Anda di halaman 1dari 19

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha

Penyayang. Kami panjatkan puji syukur kehadirat-Nya yang telah melimpahkan


rahmat, hidayah, serta inayah-Nya kepada kami sehingga kami bisa
menyelesaikan handbook Pembelajaran Fiqih tentang “Syirkah dan Mudharabah”.
Handbook ini sudah kami susun dengan maksimal dan mendapat bantuan
dari berbagai pihak sehingga bisa memperlancar pembuatan handbook ini. Untuk
itu kami menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan handbook ini.
Terlepas dari segala hal tersebut, kami sadar sepenuhnya masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh
karenanya kami dengan lapang dada menerima segala saran dan kritik dari
pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga handbook ini bisa memberikan manfaat
maupun inspirasi untuk pembaca.

Kediri, 14 Juni 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .........................................................................................ii


DAFTAR ISI...................................................................................................... iii
SYIRKAH DAN MUDHARABAH
Kompetensi Inti.................................................................................................... 1
Kompetensi Dasar ................................................................................................ 1
Peta Konsep ......................................................................................................... 2
Pendalaman Materi............................................................................................... 3
A. SYIRKAH ....................................................................................................... 3

1. Pengertian .................................................................................................... 3

2. Dasar Hukum ............................................................................................... 4

3. Rukun dan Syarat ......................................................................................... 6

4. Jenis-Jenis.................................................................................................... 7

B. MUDHARABAH .......................................................................................... 10

1. Pengertian .................................................................................................. 10

2. Dasar Hukum ............................................................................................. 10

3. Rukun dan Syarat ....................................................................................... 12

4. Jenis-Jenis.................................................................................................. 13

KESIMPULAN .................................................................................................. 15

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 16

iii
Syirkah dan Mudharabah

Kompetensi Inti
KI 1 Menghargai dan menghayati ajaran Islam yang dianutnya.
KI 2 Menghargai dan menghayati perilaku jujur, displin, bertanggungjawab, peduli
(tolerasi, gotong-royong), santun, percaya diri dalam berinteraksi secara efektif
dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan
keberadaannya
KI 3 Memahami dan menerapkan pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural)
berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni budaya
terkait fenomena dan kejadian tampak mata.
KI 4 Mengolah, menyaji, dan menalar dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai,
merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca
menghitung, menggambar dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di
sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori.

Kompetensi Dasar
● Menghayati nilai-nilai yang terkandung dalam syirkah dan mudharabah.
● Membiasakan diri perilaku bertanggung jawab dan tolong menolong sebagai
implementasi syirkah dan mudharabah.
● Memahami pengertian, dalil, jenis, rukun dan syarat syirkah dan mudharabah.
● Mengaplikasikan syirkah dan mudharabah sesuai ketentuan di kehidupan sehari-
hari.

1
PETA KONSEP

SYIRKAH
DAN
MUDHARABAH

SYIRKAH MUDHARABAH

Pengertian Pengertian

Dasar Hukum Dasar Hukum

Rukun dan Syarat Rukun dan Syarat

Jenis-Jenisnya Jenis-Jenisnya

HIKMAH

2
Pendalaman Materi

A. SYIRKAH
1. Pengertian Syirkah
Secara bahasa syirkah berasal dari bahasa arab, yaitu:
ٌ‫ش ِِركَ – َي ْش َركُ – ش َِركَا – ش ِْر َكه ٌ – ش َِر َكه‬
Artinya: “Bersekutu, berserikat”.

Secara bahasa syirkah berarti al-Ikhtilat (percampuran) atau persekutuan dua hal atau
lebih, sehingga antara masing-masing sulit dibedakan. Seperti persekutuan hak milik atau
perserikatan usaha. Yang dimaksud percampuran disini adalah seseorang mencampurkan
hartanya dengan harta orang lain sehingga tidak mungkin untuk dibedakan. 2
Adapun secara istilah, menurut Kompilasi Hukum Ekonomi Syari’ah, Syirkah
(Musyarokah) adalah kerja sama antara dua orang atau lebih dalam satu permodalan,
keterampilan, atau kepercayaan dalam usaha tertentu dengan pembagian keuntungan
berdasarkan nisbah.3 Ulama Mazhab beragam pendapat dalam mendifinisikanya, antara lain:
a. Ulama’ Hanafiah
Menurut ulama’ Hanafiah, syirkah adalah ungkapan tentang adanya transaksi akad
antara dua orang yang bersekutu pada pokok harta dan keuntungan. 4

1
Ghufron A Masadi, Fiqih Muamalah Kontekstual, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2002), 191.
2
Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesia, (Jakarta : PT Hidakarya Agung, 1998), 196.
3
Mardani, Fiqih Ekonomi Syari’ah, , (Jakarta: Kencana, 2012), 220.
4
Rachmad Syafe’i, Fiqih Muamalah, (Bandung : Pustaka Setia 2000), 185.

3
b. Ulama’ Malikiyah
Menurut ulama’ Malikiyah perkongsian adalah izin untuk mendaya gunakan (tasharuf)
harta yang dimiliki dua orang secara bersama-sama oleh keduanya, yakni kerduanya
saling mengizinkan kepada salah satunya untuk mendayagunakan harta milik keduanya,
namun keduanya masing-masing mempunyai hak untuk bertasharuf.
c. Ulama’ Syafi’iyah
Menurut ulama’ Syafiiyah, syirkah adalah ketetapan hak pada sesuatu yang dimiliki
seseorang atau lebih dengan cara yang masyhur (diketahui).
d. Ulama’ Hanabilah
Menurut ulama’ Hanabilah, Syirkah adalah Perhimpunan adalah hak (kewenangan) atau
pengolahan harta (tasharuf).

Setelah diketahui definisi-definisi syirkah menurut para ulama, kiranya dapat dipahami
bahwa yang dimaksud dengan syirkah adalah kerjasama antara dua orang atau lebih dalam
berusaha, yang keuntungan dan kerugian ditanggung bersama. 5
Asy-syirkah (perkongsian) penting untuk diketahui hukum-hukumnya, karena banyaknya
praktik kerja sama dalam model ini. Kongsi dalam berniaga dan lainnya, hingga saat ini terus
dipraktikkan oleh orang-orang. Ini merupakan salah satu bentuk dari saling menolong untuk
mendapatkan laba, dengan mengembangkan dan menginvestasikan harta, serta saling
menukar keahlian.6
2. Dasar Hukum Syirkah
a. Al-Qur’an
Dasar perserikatan ini dapat dilihat dalam ketentuan Al-Qur’an Surat Shad ayat 24 :

‫ت‬ َّ ‫ض أِ ََّّل الَّذِينَ َءا َمنُوأ َو َع ِملُ ْوأ ال‬


ِ ‫ص ِل َح‬ َ َ‫عل‬
ٍ ‫ى َب ْع‬ َ ‫ض ُه ْم‬ َ َ‫وأ َِّن َكثِي ًْرا ِم ْن ْال ُخل‬...
ُ ‫طا َ ِء لَ َي ْب ِغى َب ْع‬ َ
‫َوقَ ِلي ٌل َّما ُه ْم‬
“...dan Sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang berserikat itu sebahagian
mereka berbuat zalim kepada sebahagian yang lain, kecuali orang-orang yang
beriman dan mengerjakan amal yang saleh; dan Amat sedikitlah mereka ini.”

5
Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, (Jakarta : Rajagrafindo Persada, 2011), 127.
6
Saleh Al-Fauzan, Al-Mulakhkhasul Musthofa, Cetakan I, (Jakarta : Gema Insani Pres, 2005), 464.

4
Kata khulathaa dalam ayat di atas adalah orang yang melakukan kerja sama.
Ayat ini menunjukkan kebolehan perkongsian, dan larangan untuk menzalimi mitra
kongsi.

ُ ‫شي ْٰطنُ ا ََِّّل‬


‫غ ُر ْو ًرا‬ َّ ‫َوشَا ِر ْك ُه ْم فِى ْااْل َ ْم َو ِل َو ْاْل َ ْولَ ِد َو ِعدْ هُ ْمۗ َو َما َي ِعدُهُ ُم ال‬

“...dan bersekutulah dengan mereka pada harta dan anak-anak lalu beri
janjilah kepada mereka. ” Padahal setan itu hanya menjanjikan tipuan belaka
kepada mereka.” (QS. Al-Isra’ ayat 64)
Dari ayat diatas dapat dijelaskan bahwasanya dalam persekutuan atau
perserikatan dibangun dengan prinsip perwalian (perwakilan) dan kepercayaanya atau
amanah, maka dalam pelaksanaanya hendaklah kedua belah pihak menjunjung tinggi
kebersamaan dan menjauhi penghianatan.
b. Hadits
Kemitraan usaha telah dipraktekan di masa Rasulullah SAW. Para sahabat
terlatih dan mematuhinya dalam menjalankan metode ini. Rasulullah tidak melarang
bahkan menyatakan persetujuannya dan ikut menjalankan metode ini. Diriwayatkan
oleh Abu Dawud dari Abi Hurairah dari Nabi Muhamad Saw, bersabda:

َّ ‫ "قَا َل‬:‫سلّم‬
ُ‫ّللا‬ َ ‫صلّى هللا َعلَ ْي ِه َو‬
َ ‫ قا َل َرسُو ُل هللا‬:‫ّللاُ َع ْنهُ قال‬ َّ ‫ي‬ َ ‫ض‬ ِ ‫َع ْن أَبي ه َُريْرةَ َر‬
"‫ فَإذا خَانَ خ ََر ْجتُ ِم ْن بَ ْينِ ِه َما‬،ُ‫احبَه‬
ِ ‫ص‬َ ‫ش ِر ْي َكي ِْن َما لَ ْم يَ ُخ ْن أ َ َحدُهُ َما‬
َّ ‫ث ال‬ُ ‫ أَنا ثَا ِل‬:‫تَعالى‬
(َ‫داود‬
ُ ‫)ر َواهُ أبو‬ َ
Dari Abu Hurairah r.a. beliau berkata: Rasulullah pernah bersabda Allah telah
berfirman: “Aku menemani dua orang yang bermitrausaha selama salah seorang dari
keduanya tidak mengkhianati yang lain. Bila salah seorang berkhianat, maka Aku
akan keluar dari kemitrausahaan mereka”.(HR. Abu Daud)

5
Maksud dari firman Allah, Aku adalah pihak ketiga dari dua orang yang
berserikat adalah bahwa Allah bersama mereka dengan menjaga, memelihara dan
memberi bantuan serta barakah dalam perniagaan mereka. Maksud dari firman-Nya,
Selama salah seorang dari mereka tidak berkhianat kepada yang lain. Jika ia berkhianat,
maka Aku keluar dari perserikatan mereka, adalah bahwa Allah akan mencabut berkah
dari perniagaan mereka.
Allah SWT. akan menjaga dan menolong dua orang yang bersekutu dan
menurunkan berkah pada pandangan mereka. Jika salah seorang yang bersekutu itu
mengkhianati temanya, Allah SWT akan menghilangkan pertolongan dan keberkahan
tersebut.
c. Ijma’
Umat Islam sepakat bahwa syirkah diperbolehkan. Hanya saja, mereka berbeda
pendapat tentang jenisnya.

3. Rukun dan Syarat Syirkah


a. Rukun Syirkah
Rukun syirkah di perselisihkan oleh para ulama. Menurut ulama Hanafiyah, rukun
syirkah ada dua, yaitu ijab dan kabul sebab ijab dan kabul (akad) yang menentukan
adanya syirkah. Adapun yang lain seperti dua orang atau pihak yang berakad dan harta
berada diluar pembahasan akad seperti terdahulu dalam akad jual beli.7
Adapun yang menjadi rukun syirkah menurut ketentuan syariah Islam adalah:8
a. Sighat (lafadz akad)
b. Aqidain (pihak-pihak yang mengadakan serikat), yaitu pihak-pihak yang
mempunyai kepentingan dalam mengadakan perserikatan.
c. Pokok pekerjaan (bidang usaha yang dijalankan).
b. Syarat Syirkah
Syarat sahnya akad syirkah sangat berkaitan dari rukun-rukun syirkah itu sendiri.
Berikut syarat syirkah terkait setiap rukun syirkah.
1) Anggota Serikat
a) Berakal
7 b)Ru’fah
Sohari Sahrani, BalighAbdullah, Fiqh Muamalah, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2011), 179.
8
Sulaiman Rasyid, Fiqh Islam, Cetakan ke 26, (Bandung : Sinar Baru Algensindo, 1996), 298.

6
c) Tidak ada unsur pemaksaan
2) Shigat Ijab Qabul
Kalimat akad hendaklah mengandung arti izin buat menjalankan barang
perserikatan. Umpamanya salah seorang diantara keduanya berkata, Kita
berserikat pada barang ini, dan saya izinkan engkau menjalankanya dengan jalan
jual beli dan lain-lainya. Jawab yang lain, “Saya terima seperti apa yang engkau
katakan itu.”
3) Modal
a) Harus berupa uang tunai
b) Harus Jelas dan dapat diketahui jumlah
c) Modal diserahkan dan dicampurkan antara harta anggota perserikatan
sehingga tidak lagi dapat dibedakan asalnya dari siapa bagaimana asal-
usulnya.
2) Nisbah (Keuntungan)
Keuntungan dan kerugian ditanggung bersama, diatur dengan perbandingan
modal harta serikat yang diberikan.

4. Jenis-Jenis Syirkah
Secara garis besar syirkah terbagi menjadi dua jenis, yaitu:
a. Syirkah Amlak
Syirkah Amlak mengandung pengertian kepemilikan bersama dan keberadaannya
muncul apabila dua atau lebih orang secara kebetulan memperoleh kepemilikan
bersama atas suatu kekayaan tanpa membuat perjanjian kemitraan yang resmi.
Misalnya dua orang yang memperoleh warisan atau menerima pemberian sebidang
tanah atau harta kekayaan, baik yang dapat atau yang tidak dapat dibagi.
Syikah amlak sendiri terbagi menjadi dua bentuk, yaitu:
1) Perkongsian Sukarela (ikhtiar)
Perkongsian ikhtiar adalah perkongsian yang muncul karna adannya kontrak dari
dua orang yang bersekutu. Contohnya dua orang membeli atau memberi atau
berwasiat tentang sesuatu dan keduanya menerima, maka jadilah pembeli, yang
diberi, dan diberi wasiat bersekutu diantara keduanya, yakni perkongsian milik.

7
2) Perkongsian Paksaan (ijbar)
Perkongsian ijbar adalah perkongsian yang ditetapkan kepada dua orang atau
lebih yang bukan didasarkan pada perbuatan keduanya, seperti dua orang yang
mewariskan sesuatu, maka yang diberi waris menjadi sekutu mereka. Contoh,
menerima warisan dari orang yang meninggal.

Hukum dari kedua jenis perkongsian ini adalah salah seorang yang bersekutu
seolah-olah sebagai orang lain dihadapan yang bersekutu lainnya. Oleh karena itu,
salah seorang diantara mereka tidak boleh mengolah harta perkongsian tersebut
tanpa izin dari teman sekutunya, karena keduanya tidak mempunyai wewenang
untuk menentukan bagian masing-masing.

b. Syirkah Uqud
Syirkah uqud ini ada atau terbentuk disebabkan para pihak memang sengaja
melakukan perjanjian untuk bekerja sama atau bergabung dalam suatu kepentingan
harta (dalam bentuk penyertaan modal) dan didirikannya serikat tersebut bertujuan
untuk memperoleh keuntungan dalam bentuk harta benda.
1) Syirkah Inan
Serikat dalam bentuk penyertaan modal kerja atau usaha, dan tidak
disyaratkan agar para anggota serikat atau persero harus menyetor modal
yang sama besar, dan tentunya demikian halnya dalam masalah wewenang
pengurusan dan keuntungan yang diperoleh.
Kalau diperhatikan dalam praktiknya di Indonesia, Sirkah inan ini dapat
dipersamakan dengan perseroan terbatas (PT), CV, Firma, Koperasi dan
bentuk-bentuk lainnya.
2) Syirkah Muwafadhah
Syirkah mufawadhah ini dapat diartikan sebagai serikat untuk melakukan
suatu negosiasi, dalam hal ini tentunya untuk melakukan sesuatu pekerjaan
atau urusan, yang dalam istilah sehari-hari sering digunakan istilah partner
kerja atau grup. Dalam serikat ini pada dasarnya bukan dalam bentuk
permodalan, tetapi lebih ditekankan kepada keahlian. Menurut para ahli
hukum Islam serikat ini mempunyai syarat-syarat sebagai berikut:
a. Modal masing-masing sama

8
b. Mempunyai wewenang bertindak yang sama
c. Mempunyai agama yang sama
d. Bahwa masing-masing menjadi penjamin, dan tidak dibenarkan salah
satu diantaranya memiliki wewenang yang lebih dari yang lain.
3) Syirkah Wujuh
Syirkah wujuh yaitu bahwa dua orang atau lebih membeli sesuatu tanpa
permodalan, yang ada hanyalah pedagang, terhadap mereka dengan catatan
bahwa keuntungan terhadap mereka. Syirkah ini adalah syirkah tanggung
jawab, tanpa kerja dan modal. Menurut Hanafi dan Hambali syirkah ini boleh,
karena suatu bentuk pekerjaan, dengan demikian syirkah dianggap sah, dan
untuk syirkah ini dibolehkan berbenda pemilikan dalam suatu yang dibeli,
sesuai denggan bagian masing-masing (tanggung jawab masing-masing). Asy
Syafi‟i menganggap syirkah ini batil, begitu juga Maliki, karena yang disebut
syirkah hanyalah dengan modal dan kerja, sedangkan kedua unsur ini dalam
syirkah wujuh, tidak ada.
4) Syirkah Abdan
Syirkah abdan adalah bentuk kerja sama untuk melakukan sesuatu yang
bersifat karya. Dengan mereka melakukan karya tersebut mereka mendapat
upah dan mereka membaginya sesuai dengan kesepakan yang mereka
lakukan, dengan demikian dapat juga dikatakan sebagai serikat untuk
melakukan pemborongan. Misalnya Tukang Kayu, Tukang Batu, Tukang Besi
berserikat untuk melakukan pekerjaan membangun sebuah gedung.
Ulama’ Hanafi, Maliki, dan Hambali membolehkan syirkah ini baik
kedua orang tersebut satu profesi atau tidak. Mereka merujuk kepada bukti-
bukti termasuk persetujuan terbuka dari Nabi. Lagipula hal ini didasarkan
kepada perwakilan (wakalah) yang juga dibolehkan. Dalam syirkah jenis ini
telah lama dipraktikan.

9
B. MUDHARABAH
1. Pengertian Mudharabah
Secara lughowi mudharabah berasal dari kata ad-dharb (‫ )الضرب‬derivasi dari wazan
fi’il ‫ يضرب – ضرب‬- ‫ ضربا‬berarti memukul dan berjalan.1 Dari sini dapat dipahami bahwa
mudharabah secara lughowi adalah proses seseorang menggerakkan kakinya dalam
menjalankan usahanya dengan berdagang untuk memperoleh laba.
Adapun menurut Sayyid Sabiq, mudharabah adalah akad antara dua pihak dimana salah
satu pihak mengeluarkan sejumlah uang (sebagai modal) kepada lainnya untuk
diperdagangkan. Laba dibagi sesuai dengan kesepakatan. 9 Sedangkan definisi mudharabah
menurut Wahbah Az-Zuhaili mengartikan mudharabah adalah “Akad didalamnya pemilik
modal memberikan modal (harta) pada ‘amil (pengelola) untuk mengelolanya, dan
keuntungannya menjadi milik bersama sesuai dengan apa yang mereka sepakati. Sedangkan,
kerugiannya hanya menjadi tanggungan pemilik modal saja, ‘amil tidak menanggung
kerugian apa pun kecuali usaha dan kerjanya saja. 10
Jadi, mudharabah yaitu akad yang dilakukan oleh shahibul mal dengan mudharib untuk
usaha tertentu dengan pembagian keuntungan sesuai kesepakatan. Keuntungan yang
dituangkan dalam kontrak ditentukan dalam bentuk nisbah. Jika usaha yang dijalankan
mengalami kerugian, maka kerugian itu ditanggung oleh shahibul mal sepanjang kerugian itu
bukan akibat kelalaian mudharib. Namun jika kerugian itu diakibatkan karena kelalaian
mudharib, maka mudharib harus bertanggung jawab atas kerugian tersebut.

2. Dasar Hukum Mudharabah


a. Al-Quran

... ‫ّللا‬
ِ ‫ض ِل ه‬ ِ ‫و ٰاخ َُر ْونَ يَض ِْربُ ْونَ فِى ْاَّلَ ْر‬...
ْ َ‫ض يَ ْبتَغُ ْونَ ِم ْن ف‬ َ
“...Dan orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian
karunia Allah ....” (QS. Al-Muzammil : 20)
Dalam ayat di atas dasar dilakukannya akad mudharabah adalah kata “yadhribun”
( ‫ ) یضربون‬yang sama dengan akar kata mudharabah yang memiliki makna melakukan
suatu perjalanan usaha.

9
Sayyid Sabiq, Fiqhus Sunnah Jilid 4 (Jakarta: Darul Fath, 2004), 217.
10
Wahbah Az-Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu Jilid 5 (Jakarta: Gema Insani Press, 2011), 476.

10
َ‫ّللا َكثِي ًْرا لَّ َعلَّكُ ْم ت ُ ْف ِل ُح ْون‬
َ ‫ّللا َوا ْذ ُك ُروا ه‬ ْ َ‫ض َوا ْبتَغُ ْوا ِم ْن ف‬
ِ ‫ض ِل ه‬ َ ْ ‫ص ٰلوة ُ فَا ْنتَش ُِر ْوا فِى‬
ِ ‫اَّل ْر‬ َّ ‫ت ال‬ ِ ُ‫فَ ِاذَا ق‬
ِ ‫ض َي‬
“Apabila salat telah dilaksanakan, maka bertebaranlah kamu di bumi; carilah
karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak agar kamu beruntung.” (QS. Al-
Jumu’ah yat 10)

ۚ ‫ْس َعلَ ْي ُك ْم ُجنَا ٌح أَ ْن تَ ْبتَغُوا فَض ًًْل ِم ْن َربِّ ُك ْم‬


َ ‫لَي‬
“Tidak ada dosa bagimu untuk mencari karunia (rezki hasil perniagaan) dari
Tuhanmu ...” (QS. Al-Baqarah : 198)

Kedua ayat di atas, secara umum mengandung kebolehan akad mudarabah, yang
menjelaskan bahwa mudharib (pengelola) adalah orang berpergian di bumi untuk
mencari karunia Allah.

b. Hadits
Diantara hadits yang berkaitan dengan mudharabah adalah hadits yang
diriwayatkan oleh Ibn Majah dari Shuhaib.

،‫ اَ ْل َب ْي ُع ِإلَى أ َ َج ٍل‬:ُ‫ث فِ ْي ِه َّن ْال َب َر َكة‬


ٌ َ‫ ثًَل‬:َ‫سلَّ َم قَال‬
َ ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َوآ ِل ِه َو‬ َّ ‫ان النَّ ِب‬
َ ‫ي‬ َّ
)‫ت َّلَ ِل ْلبَي ِْع (رواه ابن ماجه عن صهيب‬
ِ ‫ش ِعي ِْر ِل ْلبَ ْي‬
َّ ‫ط ْالبُ ِ ّر ِبال‬
ُ ‫ َوخ َْل‬،ُ‫ضة‬ َ َ‫َو ْال ُمق‬
َ ‫ار‬
Artinya : Nabi bersabda, ada tiga hal yang mengandung berkah adalah jual beli
yang ditangguhkan, melakukan qiradh (memberi modal kepada orang lain), dan
mencampurkan gandum kualitas baik dengan gandum kualitas rendah untuk
keperluan rumah tangga, bukan untuk dijual (HR Ibnu Majah(

Pada hadits tersebut mengandung tentang kebolehan mudharabah, seperti yang


sudah di sabdakan oleh nabi, bahwa memberikan modal kepada orang lain termasuk
salah satu perbuatan yang berkah.

‫اح ِب ِه أَ ْن‬
ِ ‫ص‬َ ‫ط َعلَى‬ َ ‫ار َبةً اِ ْشتَ َر‬
َ ‫ض‬َ ‫ب ِإذَا دَفَ َع ْال َما َل ُم‬ ِ ّ‫ط ِل‬
َ ‫َّاس ْبنُ َع ْب ِد ْال ُم‬
ُ ‫س ِّيدُنَا ْال َعب‬
َ َ‫َكان‬
ْ ‫ي بِ ِه دَابَّةً ذَاتَ َك ِب ٍد َر‬
‫ فَإِ ْن فَ َع َل‬،ٍ‫ط َبة‬ َ ‫ َوَّلَ َي ْشتَ ِر‬،‫ َوَّلَ َي ْن ِز َل ِب ِه َوا ِديًا‬،‫َّلَ َي ْسلُكَ ِب ِه َب ْح ًرا‬
‫سلَّ َم فَأ َ َجازَ هُ (رواه‬
َ ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َوآ ِل ِه َو‬ ُ ‫ فَبَلَ َغ ش َْر‬، َ‫ض ِمن‬
َ ِ‫طهُ َرسُ ْو َل هللا‬ َ َ‫ذَلِك‬
)‫الطبراني فى اْلوسط عن ابن عباس‬

11
"Abbas bin Abdul Muthallib jika menyerahkan harta sebagai mudharabah, ia
mensyaratkan kepada mudharib-nya agar tidak mengarungi lautan dan tidak
menuruni lembah, serta tidak membeli hewan ternak. Jika persyaratan itu
dilanggar, ia (mudharib) harus menanggung resikonya. Ketika persyaratan yang
ditetapkan Abbas itu didengar Rasulullah, beliau membenarkannya." (HR.
Thabrani dari Ibnu Abbas)

c. Ijma’ dan Qiyas


Diriwayatkan, sejumlah sahabat menyerahkan (kepada orang, mudharib) harta
anak yatim sebagai mudharabah dan tak ada seorang pun mengingkari mereka.
Karenanya, hal itu dipandang sebagai ijma’. 11
Sedangkan Mudharabah diqiyaskan dengan al-musaqah (menyuruh seseorang
untuk mengelola kebun), selain di antara manusia, ada yang miskin dan ada pula
yang kaya. sedangkan, banyak orang kaya yang tidak dapat mengusahakan hartanya.
Di sisi lain, tidak sedikit orang miskin yang mau bekerja, tetapi tidak memiliki
modal, dengan demikian, adanya mudharabah diharapkan dapat memenuhi
kebutuhan manusia agar mereka saling bermanfaat.12

d. Kaidah Fiqih

َ ‫اْلبَا َحةُ إَّلَّ أَ ْن يَدُ ُّل دَ ِل ْي ٌل‬


‫علَى تَ ْح ِري ِْمها‬ ِْ ‫ت‬ِ ‫ص ُل فِى ْال ُم َعا َم ًَل‬ َ ْ َ‫ا‬
ْ ‫َّل‬
“Pada dasarnya semua bentuk muamalah boleh dilakukan kecuali ada dalil yang
mengharamkannya.”

3. Rukun dan Syarat Mudharabah


a. Rukun Mudharabah
Menurut Imam Syafi’i, rukun mudharabah terdiri dari:
a. Pemilik dana (shahibul mal)
b. Pengelola (mudharib)
c. Ijab qabul (sighat)
d. Modal (ra’sul mal)

11
Wahbah Zuhaily, al-Fiqh al-Islami wa Adillatuhu,838.
12
Rachmat Syafei, Fiqh Muamalah, 224-226.

12
d. Pekeraan (amal)
e. Keuntungan atau nisbah.13

b. Syarat - Syarat Mudharabah


Syarat sahnya akad mudharabah sangat berkaitan dari rukun-rukun syirkah itu
sendiri. Berikut syarat syirkah terkait setiap rukun mudharabah.
1) Shahibul Maal dan Mudharib
 Harus mampu bertindak layaknya majikan dan wakil
 Tidak ada unsur yang mengganggu kecakapan (seperti gila, sakit, dll)
 Tidak harus keduanya beragama Islam
2) Shigat Ijab Qabul
 Harus diucapkan keduanya untuk mengetahui kemauan mereka
 Tujuan harus jelas dalam melakukan kontrak
 Lafadz Ijab dengan menggunakan asal kata mudharabah atau lafadz-lafad
yang menunjukkan maksud tersebut
 Lafadz qobul dengan perkataan pengelola, “saya setuju” atau “ saya terima”
dan sebagainya.
3) Modal
 Harus berupa uang
 Harus Jelas dan dapat diketahui jumlah
 Harus tunai atau tidak hutang
 Modal harus diserahkan ke mitra kerja (pengelola / mudharib)
4) Nisbah (Keuntungan)
 Harus dibagi secara proporsional sesuai kesepakatan awal
 Perjelas pembagian dengan bentuk prosentase yang termuat dalam kontrak
perjanjian

4. Jenis - Jenis Mudharabah


Secara umum, berdasarkan kewenangan yang diberikan pada mudharib, akad
mudharabah yang dilakukan oleh pemilik modal (shahibul mal) dengan pekerja
(mudharib), mudharabah terbagi menjadi dua, yaitu :

13
a. Mudharabah Muthlaqah
Mudharabah muthlaqah yaitu mudharabah tanpa syarat, pekerja bebas
mengolah modal itu dengan usaha apa saja yang menurut perhitungannya akan
mendatangkan keuntungan dari arah mana saja yang diinginkan. Misalnya jenis
barang apa saja, didaerah mana saja, dengan siapa saja, asal saja apa yang
dilakukan itu diperkirakan akan mendapatkan keuntungan. Mudharib diberikan
otoritas oleh shahibul mal untuk menginvestasikan modal ke dalam usaha yang
dirasa cocok dan tidak terikat dengan syarat-syarat tertentu.
b. Mudharabah Muqayyadah
Mudharabah muqayyadah yaitu penyerahan modal dengan syarat-syarat
tertentu, pekerja mengikuti syarat-syarat yang dicantumkan dalam perjanjian yang
dikemukanan oleh pemilik modal. Misalnya harus memperdagangkan barang-
barang tertentu, di daerah tertentu, dan membeli barang pada toko (pabrik)
tertentu. Shahibul mal boleh melakukan hal ini guna menyelamatkan modalnya
reisiko kerugian. Apabila mudharib melanggar syarat-syarat/batasan maka
mudharib harus bertanggung jawab atas kerugian yang timbul.
Mudharabah jenis ini terbagi menjadi dua, yaitu:
1) Mudharabah Muqayyadah On Balance Sheet
Mudharabah muqayyadah on balance sheet (investasi terikat) yaitu aliran
dana dari shahibul mal kepada mudharib dan shahibul mal mungkin
mensyaratkan dananya hanya boleh dipakai untuk pembiayaan di sektor
tertentu, misalnya pertanian, pertambangan.
2) Mudharabah Muqayyadah Of Balance Sheet
Mudharabah muqayyadah of balance sheet ini merupakan jenis
mudharabah di mana penyaluran dana mudharabah langsung kepada
pelaksana usahanya, di mana bank bertindak sebagai perantara (arranger)
yang mempertemukan antara pemilik dana dengan pelaksana usaha. Pemilik
dana dapat menetapkan syarat-syarat tertentu yang harus dipatuhi oleh bank
dalam mencari kegiatan usaha yang akan dibiayai dan pelaksanaan usahanya.

14
Kesimpulan

Syirkah dan Mudharabah merupakan sama-sama bentuk kerja sama


modal antara dua belak pihak atau lebih untuk memperoleh suatu
keuntungan dan keuntungan dibagi sesuai kesepakatan. Hukum syirkah
dan mudharabah mubah atau boleh dengan tujuan mencari karunia
Allah SWT dengan jalan yang shahih. Adapun perbedaan antara
keduanya yaitu:
 Dalam syirkah, kedua belah pihak sama-sama berperan aktif
dalam merintis usaha untuk memperoleh keuntungan. Adapun
dalam mudharabah, satu pihak yaitu pemilik modal (shohibul
maal) hanya cukup memberi modal kepada mudharib
(pengelola) tanpa ikut campur dalam pengembangan usaha.
 Jika terjadi kerugian, dalam syirkah ditanggung bersama-sama.
Adapun dalam mudharabah sepenuhnya ditanggung pemilik
modal.

۟‫ٱْلثْ ِم َو ْٱلعُد ٰ َْو ِن ۟ َوٱتَّقُوا‬


ِ ْ ‫َوتَ َع َاونُوا۟ َعلَى ْٱل ِب ِ ّر َوٱلتَّ ْق َو ٰى ۟ َو ََّل تَ َع َاونُوا۟ َعلَى‬
ِ ‫شدِيدُ ْٱل ِعقَا‬
‫ب‬ َ َّ ‫ٱَّلل ۟ إِ َّن‬
َ ‫ٱَّلل‬ َ َّ
”Dan tolong-menolong lah kamu dalam kebaikan dan ketakwaan. Dan janganlah
tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwa lah kamu
kepada Allah, sesungguhnya siksa Allah sangat berat."
(QS. Al-Maidah : 2)

15
Daftar Pustaka

Ghufron A Masadi. Fiqih Muamalah Kontekstual. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002.
Hendi Suhendi. Fiqh Muamalah. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011.
Mahmud Yunus,. Kamus Arab Indonesia. Jakarta: PT. Hidakarya Agung, 1998.
Mardani. Fiqih Ekonomi Syari’ah. Jakarta: Kencana, 2012.
Rachmad Syafe’i. Fiqih Muamalah. Bandung: Pustaka Setia, 2000.
Saleh Al-Fauzan. Al-Mulakhkhasul Musthofa, Cetakan I. Jakarta: Gema Insani Press, 2005.
Sayyid Sabiq. Fiqhus Sunnah Jilid 4. Jakarta: Darul Fath, 2004.
Sohari Sahrani, dan Ru’fah Abdullah. Fiqh Muamalah, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2011), 179.
Bogor: Ghalia Indonesia, 2011.
Sulaiman Rasyid. Fiqh Islam, Cetakan ke 26, (Bandung : Sinar Baru Algensindo, 1996), 298.
Bandung: Sinar Baru Algensindo, 1996.
Wahbah Az-Zuhaili. Fiqih Islam Wa Adillatuhu Jilid 5. Jakarta: Gema Insani Press, 2011.

16

Anda mungkin juga menyukai