Anda di halaman 1dari 68

Bidang Ilmu: Keuangan syariah

Penelitian Kelompok

PENELITIAN KOMPETITIF FAKULTAS

SUKUK NEGARA
DALAM PERSPEKTIF SYARIAH
(studi komparasi kepatuhan standar Syariah AAOIFI antara Sukuk Negara
Indonesia dan Malaysia)

PENGUSUL :
Achmad Fauzi,SPd,.M.Ak
Siti Fatimah Azzahra,ME
Mega Meliana
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
APRIL, 2019

HALAMAN PENGESAHAN

1. Judul : Sukuk Negara dalam Perspektif


Syariah (studi komparasi
kepatuhan standar Syariah
AAOIFI antara Sukuk Negara
Indonesia dan Malaysia)
2. Kategori Penelitian : Kompetitif
3. Bidang : Keuangan Syariah
4. Ketua Peneliti
a. NamaLengkap : Achmad Fauzi,SPd,M.Ak
b. JenisKelamin : Laki-Laki
c. NIP : 197705172010121002
d. NIDN : 0017057701
e. Jabatan : Lektor
f. Bidang Keahlian : Keuangan Syariah
g. Fakultas/Jurusan/Prodi : Ekonomi/Pendidikan Ekonomi

5 Anggota : 2 orang
6. Bila program :-
inimerupakankerjasamakelembagaan
a. NamaInstansi :-
b. Alamat :-

7. WaktuPelaksanaan : 6 bulan

Jakarta, 31 Oktober 2019


Mengetahui, KetuaPelaksana,

Prof. Dr.DediPurwana ES, M.Bus Achmad Fauzi,SPd,M.Ak


NIP 196712071992031001 NIP 197705172010121002

ii
Menyetujui,
Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat

Dr.Ucu Cahyana,M.Si
NIP 196608201994031002

KATA PENGANTAR

Penelitian ini berjudul : Sukuk Negara dalam Perspektif Syariah (studi


komparasi kepatuhan standar AAOIFI (Accounting and Auditing Organisation
for Islamic Financial Institutions) antara Sukuk Negara Indonesia dan Malaysia.
Tujuan penelitian ini untuk menganalisis kepatuhan standar syariah dari
AAOIFI(Accounting and Auditing Organisation for Islamic Financial
Institutions) terkait dengan Produk sukuk Negara di Indonesia dan Malaysia
serta mengkomparasikan tingkat kepatuhan dari produk sukuk masing-masing
negara.Penelitian ini juga memiliki tujuan tambahan yaitu mengetahui apakah
instrumen sukuk negara yang diterbitkan oleh pemerintah dengan berbagai
macam aqadnya apakah sudah sesuai dengan syariah atau belum.
Hasil penelitian ini diharapkan Memberikan gambaran kepatuhan standar
akuntansi syariah AAOIFI khususnya terkait sukuk negara Indonesia dan
Malaysia.Juga sebagai bahan pertimbangan bagi pelaku pasar keuangan syariah
terkait dengan kebijakan pendanaan bagi perusahaannya.
Dalam kesempatan ini tidak lupa penulis sampaikan rasa terima kasih
pada Dekan Fakultas Ekonomi, sertaWakil Dekan Universitas Negeri Jakarta
yang telah memberi kesempatan kepada kami untuk meneliti analisis kepatuhan
standar syariah AAOIFI atas sukuk Negara Indonesia dan Malaysia, juga kepada
semua pihak yang telah mendukung sampaikegiatan ini terlaksana.

Hormat kami

iii
Ketua Peneliti

iv
RINGKASAN
Penelitian ini bertujuan untukmenganalisis kepatuhan standar syariah dari
AAOIFI(Accounting and Auditing Organisation for Islamic Financial
Institutions) terkait dengan Produk sukuk Negara di Indonesia dan Malaysia serta
mengkomparasikan tingkat kepatuhan dari produk sukuk masing-masing
negara.Penelitian ini juga memiliki tujuan tambahan yaitu mengetahui apakah
instrumen sukuk negara yang diterbitkan oleh pemerintah dengan berbagai
macam aqadnya apakah sudah sesuai dengan syariah atau belum.
Bentuk penelitian ini menggunakan Penelitian kualitatif, yaitu metode
yang meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu
sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang dengan
tujuan untuk menyelidiki secara terperinci aktivitas dan pekerjaan manusia,
membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat
mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar-fenomena yang diselidiki,
dan hasil penelitian tersebut dapat memberikan rekomendasi-rekomendasi untuk
keperluan yang akan datang
Teknik pengumpulan data adalah dengan teknik wawancara,menggunakan
kuisioner, pengamatan langsung(observasi) serta mengkaji pustaka yang
merupakan sumber utama data yang menjadi bahan kajian yaitu bahan pustaka
berupa Undang-undang, standar akuntansi, Peraturan menteri keuangan, standar
AAOFI, PSAK syariah. Teknik analisis data yang dipergunakan dalam penelitia
ini adalah teori Miles dan Huberman, yaitu dengan diawali dengan pengumpulan
data(data collection), kemudian dilanjutkan dengan reduksi data(data reduction),
setelah itu penyajian data (data display) dan diakhiri dengan
kesimpulan(conclusion). Adapun pendekatan yang digunakan yaitu cara
menganalisis data yang akan dilakukan yaitu dengan menggunakan cabang ilmu
akuntansi syariah, dan fiqh
Penelitian ini adalah penelitian yang menguji secara empiris tentang
kesesuaian standar syariah AAOIFI terkait dengan produk sukuk negara baik di
pasar perdana maupun pasar sekunder

Kata Kunci: Sukuk Negara, standar AAOIFI, Akuntansi syariah, syariah


compliance.

iv
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. State of the Art
C. Rumusan Masalah dan Pembatasan Masalah
D. Tujuan Penelitian

BAB II KAJIAN PUSTAKA


A. Keragka Teoritis
B. Peta Jalan Penelitian
C. Penelitian Terdahulu yang relevan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN


A. Bentuk Penelitian
B. Teknik Pengumpula data
C. Teknik Analisa data
D. Sumber data
E. Lokasi Penelitian
F. Bagan Alir Penelitian
G. Luaran yang ingin dicapai

BAB IV BIAYA DAN JADWAL PENELITIAN


A. Biaya Penelitian
B. Jadwal Penelitan

BAB V KEPATUHAN STANDAR AKUNTANSI SYARIAH AAOIFI ATAS


SUKUK NEGARA INDONESIA DAN MALAYSIA
A. Deskripsi AAOIFI(Accounting and Auditing Organisation for Islamic
Financial Institutions) dan perannya

v
B. Standar Akuntansi Syariah AAOIFI no 17 tentang Sukuk
C. Deskripsi kepatuhan standar AAOIFI atas sukuk Negara Indonesia
D. Deskripsi kepatuhan standar AAOIFI atas sukuk Negara Malaysia

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
LAMPIRAN

vi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam konteks keuangan Islam, sukuk sekarang ini telah menjadi instrumen
penting dalam sistem keuangan global, yang pada tahun 2016 kapitalisasi
pasarnya sudah mencapai angka lebih dari 349 miliar dollar(MIFC,2016) dan
dengan pertumbuhan yang luar biasa serta berbagai diversifikasi dari berbagai
emiten. Meskipun investor muslim menjadi pembeli utama instrumen sukuk
namun permintaan sukuk ini telah menyebar jauh melampaui dunia Islam.
Sukuk merupakan produk inovatif para pemikir Ekonomi Islam kontemporer
dalam mengakomodir tuntutan zaman sesuai dengan munculnya era globalisasi
ekonomi yang melahirkan kemajuan di bidang perdagangan, arus modal, investasi,
dan keuangan yang bebas, serta faktor penggeraknya seperti munculnya berbagai
instrumen keuangan, investasi dan produksi baru.1
Kemudian Jika melihat data yang dirilis oleh Thomson Reuter bahwa
Indonesia adalah salah satu negara yang masuk kategori Top Sukuk di Dunia,
Indonesia merupakan peringkat ketiga top sukuk dengan market share sebesar
9,9% atau sebesar 7,4 Miliar dollar. Namun demikian Indonesia memiliki
perbedaan dan ciri khas tersendiri dalam penerbitan sukuk nya, jika di negara-
negara lain emisi terbanyak sukuk nya berasal dari perusahaan atau korporasi,
tetapi di Indonesia penerbitan sukuk terbanyak adalah berasal dari sukuk milik
pemerintah.2
Diantara capaian penerbitan Sukuk Negara yang sangat baik adalah
diperkenalkannya penerbitan Sukuk Negara untuk membiayai proyek
Infrastruktur(project financing sukuk) sejak tahun 2013. Project financing sukuk
tentu sangat mendukung upaya pemerintah dalam mempercepat pembangunan
infrastruktur.Disamping itu, penerbitan sukuk Negara untuk membiayai proyek ini
juga dapat memastikan bahwa kegiatan pembiayaan yang dilakukan oleh

1
Zamir Iqbal ‫ و‬Abbas Mirakhor, An Introduction to Islamic Finance, second edi (Singapore: Jhon Wiley &
Sons Pte Ltd, 2007).
2
MIFC, "2016 Global Sukuk Market : A Record Year for Corporate Issuance", ‫ عدد‬March (2017): 1–6.

1
pemerintah digunakan secara produktif untuk membiayai proyek-proyek prioritas
yang manfaatnya secara langsung dirasakan masyarakat banyak.
Di Indonesia sendiri, perkembangan sukuk ditandai dengan
diluncurkannya Fatwa oleh Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia
(DSN-MUI) sebagai dasar hukum penerbitan sukuk berdasarkan prinsip syariah.
Fatwa ini adalah fatwa DSN-MUI No. 32 DSN-MUI/IX/2002 Tentang Obligasi
Syari’ah. Fatwa ini mengatur beberapa ketentuan terkait sukuk atau yang lebih
sering disebut sebagai obligasi syariah, salah satunya adalah akad yang dapat
digunakan dalam penerbitan obligasi syariah, anatara laian :Mudharabah
(Muqradhah)/Qiradh, musyarakah, murabahah, salam, istishna dan ijarah.3
Kemudian Dewan Syariah akan memberikan Opini syariah, setelah terlebih dahulu
melakukan review terhadap struktur sukuk yang digunakan, serta dokumen-
dokumen lain termasuk metode penerbitannya.
Jika dibandingkan dengan Malaysia, kita bisa mengkomparasi bahwa
Malaysia adalah negara yang menduduki peringkat pertama Top Sukuk Dunia
yaitu dengan market share sebesar 46,4% atau sebesar 34,7 Miliar dollar. 4
Berdasakan data Global Islamic Economy Report tahun 2017 Malaysia juga
menempati peringkat pertama dalam Industri Keuangan Syariah. Menurut wakil
Menteri Keuangan Malaysia Datuk Amiruddin Hamzah negaranya menjadi
pendorong utama bagi pasar sukuk dan mewakili 51 persen dari sukuk sebesar $
54.5 Miliar dari total sukuk yang beredar di seluruh dunia dan tahun lalu Malaysia
juga telah menerbitkan Green Sukuk dengan nilai RM 3,7 milyar5
Malaysia adalah salah satu negara paling awal yang mengembangkan keuangan
Islam secara bertahap dan komprehensif sejak 1983, termasuk perbankan syariah, pasar
modal syariah, dan asuransi syariah atau Takaful (1984). Malaysia memperkenalkan
pertama kali sukuk pada 1990-an dan sekarang telah menjadi pasar sukuk terbesar
didunia.( Baljeet Kaur Grewal,2006) Malaysia lebih dulu dalam penerbitan sukuk dibanding

3
Melati Anjaswati ‫وآخ‬., "Tinjauan Fikih Terhadap Pelakanaan Sukuk Negara Ijarah Sale and Lease Back Di
Pasar Modal Syariah Indonesia", Jurnal Fiqih Transaksi Keuangan Kontemporer 1, 29–1 :)2016( 1 ‫عدد‬.
4
MIFC, "2016 Global Sukuk Market : A Record Year for Corporate Issuance".
5
"Malaysia Memimpin Keuangan Syariah secara Global - Hidayatullah.com", 2019 ,‫ فبراير‬20 ‫تاريخ الوصول‬,
https://www.hidayatullah.com/berita/ekonomi-syariah/read/2018/10/04/152063/malaysia-
mempertahankan-posisinya-memimpin-keuangan-syariah-secara-global.html.

2
Indonesia, Sukuk pertama di terbitkan Malaysia yang diterbitkan oleh PBBShell MDS
Sdn Bhd. Prinsip syariah yang diterbitkan adalah sukukBai 'Bithaman Ajil (BBA) dengan
nilai RM125 juta.( Noor Azura Sanusi,2013)
Permintaan instrumen sukuk di Malaysia meningkat dar tahun ke tahun, jika
pada tahun 199 baru 7% lalu tumbuh 25% pada tahun 2000 dan selanjutnya naik
lagi menjadi 76% pada tahun 2005,(Ascarya,2008) dan saat ini menurut
IFIS(Islamic Financial Institution Stistics)bahwa rata rata tiap tahun perdagangan
sukuk tumbuh sebesar 33%. hal ini disebabkan karena kesadaran investor akan
sumber pendanaan alternatif yang berbasis syariah meningkat. Keadaan ini terjadi
karena Malaysia mengembangkan sistem industri syariahnya dengan sistem top
downpemerintahnya yang langsung bergerak dan menginstruksikan agar
masyarakatnya berhijrah ke industri keuangan syariah sehingga dengan total
dukungan dari pemerintahnya tidak heran jika pertumbuhan sukuk dan insdustri
keuangan syariahnya pertumbuhannya jauh melampaui negara negara lain di
dunia.
Suatu sukuk yang diterbitkan dapat dikatakan memenuhi prinsip syariah apabila
seluruh kegiatan penerbitan sukuk termasuk aqad atau perjanian penerbitannya tidak
bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah, yaitu antara lain transaksi yang dilakukan
oleh para pihak harus bersifat adil, halal, thayyib dan maslahah. Sukuk juga harus
terbebas dari unsur unsur yang dilarang agama Islam antara lain, riba, ghoror dan maysir.
Riba dalam artian tidak ada tambahan jika kontrak perjanjiannya hutang piutang, ghoror
maksudnya adalah adanya uncertainty atau ketidapastian dalam transaksi ekonomi jual
beli sukuk dan maysir dalam pengertian tidak ada unsur perjudian dalam transaksi
tersebut.6
Perdebatan mengenai kesesuaian syariah sukuk sudah dimulai sejak
pemerintah Yordania akan menerbitkan sukuk muqaradhah tahun 1978 sesuai
dengan ide yang dimunculkan oleh Sami Hamud khususnya mengenai jaminan
keutuhan modal mudharabah, lalu perdebatan semakin memuncak sejak Malaysia
menerbitkan Islamic Bond secara intensif sejak 1995 karena melegalkan jual beli
sukuk berbasis utang. Dan pada awal tahun 2008 ketua dewan syariah AAOIFI,
6
Direktorat Pembiayaan Syariah, Buku Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara (sukuk) (Kementrian
Keuangan, ‫ت‬.‫)د‬.

3
Muhammad Taqi Usmani, mengeluarkan maklumat bahwa 85% sukuk yang terbit
selama ini di negara-negara Teluk tidak sesuai dengan syariah. Aspek-aspek
ketidak sesuaian syariah sukuk yang dikritik Taqi Usmani umumnya berkaitan
dengan sukuk bagi hasil, namun dalam kenyataannya sukuk-sukuk berbasis laba
tetap juga tidak lepas dari kelemahan secara syariah.7
Menurut Alimin Kritikan tentang ketidak sesuaian syariah bukan hanya datang
dari analis negara-negara Islam, tetapi juga dari lembaga-lembaga pemeringkat sukuk
internasional seperti Standar and Poors, Moody’s Investor, Fitch Rating, dan March
Malaysia.
Segi-segi kesesuaian syariah yang menjadi bahan kritikan para analis
terhadap sukuk utamanya berkaitan dengan usaha menerapkan fasilitas yang
dimiliki obligasi konvensional terhadap sukuk, seperti mempunyai tenor(maturity)
tertentu, jaminan atas pengembalian prinsipal, dapat ditebus(redeemable), dan
pembayaran laba tetap(fixed rate) atau mengambang yang bersifat
periodik(floating rate).8
Menurut Thuba Jazil dan Tita Nursyamsiah keduanya dosen Ekonomi
Syariah IPB, beberapa isu kepatuhan syari’ah yang muncul pada sukuk adalah:
pertama, kontradiksi antara dokumentasi hukum dan persyaratan syariah.
Kepemilikan aset pokok (underlying asset) seharusnya berada ditangan pemegang
sukuk, namun dalam praktik, aset hanya digunakan untuk memfasilitasi penerbit
untuk persyaratan syariah.Pemegang sukuk hanya diberikan pemindah
kepemilikan kemanfaatan (beneficial ownership) saja. Dengan ungkapan lain,
struktur sukuk dibuat untuk memenuhi form atas kepatuhan syariah, akan tetapi
secara substansi belum dapat tercapai. Utamanya, kontrak yang dibentuk
seyogianya memenuhi dua kriteria yaitu form dan substansi untuk bisa dilabeli
syariah compliant.Selain itu imbal yang diberikan tidak terkait langsung dengan
alur kas dari aset dalam kesepakatan awal. Kedua, pemegang sukuk tidak
memiliki hak untuk menjual aset, pemegang sukuk tidak memiliki kepentingan
terhadap aset, sehingga mereka tidak bisa menjual aset kepada pihak ketiga.

7
Alimin, "Aplikasi Pasar Sukuk dalam Perspektif Syariah" (Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah,
2010).
8
Alimin.

4
Pembatasan ini tidak hanya menimbulkan pertanyaan apakah asset-based sukuk
benar-benar sesuai dengan prinsip keadilan terutama dalam kasus default. Apakah
pemegang sukuk benar-benar cukup memperhatikan fakta bahwa mereka tidak
mempunyai kepemilikan secara legal terhadap aset dasar tersebut?9
Ketiga, penggunaan Wa'ad (purchase undertaking) pada sukuk yang berbasis ekuitas
telah membuat sukuk secara substansi menjadi instrumen berbasis utang.Wa'ad pada saat
transaksi (awal) berlaku sebagai penjamin terhadap pokok dan imbal terkait dengan
performa usaha.Wa'ad (janji) merupakan instrumen yang dapat diterima ketika digunakan
oleh pemiliknya sendiri.Akan tetapi, ketika wa'ad dikombinasikan dengan peningkatan
kredit, maka merubah kontrak kerjasama dalam syariah (musyarakah dan mudarabah)
menjadi mirip kontrak utang. Dengan kata lain, hal ini membuat utang dalam kontrak
kepercayaan yang menyerupai obligasi konvensional. Menurut Alimin yang merujuk
Ayub (2007) pada Standar AAOIFI, bahwa dalam prospektus untuk menerbitkan sebuah
sertifikat  tidak boleh tercantum sebuah pernyataan bahwa penerbit wajib memberikan
kompensasi berupa nominal tertentu selain gugatan dan kelalaian, atau dia menjamin
persentase tetap dari keuntungan. Mengacu standar, jelas bahwa asset-based sukuk
memiliki masalah kepatuhan syariah.10
Perdebatan kesesuaian syariah dalam struktur sukuk ijarah sale and lease
back ini masih menjadi isu penting yang sering dibahas oleh pakar ekonomi
syari’ah karena dianggap tidak sesuai dengan prinsip syari’ah, karena hal ini
merupakan bentuk lain daripada bai’ al-wafa atau hampir sama dengan jenis bai’
istighlal dan bai’ al-‘inah yang masih diperdebatkan kebolehannya oleh para
Ulama Fiqh. Berdasarkan kepada kumpulan fatwa dari majma’ fiqh Islami
(Markas Riset Fiqh Islam) yang berpusat di Jeddah yang dikeluarkan pada tahun
1992 M menyatakan bahwa mayoritas Ulama tidak membolehkan jual beli dalam
bentuk ini, sedangkan minoritas Ulama membolehkannya, sehingga hasil
keputusan akhir dari sidang fatwa tersebut memutuskan tidak boleh bermuamalah
dengan bentuk jual beli seperti ini.11 Adapun pokok masalah yang diperdebatkan
9
"Sukuk dan Aspek Kepatuhan Syariah | Republika Online", 2018 ,‫ اكتوبر‬7 ‫تاريخ الوصول‬,
https://republika.co.id/berita/koran/iqtishodia/16/03/24/o4j4o612-sukuk-dan-aspek-kepatuhan-syariah.
10
Alimin, "Aplikasi Pasar Sukuk dalam Perspektif Syariah".
11
Anjaswati ‫وآخ‬., "Tinjauan Fikih Terhadap Pelakanaan Sukuk Negara Ijarah Sale and Lease Back Di Pasar
Modal Syariah Indonesia".

5
tentang kebolehan jual beli jenis ini karena dalam kontrakijarah sale and lease
back berlaku dimana aset yang telah dijual oleh pemiliknya kemudian disewakan
kembali kepada penjual tersebut, sehingga jenis ini dianggap menyerupai salah
satu bentuk bai’ al-‘inah yang dilarang dalam hadits Rasulullah SAW dimana
penjual dan pemberi sewa membuat syarat sebelum terjadi akad, dengan janji
pembelian kembali aset pada harga yang disetujui oleh penjual asal.12
Menurut Dr. Erwandi Tarmizi, salah satu ulama kontemporer yang menulis buku berjudul
Harta Haram Muamalat Kontemporer, bahwa dalam praktiknya Fatwa DSN(dewan
Syariah Nasional) tentang skema sukuk Ritel tidak jauh beda dengan skema yang
diterapkan oleh negara Bahrain dalam penerbitan sukuknya, dengan demikian maka
hukum sukuk Ritel yang diterbitkan oleh pemerintah Indonesia juga tidak akan jauh
berbeda dengan hukum Sukuk Bahrain dimana mayoritas ulama lebih kuat untuk
mengharamkannya.13
Perdebatan kesesuaian syariah diatas masih sering timbul ke permukaan meskipun telah
dikeluarkan beberapa Fatwa syariah tentang Sukuk dari dewan syariah Nasional (DSN)
MUI maupun dari AAOIFI yang merupakan acuan dari penerbitan sukuk.
Kajian tentang kegiatan mulai dari proses pencatatan, pengikhtisaran
sampai pada pelaporan dan analisis dari transaksi ekonomi khususnya terkait
dengan transaksi sukuk masih sangat terbatas, oleh karena itu akuntansi syariah
sangat diperlukan seiring dengan pesatnya perkembangan ekonomi syariah. Istilah
akuntansi syariah sebetulnya berawal dari disertasi Pof Iwan Triyuwono,Phd yang
menulis disertasi dengan judul Shari’ate Organisation and accounting:the
Reflection of Selfs Faith and knowledge pada tahun 1995 di Universitas
Wolongong, Australia. Disertasi ini kemudian diterjemahkan dalam bahasa
Indonesia dengan judul Organisasi dan Akuntansi Syariah yang diterbitkan tahun
2000 oleh LkiS di Yogyakarta. Di Indonesia istilah tersebut muncul pada
pertengahan 1997 ketika harian Republika memunculkan beritanya dan sejak itu
wacana akuntansi syariah mulai berkembang dan ada di Indonesia.14

12
Anjaswati ‫وآخ‬.
13
Dr. Erwandi Tarmizi, Harta Haram Muamalat KOntemporer, Edisi Kese (Bogor Indonesia: PT. Berkat
Mulia Insani, 2018).
14
Iwan Triyuwono, Perspektif,Metodologi dan Teori Akuntansi Syariah, 1 ‫ط‬. (Jakarta: Raja Grafindo, 2009).

6
Kajian tentang akuntansi dalam perspektif syariah di dunia internasional
muncul pada tahun 1996, The Islamic Perspektive on Accounting, Commerce and
Finance telah melakukan kajian dengan konferensi pertamanya di Sydney.
Konferensi selanjutnya dilakukan di Jordania pada 1998, lalu yang ketiga di
Jakarta 1999 dan yang keempat tahun 2010 di Selandia Baru. Di dunia
Internasional kajian tentang akuntansi syariah bisa merujuk pada karya Gambling
dan Karim (1986;1991), Hamid dkk (1993) baydoun dan Willet (1994)
Triyuwono(1995;1999).(Syafii Antonio,2009)
Menurut Muhammad Syafii Antonio, di Indonesia kajian tentang akuntansi
syariah pada tingkat filosofis-teoritis bisa merujuk pada karya Iwan dan Sofyan
Syafri Harahap, dan ditataran aplikatif karya widodo dkk (1999) bisa dianggap
sebagai karya yang konkret dan aplikatif tentang penerapan akuntansi syariah di
Baitul Maal Wa Tamwil (BMT), dan Wiroso serta sofyan syafri Harahap telah
membahas dengan baik akuntansi perbankan syariah. Kemudian Ibrahim Yahya
juga telah menulis karya yang cukup analitis tentang akuntansi syariah untuk
organisasi bisnis, lewat artikelnya yang berjudul The emerging Issues on the
objective and characteristics of Islamic Accounting for Islamic Business
Organization.15
Di tingkat Internasional Accounting and Auditing Organization for Islamic
Financial Institution(AAOIFI) yang merupakan organisasi nirlaba internasional
yang berpusat di Bahrain, telah menerbitkan ketentuan syariah terkait penerbitan
sukuk yang terdapat dalam AAOIFI sharia standar no 17 tentang investasi sukuk.
Dalam ketentuan tersebut sukuk disebut dengan istilah sukuk investasi, karena
diterbitkan dengan tujuan investasi dalam rangka menghasilkan keuntungan
tertentu. Berdasarkan AAOFI syariah standard, sukuk didefinisikan sebagai
sertifikat yang bernilai sama yang merepresentasikan bagian kepemilikan yang
tak terbagi atas suatu aset berwujud, nilai manfaat aset (usefruct) dan jasa, atau
atas kepemilikan aset dari suatu proyek atau kegiatan investasi tertentu. Namun
demikian investasi tersebut baru dapat diwujudkan setelah berakhirnya masa

15
Triyuwono.

7
penerbitan, dan dana hasil penerbitan sukuk mulai dipergunakan untuk tujuan
penerbitan sukuk tersebut.16
Tidak dapat disangkal bahwa kepatuhan terhadap standar akuntansi AAOIFI
diperlukan untuk memastikan bahwa semua masalah yang berkaitan keuangan islam
berada di bawah hukum dan kerangka kerja yang dapat diterima untuk komunitas Muslim
dan sejalan dengan prinsip-prinsip Syariah. Tingkat masalah kepatuhan mendapatkan
prioritas utama dalam beberapa penelitian sebelumnya, seperti Hameed, Alrazi dan
Nazli(2006), Che Pa (2006) dan Zaini (2007), Farah Nadzri (2009) dan Mechelli (2009).
Berdasarkan hasil penelitian dari (Hussainey, 2016) menggambarkan bahwa
tingkat kepatuhan rata-rata berdasarkan standar AAOIFI dalam bidang Dewan Pengawas
syariah (SSB) sekitar 68%, sedangkan tingkat kepatuhan untuk CSR adalah 27%, dan
tingkat kepatuhan untuk akuntabilitas keuangan 73 %. Kemudian Temuan penelitian oleh
Mahmood Ahmed(2013) dan Maksuda Khatun(2013) menggambarkan tingkat kepatuhan
rata-rata yang relatif rendah dengan pengungkapan AAOIFI terkait dengan persyaratan
sosial atau csr (27%). Dana hasil penelitiannya menunjukkan relatif sedang tingkat rata-
rata kepatuhan dengan pengungkapan AAOIFI terkait dengan kepatuhan syariah dan
keuangan.Ini mendekati 68% untuk dewan pengawas syariah dan 73% untuk tingkat
pengungkapan keuangan.
Studi yang dilakukan oleh Asmadi Mohammed Naim dkk(2013) menyimpulkan
bahwa diantara masalah lain yang ditemukan setelah diumumkannya standar syariah
AAOIFI bahwa di Malaysia ada perubahan yang diabaikan pada istilah prinsip dan
kondisi Sukuk(term and condition) , sehingga tidak banyak berpengaruh mengubah
struktur dewan pengawas syariah dan pelaku industri Syariah dalam memutuskan hal
yang lebih prinsip dalam syariah.
Tulisan lain tentang kepatuhan akuntansi syariah adalah artikel dengan
judul Syariah accounting and compliant screening practices yang ditulis oleh
Catherine Soke Fun Ho dan Omar Masood yang ditulis pada tahun 2012,
membahas bagaimana kepatuhan prinsip akuntansi syariah dibeberapa pasar
modal di dunia yang menyimpulkan bahwa DJIM dan Azzad sebagai institusi

16
Direktorat Pembiayaan Syariah DJPPR Kemenkeu, Sukuk Negara Instrumen Keuangan Berbasis Syariah,
‫ تحرير‬Suminto, Edisi kedu (Jakarta, 2015).

8
yang menerapkan screening tentang kepatuhan akuntansi syariah yang sangat
ketat.17
Mengingat pentingnya kepatuhan terhadap standar akuntansi syariah yang
masih tinggi untuk terus menjaga agar industri keuangan syariah tetap diminati
investor muslim maka peneliti tertarik untuk menulis sukuk negara dilihat dari
kepatuhannya terhadap standar AAOIFI.
B. State Of The Art

No Judul Jurnal dan Tahun dan Metode Objek Perbandingan yang


Peneliti Tempat Penelitian Penelitian dijadikan alasan
Penelitian Tinjauan Penelitian

1 Accounting 2016, Metode Perusahaan Standar IFRS dapat


Issues in Sukuk Malaysia Survey Non diterima, sukuk
Issuance Kualitatif Keuangan dimunculkan dalam
Oleh: Pos Kewajiban
Prof. Paolo dalam pelaporan
Pietro Biancone keuangan
D dan
Mohammad
2 Ziad Shakhatreh 2018, Metode Industri Temuan penelitian
The Bahrain dan Survey Perbankan ini menyimpukan
compliances of Qatar Kualitatif bahwa kepatuhan
disclosure with
AAOIFI terhadap standar
financial AAOIFI makin
Accounting meningkat dari
standards: a tahun ke tahun
comparison
between
Bahrain and
Qatar Islamic
Bank.
Jabir Al Sulaiti,
3 AA Osama dan 2013, Industri
Metode
Helmi Malaysia Keuangan Temuan
Survey,
Hammami syariah penelitiannya
Kuantitatif
The effect of menyimpulkan ada
new AAOIFI perubahan kecil
standards on pada prinsip, term
sukuk in dan kondisi namun
17
Catherine Soke Fun Ho ‫وآخ‬., "Syariah accounting and compliant screening practices", Qualitative
Research in Financial Markets 4, 54–240 :)2012( 3–2 ‫عدد‬, https://doi.org/10.1108/17554171211252556.

9
choosing the diumumkannya
most authentic standar AAOIFI
Islamic tidak memiliki
Principle. banyak efek
Oleh: perubahan pada
Asmadi keputusan pengawas
Mohammed syariah dan pemain
Naim, industri syariah saat
Mohamme memutuskan prinsip
4 Yazid Isa dan syariah yang
Moh Liki 2012, Survey, Akuntan di dijalankan
Hamid Bahrain Kualitatif Industri
Keuangan bahwa menurut
The Level of syariah persepsi akuntans
Compliance tingkat kepatuhan
with AAOIFI para akuntan di
Accounting Bahrain sangat
Standards :Evid tinggi.
ence From
5
Bahrain.
2013, Survey, Perbankan
oleh Adel
Bangladesh kualitatif syariah
Muhammad
Sarea Hasil penelitiannya
The Compliance menunjukan bahwa
with Shariah tidak satupun
Governance perbankan di
system of Bangladsh yang
AAOIFI: Study patuh secara
on Islamic Bank menyeluruh atas
Bangladesh. syariah governance
Oleh: system AAOIFI
Mahmood
Ahmed dan
Maksuda
Khatun
Dari beberapa penelitian terdahulu diatas belum ditemukan penelitian tentang kesesuaian
syariah berdsar standar AAOIFI atas praktek jual beli Sukuk dinegara manapun. maka
celah tersebut akan kami isi dengan penelitian tentang kesesuaian syariah sukuk negara di
Indonesia dan Malaysia

C. 1. Perumusan Masalah

10
Setelah melakukan identifikasi beberapa masalah yang ada diatas, maka dapat
dirumuskan masalahnya sebagai berikut:
a. Bagaimanakah kesesuaian syariah atas sukuk negara Indonesia dan malaysia?
b. Bagaimanakah mekanisme perdagangan sukuk negara baik di pasar perdana
maupun pasar sekunder?
c. Bagaimana tingkat kepatuhan standar akuntansi syariah AAOIFI atas sukuk negara
Indonesia dan Malaysia
d. Bagaimanakah aplikasi akuntansi syariah bagi sukuk negara menurut standar
Akuntansi syariah yang berlaku baik di dunia internasional maupun di dalam
negeri yaitu standar AAOIFI, PSAK syariah dalam praktek akuntansi syariah atas
sukuk negara?
2. Pembatasan Masalah
Karena banyaknya permasalahan yang berkaitan dengan sukuk negara, maka penelitian
ini membatasi hanya pada permasalahan sebagai berikut:
a. Pengkajian kepatuhan standar Akuntansi Syariah AAOIFI atas sukuk negara
Indonesia dan Malayisa.
b. Pengkajian struktur sukuk negara Indonesia dan Malayisa ndan bagaimana analisis
kesesuaian syariahnya.

D. Tujuan Penelitian & Manfaat Penelitian


C.1 Tujuan Penelitian
Mengacu pada identifikasi masalah dan batasan masalah yang sudah dipaparkan
diatas, maka ada beberapa tujuan dalam penelitian ini, baik tujuan umum maupun tujuan
khusus. Untuk tujuan khusus adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengkomparasi dan mengkaji struktur sukuk negara Indonesia dan
malaysia apakah sudah sesuai dengan Standar Akuntansi Syariah
Internasional(AAOIFI).
2. Untuk menganalisis apakah instrumen sukuk yang diterbitkan negara Indonesia
dan Malayisa sesuai dengan prinsip syariah ataukah tidak.
Adapun tujuan umum dari penelitian ini adalah:

11
1. Penelitian ini secara umum diharapkan dapat menambah khazanah keilmuan.
Khususnya dalam bidang akuntansi syariah terkait dengan sukuk negara
2. Secara teoretis, penelitian ini diharapkan akan mampu memberikan gambaran
secara komprehensif tentang sukuk negara terkait dengan mekanisme per
dagangannya, pihak yang terlibat dalam penyelesaian transaksi maupun
pencatatan akuntansi nya
3. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat khususnya
bagi peminat keuangan syariah dan para pelaku pasar keuangan syariah yang
makin meningkat.

C.2 Manfaat Penelitian


1. Memberikan gambaran kepatuhan standar akuntansi syariah AAOIFIkhususnya
terkait sukuk negara Indonesia dan Malaysia.
2. Sebagai bahan pertimbangan bagi pelaku pasar keuangan syariah terkait dengan
kebijakan pendanaan bagi perusahaannya
3. pembahasan dalam disertasi ini diharapka dapat mengungkap masalahakuntansi
syariah terkait sukuk negara dan mencari solusinya

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1. Kerangka Teoritis
a. Definisi Sukuk
Abdul Manan (2012:342) menyatakan sukuk berasal dari kata sakk yang

berarti dokumen atau lembaran kontrak. Akan tetapi, sejumlah penulis barat

tentang sejarah perdagangan Islam/Arab pertengahan memberikan

kesimpulan bahwa kata Sakk merupakan kata dari bahasa Latin “Cheque"

atau “check” yang biasanya digunakan pada perbankan kontemporer.

Menurut Heri Sudarsono (2013:309)

12
“Sukuk dikenal sebagai obligasi syariah. Sukuk menunjukkan
pemilikan atas aset, dimana klaim di dalam sukuk tidak sebuah klaim
terhadap kas tetapi merupakan klaim pemilikan atas sekumpulan aset
(a pool of assets). Jadi, sukuk pada prinsipnya mirip seperti obligasi
konvensional, dengan perbedaan pokok antara lain berupa
penggunaan konsep margin dan bagi hasil sebagai pengganti bunga,
adanya suatu transaksi pendukung (underlying transaction) berupa
sejumlah aset yang menjadi dasar penerbitan sukuk, dan adanya akad
atau perjanjian antara para pihak yang disusun berdasarkan prinsip-
prinsip syariah. Selain itu, sukuk juga harus terbebas dari riba,
gharar dan maysir. ”
Menurut Abdul Manan (2012:344), Pada prinsipnya sukuk atau obligasi

syariah adalah surat berharga sebagai instrumen investasi yang diterbitkan

berdasarkan suatu transaksi atau akad syariah yang melandasinya

(underlying transaction).Menurut Noureddine Krichene (2013:649), “Sukuks

are Islamic bonds that play an increasing role in large-project financing in

public and private sectors, in working capital, and in refinancing.”

Maksudnya yaitu, Sukuk adalah obligasi syariah yang berperan dalam

pembiayaan proyek besar di sektor publik dan swasta, pembiayaan dalam

modal perusahaan dan untuk pembiayaan kembali.

Dan menurut Obiyathulla dan Abbas (2013:173), “Sukuk, as fund-

raising products, have often been referred to as Islamic bonds and subjected

to comparison with conventional bonds. While the objective of a sukuk

differences between the two instruments.” Maksudnya yaitu, Sukuk sebagai

produk penambahan modal sering disebut sebagai obligasi syariah dan

dijadikan perbandingan terhadap obligasi konvensional. Sementara kedua

instument teersebut memiliki perbedaan. Berdasarkan pendapat di atas maka

Sukuk adalah surat investasi yang merupakan bentuk kepemilikan yang

dibagikan atas suatu aset, hak keemilikan, dan jasa-jasa atau kepemilikan

13
atas proyek atau kegiatan investasi tertentu yang didasarkan oleh prinsip

Islam.

b. Sejarah Perkembangan Sukuk

Menurut Direktorat Jendral Pengelolaan Pembiayaan dan Resiko

Kementrian Keuangan (2015:21) Istilah sukuk sebenernya bukanlah

istilah yang baru ada dewasa ini, istilah sukuk dapat ditemukan dalam

berbagai literatur Islam Klasik pada awal abad permulaan Islam (awal

abad hijrah/abad ke 6 M) dengan berbabagai variasi penyebutan nama

seperti, saak, sukuk atau sakaik. Istilah terebut memiliki arti sebagai

suatu sertifikat atau dokumen. Selanjutnya sukuk mulai berkembang

dan digunakan sebagai alat pembayaran dalam perdangangan. Pada

masa itu, sukuk lazim digunakan oleh para pedagang muslim sebagai

dokumen yang menjadi bukti atas kewajiban keuangan sebagai hasil

dari terjadinya transaksi perdagangan interanasional antara pedagang

Muslim dan Barat khususnya dengan pedagang Yahudi pada abad ke-

18M.

Kemudian DA Fatah(2011:38-40) menuliskan Pada tahun 1990, Sukuk

pertama korporat pertama terbit di Malaysia, namun ironisnya yang

menerbitkan sukuk untuk pertama kalinya adalah institusi non muslim.

Sukuk pertama Sukuk pertama ini diterbitkan dalam pecahan ringgit

(mata uang lokal) dengan nilai RM 125 juta dengan menggunakan akad

Bai’ Bithaman Ajil (BBA).

14
Islamic Jurisprudence Council (IJC) kemudian mengelurkan fatwa yang

mendukung berkembangnya sukuk. Hal tersebut mendorong otoritas

Moneter Bahrain (BMA – Bahrain Monetery Agancy) untuk

meluncurkan salam suku berjangka waktu 91 hari dengan nilai 25juta

dolar AS pada tahun 2001. Kemudian Malaysia pada tahun yang sama

meluncurkan Global Corporate di pasar keuangan Islam Interasional.

Inilah sukuk global yang pertama kali muncul di pasar Internasional.

(Adrian Sutedi, 2009:95)

Selanjutnya, penerbitan sukuk di pasar internasional terus bermuculan

bak cendawan di musim hujan. Tidak ketinggalan, pemerintahan dalam

dunia Islampun melirik hal tersebut. Sebagai contoh, pada tahun 2002

pemerintahan Malaysia menerbitkan sukuk dengan nilai 600 juta dolar

AS dan terserap habis oleh pasar dengan cepat.(Adrian

Sutedi,20019:95) Diikuti dengan peluncuran USD 400 juta “Turst

Sukuk” dari Silamic Development Bank pada bulan septembet 2002.

Kesuksesan Malysia dalam menerbitkan sukuk mendorong beberapa

negara Islam lainya untuk menerbitkan isntrumen serupa seperti the

Central Bank of Kuwit yang menerbitkan sukuk mendanai pembelian

aset-aset yang dikelola oleh negara lain seperti Gulf C0-operation

Council State serta Iran yang menerbitkan sukuk yang berbasis

Mudharabah. Di samping Malaysia, Kuwait dan Iran, beberapa negara

juga telah menjadi regular issuer dari sukuk, misalnya Bahrain, Brunei

15
Darussalam, Uni Emirate Arab, Qatar, Pakistan, dan Jerman.(Iyah

Faniyah, 2017:5)

Negara federasil Jerman Saxony-anhalt pernah menerbitkan sukuk

Negara pada bulan Juli 2004. Ini merupakan sukuk pertama yang

diterbitkan oleh Negara non-muslim, bernilai 100 juta Euro (setara

dengan USD123 juta) dengan akad Ijarah. Negara Jerman masuk

kedalam industri keuangan Islam dan sukses memperoleh dana melalui

portofolio real estate mereka. Investor dari sukuk ini diantaranya berasal

dari US, UK, Arab Saudi, Bahrain, Malaysia, Jepan, HongKong dan

German, mungkin ini adalah sukuk yang memiliki investor paling

terdiversifikasi sampai saat ini.(Eka Siskawati,2010:1-9)

Total emisi sukuk internasional berkembang pesat dari semula pada

tahun 2002 hanya sekitar USD1miliar, menjadi USD17miliar pada

bulan April 2007. Jumlah dan jenis instrument sukuk juga terus

berkembang, darisemula hanya dikenal sukuk al ijarah berkembang

menjadi 14 (empat belas) jenis sukuk sebagimana ditetapkan oleh The

Acounting and Auditing Organazation for Islamic Financial Institutions

(AAOISI). Adapun investor sukuk, tidak lagi hanya terbatas pada

investor Islami, karena pada saat ini sebagian besar investor sukuk

justru merupakan investor konvensional.(Iyah Faniyah,2018:7)

Di Indonesia perkembangan sukuk sebagai instrumen investasi baru

dimulai tahun 2002. Pioner penerbitan sukuk di Indonesia adalah PT

Indosat, yang meluncurkan sukuk mudharabah senilai Rp 175 miliar.

16
Langkah ini kemudian diikuti banyak perusahaan seperti Matahari Putra

Prima, Sona Topas Tourism Industry, Berlian Laju Tanker, Bank

Bukopin, PTPN VII, Ciliandra Perkasa, Bank Syariah Mandiri, Bank

Muammalat Indonesia, Citra Sari Makmur, Indorent. Ditambah juga

penerbitan surat berharga jangka menengah Mudharabah PT

Pembangunan Perumahan. Sampai akhir 2004 dana sukuk telah

mencapai Rp 1,374 triliun, ditambah surat berharga jangka menengah

Syariah Rp 100 milyar. Hingga tahun 2007, sukuk yang diterbitkan di

bursa efek merupakan sukuk yang diterbitkan oleh perusahaan dan

belum ada sukuk yang diterbitkan oleh pemerintah atau organisasi non

pemerintah(Muhamma Nafi,2009:266)

Penerbitan sukuk oleh negara, baru dimulai pada tahun 2008 setelah

diterbitkannya UU Nomor 19 Tahun 2008 tentang Surat Berharga

Syariah Negara (untuk selanjutnya disingkat UU SBSN) dan PP Nomor

57 Tahun 2008 tentang Pendirian Perusahaan Penerbitan Surat Berharga

Syariah Negara Indonesia sebagai landasan hukumnya. Sukuk yang

diterbitkan oleh negara (government sukuk) diberi nama Surat Berharga

Syariah Negara (untuk selanjutnya disingkat SBSN). Tujuan penerbitan

sukuk negara ini adalah untuk menutupi defisit APBN dan pembiayaan

proyek-proyek negara. Penerbitan perdana SBSN atau sukuk negara

dilakukan pada Bulan Agustus 2008 dengan memprioritaskan

penerbitan SBSN jenis ijarah yang dapat dikatakan sebagai perjanjian

sale & lease Back (jual dan sewa kembali) berjangka waktu di atas 5

17
(lima) tahun dan berbasis aset. SBSN diterbitkan denganseri IFR dengan

cara bookbuilding diperuntukan bagi investor institusi dengan nilai

pembelianRp. 1 Milyar.(Iyah Faniyah,2017)

c. Jenis – jenis Sukuk

Heri Sudarsono (2013:312) mengatakan, tipe sukuk menurut AAOFI

( Accounting and Auditing Organization for Islamic Financial Institution)

ada empatpuluh jenis sukuk. Walaupun saat ini, hanya empat jenis sukuk

yang terkenal, yaitu sukuk ijarah, didasarkan atas leasing transaction, sukuk

murabaha, sukuk mudharaba atau trustee financing dan sukuk istisna.

Namun menurut Sri Nurhayati dan Wasilah (2013:369), dari beberapa jenis

sukuk yang ada, PSAK No. 110 tentang Akuntansi Sukuk hanya pengatur 2

jenis sukuk yaitu Sukuk Mudharabah dan Sukuk Ijarah. Hal ini disebabkan

penerbitan sukuk di Indonesia sebagian besar didominasi oleh sukuk ijarah

dan sebagian kecil adalah sukuk mudharabah.

Mengacu pada AAOIFI maka ada 14 jenis Sukuk yang bisa diterbitkan

diseluruh dunia, diantaranya adalah:

1) Sukuk Ijarah

Menurut Heri Sudarsono (2013:312) Sukuk Ijarah adalah akad yang

satu pihak bertindak sendiri atau melalui wakilnya menyewakan hak

atas suatu aset kepada pihak lain berdasarkan harga sewa dan periode

sewa yang disepakati. Lalu menurut Zamir dan Abbas (2008:231)

Sukuk Ijarah didasarkan pada kontrak ijarah atau sewa guna usaha dan

18
tunduk pada persyaratan tertentu agar sah untuk disekuritaskan.

Persyaratan sukuk ijarah diantaranya adalah sebagai berikut :

a) Kontrak sewa yang mendasarinya harus sesuai dengan prinsip

syariah.

b) Aset yang disewakan harus memiliki kegunaan yang

menguntungkan bagi penggunanya, yang menjadi alasan mereka

membayar sewa.

c) Aset yang disewakan harus memenuhi karakteristik yang

menjadikan penggunanya benar-benar sesuai syariah.

d) Pengeluaran pemeliharaan yang berkaitan dengan underlying

aseet merupakan tanggung jawab pemilik-dalam kasus ini

pemegang sukuk.

2) Sukuk Mudharabah

Menurut Heri Sudarsono (2013:314), sukuk mudharabah adalah

akad kerja sama anatara dua pihak atau lebih, yaitu satu pihak sebagai

penyedia modal dan pihak lain sebagai penyedia tenaga dan keahlian,

keuntungan dari kerjasama tersebut akan dibagi berdasarkan nisbah

yang telah disetujui sebelumnya, sedangkan kerugian yang terjadi akan

ditanggung sepenuhnya oleh pihak penyedia modal, kecuali kerugian

disebabkan oleh kelalaian penyedia tenaga dan keahlian. Menurut Abdul

Manan (2012:346), sukuk atau sertifikat mudharabah dapat menjadi

instrumen dalam meningkatkan partisipasi publik pada kegiatan

investasi dalam suatu perekonomian. Investor dalam sukuk ini,

19
mendapatkan return sesuai persentase kepemilikan saham yang dimiliki.

Pihak yang memberikan dana disebut rabbul-mal sedangkan bagi

pengelola disebut mudharib.

3) Sukuk Kepemilikan Nilai Manfaat Aset Berwujud (Certificates of

ownership of usufructs of existing assets)

Yaitu sukuk yang diterbitkan oleh pemilik aset berwujud atau pemilik

nilai manfaat atas aset berwujud dengan tujuan untuk menjual nilai

manfaat aset dan mendapatkan uang sewa, sehingga investor menjadi

pemilik nilai manfaat aset tersebut.(Iyah Faniyah,2017)

4) Sukuk Kepemilikan Nilai Manfaat Aset yang Tersedia di Masa

yang akan Datang (Certificates of ownership of usufructs of

described future assets)

Yaitu sukuk yang diterbitkan dalam rangka menjual nilai manfaat aset

yang akan tersedia di masa yang akan datang dan mendapatkan uang

sewa, sehingga investor menjadi pemilik nilai manfaat aset yang akan

tersedia di masa yang akan datang tersebut.(Muhamad Ayub,2007)

5) Sukuk Kepemilikan Jasa oleh Penyedia Jasa Tertentu (Certificales

of ownership of services of a specified party)

Yaitu sukuk yang diterbitkan dalam rangka menyediakan jasa melalui

penyedia jasa tertentu (specified provider) dan mendapatkan fee dari

penjualan jasa, sehingga pemegang sukuk menjadi pemilik jasa. (Iyah

Faniyah,2018)

20
6) Sukuk Kepemilikan Jasa yang Tersedia di Masa yang Akan Datang

(Certificates of ownership of described future services)

Yaitu sukuk yang diterbitkan dalam rangka menyediakan jasa di masa

yang akan datang melalui penyedia jasa (described provider) dan

mendapatkan fee dari penjualan jasa, sehingga investor menjadi pemilik

jasa tersebut. (DJPPR kemenkeu,2015)

7) Sukuk Salam (Salam Certificates)

Sukuk jangka pendek yang diterbitkan dalam rangka kontrak jual beli

suatu komoditas dengan cara pemesanan dan pembayaran harga terlebih

dahulu dengan syarat-syarat yang telah ditetapkan sebelumnya. Sukuk

salam juga termaksud jenis sukuk non-tradeble. (Agus Rijal, 2014)

8) Sukuk Istishna' (Istishna' Certificates)

Istishna adalah akad jual beli aset berupa objek pembiayaan antara para

pihak yang sertifikat, cara dan jangka waktu penyerahan, serta harga

aset tersebut ditemtukan berdasarkan kesepakatan para pihak.(Iswi

Haryani,2014). Akad istishna dalam sukuk yaitu yang diterbitkan dalam

rangka memperoleh dana yang dibutuhkan untuk memproduksi aset

tertentu, sehingga aset yang diproduksi tersebut menjadi milik investor

9) Sukuk Murabahah (Murabahah Certificates)

Yaitu sukuk yang diterbitkan dalam rangka memperoleh dana untuk

membiayai pembelian komoditas melalui akad murabahah, sehingga

komoditas murabahah tersebut menjadi milik investor. (DJPPR,

Kemenkeu,2015)

21
10) Sukuk Musyarakah (Musharakah Certificates)

Sukuk yang di terbitkan berdasarkan perjanjian atau akad musyarakah

yang merupakan suatu bentuk kerja sama antara dua pihak atau lebih

untuk menggabungkan modal yang digunakan untuk membangun

proyek baru, mengembangkan proyek baru yang telah ada, atau

membiayai kegiatan usaha. Keuntungan maupun kerugian yang timbul

akan di tanggung bersama sesuai dengan jumlah partisipasi modal

masing-masing hak. (Agus Rijal,2014)

11) Sukuk Wakalah Investasi (Investment Agency Certificates)

Yaitu sukuk yang merepresentasikan kepemilikan proyek/kegiatan

usaha yang dilakukan melalui akad wakalah. Akad wakalah adalah

perjanjian akad yang menjelaskan pihak yang memberi kuasa

(muwakkil) memberikan kuasa kepada pihak yang menerima kuasa

(wakil) untuk melakukan tindakan atau perbeuatan tertentu.(Iswi

Haryani,2014) Dalam investasi sukuk dengan cara menunjuk agen untuk

mengelola kegiatan usaha/investasi tersebut atas nama investor.

12) Sukuk Muzara'ah (Muzara'ah Certificates)

Yaitu sukuk yang diterbitkan dalam rangka memobilisasi dana untuk

membiayai kegiatan muzara'a (pertanian), sehingga investor berhak

atas bagian dari hasil panen yang porsinya disepakati bersama.(Iswi

Haryani,2014)

13) Sukuk Musaqah (Musaqa Certificates)

22
Yaitu sukuk yang diterbitkan dengan berbasis akad musaqah

(irigasi), dalam rangka memobilisasi dana untuk melakukan irigasi

lahan atau tanaman dan membiayai pemeliharaannya, sehingga

investor berhak atas bagian dari hasil panen yang porsinya disepakati

bersama.(DJPPR Kemenkeu, 2015)

14) Sukuk Mugharasah (Mugharasa Certificates)

Yaitu sukuk yang diterbitkan dengan berbasis akad mugharasah

(agrikultur), dalam rangka memobilisasi dana untuk menanam

tanaman dan membiayai pemeliharaannya, sehingga investor berhak

atas bagian dari lahan dan hasil tanaman.(DJPPR Kemenkeu,2015)

Jika disimpulkan dari keempat belas jenis sukuk diatas maka daat

dikelmpokan menjadi tiga kelompok besar, yakni: (DJPPR Kemenkeu, 2015)

1. Sukuk berbasis akad Ijarah/sewa (Ijarah Based Sukuk)

2. Sukuk berbasis jual beli/hutang/piutang (Sale/Debt Based Sukuk)

3. Sukuk berbasis partisipasi atau kerjasama (Partnertship Based Sukuk)

SukukberbasisIjarah Sukukberbasisjualbeli Sukukberbasiskerjasama


(Ijarah Based Sukuk) (Sale/Debt Based Sukuk) (Partnertship Based Sukuk)
1. Sukuk Kepemilikan 1. Sukuk Salam 1. Sukuk Mudharabah
Aset Berwujud yang 2. Sukuk Istishna' 2. Sukuk Wakalah
Disewakan 3. Sukuk Murabahah 3. Sukuk Muzara'ah
2. Sukuk Kepemilikan 4. Sukuk Musaqah
Nilai Manfaat 5. Sukuk Mugharasah
a. Atas aset berwujud
b. Atas Aset yang
Tersedia di Masa
yang akan Datang

23
2. Peta jalan Penelitian

2016: 2017: 2018: The 2019:


3. Influence Of ROA
The Influences Of Interest Effect Of Sukuk(syariah Bond) Sukuk Negara
and Firm Size
Rate And4.Inflation dalam Perspektif
Rating, Company Size And To Sukuk
On Syariah
5. Mutual Akuntansi
Interest Rate-Of Islamic Bi (syariah
Fund(oleh Achmad Fauzi) syariah(studi
6. Certificate on Sukuk Yield (Oleh Bond)Rating On
Komparasi
Achmad Fauzi) The Company
7. kepatuhan standar
Listed In
AAOIFI antara
Indonesia Stock
8. Sukuk Negara
Excange And
Indonesia dan
2015 Malaysia Stock
malaysia) oleh
(oleh Achmad
The Influence of Ahmad Fauzi
Fauzi)
Company Size and
Solvency of the
Timeliness Audited
Financial Statement at
Manufacturing
SyariahCompanies Listed
on IDX (oleh A. Fauzi)

3. Kajian Hasil-hasil Penelitian Relevan


Secara umum sejauh penelusuran yang peneliti lakukan, kajian tentang sukuk
sudah dikaji oleh para peneliti ekonomi terdahulu, terutama penelitian dalam bentuk
tesis dan disertasi, namun sampai saat ini peneliti belum menemukan suatu
penelitian yang membahas khusus dan komprehensif tentang masing-masing
instrumen sukuk negara dilihat dari kesesuaian syariahnya maupun kepatuhan
standar akuntansi syariah. Beberapa penelitian terdahulu tentang sukuk antara lain
adalah:
Accounting Issues in Sukuk Issuance, Penelitian ini dilakukan oleh Prof. Paolo
Pietro Biancone D dan Mohammad Ziad Shakhatreh pada bulan November 2016
pada International Journal Of Islamic Economics And Finance Studies. Penelitian
ini bertujuan untuk memberikan panduan bagi perusahaan non keuangan penerbit
sukuk, Penelitian dilakukan dengan teknik survey secara online kepada para
akademisi dan praktisi profesional dengan pertanyaan seputar isu penerbitan
sukuk.Dimana kesimpulan dari penelitian ini adalah menunjukkan bahwa standar

24
dari IFRS dapat diterima, diadopsi dan diperhitungkan dalam transaksi penerbitan
Sukuk.Dan untuk menerbitkan Sukuk diperlukan SPV atau special purpose vehicle
yang ditunjuk sebagai perantara dalam kegiatan penerbitan.Para responden
menyatakan bahwa sertifikat sukuk merupakan bukti yang dapat mewakili
kepemilikan asset.Tetapi sebagian besar responden menjawab bahwa sertifikat
Sukuk harus muncul dan dimasukan kedalam pos kewajiban.18
The compliances of disclosure with AAOIFI financial Accounting standards: a
comparison between Bahrain and Qatar Islamic Bank. Penelitian ini dilakukan oleh
Jabir Al Sulaiti, AA Osama dan Helmi Hammami yang diterbitkan pada jurnal of
Islamic Accounting and Business Research di tahun 2018. Tujuan penelitian ini
adalah untuk menguji tingkat kepatuhan pengungkapan standar akuntansi AAOIFI
terkait dengan produk pembiayaan pada Bank Islam di negara Bahrain dan Qatar.
Temuan penelitiannya menyimpulkan bahwa perbankan Islam di Bahrain dan Qatar
sudah patuh dengan standar AAOIFI terkait dengan produk produk Murabaha,
Mudaraba dan Musyaraka. Kepatuhan tertinggi ada pada produk-produk yang
beraqad Murabaha. Temuan penelitian ini juga menyimpukan bahwa kepatuhan
makin meningkat dari tahun ke tahun.(Al Sulaiti dkk,2018)
The effect of new AAOIFI standards on sukuk in choosing the most authentic
Islamic Principle. Penelitian ini dilaukan oleh Asmadi Mohammed Naim,
Mohamme Yazid Isa dan Moh Liki Hamid. Dalam Jurnal of Islamic Accounting
and Business Research pada tahun 2013. Penelitian ini mereview sampel produk
sukuk sebelum dan sesudah pengumuman dikeluarkannya standar AAOIFI tentang
sukuk dengan memfokuskan pada area yang kontroverial seperti transfer
kepemilikan, penetapan harga dan elemen penjaminan. Temuan penelitiannya
menyimpulkan ada perubahan kecil pada prinsip, term dan kondisi namun
diumumkannya standar AAOIFI tidak memiliki banyak efek perubahan pada
keputusan pengawas syariah dan pemain industri syariah saat memutuskan prinsip
syariah yang dijalankan.(Mohammad Naim dkk,2013)

18
Prof. Paolo Pietro Biancone ‫ و‬Mohammad Ziad Shakhatreh, "Accounting Issues in Sukuk Issuance",
International Journal Of Islamic Economics and Finance studies 2, 23–6 :)2016( 3 ‫عدد‬,
https://doi.org/10.25272/j.2149-8407.2018.4.1.01.

25
The Level of Compliance with AAOIFI Accounting Standards :Evidence From
Bahrain. Penelitian ini dilakukan oleh Adel Muhammad Sarea Jurnal International
Management Review di tahun 2012. Tujuan dari penelitian ini adalah
mengeksplorasi tingkat kepatuhan para akuntan terhadap standar AAOIFI. Temuan
penelitiannya adalah bahwa menurut persepsi akuntans bahwa tingkat kepatuhan
para akuntan di Bahrain sangat tinggi. Ini karena regulator keuangan di Bahrain
seperti bank sentral bahrain sangat ketat dalam mewajibkan pemenuhan standar.
(Mohammad Sarea,2012)
The Compliance with Shariah Governance system of AAOIFI: Study on Islamic
Bank Bangladesh. Penelitian ini dilakukan oleh Mahmood Ahmed dan Maksuda
Khatun dalam Journal Of Islamic Economics, Banking and Finance tahun 2013.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji tingkat kepatuhan syariah
Governance system AAOIFI dari 17 Bank di Bangladesh. Hasil penelitiannya
menunjukan bahwa tidak satupun perbankan di Bangladsh yang patuh secara
menyeluruh atas syariah governance system karena tidak satupun perbankan di
Bangladesh yang memiliki komite audit dilevel board of director(BOD) dan adanya
ketidak patuhan dalam pengangkatan dewan pengawas syariah.(Ahmed dan
Khatun,2013)
Determinants of Compliance with AAOIFI standards by Islamic Bank.
Penelitian ini dilaksanakan oleh Sherif el Halaby dan Khalid Hussainey dalam
International Journal of Islamic and Middle Eastern Finance and Management. Pada
tahun 2016. Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji tingkat kepatuhan
perbankan syariah di negara MENA(Bahrain,Yaman,
Qatar,Syria,Palestine,sudan,Oman dan Jordania), hasil penelitian mengindikasikan
bahwa tingkat kepatuhan di negara yang disurvey adalah sebesar 68% untuk
komposisi dewan direksi dan elemen dari laporan keuangan. Sedangka tingkat
kepatuhan syariah atas tanggung jawab sosial perusahaan adalah sebesar 27%.
(Elkhalabi & Khusainy,2016)
Dari deskrpsi penelitian terdahulu yang sudah dipaparkan diatas maka peneliti
menemukan bahwa semua hasil penelitian,makalah dan buku yang ada baru
membahas hanya yang berkaitan dengan standar akuntansi terkait dengan sukuk.

26
Upaya mengkaji kepatuhan standar Akuntansi AAOIFI atas sukuk negara belum
dilakukan.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

1. Bentuk penelitian
Bentuk penelitian ini menggunakan Penelitian kualitatif, yaitu metode yang
meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem
pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang dengan tujuan untuk
menyelidiki secara terperinci aktivitas dan pekerjaan manusia, membuat deskripsi,
gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta,
sifat-sifat serta hubungan antar-fenomena yang diselidiki, dan hasil penelitian
tersebut dapat memberikan rekomendasi-rekomendasi untuk keperluan yang akan
datang
2. Teknik Pengumpulan data
Teknik pengumpulan data adalah dengan teknik wawancara, pengamatan
langsung(observasi) serta mengkaji pustaka yang merupakan sumber utama data
yang menjadi bahan kajian yaitu bahan pustaka berupa Undang-undang, standar
akuntansi, Peraturan menteri keuangan, standar AAOFI, PSAK syariah dan
standar akuntansi pemerintah, dan bahan-bahan lain terkait dengan aplikasi
akuntansi syariah dan kesesuaian syariah sukuk. Wawancara dengan pihak
kementrian keuangan dan pakar keuangan syariah juga dilakukan.

3. Teknik analisis data dan pendekatan penelitian


Analisi data merupakan proses sistematis pencarian dan pengaturan transkipsi
wawancara,catatan observasi dan materi lain yang dikumpulkan.
Teknik analisis data yang dipergunakan dalam penelitia ini adalah teori Miles dan
Huberman,(Usman,2008) yaitu dengan diawali dengan pengumpulan data(data
collection), kemudian dilanjutkan dengan reduksi data(data reduction), setelah itu
penyajian data (data display) dan diakhiri dengan kesimpulan(conclusion).
Adapun pendekatan penelitian yang digunakan yaitu cara menganalisis data yang
akan dilakukan yaitu dengan menggunakan cabang ilmu akuntansi syariah, dan

27
fiqh

4. Sumber data
Sumber data dari penelitian ini adalah: yang pertama data yang berasal
Alquran, hadits dan ilmu Fiqh, fatwa ulama, untuk menganalisis kesesuaian syariah.
Kedua data tentang transaksi sukuk negara yang berasal dari prospektus yang
diterbitkan kementerian keuangan dari berbagai jenis sukuk negara. Ketiga berasal
dari studi kepustakaan baik berupa buku, standar akuntansi menurut AOIFI.
Keempat dari data primer yang berasal dari hasil wawancara para pegawai
kementrian keuangan yang terlibat dalam penerbitan dan pencatatan transaksi sukuk
5. Lokasi Penelitian
Penelitian ini akan berlokasi di Indonesia dan Malaysia
Untuk Indonesia tempat penelitiannya adalah sebagai berikut:
1. Kementrian Keuangan
Alamat :Jalan dr Wahidin Raya No 1 Jakarta Pusat 10320
2. DSN(Dewan Syariah Nasional) MUI
Alamat :Jl. Dempo No.19 Pegangsaan. Jakarta Pusat 10320.
3. OJK (otoritas Jasa Keuangan) RI
Soemitro Djojohadikusumo, Jalan Lapangan Banteng Timur No.2-4, Pasar
Baru, Sawah Besar, Ps. Baru, Sawah Besar, Kota Jakarta Pusat
Untuk Malaysia tempat penelitiannya adalah sebagai berikut:
1. Kementrian Keuangan Malaysia
Kompleks Kementerian Kewangan, Persiaran Perdana, Presint 2, 62592
Putrajaya, Wilayah Persekutuan Putrajaya, Malaysia
2. Bank Negara Malaysia
Jalan Dato Onn 50480 Kuala Lumpur Malaysia
3. Majlis Penasihat Syariah(MPS) BNM
Jalan Dato Onn 50480 Kuala Lumpur Malaysia

28
6. Bagan Alir Penelitian

START

Studi Literatur

Perumusan Tujuan Penelitian

Pengumpulan Data Penelitian

Data Primer
● Penyusunan kuisioner
● Data Hasil FGD
● Penentuan jumlah informan
 Hasil wawancara
Data sekunder
● fatwa DSN MUI dan MPS
Identifikasi
BNM dan perumusan massalah
 Standar AAOIFI

Penyajian dan Deskripsi Data

Penarikan Kesimpulan

7. Luaran Yang akan dicapai


Luaran yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah artikel yang akan
dikirimkan ke jurnal bereputasi Internasional dan terindeks scopus.

29
BAB IV
BIAYA DAN JADWAL PENELITIAN
1. Biaya Penelitian
Nom Jenis Biaya Pengel
or uaran
1 Honor Nara sumber FGD (@ 2.000.000,- X Rp 18.000.000,-
6 Indonesia dan Malaysia)

2 Bahan habis pakai Rp. 5.000.000

3 Perjalanan Indonesia Malaysia (bolak Rp. 12.000.000


Balik)

4 Lain-lain (publikasi, seminar laporan, dll) Rp. 15.000.000

5 Total RP. 50.000.000

2. Jadwal Penelitian
TAHUN 2019, Bulan ke;

No Tahapan Penelitian
1 3 4 6

30
1 Persiapan penelitian

2 Penyusunan instrumen

3 Validasi instrumen

4 Pengumpulan data lapangan

5 Pengolahan data

6 Analisis data

7 Laporan penelitian

BAB V
KEPATUHAN STANDAR AKUNTANSI SYARIAH AAOIFI ATAS SUKUK
NEGARA INDONESIA DAN MALAYSIA

A. Deskripsi AAOIFI(Accounting and Auditing Organisation for Islamic


Financial Institutions) dan perannya.
AAOIFI (Accounting and Auditing Organization for Islamic Financial
Institution)merupakan organisasi didirikan pada tahun 1991 dan berkedudukan di
Bahrain. AAOIFI merupakan organisasi internasional Islam non-badan hukum
nirlaba yang merumuskan standar dan isu-isu terkait akuntansi, audit,
pemerintahan, etika, dan standar syariah Islam untuk lembaga keuangan Islam
(IFI). Sebagai organisasi internasional yang independen AAOIFI didukung oleh
kelembagaan anggota (200 anggota dari 40 negara) termasuk Bank Central,
Lembaga Keuangan Syariah, dan anggota lainnya dari industri perbankan syariah
di seluruh dunia. Saat ini, AAOIFI telah menerbitkan 88 standar termasuk
diantaranya 26 standar akuntansi, 5 standar auditing, 7 standar governance, 2
standar etika, dan 48 standar Syariah (Kompasiana,2017)
Standar AAOIFI telah diadopsi oleh bank sentral atau otoritas keuangan
disejumlah negara yang menjalankan keuangan islam baik adopsi secara penuh
(mandatory) atau sebagai dasar pedoman (basis of guidelines). AAOIFI didukung

31
oleh sejumlah bank sentral, otoritas keuangan, lembaga keuangan, perusahaan
akuntansi dan audit, dan lembaga hukum lebih dari 45 negara termasuk Indonesia.
(Jago Akuntansi,017)
Di dalam AAOIFI aturan dan prinsip syariah, disebutkan bahwa tujuan
AAOIFI adalah sebagai berikut(www.AAOIFI.com):
1. Untuk mengembangkan akuntansi, audit dan tata kelola serta etika
terkait dengan aktifitas institusi keuangan Islam,dengan
mempertimbangkan dan mengembangkan standar internasional dan
prakteknya yang sesuai dengan kepatuhan syariat Islam.
2. Menyebarkan akuntansi, audit dan etika yang berkaitan dengan
aktifitas dan aplikasi institusi keuangan islam , melalui seminar,
publikasi, penyiapan laporan dan dengan berbagai cara lainnya.
3.a Mengharmonisasi kebijakan dan prosedur akuntansi yang diadopsi dari
praktek institusi keuangan Islam, melalui penyiapan dan penerbitan
standar akuntansi dan interpretasinya.
b Meningkatkan kualitas dan keseragaman terkait auditing dan praktek
tata kelola terkait dengan institusi keuangan islam melaui penyiapan
penerbitan tata kelola dan standar audit dan interpretasinya
c Mempromosikan etika bisnis yang baik terkait dengan institusi
keuangan Islam melalui penyiapan dan penerbitan kode etik.
4. Sedapat mungkin mencapai kesesuaian dan kesamaan konsep dan
aplikasi diantara para pengawas institusi keuangan syariah untuk
menghindari kontradiksi dan ketidak konsistensi antara fatwa dan
aplikasinya dengan mengaktifasi peran pengawas syariah melalui
penyiapan dan penerbitan standar syariah untuk investasi, keuangan
dan asuransi.
5. Untuk mendekati badan pengawas syariah terkait implementasi standar
syariah sebaik stetment dan panduan yang dikeluarkan AAOIFI
6. Menawarkan program pendidikan dan pelatihan, termasuk
pengembangan program professional bidang akuntansi, auditing, tata
kelola, syariah dan proram lain yang berkaitan. Serta mendorong

32
profesionalsme yang lebih baik dibidang industi keuangan Islam
dengan pelatihan pengujian dan sertifikasi yang dilaksanakan oleh
AAOIFI secara langsung maupun institusi lain.
7. Untuk melaksanakan kegiatan lainnya termasuk sertifikasi kepatuhan
standar AAOIFI terkait dengan standar syariah, akuntansi, auditing
dan etika dan tata kelola.

B. Standar Syariah AAOIFI no 17 tentang Sukuk


1. Cakupan Standar
Standar ini mencakup sukuk investasi. Yang termasuk sukuk tersebut adalah
Sukuk atas kepemilikan aset sewaan, atas kepemilikan hak pakai, atas jasa,
Murabahah, Salam, Istisna'a, Mudarabah, Musyarakah, agensi investasi, serta
pembagian hasil pertanian (Muzara'ah), irigasi (Musaqat) dan kemitraan
pertanian (Mugharasah). Standar ini tidak mencakup saham perusahaan
gabungan, surat berharga dan portofolio investasi.

2. Definisi Sukuk Investasi


Sukuk investasi adalah sertifikat dengan nilai yang sama yang mencakup
bagian yang tidak terbagi dalam kepemilikan atas aset berwujud, hak pakai
dan jasa atau (dalam kepemilikan) aset proyek tertentu atau aktivitas investasi
khusus, namun demikian, hal tersebut berlaku setelah diterimanya nilai Sukuk,
penutupan penjualan (subscription) Sukuk dan penggunaan dana yang
diterima dari tujuan penerbitan Sukuk.

Dalam standar ini, Sukuk diterminologikan sebagai sukuk Investasi untuk


membedakannya dari saham dan obligasi.

3. Jenis Sukuk Investasi


Sukuk Investasi terdiri dari berbagai jenis, dan di antaranya adalah:

3/1 Sertifikat kepemilikan atas aset sewaan

33
Merupakan sertifikat dengan nilai yang sama yang diterbitkan oleh pemilik
aset sewaan atau aset berwujud yang dijanjikan akan disewa, atau diterbitkan
oleh perantara keuangan yang bertindak atas nama pemilik aset dengan tujuan
untuk menjual aset dan mendapatkan pemulihan nilai melalui penjualan sukuk
sehingga investor sukuk menjadi pemilik aset tersebut.

3/2 Sertifikat kepemilikan hak guna


3/2/1 Sertifikat kepemilikan hak guna aset.
Terdiri dari dua jenis:
3/2/1/1 Sertifikat dengan nilai yang sama dikeluarkan oleh pemilik aset yang
telah ada (existing), baik sendiri atau melalui perantara keuangan, dengan
tujuan untuk menyewakan aset dan menerima sewa dari perolehan penjualan
sukuk sehingga hak guna aset berpindah menjadi kepemilikan investor sukuk.

3/2/1/2 Sertifikat dengan nilai yang sama dikeluarkan oleh pemilik hak guna
aset yang telah ada (penyewa), baik sendiri atau melalui perantara keuangan,
dengan tujuan untuk menyewakan kembali (melalui subleasing) hak guna aset
tersebut dan menerima sewa dari perolehan penjualan sukuk sehingga investor
sukuk menjadi pemilik hak guna aset tersebut.

3/2/2 Sertifikat kepemilikan hak guna atas aset masa depan yang dijelaskan
(described future assets)
Merupakan sertifikat dengan nilai yang sama yang diterbitkan untuk tujuan
menyewakan aset berwujud dan untuk menghimpun sewa dari perolehan
penjualan sukuk sehingga hak guna atas aset masa depan yang dijelaskan
tersebut berpindah menjadi kepemilikan investor sukuk.

3/2/3 Sertifikat kepemilikan layanan dari pihak tertentu


Merupakan sertifikat dengan nilai yang sama yang diterbitkan untuk tujuan
menyediakan layanan melalui penyedia yang ditentukan (seperti manfaat
pendidikan di universitas yang ditunjuk) dan memperoleh biaya layanan

34
dalam bentuk perolehan penjualan sukuk sehingga investor sukuk menjadi
pemilik layanan ini .

3/2/4 Sertifikat kepemilikan layanan masa depan yang dijelaskan


Merupakan sertifikat dengan nilai yang sama yang diterbitkan untuk tujuan
menyediakan layanan di masa depan melalui penyedia yang dijelaskan (seperti
manfaat pendidikan dari universitas tanpa menyebut lembaga pendidikan) dan
memperoleh biaya dalam bentuk perolehan penjualan sukuk sehingga investor
sukuk menjadi pemilik layanan tersebut.

3/3 Sukuk Salam


Merupakan sertifikat dengan nilai yang sama dikeluarkan untuk tujuan
memperoleh modal Salam sehingga barang yang akan dikirim berdasarkan
akad Salam tersebut akan menjadi milik investor sukuk.

3/4 Sukuk Istisna’a


Merupakan sertifikat dengan nilai yang sama dikeluarkan dengan tujuan
memperoleh dana yang akan digunakan untuk memproduksi barang sehingga
barang yang diproduksi akan dimiliki oleh investor sukuk.

3/5 Sukuk Murabahah


Merupakan sertifikat dengan nilai yang sama dikeluarkan untuk tujuan
pembiayaan pembelian barang dengan menggunakan akad Murabahah
sehingga investor sukuk menjadi pemilik komoditas Murabahah.

3/6 Sukuk Musyarakah


Merupakan sertifikat dengan nilai yang sama dikeluarkan dengan tujuan
menggunakan dana yang diperoleh untuk membangun proyek baru,
mengembangkan proyek yang sudah ada atau membiayai kegiatan bisnis
berdasarkan kontrak kemitraan sehingga investor sukuk menjadi pemilik
proyek atau aset kegiatan sesuai saham masing-masing, yang mana sukuk

35
Musyarakah akan dikelola berbasis kerjasama (partisipasi) atau Mudarabah
atau agen investasi.

3/6/1 Sertifikat partisipasi


Merupakan sertifikat yang mencakup proyek atau kegiatan yang dikelola
berdasarkan akad Musyarakah dengan menunjuk salah satu mitra atau orang
lain untuk mengelola kegiatan operasional proyek atau kegiatan tersebut.

3/6/2 Sukuk Mudarabah


Merupakan sertifikat yang mencakup proyek atau kegiatan yang dikelola
berdasarkan akad Mudarabah dengan menunjuk salah satu mitra atau orang
lain sebagai Mudarib untuk mengelola kegiatan operasional proyek atau
kegiatan tersebut.

3/6/2 Sukuk Agen Investasi


Merupakan sertifikat yang mencakup proyek atau kegiatan yang dikelola
berdasarkan keagenan investasi dengan menunjuk agen untuk mengelola
kegiatan operasional proyek atau kegiatan tersebut atas nama investor sukuk.

3/7 Sukuk Bagi Hasil Pertanian (Sukuk Muzara'ah)


Merupakan sertifikat dengan nilai yang sama yang diterbitkan untuk tujuan
menggunakan dana yang dihimpun melalui penjualan sukuk untuk membiayai
proyek berdasarkan akad Muzara'ah sehingga investor sukuk berhak atas
bagian hasil panen sesuai dengan ketentuan perjanjian.

3/8 Sertifikat irigasi (Sukuk Musaqat)


Merupakan sertifikat dengan nilai yang sama yang diterbitkan untuk tujuan
menggunakan dana yang dihimpun melalui penjualan sukuk untuk melakukan
irigasi atas pohon-pohon yang menghasilkan buah, membelanjakannya dan
merawatnya berdasarkan kontrak Musaqat sehingga investor sukuk berhak
untuk mendapat bagi hasil atas tanaman tersebut sesuai kesepakatan.

36
3/9 Sertifikat pertanian (Sukuk Mugharasah)
Merupakan sertifikat dengan nilai sama yang diterbitkan berdasarkan akad
Mugharasah untuk tujuan menggunakan dana yang dihimpun untuk menanam
pohon serta membiayai pekerjaan dan hal lain yang diperlukan terkait dengan
perkebunan tersebut sehingga investor sukuk menjadi berhak atas bagian di
tanah dan perkebunan.

4. Karakteristik Sukuk Investasi


4/1 Sukuk Investasi adalah sertifikat dengan nilai yang sama yang diterbitkan
atas nama pemilik atau penerima untuk menetapkan klaim pemilik sertifikat
atas hak dan kewajiban finansial yang terkait dengan sertifikat tersebut.

4/2 Sukuk Investasi mencakup bagian bersama dalam kepemilikan aset yang
disediakan untuk investasi, baik berupa aset non-moneter, hak guna, jasa, atau
perpaduan aset-aset tersebut serta hak yang tidak berwujud, utang, dan aset
moneter. Sukuk tidak mencakup utang investor sukuk kepada penerbit sukuk.

4/3 Sukuk Investasi diterbitkan berdasarkan akad yang sesuai dengan aturan
syariah yang mengatur penerbitan dan perdagangannya.

4/4 Perdagangan Sukuk Investasi tunduk pada ketentuan yang mengatur


perdagangan atas hak yang diwakilinya.

4/5 Pemilik sertifikat tersebut berbagi hasil sebagaimana dinyatakan dalam


prospektus penjualan dan menanggung kerugian sesuai dengan sertifikat yang
mereka miliki.

5. Ketentuan dan Peraturan Syariah


5/1 Penerbitan Sukuk investasi
5/1/1 Diperbolehkan menerbitkan sertifikat investasi dengan cara menjual

37
berdasarkan kontrak investasi apa pun yang sesuai Syariah.

5/1/2 Diperbolehkan menerbitkan sertifikat untuk (melakukan sekuritisasi)


aset yang berwujud, hak guna dan jasa dengan membaginya menjadi saham
dengan nilai yang sama dan menerbitkan sertifikat dengan nilai tersebut.
Adapun utang yang terutang sebagai kewajiban, tidak boleh disekuritisasi
untuk tujuan perdagangan.

5/1/3 Akad penerbitan mengandung segala efek hukum atas akad yang
menjadi dasar penerbitan sertifikat tersebut. Hal ini terjadi setelah penutupan
penjualan dan penjatahan sertifikat.

5/1/4 Pihak yang berakad dalam akad penerbitan tersebut adalah penerbit dan
pembeli.

5/1/5 Hubungan antara kedua pihak dengan akad penerbitan tersebut


ditentukan berdasarkan jenis kontrak dan statusnya dalam Syariah serta uraian
berikut:

5/1/5/1 Sertifikat kepemilikan aset sewaan


Penerbit sertifikat ini adalah penjual aset sewaan atau aset yang akan disewa
sesuai janji, pembeli adalah pembeli aset, sedangkan dana yang dihimpun
melalui penjualan adalah harga pembelian aset. Investor sukuk bersama-sama
memiliki aset melalui kepemilikan yang tidak terbagi serta berbagi
keuntungan dan kerugian berdasarkan kemitraan yang ada di antara mereka.

5/1/5/2 Sertifikat kepemilikan hak guna


a) Sertifikat kepemilikan atas penggunaan aset yang telah ada (existing)
Penerbit sertifikat ini adalah penjual hak guna suatu aset yang telah ada,
pembeli adalah pembeli hak guna aset tersebut, sementara dana yang
dihimpun melalui penjualan adalah harga pembelian hak guna tersebut.

38
Investor sukuk menjadi pemilik bersama dari hak guna yang saling berbagi
manfaat dan risiko.
b) Sertifikat kepemilikan hak guna yang akan tersedia di masa depan
Penerbit sertifikat ini adalah penjual hak guna yang akan disediakan di masa
depan sesuai spesifikasi. Pembeli adalah pembeli hak guna melalui, dana yang
dihimpun melalui penjualan sukuk adalah harga beli dari hak guna tersebut.
Investor sukuk menjadi pemilik bersama dari hak guna yang saling berbagi
manfaat dan risiko.
c) Sertifikat kepemilikan jasa
Penerbit sertifikat ini adalah penjual jasa, pembeli adalah pembeli jasa,
sedangkan dana yang dihimpun melalui penjualan tersebut adalah harga
pembelian atas jasa.

Investor sukuk berhak untuk menjual keuntungan dari semua jenis sertifikat
yang telah dijelaskan pada poin (a), (b), dan (c) diatas dan berhak atas
pendapatan dari penjualan kembali hak guna tersebut.

5/1/5/3 Sukuk Salam


Penerbit sertifikat adalah penjual barang Salam, pembeli adalah pembeli
barang, sementara dana yang direalisasikan dari penjualan sukuk adalah harga
beli (modal Salam) dari barang tersebut. Investor sukuk Salam adalah pemilik
barang Salam dan berhak atas harga jual sertifikat atau harga jual barang
Salam yang dijual melalui akad Salam Paralel, jika ada.

5/1/5/4 Sukuk Istisna’a


Penerbit sertifikat ini adalah pabrik (pemasok/penjual), pembelinya adalah
pembeli komoditas yang dimaksud, sedangkan dana yang direalisasikan dari
penjualan sukuk tersebut adalah harga pokok komoditas. Investor sukuk
memiliki komoditas dan berhak atas harga jual komoditas yang dijual
berdasarkan akad Istisna’a Paralel, jika ada.

39
5/1/5/5 Sukuk Murabahah
Penerbit sertifikat adalah penjual komoditas Murabahah, pembeli adalah
pembeli komoditas tersebut, dan dana realisasi adalah harga pokok komoditas
tersebut. Investor sukuk memiliki komoditas Murabahah dan berhak atas
harga jualnya.

5/1/5/6 Sukuk Musyarakah


Penerbit sertifikat adalah pihak yang menginisiasi kemitraan dengannya dalam
proyek tertentu atau kegiatan yang ditentukan. Pembeli adalah mitra dalam
kontrak Musyarakah. Dana yang terealisasi adalah kontribusi pembeli atas
modal Musyarakah. Investor sukuk memiliki aset kemitraan dengan
keuntungan dan kerugian yang menyertainya dan berhak atas bagi hasil dalam
kemitraan, jika ada.

5/1/5/7 Sukuk Mudarabah


Penerbit sertifikat ini adalah Mudarib, pembelinya adalah pemilik modal, dan
dana yang terealisasi adalah modal Mudarabah. Investor sukuk memiliki aset
Mudarabah dan bagian keuntungan yang disepakati adalah milik pemilik
modal dan mereka menanggung kerugian, jika ada.

5/1/5/8 Sertifikat agen investasi (Sukuk Wakalah)


Penerbit sertifikat ini adalah agen investasi, pembeli adalah pemilik modal
(prinsipal) sementara dana yang terealisasi adalah modal investasi yang
dipercayakan. Investor sukuk memiliki aset yang diwakili oleh sertifikat
dengan manfaat dan risikonya, dan mereka berhak atas keuntungan, jika ada.

5/1/5/9 Sukuk Muzara’ah


a) Penerbit sertifikat ini adalah pemilik tanah (pemilik penuh atau pemilik hak
guna tanah). Pembeli adalah petani berdasarkan kontrak Muzara’ah (petani
atau wakil mereka). Dana yang terealisasi adalah biaya pertanian.
b) Penerbit sertifikat dapat juga merupakan petani (pekerja), pembeli adalah

40
pemilik tanah (investor yang pokok investasinya akan digunakan untuk
membeli tanah); dan investor sukuk berhak atas bagian dari hasil lahan sesuai
perjanjian.

5/1/5/10 Sukuk Musaqat


a) Penerbit sertifikat ini adalah pemilik (atau pemilik hak guna) tanah yang
terdiri dari pepohonan; pembeli adalah mereka yang memikul kewajiban
melakukan irigasi pada akad Musaqat, sementara dana yang direalisasikan
adalah biaya pemeliharaan pohon.
b) Penerbit sertifikat ini dapat merupakan penyedia irigasi (pekerja) dan
pembeli adalah pemilik tanah (investor yang pokok investasinya akan
digunakan untuk mengairi tanah). Investor sukuk berhak atas bagian dari hasil
pepohonan tersebut sesuai kesepakatan.

5/1/5/11 Sukuk Mugharasah


a) Penerbit sertifikat ini adalah pemilik tanah yang cocok digunakan untuk
penanaman (pohon), pembeli adalah mereka yang memikul kewajiban
menanam berdasarkan akad Mugharasah, sedangkan dana yang terealisasi
adalah biaya pemeliharaan kebun.
b) Penerbit dapat juga merupakan penanam (pemilik pekerjaan), pembelinya
adalah pemilik tanah (investor yang pokok investasinya digunakan untuk
melakukan penanaman tanah), dan investor sukuk berhak mendapat bagian
baik dari pohon dan tanah sesuai kesepakatan.

5/1/6 Hubungan antar pihak, yaitu penerbit dan pembeli akan diatur oleh akad
penerbitan Sukuk yang berlaku. Persetujuan atas akad akan menimbulkan efek
hukum sehubungan dengan hak dan kewajiban para pihak.

5/1/7 Penerbitan prospektus mencakup penawaran penerbit pada calon


investor untuk membeli sukuk. Adapun penerimaan (acceptance), adalah
persetujuan penerbit atas permintaan yang diajukan calon investor, kecuali

41
jika secara tegas dinyatakan dalam prospektus bahwa itu hal itu adalah
penawaran. Dalam hal ini, prospektus akan dianggap sebagai penawaran dan
permintaan adalah penerimaan.

5/1/8 Berikut ini harus diperhatikan dalam prospektus penerbitan:

5/1/8/1 Prospektus harus mencakup seluruh kondisi kontraktual, pernyataan


yang memadai tentang peserta dalam penerbitan ini, posisi hukum dan hak
mereka serta kewajiban-kewajiban, seperti pernyataan tentang agen
penerbitan, manajer penerbitan, originator, wali amanat investasi, pihak yang
menutupi kerugian, agen pembayaran, serta pihak lainnya beserta persyaratan
pengangkatan dan pemberhentian mereka.

5/1/8/2 Prospektus Sukuk harus mencakup identifikasi akad berdasarkan


sertifikat yang akan diterbitkan, seperti penjualan aset sewaan berwujud,
Ijarah, Murabahah, Istisna'a, Salam, Mudarabah, Musyarakah, Wakalah,
Muzara'ah, Mugharasah atau Musaqat.

5/1/8/3 Akad yang menjadi dasar penerbitan harus lengkap sehubungan


dengan elemen dan kondisinya dan tidak boleh mencakup kondisi yang
bertentangan dengan tujuan dan aturannya.

5/1/8/4 Prospektus harus secara eksplisit menyebutkan kewajiban untuk


mematuhi aturan dan prinsip-prinsip syariah, dan bahwa ada Dewan Pengawas
Syariah yang menyetujui prosedur penerbitan dan memantau pelaksanaan
penerbitan. memproyeksikan sepanjang durasinya.

5/1/8/5 Prospektus harus menyatakan bahwa investasi atas dana yang


terealisasi dan aset yang diadakan dari dana tersebut akan dilakukan sesuai
dengan akad investasi yang sesuai dengan prinsip Syariah.

42
5/1/8/6 Dengan mempertimbangkan poin 3/1/5 pada Standar Syariah No. 12
tentang Syarikat (Musyarakah) dan Perusahaan Modern, prospektus harus
menyatakan bahwa setiap pemilik sertifikat berpartisipasi dalam keuntungan
dan menanggung kerugian sesuai dengan nilai finansial yang terkandung
dalam sertifikatnya.

5/1/8/7 Prospektus tidak boleh memasukkan pernyataan apa pun yang


menyatakan bahwa penerbit sertifikat akan bertanggung jawab memberikan
kompensasi kepada pemilik sertifikat hingga mencapai nilai nominal sertifikat
dalam situasi selain kelalaian, atau bahwa penerbit menjamin persentase
keuntungan tetap. Namun demikian, diizinkan untuk pihak ketiga yang
independen untuk memberikan jaminan secara gratis, seraya
mempertimbangkan poin 7/6 pada Standar Syariah No. 5 tentang Jaminan.
Penerbit sertifikat juga diizinkan untuk menawarkan beberapa jaminan
berwujud atau jaminan pribadi sehubungan dengan kelalaiannya atau
tindakannya yang salah, seraya mempertimbangkan poin 3/1/4/3 pada Standar
Syariah No. 12 tentang Sharikat (Musyarakah) dan Perusahaan Modern serta
akad-akad yang dinyatakan dalam standar itu.

5/1/9 Institusi diperbolehkan melakukan penjaminan atas penerbitan yang


tidak memperoleh permintaan (unsubscribed issue), dalam hal ini kewajiban
penjamin emisi didasarkan pada janji yang mengikat. Penjamin emisi tidak
boleh menerima komisi apa pun sebagai pengganti penjaminan emisi tersebut
dengan mempertimbangkannya poin 4/1/2/4 pada Standar Syariah No. 12
tentang Syarikat (Musyarakah) dan Perusahaan Modern.

5/1/10 Diperbolehkan menerbitkan Sukuk untuk jangka pendek, jangka


menengah atau jangka panjang sesuai dengan prinsip-prinsip Syariah. Sukuk
juga dapat diterbitkan tanpa menentukan jangka waktu tergantung pada sifat
akad yang mendasari penerbitan Sukuk.

43
5/1/11 Diizinkan bagi penerbit atau investor sukuk untuk mengadopsi metode
yang diizinkan dalam mengelola risiko, mengurangi fluktuasi dari keuntungan
yang dapat dibagikan (cadangan pemerataan laba), seperti mendirikan dana
asuransi syariah dengan kontribusi dari investor sukuk, atau dengan
berpartisipasi dalam asuransi (Takaful) dengan pembayaran premi dari
pendapatan saham investor sukuk atau melalui sumbangan (Tabarru'at) yang
dilakukan oleh investor sukuk.

5/2 Perdagangan Sukuk dan pelunasannya


5/2/1 Diperbolehkan, setelah penutupan penjualan, penjatahan Sukuk dan
dimulainya kegiatan, untuk memperdagangkan dan melunasi Sukuk investasi
yang mencakup kepemilikan bersama atas aset berwujud, hak guna atau jasa
berwujud. Adapun perdagangan atau pelunasan sebelum dimulainya kegiatan,
perlu mematuhi aturan kontrak Sarf (pertukaran mata uang) bersama dengan
aturan untuk utang (piutang) ketika likuidasi selesai dan aset adalah piutang
atau ketika aset yang diwakili oleh Sukuk dijual dengan harga ditangguhkan.

5/2/2 Dalam kasus Sukuk yang dapat dinegosiasikan, diperbolehkan bagi


penerbit untuk melakukan, melalui prospektus penerbitan, untuk membeli
pada nilai pasar, setelah selesainya proses penerbitan, setiap sertifikat yang
dapat ditawarkan kepadanya Namun, penerbit tidak diperbolehkan untuk
melakukan pembelian sukuk pada nilai nominalnya.

5/2/3 Sertifikat dapat diperdagangkan melalui berbagai cara sepanjang tidak


bertentangan dengan aturan Syariah, seperti pendaftaran, cara elektronik, atau
transmisi aktual oleh pembawa kepada pembeli.

5/2/4 Diperbolehkan, segera setelah diterbitkan dan sampai dengan tanggal


jatuh tempo, tetapi setelah pengalihan kepemilikan aset kepada investor
sukuk, untuk memperdagangkan Sukuk yang mencakup kepemilikan aset
sewaan yang ada atau aset untuk disewa sesuai janji.

44
5/2/5 Diperbolehkan bagi penerbit untuk melunasi, sebelum jatuh tempo,
sertifikat kepemilikan aset sewaan dengan harga pasar atau dengan harga yang
disepakati, pada tanggal pelunasan, antara investor sukuk dan penerbit.

5/2/6 Diperbolehkan untuk memperdagangkan surat berharga dengan


kepemilikan hak guna yang berwujud aset sebelum kontrak untuk sub-leasing
aset. Ketika aset disewakan, sertifikat tersebut merupakan piutang sewa, yang
membuatnya menjadi utang kepada lessor kedua dengan tunduk pada
peraturan dan ketentuan untuk pelepasan utang.

5/2/7 Penerbit diperbolehkan untuk melunasi Sukuk kepemilikan atas hasil


penggunaan aset berwujud dari investor, setelah penjatahan dan pembayaran
harga berlangganan, dengan harga pasar atau dengan harga yang disepakati
antara para pihak di saat pelunasan, dengan ketentuan bahwa jumlah
langganan atau harga pelunasan tidak ditangguhkan. [lihat poin 3/4 pada
Standar Syariah No. 9 tentang Ijarah dan Ijarah Muntahia Bittamliik]

5/2/8 Tidak diperbolehkan memperdagangkan sertifikat kepemilikan atas hak


guna aset masa depan yang dijelaskan sebelum aset tersebut dipastikan,
kecuali dengan memperhatikan ketentuan penghapusan piutang. Ketika aset
telah dipastikan, maka perdagangan Sukuk atas hak guna aset tersebut dapat
dilakukan.

5/2/9 Diperbolehkan untuk memperdagangkan sekuritas kepemilikan jasa


yang akan disediakan oleh pihak tertentu sebelum melakukan sub-leasing
layanan tersebut. Ketika jasa disewakan, sertifikat tersebut merupakan piutang
sewa yang akan diperoleh dari lessee kedua. Dalam hal ini, sertifikat
mencakup utang dan oleh karena itu, tunduk pada peraturan dan ketentuan
penghapusan utang.

45
5/2/10 Tidak diperbolehkan untuk memperdagangkan surat berharga
kepemilikan jasa yang akan disediakan oleh pihak yang akan ditentukan di
masa depan sebelum sumber dari mana jasa akan diberikan dapat
diidentifikasi, kecuali dengan mematuhi aturan terkait utang Ketika sumber
jasa diidentifikasi, perdagangan Sukuk tersebut dapat dilakukan.

5/2/11 Diperbolehkan untuk melakukan Ijarah paralel pada aset berwujud


dengan menggunakan deskripsi yang sama untuk produk yang diberikan
kepada investor Sukuk dalam kasus-kasus yang dirinci pada poin 5/2/8 dan
5/2/10 selama dua kontrak sewa tetap independen.
5/2/12 Diperbolehkan bagi pembeli kedua untuk menggunakan hak guna dari
aset yang ada dan yang ditentukan untuk dijual kembali. Pembeli juga berhak
mengeluarkan sertifikat dalam hal ini.

5/2/13 Diperbolehkan untuk memperdagangkan atau melunasi sertifikat


Istisna’a jika dana telah dikonversi, dalam periode Istisna'a, menjadi aset yang
dimiliki oleh investor sukuk. Jika dana realisasi segera dibayarkan sebagai
harga dalam kontrak Istisna’a paralel atau komoditas yang diproduksi
diserahkan kepada pembeli akhir, maka perdagangan sertifikat Istisna’a
tunduk pada aturan penghapusan utang.

5/2/14 Tidak diperbolehkan memperdagangkan sertifikat Salam.

5/2/15 Tidak diperbolehkan untuk memperdagangkan sertifikat Murabahah


setelah pengiriman komoditas Murabahah kepada pembeli. Namun,
perdagangan sertifikat Murabahah diperbolehkan setelah membeli komoditas
Murabahah dan sebelum menjualnya kepada pembeli.

5/2/16 Diperbolehkan untuk memperdagangkan sertifikat Mudarabah,


Musyarakah dan agen investasi setelah penutupan penjualan, penjatahan
sertifikat dan dimulainya aktivitas sehubungan dengan aset dan hak guna.

46
5/2/17 Diperbolehkan untuk memperdagangkan sertifikat Muzara'ah dan
Musaqat setelah penutupan penjualan, penjatahan sertifikat dan dimulainya
kegiatan sehubungan dengan aset dan hak guna. Aturan ini berlaku ketika
investor sukuk memiliki tanah. Dengan demikian, perdagangan sertifikat ini
tidak diperbolehkan jika investor sukuk bertindak sebagai pekerja (yang
melakukan pekerjaan pertanian atau irigasi) dalam hal perdagangan sertifikat
ini tidak diizinkan sebelum matangnya buah dan tanaman.

5/2/18 Diperbolehkan untuk memperdagangkan sertifikat Mugharasah setelah


penutupan penjualan, penjatahan sertifikat dan dimulainya kegiatan terlepas
dari investor sukuk yang menjadi pemilik tanah atau pekerja.

C. Deskripsi kepatuhan standar Syariah AAOIFI atas sukuk Negara Indonesia


1. Struktur Aqad Sukuk Negara Indonesia
Sukuk negara telah mengalami perkembangan yang luar biasa pesat tidak hanya
dalam konteks nilai penerbit tetapi juga dalam aspek kualitatif yang lain, di antaraya
pengembangan struktur sukuk. Hingga saat ini telah dikembangkan emapat jenis
struktur Sukuk Negara yang terdiri dari tiga struktur sukuk yang berbasis akad ijarah
dan satu stuktur yang berbasis akad wakalah.
Rangkuman ke-empat jenis struktur Aqad Sukuk Negara Indonesia dapat
dilihat pada Tebel dibawah ini:

47
Berikut penjelasan keempat jenis struktur aqad Sukuk Negara Indonesia tersebut :

1. SBSN Ijarah Sale and Lease Back

SBSN ljarah Sale and Lease Back adalah jual beli suatu aset yang kemudian pembeli

menyewakan aset tersebut kepada penjual. (Andri Sumitra,2019) SBSN ljarah Sale

and Lease Back adalah sukuk yang diterbitkan bedasarkan skema transaksi Sale and

Lease Back dengan menggunakan underlying asset berupa tanah dan/atau banguna.

Jenis sukuk ini di kategorikan kedalam jenis sukuk yang mempresentasikan

kepemilikan atas aset berwujud yang disewakan (certificate of ownership of leased

assset), sebagaimana mengacu pada AAOIFI Shariah Standards No 17 (3/1) sehingga

sukuk negara Indonsesia dengan aqad Ijarah sale and lease back ini sudah sesuai

dengan standar syariah AAOIFI di point 3 butir 1.

2. SBSN Ijarah Al Khadamat

Sukuk Ijarah al-khadamat adalah sukuk yang diterbitkan dengan tujuan untuk

menyediakan suatu jasa tertentu dan mendapatkan fee atas penyediaan jasa dimaksud,

sehingga pemegang sukuk menjadi pemilik jasa dan berhak mendapatkan fee atas

48
penyediaan jasa tersebut. SBSN Ijarah Al-Khadamat SBSN ljarah Al-Khadamat adalah

sukuk yang diterbitkan menggunakan akad ijarah al-khadamat dengan underlying asset

berupa jasa, yaitu jasa layanan haji. Jenis sukuk ini dikategorikan ke dal jenis sukuk

yang merepresentasikan kepemilikan atas jasa yang tersedia di masa yang akan datang

(certificates of ownership of described future services), sebagaimana dapat dirujuk

pada AAOIFI Sharia Standards Nomor 17 (DJPPR Kemenkeu,2015)

Adapun sukuk Ijarah Alkhadimat ini sudah sesuai dengan standar AAOIFI no 17 pada

poin atau butir 3/23.

3. SBSN Ijarah Asset to be Leased

Ijarah Asset to be Leased adalah akad ijarah yang objeknya sudah ditentukan

spesifikasinya dan sebagian objek tersebut sudah ada pada saat akad dilakukan, namun

penyerahan nya dilakukan pada masa yang akan datang sesuai kesepakatan. Adapun

Sukuk Negara yang diterbitkan dengan akad tersebut merupakan bukti kepemilikan

atas bagian dari underlying asset SBSN yang menjadi objek ijarah, baik yang sudah

ada maupun yang akan ada atau dalam proses pembangunan. Sukuk ini dapat

dikategorikan ke dalam jenis sukuk yang merepresentasikan kepemilikan atas aset

berwujud yang dijanjikan akan disewakan (sukuk Maujudat Al-Mau'ud Bisti'jariha),

sebagaimana mengacu pada AAOIFI Sharia Standards Nomor 17 (3/1) sehingga sukuk

Negara Indonesia dengan akqad Ijarah Asset to be leasses ini sudah sesuai dengan

standar AAOIFI.

4. SBSN Wakalah

Akad Wakalah pada prinsipnya dapat diartikan sebagai akad pelimpahan kuasa oleh

satu pihak kepada pihak lain dalam hal-hal tertentu yang dapat dikuasakan. Adapun

49
Sukuk Wakalah merupakan jenis sukuk berbasis kerjasama dan dalam AAOIFI Sharia

Standards nomor 17 (3/6/3) disebut sebagai investment agency sukuk, yaitu sukuk

yang merepresentasikan proyek atau kegiatan yang dikelola.

2. Desksrpsi Produk Sukuk Negara Indonesia yang diperjualbelikan di pasar

Internasional.

a. Produk 1

Nama Produk Sukuk Sukuk Nagara RI 2018-2


Jenis Aqad Sukuk Ijaro
Tanggal Penerbitan 21 Nov 2011
Masa Tenor 7 Tahun
Nilai 1.000.000.000 US $
Jasa/ fee/ujroh 4%

b. Produk 2

Nama Produk Sukuk Sukuk Nagara RI 2012-2


Jenis Aqad Sukuk Ijaro
Tanggal Penerbitan 21 Nov 2012
Masa Tenor 10 Tahun
Nilai 1.000.000.000 US $
Jasa/ fee/ujroh 3,3%

c. Produk 3

Nama Produk Sukuk Sukuk Nagara RI 2019-3


Jenis Aqad Sukuk Ijaro
Tanggal Penerbitan 17 Sept 2013
Masa Tenor 6 Tahun

50
Nilai 1.500.000.000 US $
Jasa/ fee/ujroh 6,125%

d. Produk 4

Nama Produk Sukuk Sukuk Nagara RI 2024


Jenis Aqad Sukuk Ijaro
Tanggal Penerbitan 02 Sept 2014
Masa Tenor 10 Tahun
Nilai 1.500.000.000 US $
Jasa/ fee/ujroh 4,35%

e. Produk 5

Nama Produk Sukuk Sukuk Nagara RI 2025


Jenis Aqad Sukuk Wakala
Tanggal Penerbitan 22 Mei 2015
Masa Tenor 10 Tahun
Nilai 2.000.000.000 US $
Jasa/ fee/ujroh 4,325%

f. Produk 6

Nama Produk Sukuk Sukuk Nagara RI 2026


Jenis Aqad Sukuk Wakala
Tanggal Penerbitan 29 Maret 2016
Masa Tenor 10 Tahun
Nilai 1.750.000.000 US $
Jasa/ fee/ujroh 4,55%

51
g. Produk 7

Nama Produk Sukuk Sukuk Nagara RI 2021


Jenis Aqad Sukuk Wakala
Tanggal Penerbitan 29 Maret 2016
Masa Tenor 5 Tahun
Nilai 750.000.000 US $
Jasa/ fee/ujroh 3,4%

h. Produk 8

Nama Produk Sukuk Sukuk Nagara RI 2022


Jenis Aqad Sukuk Wakala
Tanggal Penerbitan 23 Maret 2017
Masa Tenor 5 Tahun
Nilai 1.000.000.000 US $
Jasa/ fee/ujroh 3,4%

i. Produk 9

Nama Produk Sukuk Sukuk Nagara RI 2027


Jenis Aqad Sukuk Wakala
Tanggal Penerbitan 29 Maret 2017
Masa Tenor 10 Tahun
Nilai 2.000.000.000 US $
Jasa/ fee/ujroh 4,15%

j. Produk 10

Nama Produk Sukuk Sukuk Nagara RI 2028


Jenis Aqad Sukuk Wakala

52
Tanggal Penerbitan 24 Feb 2018
Masa Tenor 10 Tahun
Nilai 1.750.000.000 US $
Jasa/ fee/ujroh 4,4%

k. Produk 11
Nama Produk Sukuk Sukuk Nagara RI 2023
Jenis Aqad Sukuk Wakala
Tanggal Penerbitan 27 Feb 2018
Masa Tenor 5 Tahun
Nilai 1.250.000.000 US $
Jasa/ fee/ujroh 3,75%

Dari kesebalas produk sukuk negara Indonesia tersebut secara umum ada dua aqad yang
mendasari penerbitan sukuk negara Indonesia yaitu aqad Ijaroh dan aqad wakala.
Aqad sukuk ijaroh sale and lease back yang dijadikan dasar strukur penerbitan nya
adalah skema transaksi jual beli aset dimana pembeli aset kemudian menyewakan aset
tersebut kepada penjual. Akad yang digunakan sebetulnya dalam produk ini dalah dua
akad yang dilaksanakan secara terpisah. Yaitu akad jual beli(ba’i) dan akad sewa(ijaroh),
sukuk ijaroh sale and lease back yang di terbitkn pemerintah Indonesia ini sudah sesuai
dengan dengan standar syariah AAOIFI no 17 poin 3/2/1/1 tentang sukuk ijaroh sale and
lease back atau sukuk kepemilikan aset berwujud yang disewakan.
Dari pendalam tentang sukuk ijaroh yang diterbitkan negara Indonesia bahwa aset yang
digunakan sebagai dasar penerbitan Sukuk Ijarohnya adalah aset berwujud yang secara
syariah bisa dijual, disewakan atau bisa dimanfaatkan. Misalnnya seperti
tanah,bangunan,gedung dan jembatan, bandara. Dengan demikian maka sukuk yang
dibeli investor adalah bukti kepemilikan atas aset berwujud tersebut yang kemudian
menjadi underlying asset sukuk yang diterbitkan dan ini bisa menjadi dasar bagi investor
untuk berhak menerima hasil sewa dari aset yang dibelinya dari SPV lalu kemudian
menjualnya kepada pemerintah dan kemudian pemerintah berkewajiban membayarkan

53
uang sewa kepada investor sampai batas tenor yang ditentukan lalu kemudian diakhir
batas waktu atau tenor ada ksepakatan untuk dibeli kembali oleh pemerintah.
Sukuk ijaroh sale and lease back yang di terbitkan pemerintah Indonesia yang
kemudian diperdagangkan di pasar sekunder juga sudah sesuai dengan standar AAOIFI
no 17 pada poin 5/2/4 mengenaik kebolehan memperdagangkan sukuk yang
mempresentasikan kepemilikan atas harta berwujud.
Aqad berikutnya yang mendasari Produk sukuk negara Indonesia adalah aqad
Wakalah, dimana aqad wakalah adalah akad atau perjanjian pelimpahan kuasa oleh satu
pihak kepada pihak lain dalam hal-hal tertentu yang boleh di wakilkan. Aqad wakalah
pada dasarnya bukan merupakan aqad tijari atau akad bisnis namun akad tabarru atau
akad kebaikan namun karena fleksibilitasnya akad ini dalam industri keuangan islam akad
wakala dapat juga dijadikan aqad bisnis. Hal ini sesuai dengan strukur akad yang
mengacu pada Standar syariah AAOIFI no 17 pada poin 3//6/3 tentang invenstemnt
aganecy certificate. Sukuk wakalah yang dierdagangkan di pasar sekunder juga sudah
sesuai dengan standar syariah AAOIFI no 17 poin 5/2/16 yang membolhkan
diperdagangkan di pasar sekunder. Namun kebolehan nya diperdagangkan di pasar
sekunder tetap memerhatikan jenis aset yang digunakan sebagai dasar penerbitannya atau
underlying asset jika underlying assetnya adalah aset berwujud maka boleh langsung
diperdagangkan menurut standar AAOIFI jika underlying assetnya adalah aset tak
berwujud maka sukuk wakalah tidak dapat diperdagangkan dan dari data yang
disampaikan pemerintah Indonesia underlying asset untuk sukuk wakala ada sejumlah
343 aset berupa tanah dan bangunan yang dapat diperdagangkan dari berbagai
kementrian. Dengan demikian maka sukuk wakala negara Indonesia dapat diperdagankan
di pasar sekunder dan telah sesuai dengan standar AAOIFI no 17 poin 5/2/16.
Utuk Sukuk dengan akad Ijarah alkhdimat yang dikeluarkan oleh pemerintah
Indonesia juga sudah sesaui dengan standar AAOIFI no 17 poin 3/2/4 yang menyebutkan
Merupakan sertifikat dengan nilai yang sama yang diterbitkan untuk tujuan menyediakan
layanan di masa depan melalui penyedia yang dijelaskan (seperti manfaat pendidikan dari
universitas tanpa menyebut lembaga pendidikan) dan memperoleh biaya dalam bentuk
perolehan penjualan sukuk sehingga investor sukuk menjadi pemilik layanan tersebut,

54
dengan underlying asset jasa layanan haji. Maka jenis sukuk negara alkhadimat ini berarti
mempresentasikan atas jasa layanan masa depan yang sesuai dengan poin 3/2/4
Selanjutnya berdasarkan butir 5/1/8 standar syariah AAOIFI ada hal-hal yang
harus diperhatikan yang merupakan kewajiban bagi penerbit sukuk dalam prospektus
penerbitan diantaranya adalah:
a. Prospektus harus mencakup identifikasi akad berdasarkan sertifikat yang
akan diterbitkan, hal ini sudah dilakukan oleh Pemerintah Indonesia dalam
menerbitkan Sukuk Negara yaitu dengan mengumumkan bahwa aqad yang
menjadi dasar kontrak sukuknya adalah aqad iaroh dan aqad Wakala.
b. Akad yang menjadi dasar penerbitan harus lengkap sehubungan dengan
elemen dan kondisinya, dari prospektus yang diterbitkan sudah dijelaskan
dengan lengkap aqad dan elemennya serta aqad aqad yang mengikutinya
pada rospektus sukuk negara Indonesia.
c. Harus ada Dewan Pengawas Syariah yang menyetujui prosedur penerbitan
dan memantau pelaksanaan penerbitan. memproyeksikan sepanjang
durasinya. Di dalam penerbitan sukuk Negara Indonesia ada fatwa dan opini
syariah dari Dewan Syariah Nasional MUI yang menyetujui penerbitan dan
memantau pelaksanaan penerbitan Sukuk Negara Indonesia.

D. Deskripsi kepatuhan standar Syariah AAOIFI atas sukuk Negara Malaysia


1. Struktur Aqad Sukuk Negara Malaysia
Untuk sukuk negara Malaysia dari prospektus yang diterbitkan rata-rata
menggunakan aqad Murabahah dari delapan buah sukuk yang ditebitkan mulai 2013
sampai dengan 2016 semuanya menggunakan akad Murabahah.
Sukuk Murabahah adalah sukuk yang diterbitkan dalam rangka memperoleh
dana untuk membiayai pembelian komoditas melalui akad murabahah, sehingga
komoditas murabahah tersebut menjadi milik investor. Penerbit sertifikat adalah
penjual komoditas Murabahah, pembeli adalah pembeli komoditas tersebut, dan
dana realisasi adalah harga pokok komoditas tersebut. Investor sukuk memiliki
komoditas Murabahah dan berhak atas harga jualnya.

55
2. Desksrpsi Produk Sukuk Negara Malaysia yang diperjualbelikan di pasar
Internasional.
a. Produk 1

Nama Produk Sukuk Sukuk Negara Malaysia GII 2035-2


Jenis Aqad Sukuk Murabahah
Tanggal Penerbitan 30 Sept 2016
Masa Tenor 19 Tahun
Nilai 2.000.000.000 US $
Jasa/ fee/ujroh 4,786%

b. Produk 2

Nama Produk Sukuk Sukuk Negara Malaysia GII 2021


Jenis Aqad Sukuk Murabahah
Tanggal Penerbitan 22 Juli 2016
Masa Tenor 5 Tahun 1 bulan
Nilai 3,500.000.000 US $
Jasa/ fee/ujroh 5,743%

c. Produk 3
Nama Produk Sukuk Sukuk Negara Malaysia GII 2026
Jenis Aqad Sukuk Murabahah
Tanggal Penerbitan 8 Jan 2016
Masa Tenor 10 Tahun 3 Bulan
Nilai 3.500.000.000 US $
Jasa/ fee/ujroh 4,0706%

d. Produk 4
Nama Produk Sukuk Sukuk Negara Malaysia GII 2030
Jenis Aqad Sukuk Murabahah

56
Tanggal Penerbitan 06 Mei 2016
Masa Tenor 14Tahun 4 bulan
Nilai 2.500.000.000 US $
Jasa/ fee/ujroh 4,25%

e. Produk 5

Nama Produk Sukuk Sukuk Negara Malaysia GII 2026


Jenis Aqad Sukuk Murabahah
Tanggal Penerbitan 24 Maret 2016
Masa Tenor 10,5 Tahun
Nilai 3.500.000.000 US $
Jasa/ fee/ujroh 4,07%

f. Produk 6

Nama Produk Sukuk Sukuk Negara Malaysia GII 2023


Jenis Aqad Sukuk Murabahah
Tanggal Penerbitan 4 April 2016
Masa Tenor 7,3 Tahun
Nilai 3.500.000.000 US $
Jasa/ fee/ujroh 4,39%

g. Produk 7

Nama Produk Sukuk Sukuk Negara Malaysia GII 2021


Jenis Aqad Sukuk Murabahah
Tanggal Penerbitan 22 Febuari 2016
Masa Tenor 5,5 Tahun
Nilai 3.500.000.000 US $
Jasa/ fee/ujroh 3,743%

h. Produk 8

57
Nama Produk Sukuk Sukuk Negara Malaysia GII 2035
Jenis Aqad Sukuk Murabahah
Tanggal Penerbitan 30 Okt 2015
Masa Tenor 20 Tahun
Nilai 1.500.000.000 US $
Jasa/ fee/ujroh 4,786%

Sejak 22 Juli 2013, Pemerintah Malysia mengeluarkan Sukuk negara atau GIII yang
dikeluarkan berdasarkan aqad Murabahah. Sukuk GII berdasarkan Kontrak Murabahah
pada dasarnya adalah sertifikat hutang yang timbul dari ditangguhkannya transaksi
penjualan Mar-up dari suatu aset, seperti Komoditas( terutama minyak sawit mentah)
yang sesuai dengan prinsip-prinsip syariah.penerbitan baru ini berdasarkan konsep
kontrak murabahah akan melibatkan transaksi komoditas untuk menciptakan utang antar
penerbit sukuk dan para Investor.
Berdasarkan prinsip penerbitan, Peserta Lelang akan menunjuk BNM sebagai agen
mereka beli komoditas. BNM sebagai agen komoditas akan membeli komoditas, mis.
Minyak mentah Minyak kelapa sawit. Setelah menyelesaikan pembelian, BNM atas nama
Penawar yang Sukses, akan menjual komoditas kepada Pemerintah dengan harga mark-
up yang harus dibayar pada pembayaran yang ditangguhkan tanggal. Kewajiban
Pemerintah untuk menyelesaikan harga pembelian dijaminkan dalam bentuk GII dan
dikeluarkan untuk investor. Keuntungan dari penjualan merupakan kupon dari GII, akan
dibayarkan secara berkala seperti semi-tahunan. Pada tanggal pembayaran yang
ditangguhkan, Pemerintah akan membayar jumlah pokok dan laba akhir yang dibayarkan
kepada pemegang GII, kepada tebus GII. Di sisi lain, Pemerintah akan menunjuk BNM
sebagai agen mereka untuk menjual komoditas dengan biaya. BNM sebagai agen
komoditas akan menjual komoditas dan mengirimkannya uang tunai kepada Pemerintah.
Sementara itu, sukuk GII yang dikeluarkan sebelum 22 Juli 2013, didasarkan
pada kontrak Bai Al-Inah, yaitu sertifikat kepercayaan, yang timbul dari penjualan dan
pembelian kembali aset dalam keuangan Islam.
Berdasarkan prinsip penerbitan, Pemerintah Malaysia akan menjual nilai
nominal yang ditentukan aset dan selanjutnya akan membeli kembali aset pada nilai

58
nominal plus keuntungan melalui proses tender. Tingkat keuntungan didasarkan pada
hasil rata-rata tertimbang dari tawaran yang berhasil pelelangan. Nilai nominal pembelian
kembali aset akan diselesaikan pada waktu yang ditentukan tanggal atau jatuh tempo di
masa depan, sementara tingkat keuntungan akan didistribusikan setengah tahunan
sepanjang tahun masa jabatan. Kewajiban Pemerintah untuk menyelesaikan harga
pembelian dijaminkan dalam bentuk GII dan dikeluarkan untuk investor. Pada saat jatuh
tempo, Pemerintah Malaysia akan menebus GII dan membayar nilai nominal surat
berharga kepada pemegang GII.
Berdasarkan Deskripsi dari Sukuk Negara Malaysia GII yang menggunakan
aqad Murabahah maka hal ini sesuai dengan standar syariah AOIFI no 17 tentang sukuk
investasi yang mana pada butir 5/1/5/5 dikatakan investor sukuk berhak memiliki
komoditas yang diperdagangkan serta berhak atas harga jualnya yang kemudian dibeli
oleh pemerintah malaysia.
Selanjutnya berdasarkan butir 5/1/8 standar syariah AAOIFI ada hal-hal yang
harus diperhatikan yang merupakan kewajiban bagi penerbit sukuk dalam prospektus
penerbitan diantaranya adalah:
d. Prospektus harus mencakup identifikasi akad berdasarkan sertifikat yang
akan diterbitkan, hal ini sudah dilakukan oleh Pemerintah Malaysia dalam
menerbitkan GII yaitu dengan mengumumkan bahwa aqad yang menjadi
dasar kontrak sukuknya adalah aqad Murabahah.
e. Akad yang menjadi dasar penerbitan harus lengkap sehubungan dengan
elemen dan kondisinya, dari prospektus yang diterbitkan sudah dijelaskan
dengan lengkap aqad dan elemennya serta aqad sebelumnya yang
menggunakan bai al innah
f. Harus ada Dewan Pengawas Syariah yang menyetujui prosedur penerbitan
dan memantau pelaksanaan penerbitan. memproyeksikan sepanjang
durasinya. Di dalam penerbitan sukuk Negara Malaysia GII ada syariah
Advisory Board yang menyetujui penerbitan dan memantau pelaksanaan
penerbitan Sukuk Negara Malaysia
g. Tidak diperbolehkan untuk memperdagangkan sertifikat Murabahah setelah
pengiriman komoditas Murabahah kepada pembeli. Namun, perdagangan

59
sertifikat Murabahah diperbolehkan setelah membeli komoditas Murabahah
dan sebelum menjualnya kepada pembeli. Komoditas murabahah yang
dijual oleh agent dalam hal ini BNM kepada investor akan dijual kembali
dengan harga juallebih tinggi dari investor kepada pemerintah Malaysia.
Dalam hal ini setelah komoditas yang dijual investor kepada pemerintah
malaysia tidak ada lagi aksi penjualan yang dilakukan investor. Sehingga
secara syariah sudah mengikuti standar syariah AAOIFI.
Jika sebelum 2013 akad yang digunakan oleh pemerintah malaysia
dalam memperjual belikan sukuk negara seperti yang disampaikan dalam
keterangan prospektus nya maka kemudian pemerintah malaysia merubah
akadnya menjadi akad murabahah pada tahun 2013. Maka dengan demikian
sudah terjadi erbaikan dalam kesesuain syariah dan telah sesuai dengan
standar AAOIFI yang melarang akad bai al innah dalam jual beli karena
mengandung unsur riba.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
a. Sukuk negara indonesia terdiri dari akad....
b. Sukuk negara Malaysia terdiri dari akad
c. Jumlah penerbitan sukuk negara Indonesia sebanyak 11 buah dengan nilai
nominal...
d. Jumlah penerbitan suku negara Malaysia sebanyak 8 buah dengan nilai nominal...
e. Baik sukuk negara Indonesia dan sukuk negara Malaysia sudah sesuai dengan
standar syariah AAOIFI no 17 sehingga secara syariah dapat dibolehkan untuk
ditransaksikan baik di pasar perdana maupun pasar sekunder

2. Saran

60
a.
b.
c

61

Anda mungkin juga menyukai