Hasil Penelitian Riset Sukuk Negara
Hasil Penelitian Riset Sukuk Negara
Penelitian Kelompok
SUKUK NEGARA
DALAM PERSPEKTIF SYARIAH
(studi komparasi kepatuhan standar Syariah AAOIFI antara Sukuk Negara
Indonesia dan Malaysia)
PENGUSUL :
Achmad Fauzi,SPd,.M.Ak
Siti Fatimah Azzahra,ME
Mega Meliana
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
APRIL, 2019
HALAMAN PENGESAHAN
5 Anggota : 2 orang
6. Bila program :-
inimerupakankerjasamakelembagaan
a. NamaInstansi :-
b. Alamat :-
7. WaktuPelaksanaan : 6 bulan
ii
Menyetujui,
Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat
Dr.Ucu Cahyana,M.Si
NIP 196608201994031002
KATA PENGANTAR
Hormat kami
iii
Ketua Peneliti
iv
RINGKASAN
Penelitian ini bertujuan untukmenganalisis kepatuhan standar syariah dari
AAOIFI(Accounting and Auditing Organisation for Islamic Financial
Institutions) terkait dengan Produk sukuk Negara di Indonesia dan Malaysia serta
mengkomparasikan tingkat kepatuhan dari produk sukuk masing-masing
negara.Penelitian ini juga memiliki tujuan tambahan yaitu mengetahui apakah
instrumen sukuk negara yang diterbitkan oleh pemerintah dengan berbagai
macam aqadnya apakah sudah sesuai dengan syariah atau belum.
Bentuk penelitian ini menggunakan Penelitian kualitatif, yaitu metode
yang meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu
sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang dengan
tujuan untuk menyelidiki secara terperinci aktivitas dan pekerjaan manusia,
membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat
mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar-fenomena yang diselidiki,
dan hasil penelitian tersebut dapat memberikan rekomendasi-rekomendasi untuk
keperluan yang akan datang
Teknik pengumpulan data adalah dengan teknik wawancara,menggunakan
kuisioner, pengamatan langsung(observasi) serta mengkaji pustaka yang
merupakan sumber utama data yang menjadi bahan kajian yaitu bahan pustaka
berupa Undang-undang, standar akuntansi, Peraturan menteri keuangan, standar
AAOFI, PSAK syariah. Teknik analisis data yang dipergunakan dalam penelitia
ini adalah teori Miles dan Huberman, yaitu dengan diawali dengan pengumpulan
data(data collection), kemudian dilanjutkan dengan reduksi data(data reduction),
setelah itu penyajian data (data display) dan diakhiri dengan
kesimpulan(conclusion). Adapun pendekatan yang digunakan yaitu cara
menganalisis data yang akan dilakukan yaitu dengan menggunakan cabang ilmu
akuntansi syariah, dan fiqh
Penelitian ini adalah penelitian yang menguji secara empiris tentang
kesesuaian standar syariah AAOIFI terkait dengan produk sukuk negara baik di
pasar perdana maupun pasar sekunder
iv
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. State of the Art
C. Rumusan Masalah dan Pembatasan Masalah
D. Tujuan Penelitian
v
B. Standar Akuntansi Syariah AAOIFI no 17 tentang Sukuk
C. Deskripsi kepatuhan standar AAOIFI atas sukuk Negara Indonesia
D. Deskripsi kepatuhan standar AAOIFI atas sukuk Negara Malaysia
vi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam konteks keuangan Islam, sukuk sekarang ini telah menjadi instrumen
penting dalam sistem keuangan global, yang pada tahun 2016 kapitalisasi
pasarnya sudah mencapai angka lebih dari 349 miliar dollar(MIFC,2016) dan
dengan pertumbuhan yang luar biasa serta berbagai diversifikasi dari berbagai
emiten. Meskipun investor muslim menjadi pembeli utama instrumen sukuk
namun permintaan sukuk ini telah menyebar jauh melampaui dunia Islam.
Sukuk merupakan produk inovatif para pemikir Ekonomi Islam kontemporer
dalam mengakomodir tuntutan zaman sesuai dengan munculnya era globalisasi
ekonomi yang melahirkan kemajuan di bidang perdagangan, arus modal, investasi,
dan keuangan yang bebas, serta faktor penggeraknya seperti munculnya berbagai
instrumen keuangan, investasi dan produksi baru.1
Kemudian Jika melihat data yang dirilis oleh Thomson Reuter bahwa
Indonesia adalah salah satu negara yang masuk kategori Top Sukuk di Dunia,
Indonesia merupakan peringkat ketiga top sukuk dengan market share sebesar
9,9% atau sebesar 7,4 Miliar dollar. Namun demikian Indonesia memiliki
perbedaan dan ciri khas tersendiri dalam penerbitan sukuk nya, jika di negara-
negara lain emisi terbanyak sukuk nya berasal dari perusahaan atau korporasi,
tetapi di Indonesia penerbitan sukuk terbanyak adalah berasal dari sukuk milik
pemerintah.2
Diantara capaian penerbitan Sukuk Negara yang sangat baik adalah
diperkenalkannya penerbitan Sukuk Negara untuk membiayai proyek
Infrastruktur(project financing sukuk) sejak tahun 2013. Project financing sukuk
tentu sangat mendukung upaya pemerintah dalam mempercepat pembangunan
infrastruktur.Disamping itu, penerbitan sukuk Negara untuk membiayai proyek ini
juga dapat memastikan bahwa kegiatan pembiayaan yang dilakukan oleh
1
Zamir Iqbal وAbbas Mirakhor, An Introduction to Islamic Finance, second edi (Singapore: Jhon Wiley &
Sons Pte Ltd, 2007).
2
MIFC, "2016 Global Sukuk Market : A Record Year for Corporate Issuance", عددMarch (2017): 1–6.
1
pemerintah digunakan secara produktif untuk membiayai proyek-proyek prioritas
yang manfaatnya secara langsung dirasakan masyarakat banyak.
Di Indonesia sendiri, perkembangan sukuk ditandai dengan
diluncurkannya Fatwa oleh Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia
(DSN-MUI) sebagai dasar hukum penerbitan sukuk berdasarkan prinsip syariah.
Fatwa ini adalah fatwa DSN-MUI No. 32 DSN-MUI/IX/2002 Tentang Obligasi
Syari’ah. Fatwa ini mengatur beberapa ketentuan terkait sukuk atau yang lebih
sering disebut sebagai obligasi syariah, salah satunya adalah akad yang dapat
digunakan dalam penerbitan obligasi syariah, anatara laian :Mudharabah
(Muqradhah)/Qiradh, musyarakah, murabahah, salam, istishna dan ijarah.3
Kemudian Dewan Syariah akan memberikan Opini syariah, setelah terlebih dahulu
melakukan review terhadap struktur sukuk yang digunakan, serta dokumen-
dokumen lain termasuk metode penerbitannya.
Jika dibandingkan dengan Malaysia, kita bisa mengkomparasi bahwa
Malaysia adalah negara yang menduduki peringkat pertama Top Sukuk Dunia
yaitu dengan market share sebesar 46,4% atau sebesar 34,7 Miliar dollar. 4
Berdasakan data Global Islamic Economy Report tahun 2017 Malaysia juga
menempati peringkat pertama dalam Industri Keuangan Syariah. Menurut wakil
Menteri Keuangan Malaysia Datuk Amiruddin Hamzah negaranya menjadi
pendorong utama bagi pasar sukuk dan mewakili 51 persen dari sukuk sebesar $
54.5 Miliar dari total sukuk yang beredar di seluruh dunia dan tahun lalu Malaysia
juga telah menerbitkan Green Sukuk dengan nilai RM 3,7 milyar5
Malaysia adalah salah satu negara paling awal yang mengembangkan keuangan
Islam secara bertahap dan komprehensif sejak 1983, termasuk perbankan syariah, pasar
modal syariah, dan asuransi syariah atau Takaful (1984). Malaysia memperkenalkan
pertama kali sukuk pada 1990-an dan sekarang telah menjadi pasar sukuk terbesar
didunia.( Baljeet Kaur Grewal,2006) Malaysia lebih dulu dalam penerbitan sukuk dibanding
3
Melati Anjaswati وآخ., "Tinjauan Fikih Terhadap Pelakanaan Sukuk Negara Ijarah Sale and Lease Back Di
Pasar Modal Syariah Indonesia", Jurnal Fiqih Transaksi Keuangan Kontemporer 1, 29–1 :)2016( 1 عدد.
4
MIFC, "2016 Global Sukuk Market : A Record Year for Corporate Issuance".
5
"Malaysia Memimpin Keuangan Syariah secara Global - Hidayatullah.com", 2019 , فبراير20 تاريخ الوصول,
https://www.hidayatullah.com/berita/ekonomi-syariah/read/2018/10/04/152063/malaysia-
mempertahankan-posisinya-memimpin-keuangan-syariah-secara-global.html.
2
Indonesia, Sukuk pertama di terbitkan Malaysia yang diterbitkan oleh PBBShell MDS
Sdn Bhd. Prinsip syariah yang diterbitkan adalah sukukBai 'Bithaman Ajil (BBA) dengan
nilai RM125 juta.( Noor Azura Sanusi,2013)
Permintaan instrumen sukuk di Malaysia meningkat dar tahun ke tahun, jika
pada tahun 199 baru 7% lalu tumbuh 25% pada tahun 2000 dan selanjutnya naik
lagi menjadi 76% pada tahun 2005,(Ascarya,2008) dan saat ini menurut
IFIS(Islamic Financial Institution Stistics)bahwa rata rata tiap tahun perdagangan
sukuk tumbuh sebesar 33%. hal ini disebabkan karena kesadaran investor akan
sumber pendanaan alternatif yang berbasis syariah meningkat. Keadaan ini terjadi
karena Malaysia mengembangkan sistem industri syariahnya dengan sistem top
downpemerintahnya yang langsung bergerak dan menginstruksikan agar
masyarakatnya berhijrah ke industri keuangan syariah sehingga dengan total
dukungan dari pemerintahnya tidak heran jika pertumbuhan sukuk dan insdustri
keuangan syariahnya pertumbuhannya jauh melampaui negara negara lain di
dunia.
Suatu sukuk yang diterbitkan dapat dikatakan memenuhi prinsip syariah apabila
seluruh kegiatan penerbitan sukuk termasuk aqad atau perjanian penerbitannya tidak
bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah, yaitu antara lain transaksi yang dilakukan
oleh para pihak harus bersifat adil, halal, thayyib dan maslahah. Sukuk juga harus
terbebas dari unsur unsur yang dilarang agama Islam antara lain, riba, ghoror dan maysir.
Riba dalam artian tidak ada tambahan jika kontrak perjanjiannya hutang piutang, ghoror
maksudnya adalah adanya uncertainty atau ketidapastian dalam transaksi ekonomi jual
beli sukuk dan maysir dalam pengertian tidak ada unsur perjudian dalam transaksi
tersebut.6
Perdebatan mengenai kesesuaian syariah sukuk sudah dimulai sejak
pemerintah Yordania akan menerbitkan sukuk muqaradhah tahun 1978 sesuai
dengan ide yang dimunculkan oleh Sami Hamud khususnya mengenai jaminan
keutuhan modal mudharabah, lalu perdebatan semakin memuncak sejak Malaysia
menerbitkan Islamic Bond secara intensif sejak 1995 karena melegalkan jual beli
sukuk berbasis utang. Dan pada awal tahun 2008 ketua dewan syariah AAOIFI,
6
Direktorat Pembiayaan Syariah, Buku Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara (sukuk) (Kementrian
Keuangan, ت.)د.
3
Muhammad Taqi Usmani, mengeluarkan maklumat bahwa 85% sukuk yang terbit
selama ini di negara-negara Teluk tidak sesuai dengan syariah. Aspek-aspek
ketidak sesuaian syariah sukuk yang dikritik Taqi Usmani umumnya berkaitan
dengan sukuk bagi hasil, namun dalam kenyataannya sukuk-sukuk berbasis laba
tetap juga tidak lepas dari kelemahan secara syariah.7
Menurut Alimin Kritikan tentang ketidak sesuaian syariah bukan hanya datang
dari analis negara-negara Islam, tetapi juga dari lembaga-lembaga pemeringkat sukuk
internasional seperti Standar and Poors, Moody’s Investor, Fitch Rating, dan March
Malaysia.
Segi-segi kesesuaian syariah yang menjadi bahan kritikan para analis
terhadap sukuk utamanya berkaitan dengan usaha menerapkan fasilitas yang
dimiliki obligasi konvensional terhadap sukuk, seperti mempunyai tenor(maturity)
tertentu, jaminan atas pengembalian prinsipal, dapat ditebus(redeemable), dan
pembayaran laba tetap(fixed rate) atau mengambang yang bersifat
periodik(floating rate).8
Menurut Thuba Jazil dan Tita Nursyamsiah keduanya dosen Ekonomi
Syariah IPB, beberapa isu kepatuhan syari’ah yang muncul pada sukuk adalah:
pertama, kontradiksi antara dokumentasi hukum dan persyaratan syariah.
Kepemilikan aset pokok (underlying asset) seharusnya berada ditangan pemegang
sukuk, namun dalam praktik, aset hanya digunakan untuk memfasilitasi penerbit
untuk persyaratan syariah.Pemegang sukuk hanya diberikan pemindah
kepemilikan kemanfaatan (beneficial ownership) saja. Dengan ungkapan lain,
struktur sukuk dibuat untuk memenuhi form atas kepatuhan syariah, akan tetapi
secara substansi belum dapat tercapai. Utamanya, kontrak yang dibentuk
seyogianya memenuhi dua kriteria yaitu form dan substansi untuk bisa dilabeli
syariah compliant.Selain itu imbal yang diberikan tidak terkait langsung dengan
alur kas dari aset dalam kesepakatan awal. Kedua, pemegang sukuk tidak
memiliki hak untuk menjual aset, pemegang sukuk tidak memiliki kepentingan
terhadap aset, sehingga mereka tidak bisa menjual aset kepada pihak ketiga.
7
Alimin, "Aplikasi Pasar Sukuk dalam Perspektif Syariah" (Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah,
2010).
8
Alimin.
4
Pembatasan ini tidak hanya menimbulkan pertanyaan apakah asset-based sukuk
benar-benar sesuai dengan prinsip keadilan terutama dalam kasus default. Apakah
pemegang sukuk benar-benar cukup memperhatikan fakta bahwa mereka tidak
mempunyai kepemilikan secara legal terhadap aset dasar tersebut?9
Ketiga, penggunaan Wa'ad (purchase undertaking) pada sukuk yang berbasis ekuitas
telah membuat sukuk secara substansi menjadi instrumen berbasis utang.Wa'ad pada saat
transaksi (awal) berlaku sebagai penjamin terhadap pokok dan imbal terkait dengan
performa usaha.Wa'ad (janji) merupakan instrumen yang dapat diterima ketika digunakan
oleh pemiliknya sendiri.Akan tetapi, ketika wa'ad dikombinasikan dengan peningkatan
kredit, maka merubah kontrak kerjasama dalam syariah (musyarakah dan mudarabah)
menjadi mirip kontrak utang. Dengan kata lain, hal ini membuat utang dalam kontrak
kepercayaan yang menyerupai obligasi konvensional. Menurut Alimin yang merujuk
Ayub (2007) pada Standar AAOIFI, bahwa dalam prospektus untuk menerbitkan sebuah
sertifikat tidak boleh tercantum sebuah pernyataan bahwa penerbit wajib memberikan
kompensasi berupa nominal tertentu selain gugatan dan kelalaian, atau dia menjamin
persentase tetap dari keuntungan. Mengacu standar, jelas bahwa asset-based sukuk
memiliki masalah kepatuhan syariah.10
Perdebatan kesesuaian syariah dalam struktur sukuk ijarah sale and lease
back ini masih menjadi isu penting yang sering dibahas oleh pakar ekonomi
syari’ah karena dianggap tidak sesuai dengan prinsip syari’ah, karena hal ini
merupakan bentuk lain daripada bai’ al-wafa atau hampir sama dengan jenis bai’
istighlal dan bai’ al-‘inah yang masih diperdebatkan kebolehannya oleh para
Ulama Fiqh. Berdasarkan kepada kumpulan fatwa dari majma’ fiqh Islami
(Markas Riset Fiqh Islam) yang berpusat di Jeddah yang dikeluarkan pada tahun
1992 M menyatakan bahwa mayoritas Ulama tidak membolehkan jual beli dalam
bentuk ini, sedangkan minoritas Ulama membolehkannya, sehingga hasil
keputusan akhir dari sidang fatwa tersebut memutuskan tidak boleh bermuamalah
dengan bentuk jual beli seperti ini.11 Adapun pokok masalah yang diperdebatkan
9
"Sukuk dan Aspek Kepatuhan Syariah | Republika Online", 2018 , اكتوبر7 تاريخ الوصول,
https://republika.co.id/berita/koran/iqtishodia/16/03/24/o4j4o612-sukuk-dan-aspek-kepatuhan-syariah.
10
Alimin, "Aplikasi Pasar Sukuk dalam Perspektif Syariah".
11
Anjaswati وآخ., "Tinjauan Fikih Terhadap Pelakanaan Sukuk Negara Ijarah Sale and Lease Back Di Pasar
Modal Syariah Indonesia".
5
tentang kebolehan jual beli jenis ini karena dalam kontrakijarah sale and lease
back berlaku dimana aset yang telah dijual oleh pemiliknya kemudian disewakan
kembali kepada penjual tersebut, sehingga jenis ini dianggap menyerupai salah
satu bentuk bai’ al-‘inah yang dilarang dalam hadits Rasulullah SAW dimana
penjual dan pemberi sewa membuat syarat sebelum terjadi akad, dengan janji
pembelian kembali aset pada harga yang disetujui oleh penjual asal.12
Menurut Dr. Erwandi Tarmizi, salah satu ulama kontemporer yang menulis buku berjudul
Harta Haram Muamalat Kontemporer, bahwa dalam praktiknya Fatwa DSN(dewan
Syariah Nasional) tentang skema sukuk Ritel tidak jauh beda dengan skema yang
diterapkan oleh negara Bahrain dalam penerbitan sukuknya, dengan demikian maka
hukum sukuk Ritel yang diterbitkan oleh pemerintah Indonesia juga tidak akan jauh
berbeda dengan hukum Sukuk Bahrain dimana mayoritas ulama lebih kuat untuk
mengharamkannya.13
Perdebatan kesesuaian syariah diatas masih sering timbul ke permukaan meskipun telah
dikeluarkan beberapa Fatwa syariah tentang Sukuk dari dewan syariah Nasional (DSN)
MUI maupun dari AAOIFI yang merupakan acuan dari penerbitan sukuk.
Kajian tentang kegiatan mulai dari proses pencatatan, pengikhtisaran
sampai pada pelaporan dan analisis dari transaksi ekonomi khususnya terkait
dengan transaksi sukuk masih sangat terbatas, oleh karena itu akuntansi syariah
sangat diperlukan seiring dengan pesatnya perkembangan ekonomi syariah. Istilah
akuntansi syariah sebetulnya berawal dari disertasi Pof Iwan Triyuwono,Phd yang
menulis disertasi dengan judul Shari’ate Organisation and accounting:the
Reflection of Selfs Faith and knowledge pada tahun 1995 di Universitas
Wolongong, Australia. Disertasi ini kemudian diterjemahkan dalam bahasa
Indonesia dengan judul Organisasi dan Akuntansi Syariah yang diterbitkan tahun
2000 oleh LkiS di Yogyakarta. Di Indonesia istilah tersebut muncul pada
pertengahan 1997 ketika harian Republika memunculkan beritanya dan sejak itu
wacana akuntansi syariah mulai berkembang dan ada di Indonesia.14
12
Anjaswati وآخ.
13
Dr. Erwandi Tarmizi, Harta Haram Muamalat KOntemporer, Edisi Kese (Bogor Indonesia: PT. Berkat
Mulia Insani, 2018).
14
Iwan Triyuwono, Perspektif,Metodologi dan Teori Akuntansi Syariah, 1 ط. (Jakarta: Raja Grafindo, 2009).
6
Kajian tentang akuntansi dalam perspektif syariah di dunia internasional
muncul pada tahun 1996, The Islamic Perspektive on Accounting, Commerce and
Finance telah melakukan kajian dengan konferensi pertamanya di Sydney.
Konferensi selanjutnya dilakukan di Jordania pada 1998, lalu yang ketiga di
Jakarta 1999 dan yang keempat tahun 2010 di Selandia Baru. Di dunia
Internasional kajian tentang akuntansi syariah bisa merujuk pada karya Gambling
dan Karim (1986;1991), Hamid dkk (1993) baydoun dan Willet (1994)
Triyuwono(1995;1999).(Syafii Antonio,2009)
Menurut Muhammad Syafii Antonio, di Indonesia kajian tentang akuntansi
syariah pada tingkat filosofis-teoritis bisa merujuk pada karya Iwan dan Sofyan
Syafri Harahap, dan ditataran aplikatif karya widodo dkk (1999) bisa dianggap
sebagai karya yang konkret dan aplikatif tentang penerapan akuntansi syariah di
Baitul Maal Wa Tamwil (BMT), dan Wiroso serta sofyan syafri Harahap telah
membahas dengan baik akuntansi perbankan syariah. Kemudian Ibrahim Yahya
juga telah menulis karya yang cukup analitis tentang akuntansi syariah untuk
organisasi bisnis, lewat artikelnya yang berjudul The emerging Issues on the
objective and characteristics of Islamic Accounting for Islamic Business
Organization.15
Di tingkat Internasional Accounting and Auditing Organization for Islamic
Financial Institution(AAOIFI) yang merupakan organisasi nirlaba internasional
yang berpusat di Bahrain, telah menerbitkan ketentuan syariah terkait penerbitan
sukuk yang terdapat dalam AAOIFI sharia standar no 17 tentang investasi sukuk.
Dalam ketentuan tersebut sukuk disebut dengan istilah sukuk investasi, karena
diterbitkan dengan tujuan investasi dalam rangka menghasilkan keuntungan
tertentu. Berdasarkan AAOFI syariah standard, sukuk didefinisikan sebagai
sertifikat yang bernilai sama yang merepresentasikan bagian kepemilikan yang
tak terbagi atas suatu aset berwujud, nilai manfaat aset (usefruct) dan jasa, atau
atas kepemilikan aset dari suatu proyek atau kegiatan investasi tertentu. Namun
demikian investasi tersebut baru dapat diwujudkan setelah berakhirnya masa
15
Triyuwono.
7
penerbitan, dan dana hasil penerbitan sukuk mulai dipergunakan untuk tujuan
penerbitan sukuk tersebut.16
Tidak dapat disangkal bahwa kepatuhan terhadap standar akuntansi AAOIFI
diperlukan untuk memastikan bahwa semua masalah yang berkaitan keuangan islam
berada di bawah hukum dan kerangka kerja yang dapat diterima untuk komunitas Muslim
dan sejalan dengan prinsip-prinsip Syariah. Tingkat masalah kepatuhan mendapatkan
prioritas utama dalam beberapa penelitian sebelumnya, seperti Hameed, Alrazi dan
Nazli(2006), Che Pa (2006) dan Zaini (2007), Farah Nadzri (2009) dan Mechelli (2009).
Berdasarkan hasil penelitian dari (Hussainey, 2016) menggambarkan bahwa
tingkat kepatuhan rata-rata berdasarkan standar AAOIFI dalam bidang Dewan Pengawas
syariah (SSB) sekitar 68%, sedangkan tingkat kepatuhan untuk CSR adalah 27%, dan
tingkat kepatuhan untuk akuntabilitas keuangan 73 %. Kemudian Temuan penelitian oleh
Mahmood Ahmed(2013) dan Maksuda Khatun(2013) menggambarkan tingkat kepatuhan
rata-rata yang relatif rendah dengan pengungkapan AAOIFI terkait dengan persyaratan
sosial atau csr (27%). Dana hasil penelitiannya menunjukkan relatif sedang tingkat rata-
rata kepatuhan dengan pengungkapan AAOIFI terkait dengan kepatuhan syariah dan
keuangan.Ini mendekati 68% untuk dewan pengawas syariah dan 73% untuk tingkat
pengungkapan keuangan.
Studi yang dilakukan oleh Asmadi Mohammed Naim dkk(2013) menyimpulkan
bahwa diantara masalah lain yang ditemukan setelah diumumkannya standar syariah
AAOIFI bahwa di Malaysia ada perubahan yang diabaikan pada istilah prinsip dan
kondisi Sukuk(term and condition) , sehingga tidak banyak berpengaruh mengubah
struktur dewan pengawas syariah dan pelaku industri Syariah dalam memutuskan hal
yang lebih prinsip dalam syariah.
Tulisan lain tentang kepatuhan akuntansi syariah adalah artikel dengan
judul Syariah accounting and compliant screening practices yang ditulis oleh
Catherine Soke Fun Ho dan Omar Masood yang ditulis pada tahun 2012,
membahas bagaimana kepatuhan prinsip akuntansi syariah dibeberapa pasar
modal di dunia yang menyimpulkan bahwa DJIM dan Azzad sebagai institusi
16
Direktorat Pembiayaan Syariah DJPPR Kemenkeu, Sukuk Negara Instrumen Keuangan Berbasis Syariah,
تحريرSuminto, Edisi kedu (Jakarta, 2015).
8
yang menerapkan screening tentang kepatuhan akuntansi syariah yang sangat
ketat.17
Mengingat pentingnya kepatuhan terhadap standar akuntansi syariah yang
masih tinggi untuk terus menjaga agar industri keuangan syariah tetap diminati
investor muslim maka peneliti tertarik untuk menulis sukuk negara dilihat dari
kepatuhannya terhadap standar AAOIFI.
B. State Of The Art
9
choosing the diumumkannya
most authentic standar AAOIFI
Islamic tidak memiliki
Principle. banyak efek
Oleh: perubahan pada
Asmadi keputusan pengawas
Mohammed syariah dan pemain
Naim, industri syariah saat
Mohamme memutuskan prinsip
4 Yazid Isa dan syariah yang
Moh Liki 2012, Survey, Akuntan di dijalankan
Hamid Bahrain Kualitatif Industri
Keuangan bahwa menurut
The Level of syariah persepsi akuntans
Compliance tingkat kepatuhan
with AAOIFI para akuntan di
Accounting Bahrain sangat
Standards :Evid tinggi.
ence From
5
Bahrain.
2013, Survey, Perbankan
oleh Adel
Bangladesh kualitatif syariah
Muhammad
Sarea Hasil penelitiannya
The Compliance menunjukan bahwa
with Shariah tidak satupun
Governance perbankan di
system of Bangladsh yang
AAOIFI: Study patuh secara
on Islamic Bank menyeluruh atas
Bangladesh. syariah governance
Oleh: system AAOIFI
Mahmood
Ahmed dan
Maksuda
Khatun
Dari beberapa penelitian terdahulu diatas belum ditemukan penelitian tentang kesesuaian
syariah berdsar standar AAOIFI atas praktek jual beli Sukuk dinegara manapun. maka
celah tersebut akan kami isi dengan penelitian tentang kesesuaian syariah sukuk negara di
Indonesia dan Malaysia
C. 1. Perumusan Masalah
10
Setelah melakukan identifikasi beberapa masalah yang ada diatas, maka dapat
dirumuskan masalahnya sebagai berikut:
a. Bagaimanakah kesesuaian syariah atas sukuk negara Indonesia dan malaysia?
b. Bagaimanakah mekanisme perdagangan sukuk negara baik di pasar perdana
maupun pasar sekunder?
c. Bagaimana tingkat kepatuhan standar akuntansi syariah AAOIFI atas sukuk negara
Indonesia dan Malaysia
d. Bagaimanakah aplikasi akuntansi syariah bagi sukuk negara menurut standar
Akuntansi syariah yang berlaku baik di dunia internasional maupun di dalam
negeri yaitu standar AAOIFI, PSAK syariah dalam praktek akuntansi syariah atas
sukuk negara?
2. Pembatasan Masalah
Karena banyaknya permasalahan yang berkaitan dengan sukuk negara, maka penelitian
ini membatasi hanya pada permasalahan sebagai berikut:
a. Pengkajian kepatuhan standar Akuntansi Syariah AAOIFI atas sukuk negara
Indonesia dan Malayisa.
b. Pengkajian struktur sukuk negara Indonesia dan Malayisa ndan bagaimana analisis
kesesuaian syariahnya.
11
1. Penelitian ini secara umum diharapkan dapat menambah khazanah keilmuan.
Khususnya dalam bidang akuntansi syariah terkait dengan sukuk negara
2. Secara teoretis, penelitian ini diharapkan akan mampu memberikan gambaran
secara komprehensif tentang sukuk negara terkait dengan mekanisme per
dagangannya, pihak yang terlibat dalam penyelesaian transaksi maupun
pencatatan akuntansi nya
3. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat khususnya
bagi peminat keuangan syariah dan para pelaku pasar keuangan syariah yang
makin meningkat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Kerangka Teoritis
a. Definisi Sukuk
Abdul Manan (2012:342) menyatakan sukuk berasal dari kata sakk yang
berarti dokumen atau lembaran kontrak. Akan tetapi, sejumlah penulis barat
kesimpulan bahwa kata Sakk merupakan kata dari bahasa Latin “Cheque"
12
“Sukuk dikenal sebagai obligasi syariah. Sukuk menunjukkan
pemilikan atas aset, dimana klaim di dalam sukuk tidak sebuah klaim
terhadap kas tetapi merupakan klaim pemilikan atas sekumpulan aset
(a pool of assets). Jadi, sukuk pada prinsipnya mirip seperti obligasi
konvensional, dengan perbedaan pokok antara lain berupa
penggunaan konsep margin dan bagi hasil sebagai pengganti bunga,
adanya suatu transaksi pendukung (underlying transaction) berupa
sejumlah aset yang menjadi dasar penerbitan sukuk, dan adanya akad
atau perjanjian antara para pihak yang disusun berdasarkan prinsip-
prinsip syariah. Selain itu, sukuk juga harus terbebas dari riba,
gharar dan maysir. ”
Menurut Abdul Manan (2012:344), Pada prinsipnya sukuk atau obligasi
raising products, have often been referred to as Islamic bonds and subjected
dibagikan atas suatu aset, hak keemilikan, dan jasa-jasa atau kepemilikan
13
atas proyek atau kegiatan investasi tertentu yang didasarkan oleh prinsip
Islam.
istilah yang baru ada dewasa ini, istilah sukuk dapat ditemukan dalam
berbagai literatur Islam Klasik pada awal abad permulaan Islam (awal
seperti, saak, sukuk atau sakaik. Istilah terebut memiliki arti sebagai
masa itu, sukuk lazim digunakan oleh para pedagang muslim sebagai
Muslim dan Barat khususnya dengan pedagang Yahudi pada abad ke-
18M.
(mata uang lokal) dengan nilai RM 125 juta dengan menggunakan akad
14
Islamic Jurisprudence Council (IJC) kemudian mengelurkan fatwa yang
dolar AS pada tahun 2001. Kemudian Malaysia pada tahun yang sama
dunia Islampun melirik hal tersebut. Sebagai contoh, pada tahun 2002
juga telah menjadi regular issuer dari sukuk, misalnya Bahrain, Brunei
15
Darussalam, Uni Emirate Arab, Qatar, Pakistan, dan Jerman.(Iyah
Faniyah, 2017:5)
Negara pada bulan Juli 2004. Ini merupakan sukuk pertama yang
portofolio real estate mereka. Investor dari sukuk ini diantaranya berasal
dari US, UK, Arab Saudi, Bahrain, Malaysia, Jepan, HongKong dan
bulan April 2007. Jumlah dan jenis instrument sukuk juga terus
investor Islami, karena pada saat ini sebagian besar investor sukuk
16
Langkah ini kemudian diikuti banyak perusahaan seperti Matahari Putra
belum ada sukuk yang diterbitkan oleh pemerintah atau organisasi non
pemerintah(Muhamma Nafi,2009:266)
Penerbitan sukuk oleh negara, baru dimulai pada tahun 2008 setelah
sukuk negara ini adalah untuk menutupi defisit APBN dan pembiayaan
sale & lease Back (jual dan sewa kembali) berjangka waktu di atas 5
17
(lima) tahun dan berbasis aset. SBSN diterbitkan denganseri IFR dengan
ada empatpuluh jenis sukuk. Walaupun saat ini, hanya empat jenis sukuk
yang terkenal, yaitu sukuk ijarah, didasarkan atas leasing transaction, sukuk
Namun menurut Sri Nurhayati dan Wasilah (2013:369), dari beberapa jenis
sukuk yang ada, PSAK No. 110 tentang Akuntansi Sukuk hanya pengatur 2
jenis sukuk yaitu Sukuk Mudharabah dan Sukuk Ijarah. Hal ini disebabkan
Mengacu pada AAOIFI maka ada 14 jenis Sukuk yang bisa diterbitkan
1) Sukuk Ijarah
atas suatu aset kepada pihak lain berdasarkan harga sewa dan periode
Sukuk Ijarah didasarkan pada kontrak ijarah atau sewa guna usaha dan
18
tunduk pada persyaratan tertentu agar sah untuk disekuritaskan.
syariah.
membayar sewa.
pemegang sukuk.
2) Sukuk Mudharabah
akad kerja sama anatara dua pihak atau lebih, yaitu satu pihak sebagai
penyedia modal dan pihak lain sebagai penyedia tenaga dan keahlian,
19
mendapatkan return sesuai persentase kepemilikan saham yang dimiliki.
Yaitu sukuk yang diterbitkan oleh pemilik aset berwujud atau pemilik
nilai manfaat atas aset berwujud dengan tujuan untuk menjual nilai
Yaitu sukuk yang diterbitkan dalam rangka menjual nilai manfaat aset
yang akan tersedia di masa yang akan datang dan mendapatkan uang
sewa, sehingga investor menjadi pemilik nilai manfaat aset yang akan
Faniyah,2018)
20
6) Sukuk Kepemilikan Jasa yang Tersedia di Masa yang Akan Datang
Sukuk jangka pendek yang diterbitkan dalam rangka kontrak jual beli
Istishna adalah akad jual beli aset berupa objek pembiayaan antara para
pihak yang sertifikat, cara dan jangka waktu penyerahan, serta harga
Kemenkeu,2015)
21
10) Sukuk Musyarakah (Musharakah Certificates)
yang merupakan suatu bentuk kerja sama antara dua pihak atau lebih
Haryani,2014)
22
Yaitu sukuk yang diterbitkan dengan berbasis akad musaqah
investor berhak atas bagian dari hasil panen yang porsinya disepakati
Jika disimpulkan dari keempat belas jenis sukuk diatas maka daat
23
2. Peta jalan Penelitian
24
dari IFRS dapat diterima, diadopsi dan diperhitungkan dalam transaksi penerbitan
Sukuk.Dan untuk menerbitkan Sukuk diperlukan SPV atau special purpose vehicle
yang ditunjuk sebagai perantara dalam kegiatan penerbitan.Para responden
menyatakan bahwa sertifikat sukuk merupakan bukti yang dapat mewakili
kepemilikan asset.Tetapi sebagian besar responden menjawab bahwa sertifikat
Sukuk harus muncul dan dimasukan kedalam pos kewajiban.18
The compliances of disclosure with AAOIFI financial Accounting standards: a
comparison between Bahrain and Qatar Islamic Bank. Penelitian ini dilakukan oleh
Jabir Al Sulaiti, AA Osama dan Helmi Hammami yang diterbitkan pada jurnal of
Islamic Accounting and Business Research di tahun 2018. Tujuan penelitian ini
adalah untuk menguji tingkat kepatuhan pengungkapan standar akuntansi AAOIFI
terkait dengan produk pembiayaan pada Bank Islam di negara Bahrain dan Qatar.
Temuan penelitiannya menyimpulkan bahwa perbankan Islam di Bahrain dan Qatar
sudah patuh dengan standar AAOIFI terkait dengan produk produk Murabaha,
Mudaraba dan Musyaraka. Kepatuhan tertinggi ada pada produk-produk yang
beraqad Murabaha. Temuan penelitian ini juga menyimpukan bahwa kepatuhan
makin meningkat dari tahun ke tahun.(Al Sulaiti dkk,2018)
The effect of new AAOIFI standards on sukuk in choosing the most authentic
Islamic Principle. Penelitian ini dilaukan oleh Asmadi Mohammed Naim,
Mohamme Yazid Isa dan Moh Liki Hamid. Dalam Jurnal of Islamic Accounting
and Business Research pada tahun 2013. Penelitian ini mereview sampel produk
sukuk sebelum dan sesudah pengumuman dikeluarkannya standar AAOIFI tentang
sukuk dengan memfokuskan pada area yang kontroverial seperti transfer
kepemilikan, penetapan harga dan elemen penjaminan. Temuan penelitiannya
menyimpulkan ada perubahan kecil pada prinsip, term dan kondisi namun
diumumkannya standar AAOIFI tidak memiliki banyak efek perubahan pada
keputusan pengawas syariah dan pemain industri syariah saat memutuskan prinsip
syariah yang dijalankan.(Mohammad Naim dkk,2013)
18
Prof. Paolo Pietro Biancone وMohammad Ziad Shakhatreh, "Accounting Issues in Sukuk Issuance",
International Journal Of Islamic Economics and Finance studies 2, 23–6 :)2016( 3 عدد,
https://doi.org/10.25272/j.2149-8407.2018.4.1.01.
25
The Level of Compliance with AAOIFI Accounting Standards :Evidence From
Bahrain. Penelitian ini dilakukan oleh Adel Muhammad Sarea Jurnal International
Management Review di tahun 2012. Tujuan dari penelitian ini adalah
mengeksplorasi tingkat kepatuhan para akuntan terhadap standar AAOIFI. Temuan
penelitiannya adalah bahwa menurut persepsi akuntans bahwa tingkat kepatuhan
para akuntan di Bahrain sangat tinggi. Ini karena regulator keuangan di Bahrain
seperti bank sentral bahrain sangat ketat dalam mewajibkan pemenuhan standar.
(Mohammad Sarea,2012)
The Compliance with Shariah Governance system of AAOIFI: Study on Islamic
Bank Bangladesh. Penelitian ini dilakukan oleh Mahmood Ahmed dan Maksuda
Khatun dalam Journal Of Islamic Economics, Banking and Finance tahun 2013.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji tingkat kepatuhan syariah
Governance system AAOIFI dari 17 Bank di Bangladesh. Hasil penelitiannya
menunjukan bahwa tidak satupun perbankan di Bangladsh yang patuh secara
menyeluruh atas syariah governance system karena tidak satupun perbankan di
Bangladesh yang memiliki komite audit dilevel board of director(BOD) dan adanya
ketidak patuhan dalam pengangkatan dewan pengawas syariah.(Ahmed dan
Khatun,2013)
Determinants of Compliance with AAOIFI standards by Islamic Bank.
Penelitian ini dilaksanakan oleh Sherif el Halaby dan Khalid Hussainey dalam
International Journal of Islamic and Middle Eastern Finance and Management. Pada
tahun 2016. Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji tingkat kepatuhan
perbankan syariah di negara MENA(Bahrain,Yaman,
Qatar,Syria,Palestine,sudan,Oman dan Jordania), hasil penelitian mengindikasikan
bahwa tingkat kepatuhan di negara yang disurvey adalah sebesar 68% untuk
komposisi dewan direksi dan elemen dari laporan keuangan. Sedangka tingkat
kepatuhan syariah atas tanggung jawab sosial perusahaan adalah sebesar 27%.
(Elkhalabi & Khusainy,2016)
Dari deskrpsi penelitian terdahulu yang sudah dipaparkan diatas maka peneliti
menemukan bahwa semua hasil penelitian,makalah dan buku yang ada baru
membahas hanya yang berkaitan dengan standar akuntansi terkait dengan sukuk.
26
Upaya mengkaji kepatuhan standar Akuntansi AAOIFI atas sukuk negara belum
dilakukan.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
1. Bentuk penelitian
Bentuk penelitian ini menggunakan Penelitian kualitatif, yaitu metode yang
meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem
pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang dengan tujuan untuk
menyelidiki secara terperinci aktivitas dan pekerjaan manusia, membuat deskripsi,
gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta,
sifat-sifat serta hubungan antar-fenomena yang diselidiki, dan hasil penelitian
tersebut dapat memberikan rekomendasi-rekomendasi untuk keperluan yang akan
datang
2. Teknik Pengumpulan data
Teknik pengumpulan data adalah dengan teknik wawancara, pengamatan
langsung(observasi) serta mengkaji pustaka yang merupakan sumber utama data
yang menjadi bahan kajian yaitu bahan pustaka berupa Undang-undang, standar
akuntansi, Peraturan menteri keuangan, standar AAOFI, PSAK syariah dan
standar akuntansi pemerintah, dan bahan-bahan lain terkait dengan aplikasi
akuntansi syariah dan kesesuaian syariah sukuk. Wawancara dengan pihak
kementrian keuangan dan pakar keuangan syariah juga dilakukan.
27
fiqh
4. Sumber data
Sumber data dari penelitian ini adalah: yang pertama data yang berasal
Alquran, hadits dan ilmu Fiqh, fatwa ulama, untuk menganalisis kesesuaian syariah.
Kedua data tentang transaksi sukuk negara yang berasal dari prospektus yang
diterbitkan kementerian keuangan dari berbagai jenis sukuk negara. Ketiga berasal
dari studi kepustakaan baik berupa buku, standar akuntansi menurut AOIFI.
Keempat dari data primer yang berasal dari hasil wawancara para pegawai
kementrian keuangan yang terlibat dalam penerbitan dan pencatatan transaksi sukuk
5. Lokasi Penelitian
Penelitian ini akan berlokasi di Indonesia dan Malaysia
Untuk Indonesia tempat penelitiannya adalah sebagai berikut:
1. Kementrian Keuangan
Alamat :Jalan dr Wahidin Raya No 1 Jakarta Pusat 10320
2. DSN(Dewan Syariah Nasional) MUI
Alamat :Jl. Dempo No.19 Pegangsaan. Jakarta Pusat 10320.
3. OJK (otoritas Jasa Keuangan) RI
Soemitro Djojohadikusumo, Jalan Lapangan Banteng Timur No.2-4, Pasar
Baru, Sawah Besar, Ps. Baru, Sawah Besar, Kota Jakarta Pusat
Untuk Malaysia tempat penelitiannya adalah sebagai berikut:
1. Kementrian Keuangan Malaysia
Kompleks Kementerian Kewangan, Persiaran Perdana, Presint 2, 62592
Putrajaya, Wilayah Persekutuan Putrajaya, Malaysia
2. Bank Negara Malaysia
Jalan Dato Onn 50480 Kuala Lumpur Malaysia
3. Majlis Penasihat Syariah(MPS) BNM
Jalan Dato Onn 50480 Kuala Lumpur Malaysia
28
6. Bagan Alir Penelitian
START
Studi Literatur
Data Primer
● Penyusunan kuisioner
● Data Hasil FGD
● Penentuan jumlah informan
Hasil wawancara
Data sekunder
● fatwa DSN MUI dan MPS
Identifikasi
BNM dan perumusan massalah
Standar AAOIFI
Penarikan Kesimpulan
29
BAB IV
BIAYA DAN JADWAL PENELITIAN
1. Biaya Penelitian
Nom Jenis Biaya Pengel
or uaran
1 Honor Nara sumber FGD (@ 2.000.000,- X Rp 18.000.000,-
6 Indonesia dan Malaysia)
2. Jadwal Penelitian
TAHUN 2019, Bulan ke;
No Tahapan Penelitian
1 3 4 6
30
1 Persiapan penelitian
2 Penyusunan instrumen
3 Validasi instrumen
5 Pengolahan data
6 Analisis data
7 Laporan penelitian
BAB V
KEPATUHAN STANDAR AKUNTANSI SYARIAH AAOIFI ATAS SUKUK
NEGARA INDONESIA DAN MALAYSIA
31
oleh sejumlah bank sentral, otoritas keuangan, lembaga keuangan, perusahaan
akuntansi dan audit, dan lembaga hukum lebih dari 45 negara termasuk Indonesia.
(Jago Akuntansi,017)
Di dalam AAOIFI aturan dan prinsip syariah, disebutkan bahwa tujuan
AAOIFI adalah sebagai berikut(www.AAOIFI.com):
1. Untuk mengembangkan akuntansi, audit dan tata kelola serta etika
terkait dengan aktifitas institusi keuangan Islam,dengan
mempertimbangkan dan mengembangkan standar internasional dan
prakteknya yang sesuai dengan kepatuhan syariat Islam.
2. Menyebarkan akuntansi, audit dan etika yang berkaitan dengan
aktifitas dan aplikasi institusi keuangan islam , melalui seminar,
publikasi, penyiapan laporan dan dengan berbagai cara lainnya.
3.a Mengharmonisasi kebijakan dan prosedur akuntansi yang diadopsi dari
praktek institusi keuangan Islam, melalui penyiapan dan penerbitan
standar akuntansi dan interpretasinya.
b Meningkatkan kualitas dan keseragaman terkait auditing dan praktek
tata kelola terkait dengan institusi keuangan islam melaui penyiapan
penerbitan tata kelola dan standar audit dan interpretasinya
c Mempromosikan etika bisnis yang baik terkait dengan institusi
keuangan Islam melalui penyiapan dan penerbitan kode etik.
4. Sedapat mungkin mencapai kesesuaian dan kesamaan konsep dan
aplikasi diantara para pengawas institusi keuangan syariah untuk
menghindari kontradiksi dan ketidak konsistensi antara fatwa dan
aplikasinya dengan mengaktifasi peran pengawas syariah melalui
penyiapan dan penerbitan standar syariah untuk investasi, keuangan
dan asuransi.
5. Untuk mendekati badan pengawas syariah terkait implementasi standar
syariah sebaik stetment dan panduan yang dikeluarkan AAOIFI
6. Menawarkan program pendidikan dan pelatihan, termasuk
pengembangan program professional bidang akuntansi, auditing, tata
kelola, syariah dan proram lain yang berkaitan. Serta mendorong
32
profesionalsme yang lebih baik dibidang industi keuangan Islam
dengan pelatihan pengujian dan sertifikasi yang dilaksanakan oleh
AAOIFI secara langsung maupun institusi lain.
7. Untuk melaksanakan kegiatan lainnya termasuk sertifikasi kepatuhan
standar AAOIFI terkait dengan standar syariah, akuntansi, auditing
dan etika dan tata kelola.
33
Merupakan sertifikat dengan nilai yang sama yang diterbitkan oleh pemilik
aset sewaan atau aset berwujud yang dijanjikan akan disewa, atau diterbitkan
oleh perantara keuangan yang bertindak atas nama pemilik aset dengan tujuan
untuk menjual aset dan mendapatkan pemulihan nilai melalui penjualan sukuk
sehingga investor sukuk menjadi pemilik aset tersebut.
3/2/1/2 Sertifikat dengan nilai yang sama dikeluarkan oleh pemilik hak guna
aset yang telah ada (penyewa), baik sendiri atau melalui perantara keuangan,
dengan tujuan untuk menyewakan kembali (melalui subleasing) hak guna aset
tersebut dan menerima sewa dari perolehan penjualan sukuk sehingga investor
sukuk menjadi pemilik hak guna aset tersebut.
3/2/2 Sertifikat kepemilikan hak guna atas aset masa depan yang dijelaskan
(described future assets)
Merupakan sertifikat dengan nilai yang sama yang diterbitkan untuk tujuan
menyewakan aset berwujud dan untuk menghimpun sewa dari perolehan
penjualan sukuk sehingga hak guna atas aset masa depan yang dijelaskan
tersebut berpindah menjadi kepemilikan investor sukuk.
34
dalam bentuk perolehan penjualan sukuk sehingga investor sukuk menjadi
pemilik layanan ini .
35
Musyarakah akan dikelola berbasis kerjasama (partisipasi) atau Mudarabah
atau agen investasi.
36
3/9 Sertifikat pertanian (Sukuk Mugharasah)
Merupakan sertifikat dengan nilai sama yang diterbitkan berdasarkan akad
Mugharasah untuk tujuan menggunakan dana yang dihimpun untuk menanam
pohon serta membiayai pekerjaan dan hal lain yang diperlukan terkait dengan
perkebunan tersebut sehingga investor sukuk menjadi berhak atas bagian di
tanah dan perkebunan.
4/2 Sukuk Investasi mencakup bagian bersama dalam kepemilikan aset yang
disediakan untuk investasi, baik berupa aset non-moneter, hak guna, jasa, atau
perpaduan aset-aset tersebut serta hak yang tidak berwujud, utang, dan aset
moneter. Sukuk tidak mencakup utang investor sukuk kepada penerbit sukuk.
4/3 Sukuk Investasi diterbitkan berdasarkan akad yang sesuai dengan aturan
syariah yang mengatur penerbitan dan perdagangannya.
37
berdasarkan kontrak investasi apa pun yang sesuai Syariah.
5/1/3 Akad penerbitan mengandung segala efek hukum atas akad yang
menjadi dasar penerbitan sertifikat tersebut. Hal ini terjadi setelah penutupan
penjualan dan penjatahan sertifikat.
5/1/4 Pihak yang berakad dalam akad penerbitan tersebut adalah penerbit dan
pembeli.
38
Investor sukuk menjadi pemilik bersama dari hak guna yang saling berbagi
manfaat dan risiko.
b) Sertifikat kepemilikan hak guna yang akan tersedia di masa depan
Penerbit sertifikat ini adalah penjual hak guna yang akan disediakan di masa
depan sesuai spesifikasi. Pembeli adalah pembeli hak guna melalui, dana yang
dihimpun melalui penjualan sukuk adalah harga beli dari hak guna tersebut.
Investor sukuk menjadi pemilik bersama dari hak guna yang saling berbagi
manfaat dan risiko.
c) Sertifikat kepemilikan jasa
Penerbit sertifikat ini adalah penjual jasa, pembeli adalah pembeli jasa,
sedangkan dana yang dihimpun melalui penjualan tersebut adalah harga
pembelian atas jasa.
Investor sukuk berhak untuk menjual keuntungan dari semua jenis sertifikat
yang telah dijelaskan pada poin (a), (b), dan (c) diatas dan berhak atas
pendapatan dari penjualan kembali hak guna tersebut.
39
5/1/5/5 Sukuk Murabahah
Penerbit sertifikat adalah penjual komoditas Murabahah, pembeli adalah
pembeli komoditas tersebut, dan dana realisasi adalah harga pokok komoditas
tersebut. Investor sukuk memiliki komoditas Murabahah dan berhak atas
harga jualnya.
40
pemilik tanah (investor yang pokok investasinya akan digunakan untuk
membeli tanah); dan investor sukuk berhak atas bagian dari hasil lahan sesuai
perjanjian.
5/1/6 Hubungan antar pihak, yaitu penerbit dan pembeli akan diatur oleh akad
penerbitan Sukuk yang berlaku. Persetujuan atas akad akan menimbulkan efek
hukum sehubungan dengan hak dan kewajiban para pihak.
41
jika secara tegas dinyatakan dalam prospektus bahwa itu hal itu adalah
penawaran. Dalam hal ini, prospektus akan dianggap sebagai penawaran dan
permintaan adalah penerimaan.
42
5/1/8/6 Dengan mempertimbangkan poin 3/1/5 pada Standar Syariah No. 12
tentang Syarikat (Musyarakah) dan Perusahaan Modern, prospektus harus
menyatakan bahwa setiap pemilik sertifikat berpartisipasi dalam keuntungan
dan menanggung kerugian sesuai dengan nilai finansial yang terkandung
dalam sertifikatnya.
43
5/1/11 Diizinkan bagi penerbit atau investor sukuk untuk mengadopsi metode
yang diizinkan dalam mengelola risiko, mengurangi fluktuasi dari keuntungan
yang dapat dibagikan (cadangan pemerataan laba), seperti mendirikan dana
asuransi syariah dengan kontribusi dari investor sukuk, atau dengan
berpartisipasi dalam asuransi (Takaful) dengan pembayaran premi dari
pendapatan saham investor sukuk atau melalui sumbangan (Tabarru'at) yang
dilakukan oleh investor sukuk.
44
5/2/5 Diperbolehkan bagi penerbit untuk melunasi, sebelum jatuh tempo,
sertifikat kepemilikan aset sewaan dengan harga pasar atau dengan harga yang
disepakati, pada tanggal pelunasan, antara investor sukuk dan penerbit.
45
5/2/10 Tidak diperbolehkan untuk memperdagangkan surat berharga
kepemilikan jasa yang akan disediakan oleh pihak yang akan ditentukan di
masa depan sebelum sumber dari mana jasa akan diberikan dapat
diidentifikasi, kecuali dengan mematuhi aturan terkait utang Ketika sumber
jasa diidentifikasi, perdagangan Sukuk tersebut dapat dilakukan.
46
5/2/17 Diperbolehkan untuk memperdagangkan sertifikat Muzara'ah dan
Musaqat setelah penutupan penjualan, penjatahan sertifikat dan dimulainya
kegiatan sehubungan dengan aset dan hak guna. Aturan ini berlaku ketika
investor sukuk memiliki tanah. Dengan demikian, perdagangan sertifikat ini
tidak diperbolehkan jika investor sukuk bertindak sebagai pekerja (yang
melakukan pekerjaan pertanian atau irigasi) dalam hal perdagangan sertifikat
ini tidak diizinkan sebelum matangnya buah dan tanaman.
47
Berikut penjelasan keempat jenis struktur aqad Sukuk Negara Indonesia tersebut :
SBSN ljarah Sale and Lease Back adalah jual beli suatu aset yang kemudian pembeli
menyewakan aset tersebut kepada penjual. (Andri Sumitra,2019) SBSN ljarah Sale
and Lease Back adalah sukuk yang diterbitkan bedasarkan skema transaksi Sale and
Lease Back dengan menggunakan underlying asset berupa tanah dan/atau banguna.
sukuk negara Indonsesia dengan aqad Ijarah sale and lease back ini sudah sesuai
Sukuk Ijarah al-khadamat adalah sukuk yang diterbitkan dengan tujuan untuk
menyediakan suatu jasa tertentu dan mendapatkan fee atas penyediaan jasa dimaksud,
sehingga pemegang sukuk menjadi pemilik jasa dan berhak mendapatkan fee atas
48
penyediaan jasa tersebut. SBSN Ijarah Al-Khadamat SBSN ljarah Al-Khadamat adalah
sukuk yang diterbitkan menggunakan akad ijarah al-khadamat dengan underlying asset
berupa jasa, yaitu jasa layanan haji. Jenis sukuk ini dikategorikan ke dal jenis sukuk
yang merepresentasikan kepemilikan atas jasa yang tersedia di masa yang akan datang
Adapun sukuk Ijarah Alkhadimat ini sudah sesuai dengan standar AAOIFI no 17 pada
Ijarah Asset to be Leased adalah akad ijarah yang objeknya sudah ditentukan
spesifikasinya dan sebagian objek tersebut sudah ada pada saat akad dilakukan, namun
penyerahan nya dilakukan pada masa yang akan datang sesuai kesepakatan. Adapun
Sukuk Negara yang diterbitkan dengan akad tersebut merupakan bukti kepemilikan
atas bagian dari underlying asset SBSN yang menjadi objek ijarah, baik yang sudah
ada maupun yang akan ada atau dalam proses pembangunan. Sukuk ini dapat
sebagaimana mengacu pada AAOIFI Sharia Standards Nomor 17 (3/1) sehingga sukuk
Negara Indonesia dengan akqad Ijarah Asset to be leasses ini sudah sesuai dengan
standar AAOIFI.
4. SBSN Wakalah
Akad Wakalah pada prinsipnya dapat diartikan sebagai akad pelimpahan kuasa oleh
satu pihak kepada pihak lain dalam hal-hal tertentu yang dapat dikuasakan. Adapun
49
Sukuk Wakalah merupakan jenis sukuk berbasis kerjasama dan dalam AAOIFI Sharia
Standards nomor 17 (3/6/3) disebut sebagai investment agency sukuk, yaitu sukuk
Internasional.
a. Produk 1
b. Produk 2
c. Produk 3
50
Nilai 1.500.000.000 US $
Jasa/ fee/ujroh 6,125%
d. Produk 4
e. Produk 5
f. Produk 6
51
g. Produk 7
h. Produk 8
i. Produk 9
j. Produk 10
52
Tanggal Penerbitan 24 Feb 2018
Masa Tenor 10 Tahun
Nilai 1.750.000.000 US $
Jasa/ fee/ujroh 4,4%
k. Produk 11
Nama Produk Sukuk Sukuk Nagara RI 2023
Jenis Aqad Sukuk Wakala
Tanggal Penerbitan 27 Feb 2018
Masa Tenor 5 Tahun
Nilai 1.250.000.000 US $
Jasa/ fee/ujroh 3,75%
Dari kesebalas produk sukuk negara Indonesia tersebut secara umum ada dua aqad yang
mendasari penerbitan sukuk negara Indonesia yaitu aqad Ijaroh dan aqad wakala.
Aqad sukuk ijaroh sale and lease back yang dijadikan dasar strukur penerbitan nya
adalah skema transaksi jual beli aset dimana pembeli aset kemudian menyewakan aset
tersebut kepada penjual. Akad yang digunakan sebetulnya dalam produk ini dalah dua
akad yang dilaksanakan secara terpisah. Yaitu akad jual beli(ba’i) dan akad sewa(ijaroh),
sukuk ijaroh sale and lease back yang di terbitkn pemerintah Indonesia ini sudah sesuai
dengan dengan standar syariah AAOIFI no 17 poin 3/2/1/1 tentang sukuk ijaroh sale and
lease back atau sukuk kepemilikan aset berwujud yang disewakan.
Dari pendalam tentang sukuk ijaroh yang diterbitkan negara Indonesia bahwa aset yang
digunakan sebagai dasar penerbitan Sukuk Ijarohnya adalah aset berwujud yang secara
syariah bisa dijual, disewakan atau bisa dimanfaatkan. Misalnnya seperti
tanah,bangunan,gedung dan jembatan, bandara. Dengan demikian maka sukuk yang
dibeli investor adalah bukti kepemilikan atas aset berwujud tersebut yang kemudian
menjadi underlying asset sukuk yang diterbitkan dan ini bisa menjadi dasar bagi investor
untuk berhak menerima hasil sewa dari aset yang dibelinya dari SPV lalu kemudian
menjualnya kepada pemerintah dan kemudian pemerintah berkewajiban membayarkan
53
uang sewa kepada investor sampai batas tenor yang ditentukan lalu kemudian diakhir
batas waktu atau tenor ada ksepakatan untuk dibeli kembali oleh pemerintah.
Sukuk ijaroh sale and lease back yang di terbitkan pemerintah Indonesia yang
kemudian diperdagangkan di pasar sekunder juga sudah sesuai dengan standar AAOIFI
no 17 pada poin 5/2/4 mengenaik kebolehan memperdagangkan sukuk yang
mempresentasikan kepemilikan atas harta berwujud.
Aqad berikutnya yang mendasari Produk sukuk negara Indonesia adalah aqad
Wakalah, dimana aqad wakalah adalah akad atau perjanjian pelimpahan kuasa oleh satu
pihak kepada pihak lain dalam hal-hal tertentu yang boleh di wakilkan. Aqad wakalah
pada dasarnya bukan merupakan aqad tijari atau akad bisnis namun akad tabarru atau
akad kebaikan namun karena fleksibilitasnya akad ini dalam industri keuangan islam akad
wakala dapat juga dijadikan aqad bisnis. Hal ini sesuai dengan strukur akad yang
mengacu pada Standar syariah AAOIFI no 17 pada poin 3//6/3 tentang invenstemnt
aganecy certificate. Sukuk wakalah yang dierdagangkan di pasar sekunder juga sudah
sesuai dengan standar syariah AAOIFI no 17 poin 5/2/16 yang membolhkan
diperdagangkan di pasar sekunder. Namun kebolehan nya diperdagangkan di pasar
sekunder tetap memerhatikan jenis aset yang digunakan sebagai dasar penerbitannya atau
underlying asset jika underlying assetnya adalah aset berwujud maka boleh langsung
diperdagangkan menurut standar AAOIFI jika underlying assetnya adalah aset tak
berwujud maka sukuk wakalah tidak dapat diperdagangkan dan dari data yang
disampaikan pemerintah Indonesia underlying asset untuk sukuk wakala ada sejumlah
343 aset berupa tanah dan bangunan yang dapat diperdagangkan dari berbagai
kementrian. Dengan demikian maka sukuk wakala negara Indonesia dapat diperdagankan
di pasar sekunder dan telah sesuai dengan standar AAOIFI no 17 poin 5/2/16.
Utuk Sukuk dengan akad Ijarah alkhdimat yang dikeluarkan oleh pemerintah
Indonesia juga sudah sesaui dengan standar AAOIFI no 17 poin 3/2/4 yang menyebutkan
Merupakan sertifikat dengan nilai yang sama yang diterbitkan untuk tujuan menyediakan
layanan di masa depan melalui penyedia yang dijelaskan (seperti manfaat pendidikan dari
universitas tanpa menyebut lembaga pendidikan) dan memperoleh biaya dalam bentuk
perolehan penjualan sukuk sehingga investor sukuk menjadi pemilik layanan tersebut,
54
dengan underlying asset jasa layanan haji. Maka jenis sukuk negara alkhadimat ini berarti
mempresentasikan atas jasa layanan masa depan yang sesuai dengan poin 3/2/4
Selanjutnya berdasarkan butir 5/1/8 standar syariah AAOIFI ada hal-hal yang
harus diperhatikan yang merupakan kewajiban bagi penerbit sukuk dalam prospektus
penerbitan diantaranya adalah:
a. Prospektus harus mencakup identifikasi akad berdasarkan sertifikat yang
akan diterbitkan, hal ini sudah dilakukan oleh Pemerintah Indonesia dalam
menerbitkan Sukuk Negara yaitu dengan mengumumkan bahwa aqad yang
menjadi dasar kontrak sukuknya adalah aqad iaroh dan aqad Wakala.
b. Akad yang menjadi dasar penerbitan harus lengkap sehubungan dengan
elemen dan kondisinya, dari prospektus yang diterbitkan sudah dijelaskan
dengan lengkap aqad dan elemennya serta aqad aqad yang mengikutinya
pada rospektus sukuk negara Indonesia.
c. Harus ada Dewan Pengawas Syariah yang menyetujui prosedur penerbitan
dan memantau pelaksanaan penerbitan. memproyeksikan sepanjang
durasinya. Di dalam penerbitan sukuk Negara Indonesia ada fatwa dan opini
syariah dari Dewan Syariah Nasional MUI yang menyetujui penerbitan dan
memantau pelaksanaan penerbitan Sukuk Negara Indonesia.
55
2. Desksrpsi Produk Sukuk Negara Malaysia yang diperjualbelikan di pasar
Internasional.
a. Produk 1
b. Produk 2
c. Produk 3
Nama Produk Sukuk Sukuk Negara Malaysia GII 2026
Jenis Aqad Sukuk Murabahah
Tanggal Penerbitan 8 Jan 2016
Masa Tenor 10 Tahun 3 Bulan
Nilai 3.500.000.000 US $
Jasa/ fee/ujroh 4,0706%
d. Produk 4
Nama Produk Sukuk Sukuk Negara Malaysia GII 2030
Jenis Aqad Sukuk Murabahah
56
Tanggal Penerbitan 06 Mei 2016
Masa Tenor 14Tahun 4 bulan
Nilai 2.500.000.000 US $
Jasa/ fee/ujroh 4,25%
e. Produk 5
f. Produk 6
g. Produk 7
h. Produk 8
57
Nama Produk Sukuk Sukuk Negara Malaysia GII 2035
Jenis Aqad Sukuk Murabahah
Tanggal Penerbitan 30 Okt 2015
Masa Tenor 20 Tahun
Nilai 1.500.000.000 US $
Jasa/ fee/ujroh 4,786%
Sejak 22 Juli 2013, Pemerintah Malysia mengeluarkan Sukuk negara atau GIII yang
dikeluarkan berdasarkan aqad Murabahah. Sukuk GII berdasarkan Kontrak Murabahah
pada dasarnya adalah sertifikat hutang yang timbul dari ditangguhkannya transaksi
penjualan Mar-up dari suatu aset, seperti Komoditas( terutama minyak sawit mentah)
yang sesuai dengan prinsip-prinsip syariah.penerbitan baru ini berdasarkan konsep
kontrak murabahah akan melibatkan transaksi komoditas untuk menciptakan utang antar
penerbit sukuk dan para Investor.
Berdasarkan prinsip penerbitan, Peserta Lelang akan menunjuk BNM sebagai agen
mereka beli komoditas. BNM sebagai agen komoditas akan membeli komoditas, mis.
Minyak mentah Minyak kelapa sawit. Setelah menyelesaikan pembelian, BNM atas nama
Penawar yang Sukses, akan menjual komoditas kepada Pemerintah dengan harga mark-
up yang harus dibayar pada pembayaran yang ditangguhkan tanggal. Kewajiban
Pemerintah untuk menyelesaikan harga pembelian dijaminkan dalam bentuk GII dan
dikeluarkan untuk investor. Keuntungan dari penjualan merupakan kupon dari GII, akan
dibayarkan secara berkala seperti semi-tahunan. Pada tanggal pembayaran yang
ditangguhkan, Pemerintah akan membayar jumlah pokok dan laba akhir yang dibayarkan
kepada pemegang GII, kepada tebus GII. Di sisi lain, Pemerintah akan menunjuk BNM
sebagai agen mereka untuk menjual komoditas dengan biaya. BNM sebagai agen
komoditas akan menjual komoditas dan mengirimkannya uang tunai kepada Pemerintah.
Sementara itu, sukuk GII yang dikeluarkan sebelum 22 Juli 2013, didasarkan
pada kontrak Bai Al-Inah, yaitu sertifikat kepercayaan, yang timbul dari penjualan dan
pembelian kembali aset dalam keuangan Islam.
Berdasarkan prinsip penerbitan, Pemerintah Malaysia akan menjual nilai
nominal yang ditentukan aset dan selanjutnya akan membeli kembali aset pada nilai
58
nominal plus keuntungan melalui proses tender. Tingkat keuntungan didasarkan pada
hasil rata-rata tertimbang dari tawaran yang berhasil pelelangan. Nilai nominal pembelian
kembali aset akan diselesaikan pada waktu yang ditentukan tanggal atau jatuh tempo di
masa depan, sementara tingkat keuntungan akan didistribusikan setengah tahunan
sepanjang tahun masa jabatan. Kewajiban Pemerintah untuk menyelesaikan harga
pembelian dijaminkan dalam bentuk GII dan dikeluarkan untuk investor. Pada saat jatuh
tempo, Pemerintah Malaysia akan menebus GII dan membayar nilai nominal surat
berharga kepada pemegang GII.
Berdasarkan Deskripsi dari Sukuk Negara Malaysia GII yang menggunakan
aqad Murabahah maka hal ini sesuai dengan standar syariah AOIFI no 17 tentang sukuk
investasi yang mana pada butir 5/1/5/5 dikatakan investor sukuk berhak memiliki
komoditas yang diperdagangkan serta berhak atas harga jualnya yang kemudian dibeli
oleh pemerintah malaysia.
Selanjutnya berdasarkan butir 5/1/8 standar syariah AAOIFI ada hal-hal yang
harus diperhatikan yang merupakan kewajiban bagi penerbit sukuk dalam prospektus
penerbitan diantaranya adalah:
d. Prospektus harus mencakup identifikasi akad berdasarkan sertifikat yang
akan diterbitkan, hal ini sudah dilakukan oleh Pemerintah Malaysia dalam
menerbitkan GII yaitu dengan mengumumkan bahwa aqad yang menjadi
dasar kontrak sukuknya adalah aqad Murabahah.
e. Akad yang menjadi dasar penerbitan harus lengkap sehubungan dengan
elemen dan kondisinya, dari prospektus yang diterbitkan sudah dijelaskan
dengan lengkap aqad dan elemennya serta aqad sebelumnya yang
menggunakan bai al innah
f. Harus ada Dewan Pengawas Syariah yang menyetujui prosedur penerbitan
dan memantau pelaksanaan penerbitan. memproyeksikan sepanjang
durasinya. Di dalam penerbitan sukuk Negara Malaysia GII ada syariah
Advisory Board yang menyetujui penerbitan dan memantau pelaksanaan
penerbitan Sukuk Negara Malaysia
g. Tidak diperbolehkan untuk memperdagangkan sertifikat Murabahah setelah
pengiriman komoditas Murabahah kepada pembeli. Namun, perdagangan
59
sertifikat Murabahah diperbolehkan setelah membeli komoditas Murabahah
dan sebelum menjualnya kepada pembeli. Komoditas murabahah yang
dijual oleh agent dalam hal ini BNM kepada investor akan dijual kembali
dengan harga juallebih tinggi dari investor kepada pemerintah Malaysia.
Dalam hal ini setelah komoditas yang dijual investor kepada pemerintah
malaysia tidak ada lagi aksi penjualan yang dilakukan investor. Sehingga
secara syariah sudah mengikuti standar syariah AAOIFI.
Jika sebelum 2013 akad yang digunakan oleh pemerintah malaysia
dalam memperjual belikan sukuk negara seperti yang disampaikan dalam
keterangan prospektus nya maka kemudian pemerintah malaysia merubah
akadnya menjadi akad murabahah pada tahun 2013. Maka dengan demikian
sudah terjadi erbaikan dalam kesesuain syariah dan telah sesuai dengan
standar AAOIFI yang melarang akad bai al innah dalam jual beli karena
mengandung unsur riba.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
a. Sukuk negara indonesia terdiri dari akad....
b. Sukuk negara Malaysia terdiri dari akad
c. Jumlah penerbitan sukuk negara Indonesia sebanyak 11 buah dengan nilai
nominal...
d. Jumlah penerbitan suku negara Malaysia sebanyak 8 buah dengan nilai nominal...
e. Baik sukuk negara Indonesia dan sukuk negara Malaysia sudah sesuai dengan
standar syariah AAOIFI no 17 sehingga secara syariah dapat dibolehkan untuk
ditransaksikan baik di pasar perdana maupun pasar sekunder
2. Saran
60
a.
b.
c
61