Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH KELOMPOK 1

Ruang Lingkup Hukum Bisnis Syariah


Makalah ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Hukum Bisnis Syariah

Dosen pengampu: Prof. Dr. Fathurrahman Djamil, M.A.

Disusun Oleh Kelompok 1:

Putri Aliefiah Rahmawati 11210440000020


Siti Asyifa Fitriyani 11210440000023
Adley Ramli Elhasain 11210440000030

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA

2024
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Dengan Menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami
ucapkan puji syukur atas limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada pemakalah sehingga
tugas makalah dapat terselesaikan. Shalawat serta salam atas junjungan Nabi besar
Muhammad SAW, sebagai uswatun khasanah, sosok teladan yang baik bagi manusia untuk
meraih kesuksesan dunia dan akhirat.
Makalah ini telah kami susun dengan proses analisis dan diskusi yang maksimal dan
juga mendapatkan bantuan dari berbagai pihak serta beberapa sumber terpercaya sehingga
dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami mengucapkan banyak
terimakasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan,
baik dalam segi kalimat, tata bahasa serta isi dari makalah. Oleh karena itu, dengan tangan
terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari para pembaca agar dapat memperbaiki
makalah ini sehingga mendekati kata sempurna.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.


Ciputat, 20 Maret 2024

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................................ ii
BAB I .......................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ....................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................ 2
C. Tujuan.............................................................................................................. 2
BAB II ......................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN .......................................................................................................... 3
A. Tinjauan Umum Hukum Bisnis Syariah ........................................................... 3
B. Bisnis Dalam Perspektif Islam ......................................................................... 7
C. Karakteristik Bisnis Dalam Islam ..................................................................... 8
BAB III...................................................................................................................... 13
PENUTUP ................................................................................................................. 13
A. Kesimpulan .................................................................................................... 13
B. Saran.............................................................................................................. 13
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 14

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Dalam Al-Qur’an, seringkali digunakan istilah-istilah yang dikenal dalam


dunia bisnis, seperti jual-beli dan untung-rugi, untuk mengajak manusia
mempercayai dan mengamalkan tuntutan agama dalam berbagai aspek kehidupan.
Al-Qur’an menjanjikan bahwa Allah membeli harta dan jiwa orang-orang mukmin,
dan sebagai imbalannya mereka memperoleh surga. Setiap Muslim yang terlibat
dalam bisnis perlu memahami ketentuan hukum agama agar menghindari aktivitas
yang diharamkan dan merugikan masyarakat. Allah memerintahkan mencari
kebahagiaan di akhirat sambil menikmati kenikmatan dunia. .1
Dalam menghadapi krisis ekonomi, pemerintah Indonesia mempertimbangkan
sistem perekonomian syariah yang terbukti tangguh selama krisis ekonomi 1997.
Perbedaan utama antara perekonomian syariah dan sistem kapitalistik adalah
ketidaktergantungan perekonomian syariah pada tingkat bunga perbankan.
Perekonomian syariah tidak terpengaruh oleh perubahan suku bunga, sementara
sistem kapitalistik rentan terhadap krisis moneter karena ketergantungannya pada
tingkat bunga perbankan.embiralah dengan jual-beli yang kamu lakukan itu. Itulah
kemenangan yang besar.
Keberhasilan perekonomian syariah dalam menghadapi krisis ekonomi telah
terbukti, dan sektor bisnis syariah mengalami pertumbuhan pesat. Pada tahun 2007,
Bank Indonesia melaporkan bahwa terdapat tiga bank umum syariah (BUS) dan 24
unit usaha syariah di bank umum konvensional (UUS BUK). Selain itu, ada 107
bank perkreditan rakyat syariah (BPRS). Data dari Dewan Syariah Nasional Majelis
Ulama Indonesia (DSN MUI) menunjukkan bahwa saat ini terdapat lebih dari 37
perusahaan asuransi syariah dan tiga perusahaan reasuransi dengan divisi syariah,
serta lima broker asuransi syariah.2

1
Muhammad, Bisnis Syariah. Raja Grafindo Persada, Depok, 2018.
2
Fakhrurazi Reno Sutan, “Kajian Hukum Bisnis Syariah,” Misykat Al-Anwar Jurnal 1, no. Kajian Islam
dan Masyarakat (2018): 1–9.

1
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang akan dibahas di
dalam makalah tentang masalah dalam shalat adalah sebagai berikut:
a. Bagimana tinjauan umum hukum bisnis syariah?
b. Bagaimana bisnis dalam perspektif islam?
c. Bagaimana karakteristik bisnis dalam islam?

C. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memberikan informasi
dan memahami tentang ruang lingkup hukum bisnis syariah.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Tinjauan Umum Hukum Bisnis Syariah


Secara sederhana, hukum dapat diartikan sebagai kumpulan norma yang
dianggap mengikat oleh penguasa atau otoritas, dengan tujuan mengatur tata
kehidupan masyarakat. Menurut Kamus Bahasa Indonesia (1997), hukum dapat
didefinisikan sebagai peraturan atau adat yang resmi diakui dan ditegaskan oleh
penguasa atau pemerintah. Hukum juga mencakup undang-undang dan ketentuan
yang mengatur kehidupan masyarakat, serta keputusan yang diambil oleh hakim
dalam pengadilan.3
Bisnis adalah usaha dagang; usaha komersial dalam dunia perdagangan;
bidang usaha. Bisnis atau usaha merupakan sistem interaksi sosial yang
mencerminkan sifat khas bisnis sehingga seolah-olah menjadi suatu dunia
tersendiri yang otonom. Dalam hal ini bisnis merupakan aktifitas yang cakupannya
amat luas meliputi aktifitas produksi, distribusi, perdagangan, jasa ataupun aktifitas
yang berkaitan dengan suatu pekerjaan untuk memperoleh penghasilan. Walaupun
cakupannya luas namun tujuan hakikinya adalah pertukaran barang dan jasa, dan
pertukaran itu dipermudah oleh medium penukar, yaitu uang. 4
Bagi umat Islam syariah adalah tugas umat manusia secara menyeluruh,
meliputi moral, teologi, etika pembinaan umat, aspirasi spiritual, ibadah formal dan
ritual yang rinci. 5 Dari definisi tersebut maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
syariah adalah semua aturan-aturan Allah SWT, untuk mengatur manusia di dunia
baik menyangkut aqidah, ibadah, akhlak dan muamalah duniawiyat. Dalam hal
etika bisnis maka juga termasuk kepada persoalan syariah, khususnya dibidang
akhlaknya.
Jadi, Hukum bisnis syariah adalah keseluruhan dari peraturan-peraturan dan
ketentuanketentuan hukum yang berkaitan dengan praktik bisnis secara syar’i atau
sesuai dengan syariah, guna meningkatkan kesejahteraan dan kemaslahatan
manusia. Islam telah mengatur setiap muslim dalam bekerja bukan hanya sekedar
untuk meraih kesuksesan di dunia ini, namun juga untuk kesuksesan di akhirat. Hal
tersebut telah diatur dalam Al-Qur’an sebagai sumber hukum bisnis yang
merupakan sebuah sistem hukum yang komprehensif, memadukan prinsip-prinsip
bisnis, dan moral sekaligus. Bertujuan untuk menetapkan perlindungan (himayah)
terhadap kemaslahatan manusia dengan menjamin kebutuhan primer, sekunder, dan

3
U. Adil. Bisnis Syariah di Indonesia: Hukum dan Aplikasinya. Bandung: Mitra Wacana Media, 2017.
Hal 1
4
Sutan, “Kajian Hukum Bisnis Syariah.”
5
Nurhayati, “MEMAHAMI KONSEP SYARIAH, FIKIH, HUKUM DAN USHUL FIKIH Nurhayati,”
Jurnal Hukum Ekonomi Syariah Volume 2 (2018).

3
kebutuhan tersier. Bukan hanya mencarinya, tetapi membelanjakan rezeki juga
harus sesuai dengan ketentuan dalam agama. 6

Sumber hukum Formil, Hukum acara yang berlaku di Pengadilan Agama


untuk mengadili sengketa ekonomi Syariah adalah hukum acara yang berlaku dan
dipergunakan pada lingkungan Peradilan Umum. Ketentuan ini sesuai dengan
ketentuan Pasal 54 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 Jo. Undang-Undang
Nomor 3 Tahun 2006 yang direvisi lagi oleh Undang-Undang Nomor 50 Tahun
2009.

Sementara itu Hukum Acara yang berlaku di lingkungan Peradilan Umum


adalah Herziene Inlandsch Reglement (HIR) untuk Jawa dan Madura,
Rechtreglement Voor Buittengewesten (R.Bg) untuk luar Jawa Madura. Kedua
aturan Hukum Acara ini diberlakukan di lingkungan Peradilan Agama, kecuali hal-
hal yang telah diatur secara khusus dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989
Jo. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 yang direvisi lagi oleh Undang-Undang
Nomor 50 Tahun 2009 tentang Peradilan Agama.7
Selain itu dasar hukum bisnis syariah dari sumber hukum materiil sebagai
berikut:
1. Al-Qur'an
Al-Qur'an adalah kalam Allah, yang menjadi mukjizat, yang diturun-
kan kepada nabi Muhammad SAW, yang ditulis di mushaf, yang dinukil
(diriwayatkan) secara mutawwatir, dan dipandang sebagai ibadah bagi
yang membacanya.
Banyak ayat-ayat Al-Qur'an yang menjelaskan tentang bisnis; jual
beli, perniagaan, dan perdagangan. Di antaranya terdapat dalam beberapa
ayat-ayat tentang jual beli:
a. Perintah mencari nafkah (QS. al-Baqarah (2): 282) dan (QS. al-
Israa (17): 12)
b. Perdagangan di darat (QS. Quraisy (106): 2)
c. Perdagangan di laut (QS. al-Baqarah (2): 164), (QS. an-Nahl (16):
14), (QS. al-Israa (17): 66), (QS. ar-Ruum (30): 46), dan (QS.
Faatir (35): 12)
2. Al-Hadis yaitu sesuatu yang diriwayatkan dari Rasulullah SAW, baik
berupa perkataan, perbuatan, dan ketetapannya setelah beliau diangkat
menjadi Nabi.
Banyak Hadis Rasulullah SAW yang menjelaskan tentang bisnis
syariah, di antaranya,"Pedagang yang dapat dipercaya adalah pedagang

6
Evan Hamzah Muchtar, “KONSEP HUKUM BISNIS SYARIAH DALAM AL-QUR’AN SURAT AL-
BAQARAH [2] AYAT 168-169 (Kajian Tematis Mencari Rezeki Halal),” Ad Deenar: Jurnal Ekonomi Dan
Bisnis Islam 2, no. 02 (2018): 156, https://doi.org/10.30868/ad.v2i02.354.
7
U. Adil. Bisnis Syariah di Indonesia: Hukum dan Aplikasinya. Bandung: Mitra Wacana Media, 2017.
Hal 11.

4
yang senantiasa berkata jujur sebagaimana para Nabi, para shiddiqin dan
para syu- hada." (HR. Tirmidzi)
3. Ijma' yaitu kesepakatan para mujtahid dari kalangan umat Islam tentang
hukum syara' pada suatu masa setelah wafatnya Rasulullah SAW. Tentang
ijma (konsensus ulama) tentang bisnis syariah telah banyak dituangkan
dalam kitab-kitab fiqh, misalnya ijma' ulama tentang haramnya riba.
4. Ijtihad yaitu mengerahkan seluruh kemampuan secara maksimal, baik
untuk mengistinbatkan hukum syara', maupun dalam penerapannya.
Menurut definisi ini ijtihad terbagi kepada dua bentuk, yaitu ijtihad
istinbathi, seperti ijtihad yang dikeluarkan oleh Dewan Syariah Nasional
dalam bentuk fatwa, dan ijtihad tatbiqi (penerapan hukum).
5. Prinsip-prinsip Hukum lainnya
a. Istihsan, Adapun pengertian istihsan secara terminologis, yaitu
beralih dari penggunaan suatu qiyas kepada qiyas yang lain yang
lebih kuat daripadanya (qiyas yang pertama).
b. Maslahah, Maslahah mengandung dua sisi yang menarik atau
mendatangkan kemaslahatan dan menolak atau menghindarkan
kemudaratan. Menurut al-Khawarizmi, seperti yang dikutip oleh Prof.
Dr. Amir Syarifuddin, maslahah secara defenitif yaitu memelihara
tujuan syara' (dalam menetapkan hukum) dengan cara menghindarkan
kerusakan dari manusia.
c. Istishab, Secara terminologis, istishab adalah apa yang pernah berlaku
secara tetap pada masa lalu, pada prinsipnya tetap berlaku pada masa
yang akan datang.
Secara garis besar, ruang lingkup kajian bisnis Syariah mengkaji tentang
akad akad non bagi hasil jasa perbankan dan akad bagi hasil.

1. Non bagi Hasil Jasa Perbankan, mencakup:


a. Murabahah, Murabahah adalah akad jual beli barang dengan
menyatakan harga perolehan dan keuntungan (margin) yang
disepakati oleh penjual dan pembeli. Misalnya Si A membeli sapi
seharga delapan juta rupiah, biaya yang dikeluarkan lima ratus ribu
rupiah, maka ketika menawarkan sapinya, ia mengatakan saya jual
sapi ini sepuluh Juta rupiah, saya mengambil keuntungan satu juta
lima ratus ribu rupiah
b. Salam, Salam merupakan bentuk jual beli dengan pembayaran di
muka dan penyerahan barang di kemudian hari dengan harga,
spesifikasi, jumlah kualitas, tanggal dan tempat penyerahan yang
jelas, serta disepakati sebelumnya dalam perjanjian.
c. Istishna, Istishna adalah memesan kepada perusahaan untuk
memproduksi barang atau komoditas tertentu untuk
pembeli/pemesan. Jika perusahaan mengerjakan untuk memproduksi
barang yang dipesan dengan bahan baku dari perusahaan. maka
kontrak/akad istishna muncul. Agar akad istishna menjadi sah, harga

5
harus ditetapkan diawal sesuai kesepakatan dan barang harus
memiliki spesifikasi yang jelas yang telah disepakati bersama. Dalam
istishna pembayaran dapat di muka, di cicil sampai selesai, atau di
belakang, serta istishna biasanya diaplikasikan untuk industri dan
barang manufaktur."
d. Ijarah, Ijarah biasa disebut sewa, jasa atau imbalan. Ijarah adalah
akad yang dilakukan atas dasar suatu manfaat dengan imbalan jasa.
Menurut Sayyid Sabiq ijarah adalah suatu jenis akad untuk
mengambil manfaat dengan jalan penggantian. Jadi, hakikatnya ijarah
adalah penjualan manfaat.
e. Ijarah wa iqtina, Ijarah wa iqtina adalah transaksi sewa beli dengan
perjanjian untuk menjual atau menghibahkan objek sewa di akhir
periode sehingga transaksi ini diakhiri dengan alih kepemilikan objek
sewa. Ijarah mempunyai kemiripan dengan leasing pada sistem
keuangan konvensional karena keduanya terdapat pengalihan sesuatu
dari satu pihak kepada pihak lain atas dasar manfaat.
f. Ujr, Ujr adalah imbalan yang diberikan atau yang diminta atas suatu
pekerjaan yang dilakukan. Akad ujr diaplikasikan dalam produk-
produk jasa keuangan bank syariah, seperti untuk penggajian,
penyewaan safe deposit box penggunaan ATM dam sebagainya
g. Sharf, Sharf adalah jual-beli suatu valuta dengan valuta lain. Produk
jasa perbankan yang menggunakan akad sharf adalah fasilitas
penukaran uang (money changer)
2. Bagi Hasil, mencakup:
a. Mudharabah, Mudharabah adalah persetujuan kongsi antara harta dari
salah satu pihak dengan kerja dari pihak lain." Menurut Al-Mushlih
dan Ash-Shawi yang di kutip oleh Ascarya bahwa mudharabah adalah
penyerahan modal uang kepada orang yang berniaga sehingga ia
mendapatkan persentase keuntungan Dalam praktiknya mudharabah
antara Siti Khadijah dan Nabi SAW, saat itu Siti Khadijah
mempercayakan barang dagangannya untuk dijual oleh Nabi SAW ke
luar negeri Dalam kasus ini Khadijah berperan sebagai pelaksana
usaha (mudharib).
b. Musyarakah, Dalam akad musyarakah pihak-pihak yang bertransaksi
saling mencampurkan asetnya menjadi satu kesatuan, dan kemudian
menanggung risiko bersama-sama untuk mendapatkan keuntungan.
Di sini, keuntungan dan kerugian di tanggung bersama sesuai dengan
porsi modal Karena itu, kontrak ini tidak memberikan kepastian
pendapatan (return), baik dari segi jumlah (amount) maupun waktu
(timing)-nya.
c. Muzara'ah, Muzaraah ialah mengerjakan tanah (orang lain) seperti
sawah atau ladang dengan imbalan sebagian hasilnya (seperdua,
sepertiga atau seperempat). Sedangkan biaya pengerjaan dan
benihnya di tanggung pemilik tanah kemudian pembagian basil dari

6
tanaman pertanian itu dibagi sesuai dengan kesepakatan, dan
keuntungan dan kerugian di tanggung bersama.
d. Musaqah, Musaqah adalah bentuk kerja sama di mana pemilik tanah
memberikan pohon atau tanaman kepada petani untuk dikelola atau
disirami, sementara pembagian hasilnya sesuai dengan kesepakatan
antara dua belah pihak yang melakukan akad tersebut, menjadi satu
kesatuan, dan kemudian menanggung risiko bersama-sama untuk
mendapatkan keuntungan.
e. Mukhabarah, Mukhabarah ialah mengerjakan tanah (orang lain)
seperti sawah atau ladang dengan imbalan sebagian hasilnya
(seperdua, sepertiga atau seperempat) Sedangkan biaya pengerjaan
dan benihnya di tanggung orang yang mengerjakan (petani). Pada
akad ini juga kerugian dan keuntungan di tanggung bersama antara
pemilik tanah dan penggarap tanah (petani). 8
Adapun fungsi dari hukum bisnis syariah yaitu:
1. Sebagai sumber informasi yang berguna bagi praktisi bisnis untuk
memahami hak-hak dan kewajiban dalam praktik bisnis, agar terwu- jud
watak dan perilaku aktivitas di bidang bisnis yang berkeadilan, wajar,
sehat, dinamis (yang dijamin oleh kepatian hukum).
2. Untuk mewujudkan konsep adil dan ihsan dalam praktik dan transaksi
bisnis. 9

B. Bisnis Dalam Perspektif Islam


Secara umum bisnis adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh manusia untuk
memperoleh pendapatan atau rizki dalam rangka memenuhi kebutuhan dan
keinginan hidupnya dengan cara sumber daya ekonomi dengan efektif dan efisien.
Secara khusus, menurut Skinner bisnis sebagai pertukaran barang, jasa, atau uang
yang saling menguntungkan atau memberi manfaat. Menurut Anoraga dan
Soegiastuti, bisnis memiliki makna dasar sebagai ”the buying and selling of goods
and services. Dalam pandangan straub dan attner, bisni merupakan suatu organisasi
yang menjalankan aktivitas produksi dan pejualan barang, jasa dll yang diinginkan
oleh konsumen untuk mendapatkan profit. Menurut Ika Yunia Fauzia, bisnis
merupakan pertukaran barang, jasa, atau uang yang saling menguntungkan atau
memberi manfaat. Bisnis berjalan karena adanya ketergantungan antar-individu,
adanya peluang internasional, usaha untuk mempertahankan dan meningkatkan
standar hidup, dan lain sebagainya dengan tujuan untuk mendapatkan keuntangan
(provit). 10

8
U. Adil. Bisnis Syariah di Indonesia: Hukum dan Aplikasinya. Bandung: Mitra Wacana Media, 2017.
Hal 8-11.
9
Mardani. Hukum bisnis syariah. Jakarta : Kencana, 2014.
10
, Waldi Nopriansyah. Hukum Bisnis di Indonesia Dilengkapi dengan Hukum Bisnis Dalam Perspektif
Syariah. Prenada Media Group, Jakarta, 2019. hal 8

7
Sedangkan dalam padangan Islam bisnis didefinisikan sebagai serangkaian
aktivitas bisnis dalam berbagai bentuknya yang tidak dibatasi jumlah (kuantitas)
kepemilikan hartanya (barang/jasa) termasuk profitnya, namun dibatasi dalam cara
perolehan dan pendayagunaan hartanya alias ada aturan halal dan haramnya
(Yusanto dan Karebet, 2002 : 18). Islam mewajibkan setiap muslim, khususnya
yang memiliki tanggungan untuk bekerja. Bahwa bekerja merupakan salah satu akar
sebab yang dapat memungkinkan manusia memiliki harta kekayaan. Untuk
meningkatkan manusia agar berusaha mencari nafkah karena Allah SWT telah
melapangkan bumi dan menyediakan berbagai macam fasilitas dan juga cara agar
kita dapat memanfaatkan hal tersebut untuk mencari rezeki. Firman Allah dalam
Quran surah Al Mulk ayat 15 :

ُ ‫امشُوا فِي َمنَا ِك ِب َها َوكُلُوا م أِن ِر أز ِق ِه ۖ َو ِإلَ أي ِه النُّش‬


‫ُور‬ ‫وًل فَ أ‬‫ض ذَلُ ا‬ َ ‫ه َُو الَّذِي َج َع َل لَكُ ُم أاْل َ أر‬
Dialah yang menjadikan bumi ini mudah bagi kamu, maka berjalanlah di segala
penjurunya dan makanlah sebagian dari rizki Nya
Begitu juga dalam QS. Al A’raaf ayat 10 :
َ َۗ ِ‫ض َو َجعَ ألنَا لَكُ أم فِ أي َها َمعَاي‬
‫ش قَ ِلي اأًل َّما ت َ أشكُ ُر أو َن‬ ِ ‫اًل أر‬َ ‫َࣖولَقَدأ َم َّكنّٰكُ أم فِى أ‬

Sesungguhnya kami telah menempatkan kamu sekalian di bumi dan kami adakan
bagimu di muka bumi itu (sumber-sumber) penghidupan.
Selain didorong untuk mencari rizki islam juga mendorong atau
mengharuskan agar kiranya dalam mencari rizki perlu mempertimbangakn aspek
halal dan haramnya baik itu dari segi perolahan maupun pendayagunaan. Dengan
tegas Allah berfirman dalam QS. Al An’aam ayat 141 :
َ‫َو ًَل تُس ِأرفُ أوا َۗاِنَّهٗ ًَل يُحِ بُّ أال ُمس ِأرفِيأن‬
Dan janganlah kalian berbuat israf (menafkahkan harta di jalan
kemaksiatan), sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat
israf. 11
C. Karakteristik Bisnis Dalam Islam
Karakteristik Hukum Bisnis Syariah dalam Al-qur’an berlandaskan Fondasi yang
kokoh, Yaitu Perintah Allah SWT. Hukum bisnis ini merupakan sebuah sistem hukum yang
komprehensif, memadukan prinsip-prinsip bisnis dan moral sekaligus. Tujuan utamanya
memelihara solidaritas masyarakat dan memperkenalkan moralitas yang tinggi di lapangan
bisnis berdasarkan hukum Allah. Hukum bisnis Islam memiliki karakteristik yang khas
yang tidak ada dalam sistem hukum bisnis lainnya. Sebagai wahyu (firman) yang
datang dari Allah SWT maka hukum bisnis Islam memiliki dimensi duniawi dan
ukhrawi. Beberapa karakteristik tersebut sebagai berikut.

1. Ilahiyah: Bersumber dari Wahyu Ilahi


Hukum bisnis Islam berasal dari Allah SWT dan Rasul-Nya yang terdapat di
dalam Al-Qur’an dan Sunnah Nabi yang sahih. Islam meyakini bahwa hak untuk

11
Norva dewi, Bisnis dalam Perspektif Islam AL-TIJARY, Vol. 01, No. 01, Desember 2015,

8
membuat suatu aturan hukum adalah hak prerogratif Allah SWT, sebagaimana
firmanNya.

ِ‫ا ِِن أال ُح أك ُم ا ًَِّل ِ ّٰلِل‬


“Keputusan itu hanyalah kepunyaan Allah.” (QS. Yusuf: 40).
Ayat ini menunjukkan bahwa hukum dan penetapan hukum sejatinya adalah
hak dari Allah SWT, tidak ada satu makhluk pun yang berhak untuk
menghukum atau menetapkan suatu hukum. Manusia diberikan kewajiban untuk
menjalankannya. Jika tidak terdapat hukum yang pasti maka manusia akan
berusaha untuk menggalinya dengan memperhatikan hukum Allah SWT yang
sudah ada.

Karena bersumber dari Sang Pencipta maka kebenarannya mutlak dan akan
selalu sesuai untuk seluruh umat manusia kapan saja, di mana saja, dan dalam
keadaan bagaimanapun juga. Hukum Allah SWT yang dimaksud adalah syariat
Allah SWT yang terdapat di dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah. Aturan hukum
yang ada pada keduanya adalah mutlak dan tidak bisa diganggu gugat, adapun
permasalahan yang bersifat fiqhiyyah maka diperlukan adanya ijtihad dalam
bentuk fiqh oleh para ahli hukum Islam. 12

Hukum bisnis Islam memiliki aspek halal dan haram sehingga setiap
aktivitas bisnis yang akan dilakukan haruslah didasarkan pada syariah Islam,
apakah hal tersebut dihalalkan atau sebaliknya diharamkan. Atas dasar ini maka
ia memiliki dua corak. Pertama, bersifat duniawi dan berpijak pada perbuatan
dan tindakan yang tampak dan tak berhubungan dengan apa yang tersembunyi
dalam batin manusia. Kedua, bersifat ukhrawi, yaitu pahala bagi yang
melaksanakan syariat-Nya dan hukuman bagi yang melanggarnya.

2. Sistematis: Harmoni Naqli dan ‘Aqli


Hukum bisnis Islam adalah seperangkat aturan yang mengatur mengenai
aspek hukum dalam bisnis. Seperangkat hukum ini bersifat sistematis dalam arti
mencerminkan sejumlah doktrin yang bertalian secara logis, di mana setiap
bagiannya saling terkait antara satu dengan yang lainnya. Sumber hukum yang
sudah qath’i di dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah tidak akan pernah mengalami
perubahan, sedangkan yang tidak ada secara qath’i khususnya masalah-masalah
baru yang dihadapi oleh manusia menjadi ranah bagi ijtihad untuk memerankan
perannya. Dalam hal ini logika dan nalar seorang mujtahid akan berupaya
sedemikian rupa agar menghasilkan satu hukum yang tidak bertentangan dengan
sumber hukum Islam, yaitu Al-Qur’an dan Al-Hadits.

12
Prawiro, A., Siswanto, A., Farid, F., Prawiro, A. M. B., Siswanto, A., Farid, F., & Prawiro, I. A. M. B.
Pengantar Bisnis Syariah. Api. penerbitsalemba. com. (2020).

9
Harmoni ‘aqli dan naqli maksudnya adalah terjadi keselarasan antara dalil-
dalil dari Al-Qur;an dan As-Sunnah dengan logika manusia. Sebagai contoh, Al-
Qur’an dan Hadits mengharamkan riba maka keharaman riba bukan hanya
karena ada dalilnya, tetapi juga memang bertentangan dengan logika manusia di
mana riba mengandung unsur kezaliman terhadap orang lain. Demikian juga
dengan hukum bisnis Islam lainnya, sesuatu yang dibolehkan dalam Islam
menjadi hal yang mubah untuk dilakukan. Bahkan sesuatu yang awalnya haram,
tetapi karena adanya kedaruratan menjadi boleh, sama seperti dengan hukum
yang makruh kemudian karena adanya keperluan maka boleh dilakukan.
Misalnya, dibolehkannya akad hawalah (pengalihan hutang) karena adanya
haajat (kebutuhan). 13
3. Komprehensif (Syumuliyyah): Mengatur Seluruh Bidang Hukum
Hukum bisnis Islam memiliki karakter yang komprehensif, artinya ia
mengatur seluruh aspek bisnis secara menyeluruh. Bukan hanya dalam akad
saja, tetapi juga dalam penyelesaian sengketa yang akan terjadi di kemudian
hari. Komprehensivitas hukum bisnis Islam tercermin dari aturan yang sangat
lengkap mengenai awal terjadinya akad, proses pelaksanaan akad hingga
berakhirnya akad tersebut. Komprehensivitas ini menjadikan dimensi hukum ini
sempurna dari berbagai aspek kehidupan.

Sebagai sistem hukum bisnis yang komprehensif maka hukum bisnis Islam
akan mampu memberikan solusi untuk berbagai persoalan bisnis, baik yang
sedang terjadi atau yang belum pernah terjadi. Hal ini karena perangkat dari
sistem ini sudah lengkap. Maka tidak akan pernah ada model bisnis yang tidak
bisa diselesaikan dengan hukum bisnis Islam.
4. Universal: Bisa dilaksanakan kapan saja, di mana saja, dan dalam keadaan
bagaimanapun juga
Prinsip-prinsip dasar dalam hukum bisnis Islam tidak pernah berubah-ubah,
seperti an-taradhin (saling rela) dalam berbagai transaksi atau jual-beli,
menolak mudharat, menghindari perbuatan dosa, memelihara hak, dan juga
menerapkan tanggung jawab individual. Sementara itu, dimensi fiqih yang
berpijak pada qiyas atau analogi dan bertujuan memelihara kemashlahatan dan
adat istiadat (yang baik) bisa berubah dengan berkembang sesuai dengan
kebutuhan zaman, kemaslahatan manusia dan lingkungan yang berbeda dalam
konteks ruang dan waktu selama hukum berada dalam wilayah yang sesuai
dengan tujuan-tujuan syariat (maaqashid asy-syari’ah) prinsip-prisipnya yang
benar. Inilah yang dimaksud dengan kaidah, “Hukum berubah sesuai dengan
perubahan zaman” (taghayyur al-ahkam bi taghayyur al-azman).

13
Prawiro, A., Siswanto, A., Farid, F., Prawiro, A. M. B., Siswanto, A., Farid, F., & Prawiro, I. A. M. B.
Pengantar Bisnis Syariah. Api. penerbitsalemba. com. (2020).

10
Ajaran Islam bersifat universal, ia meliputi alam tanpa batas, tidak seperti
ajaranajaran Nabi sebelumnya. Hukum bisnis Islam berlaku bagi orang Arab dan
orang ‘ajam (non-Arab), kulit putih, dan kulit hitam. Universalitas hukum Islam
ini sesuai dengan pemilik hukum itu sendiri yang kekuasaan-Nya tidak terbatas,
yaitu Allah SWT. Di samping itu, hukum Islam mempunyai sifat dinamis (cocok
untuk setiap zaman). Bukti yang menunjukkan apakah hukum Islam memenuhi
sifat tersebut atau tidak, harus dikembalikan kepada Al-Qur’an karena Al-
Qur’an merupakan wadah dari ajaran Islam yang diturunkan Allah SWT kepada
umat-Nya di muka bumi. Al-Qur’an juga merupakan garis kebijaksanaan Tuhan
dalam mengatur alam semesta termasuk manusia.

Hukum Islam diturunkan Allah SWT untuk kebaikan manusia dan


menyelesaikan persoalan manusia. Allah SWT telah menegaskan bahwa risalah
Islam diperuntukkan bagi seluruh manusia dan agar menjadi rahmat (kebaikan)
bagi mereka, baik muslim ataupun non-muslim (lihat QS. Al-Anbiyaa: 107). Hal
ini dibuktikan dalam sejarah panjang kaum muslim bahwa dalam pemerintahan
Islam selama 800 tahun di Spanyol, pemeluk Islam, Kristen, dan Yahudi mampu
hidup berdampingan. Mereka mendapatkan hak-hak mereka sebagai warga
negara tanpa diskriminasi.

Demikian pula dalam bisnis, fakta saat ini menunjukan banyak orang
nonmuslim yang menabung di bank syariah, demikian juga banyak di antara
mereka yang melaksanakan sistem bisnis syariah. Hal ini karena hukum bisnis
syariah bersifat universal sehingga siapa saja bisa melaksanakannya. Lebih dari
itu hak-hak mereka akan dilindungi dengannya. 14

5. Mashlahah: Memberi Kemashlahatan bagi Manusia


Salah satu karakter dari hukum bisnis Islam adalah memberi mashlahat bagi
umat manusia. Mekanismenya adalah dalam bentuk perlindungan (himayah) dan
pemeliharaan (ri’ayah) terhadap aktivitas bisnis mereka. Mashlahah yang
menjadi prioritas utama dalam hukum bisnis Islam adalah mashalahat ‘ammah
sehingga ketika terjadi benturan antara dua kemaslahatan itu maka kemaslahatan
umum (kolektif) akan diutamakan daripada kepentingan individu. Hukum bisnis
Islam juga berfungi sebagai zawâjir (pencegah) dan jawâbir (penebus dosa).
Sistem hukum ini akan membuat jera pelaku kejahatan dan mencegah
masyarakat untuk melakukan tindakan kriminal. Tentu hal ini akan memberi
rasa aman kepada masyarakat. Inilah yang dimaksud dalam firman Allah SWT.

ِ ‫اًل ألبَا‬
.‫ب لَ َعلَّكُ أم تَتَّقُ أون‬ َ ‫اص َح ٰيوة ٌ يّّٰٰٓــاُولِى أ‬
ِ ‫ص‬َ ‫َولَكُ أم فِى أال ِق‬
“Dalam qishâsh itu ada (jaminan kelangsungan) hidup bagi kalian, hai
orang-orang yang berakal supaya kalian bertakwa.” (QS. Al-Baqarah (2): 179)

14
Prawiro, A., Siswanto, A., Farid, F., Prawiro, A. M. B., Siswanto, A., Farid, F., & Prawiro, I. A. M. B.
Pengantar Bisnis Syariah. Api. penerbitsalemba. com. (2020).

11
6. Duniawi dan Ukhrawi: Bersifat Keduniaan dan Keakhiratan
Hukum bisnis Islam yang bersifat baku memiliki hukuman bagi yang
melanggarnya, hukuman ini bersifat duniawi dan ukhrawi. Hukuman di dunia
dalam bentuk yang sudah ditetapkan semisal al-hudud serta hukuman yang
merupakan keputusan hakim (at-ta’zir) yang dilaksanakan di dunia. Hukuman
yang bersifat ukhrawi adalah ancaman siksa setelah kematian hingga
dimasukkan ke dalam neraka. Hukum Islam juga berfungsi sebagai penebus
dosa karena sanksi yang dijatuhkan di dunia dapat menebus azab di akhirat.

Ubadah bin Shamit ra. berkata: Kami pernah bersama Rasulullah SAW
dalam suatu majelis dan beliau bersabda, “Kalian telah membaiatku untuk tidak
menyekutukan Allah dengan apa pun, tidak mencuri dan tidak berzina.”
Kemudian beliau membaca keseluruhan ayat, “Siapa di antara kalian
memenuhinya maka pahalanya di sisi Allah. Siapa saja yang mendapatkan dari
hal itu sesuatu, kemudian diberi sanksi maka sanksinya menjadi penebus dosa
baginya. Siapa saja yang mendapatkan dari hal itu sesuatu maka Allah
menutupinya jika Dia berkehendak, Dia mengampuninya atau mengazabnya.”
(HR Al-Bukhari).

Hadits ini menjelaskan bahwa sanksi dunia, yakni sanksi yang dijatuhkan
negara bagi pelaku kejahatan, akan menggugurkan sanksi di akhirat. Oleh
karena itu, pada masa Rasulullah SAW pelaku zina seperti Maiz dan Al-
Ghamidiyah tidak segan-segan datang kepada Rasulullah untuk mengakui
perzinaannya dan meminta negara agar menjatuhkan sanksi atas pelanggaran
mereka di dunia agar sanksi di akhirat atas mereka gugur.
Karakter inilah yang membedakan antara hukum bisnis Islam dengan sistem
hukum bisnis lainnya, ia menjadi pedoman dalam pelaksanaan bisnis sekaligus
menjadi ancaman bagi orang-orang yang melanggarnya. Hukuman yang didapat
bagi yang melanggar dalam bentuk hukum yang jelas ada di Al-Qur’an dan As-
Sunnah demikian juga ancaman hukuman di akhirat telah jelas dalam Islam.
Misalnya, seorang yang memakan riba atau berjudi maka balasannya di akhirat
adalah azab yang pedih. Sementara di dunia dihukum dengan ta’zir, yaitu
hukuman yang ditetapkan oleh hakim dalam Islam yang didasarkan pada nilai-
nilai dasar Islam. 15
Merujuk pada karakteristik hukum bisnis Islam maka dapat dipahami bahwa
dimensi hukum Islam dalam bidang bisnis memiliki karakteristik yang khas
yang tidak ada pada sistem hukum bisnis lainnya. Karakter khas tersebut adalah
bahwa hukum bisnis Islam bukan hanya bicara tentang seperangkat peraturan
yang memberikan keadilan di dunia saja, melainkan ia juga menjadi jalan
keselamatan bagi umat Islam di akhirat sana.

15
Prawiro, A., Siswanto, A., Farid, F., Prawiro, A. M. B., Siswanto, A., Farid, F., & Prawiro, I. A. M. B.
Pengantar Bisnis Syariah. Api. penerbitsalemba. com. (2020).

12
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Hukum bisnis syariah didasarkan pada prinsip-prinsip Islam yang meliputi adil,
transparan, bertanggung jawab, dan tidak melanggar ketentuan agama. Bisnis harus
mematuhi prinsip-prinsip ini dalam semua aspek operasionalnya. Didalamnya
mengatur tentang transaksi yang diizinkan dalam Islam, seperti jual beli dengan
syarat-syarat yang telah ditetapkan, investasi dalam bisnis yang tidak bertentangan
dengan prinsip-prinsip Islam, dan pengelolaan keuangan yang menghindari riba
(bunga) dan maysir (perjudian) Ruang lingkup hukum bisnis syariah juga mencakup
pendirian, pengelolaan, dan pengawasan perusahaan yang beroperasi sesuai dengan
prinsip-prinsip syariah. Hal ini mencakup aspek hukum seperti struktur perusahaan,
kepemilikan saham, kebijakan dividen, dan tanggung jawab sosial perusahaan yang
sesuai dengan nilai-nilai Islam. Hukum bisnis syariah melibatkan pengawasan dan
penegakan hukum untuk memastikan bahwa praktik bisnis sesuai dengan prinsip-
prinsip syariah. Hal ini dapat mencakup lembaga pengawas khusus, seperti badan
keuangan Islam, serta sistem hukum yang memfasilitasi penyelesaian sengketa sesuai
dengan hukum syariah. Kesadaran akan prinsip-prinsip hukum bisnis syariah juga
penting dalam ruang lingkupnya. Pendidikan dan promosi tentang hukum bisnis
syariah diperlukan agar pemangku kepentingan, termasuk pelaku bisnis, konsumen,
dan regulator, dapat memahami pentingnya dan menerapkan prinsip-prinsip tersebut
dalam aktivitas bisnis mereka.

B. Saran
Dari penjelasan materi di atas, penulis berharap agar para pembaca dapat
memahami materi dengan baik dan semoga bermanfaat bagi kita semua. Penulis
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Maka dari itu kritik dan
saran yang membangun dari para pembaca, sangat kami harapkan agar bisa dijadikan
perbaikan untuk ke depannya.

13
DAFTAR PUSTAKA
Dewi, Norva. Bisnis dalam Perspektif Islam AL-TIJARY, Vol. 01, No. 01, Desember 2015,

Kadir, A. 2010. Hukum Bisnis Syariah dalam Al-Qur’an, (Jakarta: Sinar Grafika Offset).

Mardani. 2014. Hukum bisnis syariah. Jakarta: Kencana.

Muchtar, Evan Hamzah. “KONSEP HUKUM BISNIS SYARIAH DALAM AL-QUR’AN


SURAT AL-BAQARAH [2] AYAT 168-169 (Kajian Tematis Mencari Rezeki Halal).”
Ad Deenar: Jurnal Ekonomi Dan Bisnis Islam 2, no. 02 (2018): 156.
https://doi.org/10.30868/ad.v2i02.354.
Muhammad. 2018. Bisnis Syariah. Raja Grafindo Persada, Depok.

Nopriansyah, Waldi. 2019. Hukum Bisnis di Indonesia Dilengkapi dengan Hukum Bisnis
Dalam Perspektif Syariah. Prenada Media Group, Jakarta.

Nurhayati. “MEMAHAMI KONSEP SYARIAH, FIKIH, HUKUM DAN USHUL FIKIH


Nurhayati.” Jurnal Hukum Ekonomi Syariah Volume 2 (2018).
Prawiro, A., Siswanto, A., Farid, F., Prawiro, A. M. B., Siswanto, A., Farid, F., & Prawiro, I.
A. M. B. (2020). Pengantar Bisnis Syariah. Api. penerbitsalemba. com.
Sutan, Fakhrurazi Reno. “Kajian Hukum Bisnis Syariah.” Misykat Al-Anwar Jurnal 1, no.
Kajian Islam dan Masyarakat (2018): 1–9.
U. Adil. 2017. Bisnis Syariah di Indonesia: Hukum dan Aplikasinya. Bandung: Mitra Wacana
Media.

14

Anda mungkin juga menyukai