adalah syarat yang
menjadikan shalat seseorang diterima secara syara’ di samping adanya kriteria
lain seperti rukun.
1. Islam,
Shalat diwajibkan terhadap orang muslim, baik laki-laki maupun
perempuan, dan tidak diwajibkan bagi orang kafir atau nin muslim. Orang
kafir tidak dituntut untuk melaksanakan shalat, namun mereka tetap
menerima hukuman di akhirat. Walaupun demikian orang kafir apabila masuk
19
Islam tidak diwajibkan membayar shalat yang ditinggalkannya selama kafir,
demikian menurut kesepakatannya para ulama. Allah SWT berfirman:
Katakanlah kepada orang-orang yang kafir itu[609]: "Jika mereka berhenti
(dari kekafirannya), niscaya Allah akan mengampuni mereka tentang dosa-
dosa mereka yang sudah lalu. (QS 8:38)
2. Baligh,
Anak-anak kecil tidak dikenakan kewajiban shalat berdasarkan sabda Nabi
SAW, yang artinya: Dari Ali r.a. bahwa Nabi SAW berkata: Diangkatkan
pena ( tidak ditulis dosa) dalam tiga perkara: Orang gila yang akalnya tidak
berperan sampai ia sembuh, orang tidur sampai ia bangun dan dari anak-anak
sampai dia baligh. (HR Ahmad, Abu Daud dan Al-Hakim).
3. Berakal.
Orang gila, orang kurang akal (ma’tuh) dan sejenisnya seperti penyakit sawan
(ayan) yang sedang kambuh tidak diwajibkan shalat, karena akal merupakan
prinsip dalam menetapkan kewajiban (taklif), demikian menurut pendapat
jumhur ulama alasannya adalah hadits yang diterima dari Ali r.a. yang
artinya: “dan dari orang gila yang tidak berperan akalnya sampai dia sembuh”
Namun demikian menurut Syafi’iyah disunatkan meng-qadha-nya apabila
sudah senbuh. Akan tetapi golongan Hanabilah berpendapat, bagi orang yang
tertutup akalnya karena sakit atau sawan (ayan) wajib mneg-qadha shalat. Hal
ini diqiyaskan kepada puasa, Karena puasa tidak gugur disebabkan penyakit
tersebut.
6. Menutup aurat
8. Menghadap kiblat
20
Adapun syarat sah sholat adalah sebagai berikut:
2. Suci dari hadas kecil dan hadas besar. Penyucian hadas kecil dengan wudu’
dan penyucian hadas besar dengan mandi. Nabi Muhammad SAW bersabda, yang
artinya:
“Dari Umar r.a. bahwa Nabi SAW bersabda: Allah tidak menerima shalat
seseorang yang tidak suci. (HR. Al-Jama’ah kecuali Al-Bukhari).
“Dari Abu Hurairah r.a. bahwa Nabi SAW bersabda: Allah tidak menerima shalat
seorang kamu apabila berhadas hingga dia bersuci. (HR. Bukhari dan Muslim).
3. Suci badan, pakaian dan tempat dari na’jis hakiki. Untuk keabsahan shalat
disyariatkan suci badan, pakaian dan tempat dari na’is yang tidak dimaafkan,
demikian menurut pendapat jumhur ulama tetapi menurut pendapat yang masyhur
dari golongan Malikiyah adalah sunnah muakkad.
4. Menutup aurat. Seseorang yang shalat disyaratkan menutup aurat, baik sendiri
dalamkeadaan terang maupun sendiri dalam gelap. Allah SWt berfirman:
“pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid”(QS. 4:31).
5. Menghadap kiblat. Ulama sepakat bahwa syarat sah shalat. Allah SWT
berfirman:
“Dan dari mana saja kamu (keluar), Maka palingkanlah wajahmu ke arah
Masjidil Haram. dan dimana saja kamu (sekalian) berada, Maka palingkanlah
wajahmu ke arahnya. (QS. 2:150)
Mengahadap kiblat dikecualikan bagi orang yag melaksanakan sholat Al-khauf
dan sholat sunat diatas kendaraan bagi orang musafir dalam perjalanan. Golongan
21
Malikiyah mengaitkan dengan situasi aman dari musuh, binatang buas dan ada
kesanggupan. Oleh karena itu tudak wajib mengahadao kiblat apabila ketakutan
atau tidak sanggup (lemah) setiap orang sakit.
Ulama sepakat bagi orang yang menyaksikan ka’bah wajib menghadap ke ka’bah
sendir secara tepat. Akan tetapi bagi orang yang tidak menyaksikannya, karena
jauh di luar kota makkah, hanya wajib menghadapakan muka kea arah ka’bah,
demikian pendapat junhur ulama. Sedangkan Imam Syafi’I Berendapat mesti
menghadapkan muka ke ka’bah itu sendiri sebagaimana halnya orang yang berada
di kota mekah. Caranya mesti di niatkan dalam hati bahwa menghadap itu tepat
pada ka’bah.
6. Niat. Golongan hanafiyah dan Hanabilah memandang niat sebagai syarat sah
shalat, demikian juga pendapat yang lebih kuat dari kalangan Malikiyah.
B. Rukun Shalat
Apa itu Rukun Shalat? Rukun shalat adalah setiap perbuatan dan perkataan
yang akan membentuk hakikat shalat. Apabila salah satu rukun ini tak ada atau
ditinggalkan, shalat tersebut secara syar’i tidak dianggap alias tidak sah dan tidak
bisa digantikan dengan sujud sahwi.
22
2.8 Hal-Hal yang Membatalkan Shalat, Sunnah dalam Melakukan Shalat
dan Makruh Shalat
Shalat akan batal atau tidak sah apabila salah satu rukunnya tidak
dilaksanakan atau ditinggalkan dengan sengaja.
Waktu mengerjakan shalat ada ,dua sunah, yaitu sunah Ab’adh dan sunah Hai’at.
a. Sunah Ab’adh
1. Membaca tasyahud awal
2. Membaca shalawat pada tasyahud awal
3. Membaca shalawat atas keluarga Nabi SAW pada tasyahud akhir
4. Membaca Qunut pada shalat Subuh dan shalat witir.
b. Sunah Hai’at
1. Mengangkat keduabelah tangan ketika takbiratul ikhram,ketika akan
ruku’ dan ketika berdiri dari ruku’.
23
2. Meletakan telapak tangan yang kanan diatas pergelangan tangan kiri
ketika sedekap,
3. Membaca do’a Iftitah sehabis takbiratul ikhram.
4. Membaca Ta’awwudz ketika hendak membaca fatihah,
5. Membaca Amiin ketika sesudah membaca Fatihah,
C. Makruh Shalat
3. Terbuka kepalanya,
4. Bertolak pinggang,
5. Memalingkan muka ke kiri dan ke kanan.
6. Memejamkan mata,
7. Menengadah ke langit,
24
8. Menahan hadats
9. Berludah,
10. Mengerjakan shalat di atas kuburan,
11. Melakukan hal-hal yang mengurangi kekhusukan shalat.
Saad bin Abi Waqas bertanya kepada Rasulullah SAW mengenai orang
yang melalaikan Sholat, maka jawab Baginda SAW, “yaitu mengakhirkan waktu
Sholat dari waktu asalnya hingga sampai waktu Sholat lain. Mereka telah menyia-
nyiakan dan melewatkan waktu sholat, maka mereka diancam dengan Neraka
Wail”. Ibn Abbas dan Said bin Al-Musaiyib turut menafsirkan hadist di atas
“yaitu orang yang melengah-lengahkan Sholat mereka sehingga sampai kepada
waktu Sholat lain, maka bagi pelakunya jika mereka tidak bertaubat Allah
menjanjikan mereka Neraka Jahannam tempat kembalinya”.
Maksud Hadist: “Siapa meninggalkan sholat dengan sengaja, maka sesungguhnya
dia telah kafir dengan nyata”.
25
Berdasarkan hadist ini, Sebagaian besar ulama (termasuk Imam Syafi’i) berfatwa:
Tidak wajib memandikan, mengkafankan dan mensholatkan jenazah seseorang
yang meninggal dunia dan mengaku Islam, tetapi tidak pernah mengerjakan
sholat. Bahkan, ada yang mengatakan haram mensholatkanya.
26
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Secara lahiriah shalat berarti beberapa ucapan dan perbuatan yang dimulai
dengan takbir dan diakhiri dengan salam, yang dengannya kita beribadah kepada
Allah menurut syarat – syarat yang telah ditentukan. Sedangkan secara hakikinya
ialah berhadapan hati (jiwa) kepada Allah, secara yang mendatangkan takut
kepada-Nya serta menumbuhkan di dalam jiwa rasa kebesarannya dan
kesempurnaan kekuasaan-Nya atau melahirkan hajat dan keperluan kita kepada
Allah yang kita sembah dengan perkataan dan pekerjaan atau dengan kedua –
duanya. Shalat merupakan kewajiban bagi kaum muslimin yang mukallaf tanpa
terkecuali. Shalat Merupakan Syarat Menjadi Taqwa. Taqwa merupakan hal yang
penting dalam Islam karena dapat menentukan amal / tingkah laku manusia, orang
- orang yang betul - betul taqwa tidak mungkin melaksanakan perbuatan keji dan
munkar, dan sebaliknya. Salah satu persyaratan orang – orang yang benar-benar
taqwa ialah diantaranya mendirikan shalat sebagimana firman Allah SWT dalam
surat Al Baqarah. Shalat merupakan benteng kemaksiatan. Artinya shalat dapat
mencegah perbuatan keji dan munkar. Semakin baik mutu shalat seseorang maka
semakin efektiflah benteng kemampuan untuk memelihara dirinya dari perbuatan
makasiat.
27
DAFTAR PUSTAKA
Oku Chanel. 2015 “ Makalah Tentang Shalat “ Diakses 12 Januari 2022 Pukul
16.30 https://tugasgalau.blogspot.com/2015/02/makalah-tentang-sholat.html
Islam Nu. Sejarah diwajibkannya Shalat” Diakses 12 Januari 2022 Pukul 17.00
https://islam.nu.or.id/shalat/sejarah-diwajibkannya-shalat-Bui3v