Anda di halaman 1dari 14

BADAN EKSEKUTIF

Dosen Pembimbing: Eka Januar M.Soc.Sc.

Disusun Oleh Kelompok 6 :


Nurul Paradela (210802121)
Intan Nabila (210802016)
Cut Putri Alya Zulfa (210802029)

MATA KULIAH SISTEM POLITIK INDONESIA


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU PEMERINTAHAN
UIN AR-RANIRY

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT ,atas limpahan rahmat dan hidayah
Nya. Shalawat serta salam senatiasa tercurahkan pada junjungan kita Nabi Muhammad SAW.
serta keluarga,sahabat dan para penerus risalahnya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah Investasi Syariah tentang Proyeksi Investasi Syariah Era New Normal.

Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih yang sedalam-dalamnya


kepada Yth : Dara Amanatillah, M.Sc.Fin. selaku dosen mata kuliah Investasi Syariah dan
juga teman-teman anggota kelompok 5 yang telah bersama-sama menyelesaikan makalah ini.

Dalam menyelesaikan makalah ini kami menyadari bahwa masih ada kekurangan, baik
dari segi penyusunan, bahasan, ataupun penulisannya. Oleh karena itu kami mengharapkan
kritik dan saran yang sifatnya membangun, khususnya dari ibu dosen guna menjadi acuan
dalam bekal pengalaman bagi kami untuk lebih baik di masa yang akan datang.

Banda Aceh, 9 Maret 2022

Penyusun
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN1
A. Latar Belakang1
B. Rumusan Masalah2
C. Tujuan Penelitian3
BAB II PEMBAHASAN4
A. Investasi Syariah4
 Syarat Investasi Syariah5
 Tujuan Investasi Syariah5
B. Proyeksi Investasi Syariah New Normal6
 Prinsip Obligasi Syariah dan Saham Syariah7
BAB III PENUTUP10
Kesimpulan10
DAFTAR PUSTAKA12
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Badan Koordinasi Penanaman Modal atau BKPM sendiri telah mengakui, virus
Corona atau COVID-19 adalah ancaman serius yang cepat atau lambat akan mempengaruhi
stabilitas suatu negara, termasuk Indonesia. Menurut Rizal Calvary Marimbo, anggota
Komite Investasi Bidang Komunikasi dan Informasi BKPM, penurunan nilai investasi akan
sangat kentara jika dilihat dari hubungan perdagangan yang melibatkan negara-negara
episentrum COVID-19, salah satunya adalah RRT.

Adanya pembatasan atau lockdown membuat aktivitas perdagangan terdampak


dengan nilai kerugian yang tidak sedikit. Kegiatan ini mencakup semua aktivitas bisnis yang
berkaitan dengan pasokan bahan material yang berhubungan langsung dengan RRT, baik
ekspor maupun impor. potensi dampak investasi di Indonesia bisa mencapai triliunan rupiah.
Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) memprediksi, ada potensi
kehilangan nilai investasi sebesar Rp127 triliun akibat merebaknya COVID-19. Hal ini bukan
tanpa alasan, mengingat salah satu faktor penyebabnya adalah prospek kegiatan dan
pertumbuhan ekonomi yang semakin hari kian tertekan. Hal ini dikuatkan oleh pemerintah
yang menyatakan bahwa setiap ada penurunan nilai ekonomi RRT 1% maka akan
memberikan dampak penurunan pada ekonomi Indonesia sebesar 0,3%. Melihat situasi yang
terus berkembang, bukan tidak mungkin ekonomi RRT bisa merosot sampai pada level 5%
pada 2020.

Pada tahun 2021, hampir semua lembaga yang memproyeksikan pertumbuhan


ekonomi Indonesia akan mengalami recovery alias peningkatan dengan pertumbuhan yang
positif dengan kisaran skenario pesimistis 4,5 persen dan optimistis 5,5 persen, walau
kondisinya akan berbeda dengan sebelum Covid-19, karena adanya perubahan perilaku
masyarakat.

Perubahan perilaku masyarakat saat Covid-19 memengaruhi pola konsumsi dan


struktur perekonomian Indonesia di era tatanan baru atau yang sering disebut new normal.
Beberapa sektor yang tumbuh positif di tengah pandemi. Beberapa di antaranya adalah sektor
jasa keuangan, kesehatan, informasi dan komunikasi, serta pendidikan. Sementara, sektor
yang pertumbuhannya menurun lantaran terdampak Covid-19 adalah sektor pariwisata,
akomodasi, dan perdagangan.

Indonesia akan menjalankan situasi new normal secara bertahap. Pemerintah mulai
memberi izin perkantoran beroperasi kembali, dan kemudian disusul oleh sekolah dan pusat
perbelanjaan. Padahal di satu sisi, jumlah kasus persebaran virus corona belum mampu
ditekan secara penuh oleh pemerintah. Memasuki era baru ini, pasar modal yang selama ini
menjadi salah satu tolak ukur ekonomi Indonesia juga bakal berdampak. Tetapi Head of
Investment Avrist Asset Management Farash Farich mengaku belum dapat memperhitungkan
pengaruh new normal tersebut terhadap pasar modal. Pasalnya, ada yang berpendapat positif
karena diharapkan profitabilitas emiten akan bisa berangsur-angsur membaik jika
perekonomian kembali dibuka. Tetapi yang kontra pun melihat kebijakan ini bagai pedang
bermata dua karena bisa kembali mengerek jumlah kasus positif virus corona baru. Sehingga
pada akhirnya pergerakan pasar yang lebih sustainable akan terjadi ketika persebaran virus
corona ini sudah mulai berakhir. Sebelum itu, pasar masih akan volatil dan sulit diprediksi,

B. Rumusan Masalah

1. Apakah Pengertian Dari Investasi Syariah ?

2. Bagaimana Syarat Investasi Syariah ?

3. Apakah Tujuan Investasi Syariah ?

4. Bagaimana Proyeksi Investasi Syariah Era New Normal ?

5. Bagiamana Prinsip Obligasi Syariah dan Saham Syariah ?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui apakah Pengertian Dari Investasi Syariah ?

2. Untuk mengetahui bagaimana Syarat Investasi Syariah ?

3. Untuk mengetahui apakah Tujuan Investasi Syariah ?

4. Untuk mengetahui bagaimana Proyeksi Investasi Syariah Era New Normal ?

5. Untuk mengetahui bagiamana Prinsip Obligasi Syariah dan Saham Syariah ?


BAB II
PEMBAHASAN

A. Investasi Syariah

Investasi syariah adalah investasi yang dilakukan berdasarkan syariat Islam dimana
sektor pasar modal yang dituju bermain di produk halal. Jadi, dana investor tidak
ditempatkan di perusahaan yang menjual makanan non halal, minuman keras, rokok dan
sejenisnya. Untuk menentukan produk investasi syariah Otoritas Jasa Keuangan (OJK)
menerbitkan berbagai peraturan beserta instrumen investasi sesuai dengan prinsip hukum
syariah dipasar modal menurut fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) MUI. Sejauh ini DSN
MUI telah mengeluarkan 14 fatwa yang menjadi landasan hukum investasi syariah. Salah
satunya adalah Fatwa No. 40/DSN-MUI/X/2003 tentang Pasar Modal dan Pedoman Umum
Penerapan Prinsip Syariah di Bidang Pasar Modal. Dari fatwa yang telah diterbitkan
bertujuan agar umat Islam dapat merasakan manfaat investasi syariah seperti bebas riba, tidak
mengandung unsur gharar dan maysir hingga kepastian karena akad.

Saat ini menjamur berbagai macam l embaga keuangan yang berjalan di bidang
perbankan maupun non perbankan yang menggunakan prinsip syariah. Adapun jenis-jenis
investasi syariah adalah sebagai berikut:

1. Deposito Syariah, suatu instrument yang dimiliki oleh bank Syariah. Cara kerjanya,
seseorang menaruh sejumlah uang di bank Syariah dalam bentuk deposito, untuk
beberapa waktu tertentu tidak bisa diambil. Landasan hukum produk deposito Syariah
dikeluarkan oleh DSN MUI pada fatwa No: 03/DSN-MUI/XII/2000 tentang Deposito.
2. Reksadana Syariah, yaitu bentuk penyertaan modal yang dikelola oleh manajer
investasi kemudian disalurkan kepada perusahaan yang dalam prosesnya sesuai
dengan ketentuan Syariah. Produk reksadana Syariah ini berlandaskan fatwa Dewan
Syariah Nasional (DSN) MUI No:20/DSN-MUI/IV/2001 tentang Pedoman
Pelaksanaan Investasi untuk Reksa Dana Syariah.
3. Saham syariah. Berdasarkan definisi OJK, Saham Syariah adalah efek atau surat
berharga yang memiliki konsep penyertaan modal dengan hak bagi hasil usaha yang
tidak bertentangan dengan prinsip Syariah. Produk saham Syariah ini didasarkan pada
fatwa DSN MUI No:40/DSN-MUI/X/2003 tentang Penerapan Prinsip Syariah di
Bidang Pasar Modal. Kehadiran fatwa tersebut berdasarkan atas pertimbangan yang
merujuk pada Alquran Surat Al-Baqarah ayat 275 dan Surat An-Nisa ayat 29.

 Syarat Investasi Syariah

Terdapat syarat investasi syariah bagi pemula yang perlu kamu ketahui jika ingin
mulai berinvestasi. Antara lain, yaitu:

1. Tidak Mengandung Gharar dan Maysir


Gharar adalah pemberian informasi yang cacat dan tidak lengkap yang membuat
nasabah kebingungan. Sedangkan Maysir adalah risiko investasi yang berlebihan.
Dalam investasi syariah, kedua hal tersebut tidak boleh ada.
2. Akad Wakalah bil Ujrah dan Mudharabah
Syarat investasi syariah selanjutnya adalah akad wakalah bil ujrah dan mudharabah.
Dalam hal ini akad wakalah bil ujrah merupakan penjamiman atas wali dalam
investasi berbasis syariah. Sedangkan akad mudharabah adalah bentuk kepercayaan
pemilik modal kepada investor dan sebaliknya.
3. Ada Proses Pembersihan Keuntungan
Syarat berikutnya adalah terdapat proses pembersihan pendapatan pada investasi.
Secara berkala akan dilakukan pengecekan apakah investasi dihasilkan dari sumber
yang syar’i atau tidak.
4. Hanya Berinvestasi di Perusahaan-Perusahaan Halal
Syarat yang paling penting dari investasi syariah adalah penempatan dana hanya
dilakukan di perusahaan yang halal. Tujuannya adalah untuk menghindari riba dan
hal-hal lain yang tidak dibenarkan dalam islam.

 Tujuan Investasi Syariah

Tujuan semua investasi pada dasarnya adalah sama, yakni untuk mendapatkan
keuntungan finansial berupa imbal hasil (return) dengan nilai yang setinggi mungkin. Hal ini
juga berlaku untuk tujuan dari investasi syariah. Namun, pada tujuan investasi syariah, return
bukanlah satu-satunya hal yang menjadi tujuan utama. Sebab ada hal lain yang menjadi value
dari investasi berbasis syariah ini, yaitu mengedepankan Socially Responsible Investment
(SRI).
SRI merupakan keseimbangan antara keuntungan (return) yang tinggi dengan nilai
kebajikan sosial. Investasi berbasis syariah bertujuan untuk dapat membangun dan membantu
perekonomian masyarakat sebagai salah satu bentuk amal ibadah disamping dari
mendapatkan return atau keuntungan yang tinggi.

B. Proyeksi Investasi Syariah Era New Normal

Tatanan kehidupan baru atau new normal menjadi wacana yang digulirkan pemerintah
untuk memulihkan produktivitas masyarakat dan membuat kondisi perekonomian kembali
bergairah. New normal merupakan salah satu opsi untuk menjadi tonggak kebangkitan
ekonomi Indonesia. New normal ditempuh pemerintah untuk menyelamatkan kondisi
perekonomian negara, serta menekan risiko PHK karyawan oleh pelaku industri. Opsi new
normal yang kemungkinan besar akan dipilih Pemerintah RI diprediksi dapat menyelamatkan
kondisi perekonomian nasional. Selama masa pandemi COVID-19, pertumbuhan ekonomi
Indonesia tercatat anjlok, meskipun pada kuartal I 2020 pertumbuhan ekonomi masih positif
di level 2,97%.

Pada masa ini, masyarakat justru merubah gaya manajemen keuangannya untuk
menjaga kestabilan ekonomi selama masa pandemi. Sebagian dari mereka menilai saat
pandemi ini merupakan momen yang tepat untuk berinvestasi. Keadaan ini juga didukung
oleh perubahan perilaku investor yang lebih adaptif terhadap teknologi untuk berinvestasi.
Menimbang untung rugi investasi, investor perlu berhati-hati dalam memperhatikan pilihan
investasinya karena perubahan ekonomi global dan tingkat suku bunga yang fluktuatif di
masa pandemi, bahkan bursa saham di seluruh dunia ratarata mengalami penurunan, begitu
juga dengan Indeks Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia.

Pasar modal merupakan salah satu pasar keuangan (Financial Market) yang
mempunyai peranan penting dalam perekonomian suatu negara. Perolehan dana dari pasar
modal dapat digunakan untuk pengembangan usaha, ekspansi, penambahan modal kerja dan
lain-lain. Pasar modal memperjualbelikan efek (surat berharga atau securities) seperti saham,
obligasi, reksa dana, dan lain lain. Perkembangan pasar modal di Indonesia terus mengalami
pembaharuan terutama pada sistem ekonomi syariah karena menunjukkan pertumbuhan yang
bagus. Pasar modal syariah di Indonesia dimulai sejak tahun 2017 dengan munculnya Reksa
Dana Syariah dimana diprakarsai Dana Reksa Investment Management pada 3 Juli 1997.
Selanjutnya Bursa Efek Indonesia meluncurkan Jakarta Islamic Index (JII) dengan tujuan
untuk memberikan pilihan kepada investor yang tertarik dengan modal secara syariah.

Menurut penelitian (Siregar, 2020), saham syariah yang tergabung pada JII
mengalami fluktuasi dan rata-rata mengalami peningkatan sebesar 0,14% pada masa
pandemi. Hal tersebut menunjukkan bahwa meskipun saham konvensional rata-rata
mengalami penurunan pada masa pandemi, rata-rata saham syariah tetap mengalami
peningkatan. Hal tersebut karena saham syariah memiliki kekuatan transaksi dan bargaining
yang cukup baik. Selain itu, keuntungan lain yang dapat diperoleh bagi investor muslim
adalah investasi saham syariah sesuai dengan ajaran agama Islam dan keuntungan lain
layaknya investasi saham konvesional seperti capital gain, dividen, terdapat saham likuid dan
masuk Indeks LQ45, terdapat saham Blue-chip dan kepemilikan perusahaan (Ulya &
Sukmaningati, 2020).

 Prinsip Obligasi Syariah dan Saham Syariah

Kegiatan pembiayaan dan investasi di pasar modal adalah kegiatan yang dilakukan
oleh investor (pemilik harta) terhadap emiten (pemilik usaha/perusahaan), dan investor
tersebut berharap memperoleh keuntungan atau manfaat tertentu. Pada dasarnya prinsip
utama dalam kegiatan investasi di saham dan sukuk syariah, yaitu mengutamakan kehalalan
dan keadilan. Secara garis besar prinsipprinsip syariah di saham dan sukuk syariah dapat
dijabarkan sebagai berikut:

a. Pendapatan investasi bukan berdasarkan kepada tingkat bunga (kupon) yang telah
ditentukan sebelumnya. Tingkat pendapatan dalam sukuk syariah berdasar kepada tingkat
rasio bagi hasil (nisbah) yang besarannya telah disepakati oleh pihak emiten dan investor.

b. Mekanisme sukuk syariah diawasi oleh pihak wali amanat dan Dewan Pengawas Syariah
(di bawah Majelis Ulama Indonesia) sejak penerbitan obligasi hingga akhir masa penerbitan
obligasi tersebut.

c. Jenis industri yang dikelola oleh emiten serta hasil pendapatan perusahaan penerbit
obligasi harus terhindar dari unsur yang diharamkan syariat.

d. Pembiayaan atau investasi hanya dapat dilakukan pada asset atau kegiatan usaha yang lalu,
spesifik, dan bermartabat;
e. Karena uang merupakan alat bantu pertukaran nilai, maka pemilik harta akan memperoleh
bagi hasil dari kegiatan usaha tersebut, sehingga pembiayaan dan investasi harus pada mata
uang yang sama dengan pembukuan kegiatan usaha;

f. Akad yang terjadi antara pemilik harta dengan emiten harus jelas. Tindakan maupun
informasinya harus transparan dan tidak boleh ada keraguan yang dapat menimbulkan
kerugian di salah satu pihak;

g. Baik pemilik harta maupun emiten tidak boleh mengambil risiko yang melebihi
kemampuannya dan dapat menimbulkan kerugian;

h. Penekanan pada mekanisme yang wajar dan prinsip kehati-hatian baik pada investor
maupun emiten.

Selain itu terdapat konsekuensi dari prinsipprinsip di atas dimana pasar modal syariah
harus memenuhi beberapa kriteria, seperti saham yang diperjualbelikan merupakan
representasi dari barang dan jasa yang halal, informasinya harus terbuka dan transparan, tidak
boleh menyesatkan, tidak ada manipulasi fakta serta tidak boleh mempertukarkan saham
sejenis dengan nilai nominal yang berbeda. Selain itu tidak diperbolehkan melakukan
rekayasa penawaran untuk mendapatkan keuntungan di atas laba normal, dengan cara
mengurangi supply agar harga jual naik dan larangan melakukan rekayasa permintaan untuk
mendapatkan keuntungan di atas laba normal dengan cara menciptakan false demand
(Wibowo, 2017).

Adapun strategi-strategi yang dilakukan dalam peningkatan Investasi Syariah Era New
Normal, antara lain yaitu:

a. Meningkatkan pemasaran dan sosialisasi produk Syariah ke masyarakat


b. Melaksanakan sosialisasi masif penggunaan SOTS melalui media social untuk
meningkatkan basis investor retail dengan sasaran utama investor milenial
c. Meningkatkan pelayanan yang memudahkan masyarakat dalam melakukan transaksi
saham dan obligasi Syariah
d. Meningkatkan infrastruktur penunjang pada sistem saham dan obligasi Syariah
e. Menambah program pengembangan efek dan instrumen syariah untuk memperluas
bauran produk Syariah yang sesuai dengan landasan hukum
f. Menjalin kerjasama dengan perusahaan - perusahaan real estate untuk beralih ke
sistem syariah
g. Mengadakan Pelatihan dan training kompetensi SDM
h. Menjalin kerjasama dengan stakeholder yang membutuhkan modal untuk menjadi
emiten syariah
i. Menjalankan nilai islami dan prinsip syariah dengan menerbitkan regulasi yang
seragam diseluruh kontributor sistem Syariah
j. Melaksanakan study banding ke negara lain yang lebih maju dengan pelaksanaan
sistem Syariah
k. Mengadakan program lindung nilai untuk negurangi dampat kerugian kurs

Dari strategi tersebut, yang menjadi strategi utama adalah meningkatkan pemasaran
dan sosialisasi produk investasi Syariah ke masyarakat, serta menambah program
pengembangan efek dan instrumen syariah untuk memperluas bauran produk Syariah yang
sesuai dengan landasan hukum yang berlaku.
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Berinvestasi selama pandemi adalah strategi cerdas untuk menghadapi masa depan
yang tidak menentu. Ada berbagai jenis metode investasi yang bisa dipilih pada investasi
syariah. Investasi ini dijalankan mengikuti syariat dalam Islam sehingga tidak melanggar
ketentuan yang menyalahi hukum Islam. Adapun bentuk investasinya, sebagai berikut :

1. Investasi Properti

Berinvestasi di bidang properti merupakan salah satu jenis investasi yang cocok di
pilih baik selama masa pandemi maupun setelah masa pandemi atau memasuki era new
normal. Investasi properti memiliki sifat yang lebih stabil karena tidak mudah likuid sehingga
lebih dapat mengamankan aset meski terjadi masalah ekonomi. Untuk jangka panjang,
investasi properti termasuk yang menguntungkan karena harganya yang terus meningkat alias
tidak pernah turun. Ada beberapa jenis investasi properti seperti bangunan rumah, kos-kosan,
rumah toko atau pertokoan serta tanah.

2. Emas

Emas merupakan salah satu jenis investasi sesuai syariah karena tidak mengandung
unsur ribawi, gharar, multi akad dan hal-hal yang menyebabkan suatu investasi menjadi
haram. Selain itu, selama masa pandemi serta memasuki era normal baru, emas adalah aset
yang memiliki risiko paling kecil ketimbang model investasi yang lainnya. Emas juga
menawarkan imbal balik yang cukup menguntungkan dengan harga yang termasuk stabil.
Selain itu, di masa Rasulullah hingga para sahabat beliau shalallahu alaihi wa salam dulu juga
menggunakan instrumen emas berupa dinar serta dirham untuk beraktivitas ekonomi.

3. Pendanaan Usaha

Dalam fiqh muamalah Islam dikenal dengan istilah syirkah yang merupakan prinsip
kerjasama usaha baik permodalan dan juga pengelolaan. Syirkah sendiri ada dua macam
yakni syirkah uqud atau transaksional dan syirkah amlak atau hak milik. Syirkah uqud berupa
syirkah inan adalah kerja sama yang dilakukan dalam hal permodalan dengan pembagian
keuntungan pihak yang bersyirkah.
Ketentuan dalam syirkah adalah bahwa kerugian harus ditanggung oleh kedua belah
pihak atau seluruh pihak yang bersyirkah. Artinya tidak selamanya syirkah mendatangkan
keuntungan karena dalam bisnis memang ada rugi dan untung. Pembagian keuntungan harus
berdasarkan keuntungan yang didapat pada durasi usaha setelah dikurangi dengan biaya
operasional, bahan baku dan lainnya. Pendanaan usaha atau syirkah inan bisa aman dan tidak
bergantung pula dengan jenis usaha tersebut. Oleh karena itu pilihlah usaha yang benar-benar
memiliki prospek cerah menjelang masa normal baru ini. Cari pula yang risiko usaha tersebut
kecil. Usaha makanan memiliki demand yang cukup baik namun tentu ada risiko berupa
barang busuk ketika tidak laku.
DAFTAR PUSTAKA

Rapini, Titi,dkk. (2021). Eksistensi Kinerja Reksadana Syariah Pada Era New Normal. Jurnal
Tabarru’ : Islamic Banking and Finance, 4 (2), 356-368.

Bank Indonesia. Bersinergi Membangun Ekonomi dan Keuangan Syariah, Laporan Ekonomi
dan Keuangan Syariah 2020.

Rahmawati, Naili. (2015). Manajemen Investasi Syariah. Institut Agama Islam Negeri (IAIN)
Mataram. Cetakan 1. 29-100.

Sumarni, Yenti. (2020). Pandemi Covid-19: Tantangan Ekonomi Dan Bisnis. Al-Intaj, 6 (2),
48-58.

Putra, Trisno Wardy. (2018). Investasi Dalam Ekonomi Islam. Jurnal Ulumul Syar'i, 7 (2),
49-57.

Nurlita, Anna. (2014). Investasi Di Pasar Modal Syariah Dalam Kajian Islam. Kutubkhanah:
Jurnal Penelitian sosial keagamaan, 17 (1), 2-12.

Anda mungkin juga menyukai