Anda di halaman 1dari 29

ANALISIS PENGARUH VARIABEL MAKRO EKONOMI TERHADAP

INDEKS SAHAM SYARIAH INDONESIA (ISSI)


(Periode Januari 2021 – Januari 2022)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan


Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syariah

Oleh:

Dewi Lusiana
2019310009

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH (ES)


JURUSAN EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
Sekolah Tinggi Agama Islam Ash-Shiddiqiyah Lempuing Jaya OKI
LEMPUING JAYA
2022
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berkembangnya zaman tidak ubahnya membuat perekonomian menjadi
peranan penting dalam kehidupan. Perekonomian yang baik pada umumnya
tentu berkaitan dengan bagaimana kita mengelola suatu kondisi keuangan
sehingga mampu menghantarkan kita pada keberlebihan finansial. Sebagai
manusia kita tidak bisa mengestimasi bagaimana keadaan kita dimasa yang
akan datang, maka dengan itu kita harus merencanakan keuangan dimasa
sekarang misalnya dengan melakukan investasi.
Investasi merupakan kegiatan penanaman modal dengan tujuan untuk
mendapatkan keuntungan dimasa depan. Dalam hukum Islam investasi
diibaratkan dengan mudharabah, yang dimana kita yang melakukan investasi
menyerahkan sebagian dana kepada orang yang memiliki usaha hingga
memperoleh suatu keuntungan. Dengan kata lain, istilah investasi ini
melibatkan dua pihak, pertama pihak yang berkelebihan dana (surflus) dan
pihak yang kekurangan dana (devisit).
Di Indonesia tidak hanya terdapat istilah investasi dengan sistem
konvensional, tetapi juga terdapat investasi berbasis syariah. Tingginnya
jumlah penduduk muslim di Indonesia mampu memeriahkan dan
menghangatkan perbincangan seputar investasi syariah. Dengan banyaknya
masyarakat yang mengenal investasi syariah tentu akan berengaruh terhadap
perkembangan investasi syariah itu sendiri. Mereka yang mengetahui dan
tertarik akan cenderung menanamkan dananya dipasar modal.
Pasar modal merupakan wahana investasi yang mempertemukan pihak
kekurangan dan pihak kelebihan dana. Di pasar modal sendiri kegiatannya
adalah memperjualbelikan surat-surat yang dirasa berharga seperti saham,
obligasi, dan reksadana. Hal ini dilakukan para pelaku pasar modal tidak lain
dan tidak bukan adalah untuk mengukuhkan kondisi finansial. Perkembangan

1
pasar modal sendiri mengalami peningkatan yang sangat pesat setelah adanya
regulasi dari pihak pemerintah terkait dengan pasar modal syariah.
Pergerakan pasar modal bisa kita lihat melalui indeks yang menjadi
patokan bagi para investor sebelum mereka memutuskan untuk berinvestasi.
Hal ini dikarenakan harga saham tidak semerta-merta mengalami peningkatan
adakalanya juga akan mengalami penurunan yang signifikan dalam tempo
yang cepat. Dengan begitu kita bisa mengetahui bagaimana keadaan pasar
modal dari waktu ke waktu. Indeks harga saham merupakan kumpulan dari
beberapa saham yang terdiri dari karakteristik tertentu. Berkaitan dengan hal
tersebut, Bursa Efek Indonesia (BEI) mempunyai beberapa macam indeks
harga saham diantaranya: Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), LQ-45,
Jakarta Islamic Index dan Indeks Saham Syariah Indonesia.
Perkembangan pasar modal syariah di Indonesia semakin meriah dengan
lahirnya Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) yang diterbitkan oleh
Bapepam-LK dan Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-
MUI) pada tanggal 12 Mei 2011. ISSI merupakan indeks saham syariah yang
terdiri dari seluruh saham yang tercatat dalam Bursa Efek Indonesia dan
tergabung pada Daftar Efek Syariah (DES). Adapun demikian, perkembangan
Indeks Saham Syariah Indonesia dirasa cukup signifikan. Berikut bukti
pergerakan Indeks Saham Syariah Indonesia selama periode Mei 2019 hingga
Mei 2020 yaitu:

Gambar 1. Pergerakan ISSI Pada Mei 2011 – Mei 2013


Sumber : (Suciningtias & Khoiroh, 2015)

2
Gambar 1. menunjukkan pergerakan Indeks Saham Syariah Indonesia
(ISSI) selama periode Mei 2011 sampai Mei 2013. Dari grafik diatas bisa
ditinjau bahwa pada awal diterbitkannya bulan Mei 2011 Indeks Saham
Syariah Indonesia (ISSI) sebesar 123,81 poin, periode selanjutnya pergerakan
Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) menunjukkan tren positif hingga pada
bulan Mei 2013 sebesar 169,81 poin dimana secara garis besar mengalami
pergerakan meningkat kendati sesekali mengalami penurunan. Ditinjau dari
pergerakan Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) yang mengalami lonjakan
dan juga kemerosotan, tentu ini terdapat beberapa faktor yang bisa
mempengaruhi hal tersebut seperti halnya faktor makro ekonomi yang terdiri
dari tingkat inflasi, jumlah uang beredar (JUB), bi rate, nilai tukar Rupiah,
dan harga minyak.
Mengetahui uraian diatas, maka peneliti tertarik dan mengganggap hal ini
penting untuk dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh variabel
makro ekonomi yang terdiri dari tingkat inflasi, jumlah uang beredar, bi rate,
nilai tukar rupiah, dan harga minyak terhadap Indeks Saham Syariah
Indonesia. Dengan demikian Peneliti ingin mengangkat masalah ini menjadi
sebuah penelitian berbentuk skripsi dengan judul: ‘’Analisis Pengaruh
Variabel Makro Ekonomi Terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia’’.

3
B. Rumusan Masalah
Dengan adanya pengaruh variabel makroekonomi terhadap pergerakan
indeks saham syariah Indonesia menjadi variabel makro sebagai salah satu
indikator yang dapat digunakan untuk memprediksi indeks saham syariah
Indonesia. Berdasarkan uraian diatas pokok permasalahan yang akan diteliti
dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimanakah pengaruh Tingkat Inflasi terhadap Indeks Saham Syariah
Indonesia?
2. Bagaimanakah pengaruh Jumlah Uang Beredar terhadap Indeks Saham
Syariah Indonesia?
3. Bagaimanakah pengaruh BI Rate terhadap Indeks Saham Syariah
Indonesia?
4. Bagaimanakah pengaruh Nilai Tukar Rupiah terhadap Indeks Saham
Syariah Indonesia?
5. Bagaimanakah pengaruh Harga Minyak terhadap Indeks Saham Syariah
Indonesia?

C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui bagaimanakah pengaruh Tingkat Inflasi terhadap
Indeks Saham Syariah Indonesia.
2. Untuk mengetahui bagaimanakah pengaruh Jumlah Uang Beredar terhadap
Indeks Saham Syariah Indonesia.
3. Untuk mengetahui bagaimanakah pengaruh BI Rate terhadap Indeks
Saham Syariah Indonesia.
4. Untuk mengetahui bagaimanakah pengaruh Nilai Tukar Rupiah terhadap
Indeks Saham Syariah Indonesia.
5. Untuk megetahui bagaimanakah pengaruh Harga Minyak terhadap Indeks
Saham Syariah Indonesia.

4
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Masyarakat
Dapat memberikan rujukan atau informasi kepada masyarakat umum
yang ingin berinvestasi menanamkan modalnya disaham syariah,
khususnya untuk saham syariah yang masuk kedalam hitungan Indeks
Saham Syariah Indonesia.
2. Bagi Pemerintah
Agar pemerintah dapat membuat suatu kebijakan lain terkait dengan
saham syariah dan memberikan pilihan lain kepada para investor baik
lokal maupun asing untuk menanamkan modalnya kepada saham syariah.
3. Bagi Almamater
Dapat memberikan ilmupengetahuan yang lebih tentang pola
hubungan antara Inflasi, Jumlah Uang Beredar, BI Rate, Nilai Tukar
Rupiah, dan Harga Minyak terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia
(ISSI) dan semoga bisa menjadi acuan bagi penelitian-penelitian sejenis
selanjutnya.

E. Sistematika Penulisan
Dalam membahas skripsi ini penulis membagi kedalam lima bab. Pada
tiap-tiap bab terdapat sub-sub bab. Maka dari itu, dalam penulisan skripsi
ini, penulis menggunakan sistematika penulisan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini menjelaskan terkait dengan alasan pemilihan
judul atau latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian serta sistematika penulisan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI


Dalam bab ini menjelaskan tentang kajian pustaka, landasan
teori, kerangka pemikiran dan hipotesis penelitian. Bab ini

5
meliputi konsep dasar ekonomi keuangan dalam islam, variabel
makro ekonomi, hasil penelitian terdahulu dan perumusan
hipotesis.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN


Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai metode penelitian yang
akan digunakan antara lain tentang populasi dan sampel, teknik
pengambilan sampel, metode pengumpulan data, data yang
diperlukan, variabel penelitian, analisa dan pengolahan data.

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN


Dalam bab ini berisi tentang deskripsi data, pengujian hipotesis
yang telah dibuat, pembahasan, hasil penelitian serta
penjelasannya.

BAB V PENUTUP
Dalam bab ini berisi tentang kesimpulan dan keseluruhan
pelaksanaan penelitian, keterbatasan dan saran untuk penelitian
selanjutnya.

6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

A. Kajian Pustaka
Dalam kajian pustaka ini berisi tentang berbagai hasil penelitian
sebelumnya yang dilakukan oleh penelitian lain, baik itu penelitian pada
umumnya maupun penelitian pada skripsi. Permasalahan yang diangkat
pada penelitian tersebut bermacam-macam namun berkaitan dengan
pembahasan dan permasalahan yang diangkat oleh penulis. Dengan adanya
keterkaitan tersebut maka tentu hal ini dapat dijadikan sebagai dasar dalam
penulisan skripsi. Berikut hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti
lain:
Suciningtias dan Khoiroh (2015) melakukan penelitian mengenai analisis
pengaruh variabel ekonomi terhadap indeks saham syariah Indonesia yang
berjudul ‘’Analisis Dampak Variabel Makro Ekonomi Terhadap Indeks
Saham Syariah Indonesia’’ Penelitian tersebut bertujuan untuk menganalisis
pengaruh variabel makro ekonomi yaitu inflasi, nilai tukar IDR/USD,
Sertifikat Bank Indonesia Syariag (SBIS) harga minyak dunia. Hasil
penelitian ini yaitu variabel inflasi, nilai tukar IDR/USD, mempunyai
pengaruh negatif signifikan terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia
(ISSI) selama periode Mei 2011 sampai November 2014, adapun variabel
Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) dan harga minyak dunia tidak
berpengaruh signifikan terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI)
selama periode Mei 2011 sampai November 2014.
Ridha (2016) melakukan penelitian mengenai analisis pengaruh variabel
makro ekonomi terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia. Dalam penelitian
ini menggunakan metode Vector Error Correction Model (VECM). Adapun
variabel yang digunakan diantaranya: jumlah uang beredar (JUB), nilai
tukar IDR/USD, tingkat inflasi, indeks produksi industri, dan harga minyak
dunia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam jangka pendek variabel

7
jumlah uang beredar (JUB) dan nilai tukar IDR/USD, dan harga minyak
dunia memiliki pengaruh yang positif tidak signifikan terhadap Indeks
Saham Syariah Indonesia (ISSI). Berbeda halnya dengan variabel indeks
produksi industri (IPI) dalam jangka pendek memiliki pengaruh negatif
signifikan terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia dan tingkat inflasi yang
dalam jangka pendek berpengaruh positif signifikan terhadap Indeks Saham
Syariah Indonesia. Dalam jangka panjang variabel nilai tukar
IDR/USD,indeks produksi industri (IPI), dan harga minyak dunia memiliki
pengaruh yang positif signifikan terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia.
Sedangkan variabel jumlah uang beredar (JUB) memiliki pengaruh yang
negatif terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia, dan variabel tingkat
inflasi negative signifikan.
Ardana (2016) melakukan penelitian yang bertujuan untuk menganalisis
pengaruh dari variabel makro ekonomi terhadap Indeks Saham Syariah
Indonesia. Variabel makro ekonomi yang digunakan dalam penelitian ini
diantaranya: Suku Bunga Bank Indonesia (BI Rate), inflasi, nilai tukar
rupiah, Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) dan harga minya dunia.
Adapun teknik yang digunakan ialah model korelasi kesalahan (ECM),
dimana hasil akhir dari ini adalah untuk mengukur pengaruh tingkat variabel
makro ekonomi terhadap ISSI baik dalam jangka pendek maupun jangka
panjang. Dalan hal ini hubungan jangka pendek hanya terjadi pada nilai
tukar dan SBIS, sedangkan hubungan jangka panjang terhadap indeks
saham syariah ialah tingkat suku bunga, SBIS dan harga minyak dunia.
Tidak terdapat hubungan jangka pendek antara variabel suku bunga BI dan
ISSI, tetapi pada saat dikoreksi dalam hubungan jangka panjang sehingga
hubungan antara variabel suku bunga BI, dan ISSI adalah negatif signifikan.
Terdapat hubungan jangka pendek antar variabel antara variabel nilai tukar
dan ISSI, tetapi pada saat dikoreksi dalam hubungan jangka panjang
sehingga hubungan antar variabel suku bunga, nilai tukar dan ISSI adalah
negatif sinifikan. Tidak terdapat hubungan jangka pendek dan jangka

8
panjang antara variabel inflasi dan ISSI. Terdapat hubungan jangka pendek
dan jangka panjang antara variabel SBIS dan ISSI. Tidak terdapat hubungan
jangka pendek antara variabel harga minya dubia dan ISSI, tetapi dikoreksi
ketika dikoreksi dalam hubungan jangka panjang hasil menunjukkan antara
variabel harga minyak dunia dan ISSI adalah positif signifikan.
Rachmawati dan Laila (2015) melakukan penelitian mengenai analisis
pengaruh variabel makro ekonomi terhadap indeks saham Syariah
Indonesia. Dengan judul ‘’Faktor Makro Ekonomi Yang Mempengaruhi
Pergerakan Harga Saham Pada Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) Di
Bursa Efek Indonesia (BEI)’’ . Variabel makro ekonomi yang digunakan
dalam penelitian ini diantaranya: suku bunga Indonesia (SBI), inflasi, dan
nilai tukar rupiah. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode
regresi linier berganda, asumsi klasik,koefisiensi determinasi, uji F dan uji t.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat inflasi dan suku bunga
Indonesia (SBI) secara parsial berpengaruh tidak signifikan terhadap Indeks
Saham Syariah Indonesia ISSI) sedangkan nilai tukar rupiah secara parsial
berpengaruh signifikan negatif terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia
(ISSI). Secara simutan, tingkat inflasi suku Bungan Indonesia (SBI) dan
nilai tukar rupiah berpengaruh signifikan terhadap Indeks Saham Syariah
Indonesia (ISSI).
Pasaribu dan Firdaus (2013) melakukan penelitian mengenai analisis
pengaruh variabel ekonomi terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI)
yang berjudul ‘’Analisis Variabel Makro Ekonomi Terhadap Indeks Saham
Syariah Indonesia’’ Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh
tersebut tetapi menggunakan variabel makro ekonomi yang berbeda yaitu:
tingkat inflasi bulanan, tingkat suku bunga bank Indonesia, dan jumlah uang
beredar. Berdasarkan hasil estimasi berganda, terlihat jika inflasi memiliki
hubungan yang negative terhadap ISSI walaupun tidak signifikan,
berdasarkan hasil estimasi regresi berganda dan pengujian secara parsial,
hipotesis 2 tidak diterima karena parameter dari angka koefisien tingkat

9
suku bunga pada hasil regresi berganda adalah positif. Hasil estimasi regresi
berganda menunjukkan jika jumlah uang beredar (M2) memiliki hubungan
yang positif dan signifikan terhadap ISSI.
Rega dkk (2017) melakukan penelitian mengenai pengaruh variabel
makro ekonomi terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) dengan
judul ‘’Pengaruh BI Rate, inflasi, Nilai Tukar Rupiah, Dan Sertifikat Bank
Indonesia Syariah (SBIS) Terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan atau bersama-sama BI
Rate, inflasi, nilai tukar rupiah, dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah
(SBIS) memiliki pengaruh positif signifikan terhadap Indeks Saham Syariah
Indonesia. Secara parsial variabel BI Rate dan inflasi tidak berpengaruh
signifikan terhadap Indeks Saham Syariah Indnesia. Secara parsial nilai
tukar rupiah berpengaruh signifikan terhadap Indeks Saham Syariah
Indonesia. Secara parsial Setifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) tidak
berpengaruh signifikan terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia.
Chotib dan Huda (2019) melakukan penelitian mengenai pengaruh
variabel makro ekonomi terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI).
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya: nilai tukar,
Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), Suku Bunga Indonesia (SBI), dan
penawaran uang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keseluruhan variabel
memiliki pengaruh terhadap pergerakan Indeks Saham Syariah Indonesia
(ISSI). Variabel nilai tukar memiliki pengaruh yang paling rendah jika
dibandingkan dengan variabel lain. Dikatakan demikian karena nilai
tukar hanya memberikan kontribusi sebesar 0,558% terhadap pergerakan
Indeks Saham Syariah Indonesia. Walaupun demikian nilai tukar rupiah
mendorong menurunnya Indeks Saham Syariah Indonesia. Sertifikat Bank
Indonesia Syariah (SBIS) berpengaruh mendorong menurunnya Indeks
Saham Syariah Indonesia (ISSI). Kontribusi Sertifikat Bank Indonesia
Syariah (SBIS) cukup besar yaitu rata- rata sebesar 18,93%. Bank Indonesia
Rate (BI) berpengaruh mendorong meningkatnya Indeks Saham Syariah

10
Indonesia (ISSI). Kontribusi rata-rata BI Rate (BI) terhadap Indeks Saham
Syariah Indonesia cukup besar yaitu 9,799%. Penawaran Uang (M2)/Jumlah
Uang Beredar (JUB) berpengaruh mendorong meningkatnya Indeks Saham
Syariah Indonesia (ISSI). Kontribusi rata-rata Penawaran Uang
(M2)/Jumlah Uang Beredar (JUB) tidak terlalu besar hanya sebesar 1,349%.
Putri (2018) melakukan penelitian mengenai pengaruh variabel makro
ekonomi terhadap Indeks Saham Syariah Indoesia (ISSI) dengan judul
“Analisa Pengaruh Faktor Makro Ekonomi terhadap Indeks Saham Syariah
Indonesia (ISSI) Periode 30 Juni 2011 – 31 Juli 2016”. Variabel yang
digunakan dalam penelitian diantaranya inflasi, nilai tukar rupiah, Suku
Bunga Bank Indonesia, dan Jumlah Uang Beredar (JUB). Metode yang
digunakan dalam penelitian yaitu metode regresi linier berganda. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa varibel inflasi tidak berpengaruh terhadap
Indeks Saham Syariah Indonesia. Variabel nilai tukar berpengaruh secara
negative terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia. Variabel Suku Bunga
Bank Indonesia dan Jumlah Uang Beredar (JUB) berpengaruh positif
terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia.
Mawarni dan Widiasmara (2018) melakukan penelitian dengan judul ‘’
Pengaruh FED Rate, Harga Minyak Dunia, BI Rate, Inflasi Dan Kurs
Rupiah Terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) Periode Tahun
2011-2017’’ Metode yang digunakan dalam penelitian yaitu analisis regresi
linier berganda. Adapun hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel FED
Rate, harga minya dunia, BI Rate dan inflasi tidak berpengaruh terhadap
Indeks Saham Syariah Indonesia. Sedangkan kurs rupiah berpengaruh
terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia.
Sari dan Azhar (2020) melakukan penelitian mengenai pengaruh
variabel makro terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia dengan judul ‘’
Pengaruh Inflasi dan Jumlah Uang Beredar Terhadap Indeks Saham
Syariah Indonesia ( ISSI )’’. Variabel yang digunakan adalah inflasi dan
Jumlah Uang Beredar (M2). Metode yang digunakan dalam penelitian yaitu:

11
analisis regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Secara
parsial variabel inflasi berpengaruh negatif signifikan terhadap ISSI. Secara
parsial variabel Jumlah Uang Bererdar (M2) berpengaruh positif signifikan
Secara simultan variabel Inflasi dan Jumlah Uang Beredar mempengaruhi
ISSI.
Tabel 1
Ringkasan Variabel Terdahulu
Tujuan
NO Peneliti Penelitia Variabel Periode Model Hasil
n
1 Siti Mengkaji Variabel Mei Regre Variabel
Aisiyah pengaruh Dependen (Y) 2011- si inflasi dan
Suciningt variabel Indeks Saham Novem Linier nilai tukar
ias dan makro Syariah ber Berga mempunyai
Riski ekonomi Indonesia 2014 nda pengaruh
Khoiroh terhadap yang
(2015) Indeks Variabel negative
Saham Indevenden(X1) signifikan
Syariah Inflasi, (X2) nilai terhadap
Indonesi tukar IDR/USD, ISSI.
a (X3) Sertifikat Sedangkan
Bank Indonesia variabel
Syariah (SBIS), SBIS dan
(X4) harga harga
minyak dunia. minyak
dunia
berpengaruh
tidak
signifikan
terhadap
ISSI.
2 Rowland Mengkaji Variabel Mei Regre Variabel
Bismark pengaruh Dependen (Y) 2011- si inflasi
Fernando variabel Indeks Saham April Linier berpengaruh
Pasaribu makro Syariah 2014 Berga negative
dan ekonomi Indonesia nda terhadap
Mikail terhadap ISSI
Firdaus Indeks Variabel walaupun
(2013) Saham Indevenden(X1) tidak
Syariah Inflasi, (X2) signifikan,
Indonesi Suku Bunga variabel

12
a Indonesia (SBI), jumlah uang
(X3) Jumlah beredar
Uang Beredar menunjukka
(JUB). n hubungan
positif dan
signifikan
terhadap
ISSI, dan
variabel
suku bnga
Indonesia
secara
parsial
berhubunga
n positif.

13
3 Azzahra Mengkaji Variabel Vector Variabel
Hasna pengaruh DependSen (Y) Error JUB, nilai
Ridha variabel Indeks Saham Corre tukar
(2016) makro Syariah ction IDR/USD,
ekonomi Indonesia Model harga minyak
terhadap (VEC dunia, jangka
Indeks Variabel M) panjang
Saham Indevenden (X1) berpengaruh
Syariah Jumlah Uang positif tidak
Indonesi Beredar (JUB), signifikan. IPI
a (X2) nilai tukar jangka pendek
IDR/USD, (X3) berpengaruh
tingkat inflasi, negatif
(X4), indeks signifikan dan
produksi industri tingkat inflasi
(IPI), (X5) harga jangka pendek
minyak dunia. berpengaruh
positif
signifikan.
Nilai
tukar,IPI,
harga minyak
dunia, jangka
panjang
berpengaruh
positif
signifikan.
Sedangkan
JUB
berpengaruh
negatif dan
tingkat inflasi
berpengaruh
negatif
signifikan.

4 Yudistira Mengkaji Variabel Mei ECM Hubungan


Ardana pengaruh Dependen (Y) 2011- jangka
(2016) variabel Indeks Saham Septem pendek
makro Syariah ber terhadap
ekonomi Indonesia 2015 ISSI hanya
terhadap terjadi pada
Indeks Variabel nilai tukar

14
Saham Indevenden (X1) dan SBIS,
Syariah Suku Bunga sedangkan
Indonesi Bank Indonesia hubungan
a (BI Rate), (X2) jangka
inflasi, (X3) panjang
nilai tukar terjadi pada
rupiah, (X4) variabel
Suku Sertifikat suku bunga
Bank Indonesia Indonesia,
Syariah (SBIS), SBIS, dan
(X5) harga harga
minyak dunia. minyak
dunia.
5 Martien Mengkaji Variabel Regre Inflasi dan
Rachma pengaruh Dependen (Y) si SBI secara
wati dan variabel Indeks Saham linier parsial
Nisful makro Syariah berga berpengaruh
Laila ekonomi Indonesia nda tidak
(2015) terhadap signifikan,
Indeks Variabel nilai tukar
Saham Indevenden (X1) rupiah secara
Syariah Suku Bunga parsial
Indonesi Bank Indonesia berpengaruh
a (BI Rate), (X2) signifikan
inflasi, (X3) negatif
nilai tukar terhadap
rupiah ISSI. Secara
simutan,
inflasi, SBI,
nilai tukar
rupiah
berpengaruh
signifikan.
6 Rega Mengkaji Variabel Juni Regre Secara
Saputra, pengaruh Dependen (Y) 2011 - si simultan BI
Erdah variabel Indeks Saham Mei Linier Rate,
Litriani makro Syariah 2015 Berga inflasi, nilai
dan ekonomi Indonesia nda tukar
Akbar terhadap rupiah, dan
Dinnul Indeks Variabel SBIS
Alfian Saham Indevenden (X1) pengaruh
(2017) Syariah BI Rate, (X2) positif
Indonesi inflasi, (X3) signifikan.
a nilai tukar Secara
rupiah, (X4) parsial BI

15
Sertifikat Bank Rate,
Indonesia inflasi,SBIS
Syariah (SBIS). tidak
berpengaruh
signifikan.
Sedangkan
nilai tukar
rupiah
berpengaruh
signifikan.

7 Amet Mengkaji Variabel Januari VAR Nilai tukar


Chotib pengaruh Dependen (Y) 2016 - dan SBIS
dan variabel Indeks Saham Januari berpengaruh
Nurul makro Syariah 2019 mendorong
Huda ekonomi Indonesia menurunnya
(2019) terhadap ISSI.
Indeks Variabel Sedangkan
Saham Indevenden (X1) BI Rate dan
Syariah nilai tukar penawaran
Indonesi rupiah, (X2) uang
a Sertifikat Bank (M2/JUB)
Indonesia berpengaruh
Syariah (SBIS), mendorong
(X3) BI Rate, meningkatn
(X4) penawaran ya ISSI.
uang (M2/JUB)
8 Ovin Mengkaji Dependen (Y) Juni Regre Variabel
Liliana pengaruh Indeks Saham 2011 - si Inflasi tidak
Putri variabel Syariah Juli Linier berpengaruh
(2018) makro Indonesia 2016 Berga terhadap
ekonomi nda ISSI, nilai
terhadap Variabel tukar
Indeks Indevenden (X1) berpengaruh
Saham inflasi, (X2) nilai negatir
Syariah tukar (X3) Suku terhadap
Indonesi Bunga Bank ISSI, Suku
a Indonesia, (X4) Bunga Bank
Jumlah Uang Indonesia
Beredar (JUB) dan JUB
berpengaruh
positif
terhadap
ISSI.
9 Citra Mengkaji Dependen (Y) Periode Analis Variabel

16
Puspa pengaruh Indeks Saham Tahun is FED Rate,
Mawarni variabel Syariah 2011- regres harga minya
dan makro Indonesia 2017 i dunia, BI
Anny ekonomi Linier Rate dan
Widiasm terhadap Variabel Berga inflasi tidak
ara Indeks Indevenden (X1) nda berpengaruh
(2018) Saham inflasi, (X2) nilai terhadap
Syariah tukar (X3) Suku ISSI.
Indonesi Bunga Bank Sedangkan
a Indonesia, (X4) kurs rupiah
Jumlah Uang berpengaruh
Beredar (JUB) terhadap
ISSI.

10 Sari Nur Mengkaji Dependen (Y) Januari Analis Secara


Pita dan pengaruh Indeks Saham 2013 is parsial
Azhar variabel Syariah hingga regres variabel
Latief makro Indonesia Desem i inflasi
(2020) ekonomi ber Linier berpengaruh
terhadap Variabel 2017 Berga negatif
Indeks Indevenden (X1) nda signifikan
Saham inflasi, (X2) terhadap
Syariah Jumlah Uang ISSI. Secara
Indonesi Beredar (M2) parsial
a variabel
Jumlah
Uang
Bererdar
(M2)
berpengaruh
positif
signifikan
Secara
simultan
variabel
Inflasi dan
Jumlah
Uang
Beredar
mempengar
uhi ISSI.

B. Landasaran Teori
1. Investasi Syariah

17
Investasi sering diartikan dengan istilah penanaman modal. Penerapan
investasi biasanya dilakukan dengan menyalurkan sebagian dana yang
dimiliki untuk tujuan dimasa yang akan datang. Banyak orang melakukan
investasi karena mereka sadar manfaat investasi akan diterima dan jauh
lebih terasa dimasa yang akan datang.
Tujuan investasi syariah berbeda halnya dengan investasi sistem
konvensional. Dalam investasi konvensional seseorang hanya cenderung
memikirkan tingginya tingkat pengembalian yang diterima sedangkan
dalam investasi syariah segala bentuk sesuatunya diserahkan pada Allah
SWT termasuk dengan konsep dasar pelaksanaannya yang berlandaskan
pada Al-Qur’an dan Sunnah.

2. Pasar Modal Syariah


Secara sederhana pasar kita artikan sebagai tempat bertemunya
penjual dan pembeli untuk melakukan transaksi. Dalam artian pembeli dan
penjual bertemu secara langsung dan melakukan suatu transaksi disuatu
lokasi. Lokasi dan tempat itu yang disebut dengan pasar. Berbedahalnya
dalam artian luas pasar itu sendiri diartikan sebagai suatu tempat bagi para
penjual dan pembeli yang mereka tidak perlu secara langsung, melainkan
bisa dilakukan dengan menggunakan kecanggihan media teknologi.
Pasar modal secara umum merupakan suatu tempat bertemunya para
penjual dan pembeli untuk melakukan transaksi dalam rangka memperoleh
modal. Penjual (emiten) dalam pasar modal merupakan perusahaan yang
membutuhkan modal, sehingga mereka berusaha untuk menjual efek di
pasar modal. Sedangkan pembeli (investor) adalah pihak yang ingin
membeli modal diperusahaan yang menurut mereka menguntung kan.
Pasar modal dikenal dengan nama bursa efek, dan di Indonesia dewasa ini
ada dua buah bursa efek yaitu Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan Bursa Efek
Surabaya (BES), namun sekarang dikenal hanya Bursa Efek Indonesia
(BEI), baik di Jakarta mau pun di Surabaya (Aziz Abdul, 2010, hal. 40).

18
a) Dasar Hukum
Ridha (2016) menjelaskan bahwa dalam kegiatan di pasar modal
Indenesia tentu tidak terlepas dari penerapan prinsip-prinsip syariah
yang mengacu pada Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang
Pasar Modal (Peraturan Bapepam-LK, Peraturan Pemerintah,
Peraturan Bursa dan lain-lain). Bapepam-LK selaku regulator pasar
modal di Indonesia, memiliki beberapa peraturan khusus terkait
dengan pasar modal syariah, diantaranya sebagai berikut:
1) Peraturan Nomor II. K.1 tentang Kriteria dan PenerbitanDaftar
Efek Syariah (DES).
2) Peraturan Nomor IX.A.13 tentang Penerbitan Efek Syariah.
3) Peraturan Nomor IX.A.14 tentang Akad-akad yang digunakan
dalam Penerbitan Efek Syariah.

b) Sejarah Pasar Modal Syariah


Pasar modal syariah di Indonesia dimulai sejak diterbitkannya
Reksa Dana Syariah pada 3 Juli 1997 oleh PT. Danareksa Investment
Management. Kemudian Bursa Efek Indonesia dan PT. Danareksa
Investment Management bekerjasama sehingga muncullah salah satu
indeks saham yaitu Jakarta Islamic Index pada 3 juli 2000 yang
dibentuknya itu dengan tujuan untuk memandu para investor dalam
menginvestaskan dananya. Tidak hanya itu, dalam indeks saham
tersebut telah disediakan berbagai macam saham dan menjadi wahana
bagi para investor untuk ber investasi sesuai dengan prinsip syariah
(Ridha, 2016). Dengan seiringnya waktu kemudian lahirlah kumpulan
indeks saham syariah yang lain seperti yang kita kenal saat ini adalah
Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI).

3. Indeks Saham Syariah Indonesia

19
Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) yang adalah salah satu
indeks saham yang menggambarkan seluruh saham yang terdapat di
Bursa Efek Indonesia (BEI). Indeks Saham Syariah Indonesia yang
terdapat di pasar modal merupakan indeks syariah yang menjadi
pelengkap dari indeks saham syariah sebelumnya salah satunya seperti
Jakata Islamic Index (Putri, 2018).
Indeks Saham Syariah Indonesia sendiri diluncurkan pada tanggal
12 Mei 2011 dan tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI). Konstituen
ISSI diseleksi ulang sebanyak dua kali dalam setahun biasanya setiap
bulan Mei dan November, dengan mengikuti jadwad yang telah
ditentukan. Metode perhitungan indeks ISSI menggunakan rata-rata
tertimbang dari kapitalisasi. Adapun tahun dasar yang digunakan dalam
perhitungan ISSI adalah sesuai dengan awal penerbitan DES yaitu
Desember 2007 (www.idx.go.id).

4. Inflasi
Menurut Pasaribu dan Firdaus (2013) Inflasi diartikan dengan
meningkatnya harga-harga secara umum dan terus menerus. Inflasi
mengindikasikan melemahnya nilai suatu mata uang. Kenaikan harga
dari satu atau dua barang belum termasuk kedalam inflasi kecuali jika
kenaikan itu menyeluruh dan mengakibatkan kenaikan harga pada
barang lainnya.
Ridha (2016) juga menjelaskan bahwa Inflasi bisa terjadi
disebabkan oleh beberapa faktor, misalnya seperti: meningkatnya
konsumsi masyarakat, melebihinya tingkat likuiditas dipasar sehingga
sehingga memicu konsumsi atau bahkan sfekulasi, selain itu juga akibat
terjadinya ketidaklancaran distribusi.

20
5. Hubungan Tingkat Inflasi terhadap Indeks Saham Syariah
Indonesia
Tingginya tingkat inflasi mengindikasikan bahwa terjadinya
kenaikan barang secara meluas dan terus menerus. Meningkatkan biaya
bahan baku suatu perusahaan tentu akan menyebabkan rendahnya daya
beli masyarakat sehingga hal ini akan berpengaruh pada menurunnya
tingkat profitabilitas yang didapatkan persuhaan. Dengan mengetahui
keadaan perusahaan yang kurang menjanjikan, membuat para investor
akan ragu dan cenderung berpikir dua kali sebelum menanamkan
dananya untuk tujuan berinvestasi. Tanpa kita sadari dengan sedikitnya
investor yang tertarik berinvestasi akan membuat lemahnya harga
saham perusahaan tersebut dan pada akhirnya akan berdampak negatif
pada Indeks Saham Syariah Indonesia

6. Jumlah Uang Beredar


Jumlah uang beredar (JUB) adalah uang yang berada ditangan para
masyarakat. (Ridha, 2016) menjelaskan bahwa dalam artian sempit
uang dikenal dengan istilah narrow money yaitu daya beli yang
langsung bisa dimanfaatkan untuk pembayaran atau sebagai alat-
pembayaran. Uang itu sendiri terbagi menjadi uang kertas/kartal dan
uang giral. Uang kartal merupakan uang kertas/uang logam yang berada
di tangan masyarakat. Sedangkan uang giral berupa saldo rekening
koran/giro yang dimiliki masyarakat dan disimpan.

7. Hubungan JUB terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia


Jumlah uang beredar dimasyarakat pada umumnya adalah bentuk
kebijakan suatu pemerintah. Semakin banyaknya jumlah uang beredar
ditangan masyarakat tentu akan berkaitan dengan jumlah pengangguran
dan meningkatnya daya beli masyarakat. Pada saat terjadi kenaikan
jumlah uang beredar maka biasanya suku bunga cenderung menurun,

21
dengan begitu para masyarakat sungkan untuk menyimpan uangnya
dalam perbankan dan akan lebi memilih berinvestasi pada pasar modal.
Dengan semakin meningkatnya permintaan saham, tentu hal ini akan
berpengaruh positif terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia di pasar
modal.

8. BI Rate
Rega dkk (2017) menjelaskan bahwa BI Rate merupakan suku
bunga kebijakan yang merefleksikan sikap kebijakan moneter yang
ditetapkan oleh bank Indonesia dan diumumkan pada khalak ramai. BI
Rate diumumkan oleh Dewan Gubernur Bank Indonesia setiap Rapat
bulanan Dewan Gubernur dan biasanya diimplementasikan pada operasi
moneter yang dilakukan BI melalui pengelolaan likuiditas di pasar
uang.
9. Hubungan BI Rate terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia
Tingginya BI Rate menjadi perhatian khusus bagi para investor
yang gemar menanamkan modalnya. Meningkatnya BI Rate akan
cederung melemahkan harga saham dipasar modal. Dikatakan demikian
karena pada saat suku bunga naik para investor akan tertarik untuk
mengalokasikan dananya dalam bentuk lain misalnya menyimpan
dananya dibank daripada dipasar modal. Karena mereka tahu dengan
menyimpan dananya di bank mereka akan menerima return yang lebih
tinggi. Maka dengan begitu dapat disimpulkan bahwa BI Rate
berpengaruh negatif terhadap Indeks Saam Syariah Indoensia.

10. Nilai Tukar Rupiah


Rifat (2021) menjelaskan bahwa nilai tukar rupiah atau kurs adalah
harga mata uang terhadap mata uang lainnya. Dengan kata lain mata
uang rupiah dapat dipersamakan dengan mata uang lain, misalnya mata
uang Amerika Serikat USD.

22
Dalam penerapannya, biasanya nilai tukar rupiah atau biasa yang
sering dikenal dengan kurs digunakan oleh para perusahaan dalam
aktifitas perdagangan mereka seperti pada transaksi impor dan ekspor.

11. Hubungan nilai tukar rupiah terhadap Indeks Saham Syariah


Indonesia
Meningkatnya biaya bahan baku perusahaan impor akan membuat
rendahnya tingkat profitabilitas yang didapatkan suatu perusahaan.
Sehingga akan berdampak pada semakin rendahnya deviden yang
nantinya dibagikan kepada para pemegang saham. Hal ini tentu akan
berpengaruh pada melemahnya harga saham perusahaan dan pada
akhirnya akan berdampak negatif terhadap Indeks Saham Syariah
Indonesia.
Tetapi sebaliknya, dengan meningkatnya harga bahan baku
perusahaan ekspor, akan berpengaruh pada tingginya tingkat
pengembalian yang akan diterima para investor. Hal ini cenderung
membuat mereka tertarik untuk menginvestasikan dananya
diperusahaan tersebut. Dengan begitu harga saham perusaan meningkat
dan pula akan berpengaruh positif terhadap Indeks Saham Syariah
Indonesia.

12. Harga minyak Dunia


Harga minyak dunia merupakan hal penting yang dapat
mempengaruhi berbagai sektor baik itu pada sector riil maupun fiscal
(Mawarni & Widiasmara, 2018).
Selain itu harga minyak dunia bisa menjadi patokan nilai minyak
minyak mentah yang dibebankan kepada para konsumen atas
pemanfaatan dari minyak mentas tersebut. Tinggi ataupun rendahnya
harga minyak dunia tentu akan berdampak pada pertumbuhan

23
perekonomian suatu Negara. Salah satunya dibidang pasar modal
syariah Indonesia.

13. Hubungan Harga Minyak Dunia terhadap Indeks Saham Syariah


Indonesia
Meningkatnya harga minyak dunia bagi perusahaan yang bergerak
pada sektor pertambangan minyak justru menjadi suatu keberuntunga
tersendiri, dikatakan demikian karena dengan meningkatnya harga
minya dunia tentu pula akan meningkatkan profitabilita yang
didapatkan perusaan. Ini akan menari para investor untuk berinvestas,
semakin banyaknya permintaan saham akan meningkatkan harga saham
perusahaan, dan pada akhinya akan berpengaruh positif terhadap Indeks
Saham Syariah Indonesia.
Begitupun sebaliknya, meningkatnya harga minyak dunia bagi
perusahaan yang bergerak pada selain sektor pertambangan atau
komoditas minyak akan meningkatkan biaya operasional perusahaan.
Dengan demikian tingkat profitabilitas yang didapatkan cenderung
menurun, hal ini akan membuang ketertarikan mereka untuk
berinvestasi pada perusahaan tersebut. Sehingganya harga saham
perusahaan akan menurun dan seanjutnya akan berdampak negatif pula
terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia.

C. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran merupakan salah satu bagian dari tinjauan pustaka
yang didalamnya berisikan rangkuman dari seluruh dasar-dasar teori yang
terdapat dalam penelitian. Dimana dalam kerangka penelitian ini
digambarkan skema singkat mengenai bagaimana proses penelitian yang
dilakukan. Adapun skema yang dimaksudkan adalah sebagai berikut:

Gambar 2.

24
Kerangka Pemikiran

H1-
Inflasi

Jumlaah Uang H2+


Beredar
Indeks Saham
Syariah Indonnesia
(ISSI) (Y)
BI Rate H3-

Nilai Tukar Rupiah H4+

Junlah Uang
Beredar H5+

Sumber: (Diolah 2022)

D. Hipotesis
Dalam penelitian ini, analisis menggunakan asumsi-asumsi sebagai
berikut:
1. Tingkat inflasi berpengaruh negatif terhadap Indeks Saham Syariah
Indonesia.
2. Jumlah Uang Beredar berpengaruh positif terhadap Indeks Saham
Syariah Indonesia.
3. BI Rate berpengaruh negatif terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia.
4. Nilai Tukar Rupiah berpengaruh positif terhadap Indeks Saham Syariah
Indonesia.
5. Harga Minyak Dunia berpengaruh positif terhadap Indeks Saham
Syariah Indonesia.

25
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Cara Pengumpulan Data


Penelitian yang dilakukan penuls adalah penelitian kuantitatif, dengan
menggunakan runtutan waktu (time series) yaitu: Tingkat Inflasi, Jumlah
Uang Beredar, BI Rate, Nilai Tukar Rupiah, dan Harga Minyak. Metode
yangdigunakan adalah metode penelitian historis yang bersifat Kausal-

26
Distributif, artinya penelitian menganalisis suatu kejadian yang sudah terjadi
dan menghubungkan antar variabelnya.
Tahap awal penelitian ini adalah mempelajari berbagai macam teori yang
berhubungan dengan tingkat Inflasi, Jumlah Uang Beredar, BI Rate, Nilai
Tukar Rupiah, Harga Minya, dan Indeks Saham Syariah Indonesia. Setelah
itu yang dilakukan adalah menganalisis hubungan antar variabel dan teori-
teori tersebut dengan permasalahan yang lebih actual pada saat ini. Karena
data yang digunakan adalah data sekunder maka data tersebut diperoleh dari
laporan Bulanan Bank Indonesia, disitus resmi Bank Indonesia (00), situs
resmi Badan Pusat Statistik (www.bps.go.id), dan Indeks Saham Syariah
Indonesia Statistic Report Bursa Efek Indonesia (www.investing.com).
Metode pengumpulan data sebagai berikut:
1. Library Research
Yaitu pengumpulan data dari buku, jurnal, majalah, Koran yang
berhubungan dengan aspek penelitian demi mendapat data yang real.
2. Field Reasearch
Yaitu pengumpulan data yang bersifat sekunder yang diperoleh
dari pihak lain yang berkaitan seperti pusat referensi pasar modal di
Bursa Efek Indonesia.
3. Internat Research
Yaitu pengunpulan data melalui teknologi internet, guna untuk
mendapatkan berita dan data-data yang up to date, seperti pada
www.google.com atau www.wikipedia.com.

B. Variabel Penelitian
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini dikategorikan menjadi
dua yaitu variabel dependen dan variabel indevenden.
1. Variabel Dependen
Variabel dependen merupakan variabel tergantunga. Dengan kata
lain variabel ini dipengaruhi oleh variabel yang mendahuluinya.

27
Dalam hal ini variabel dependen yang akan digunakan dalam
penelitian ini adalah Indeks Saham Syariah Indonesia.
2. Variabel Independen
Variabel independen yangdigunakan dalam penelitian ini dibagi
menjadi lima kategori, yaitu:
a) Tingkat Inflasi
b) Jumlah Uang Beredar
c) BI Rate
d) Nilai Tukar Rupiah
e) Harga Minyak

28

Anda mungkin juga menyukai