Anda di halaman 1dari 20

BENTUK LEMBAGA KEUANGAN MIKRO SYARIAH

Disajikan untuk memenuhi Tugas Presentasi


Semester Ganjil Tahun Akademik 2021/2022

Mata Kuliah
Lembaga Keuangan Mikro Syariah
Minggu, 31 Oktober 2021

Oleh:
Ahmad Arifin (2019310005)
Dewi Lusiana (2019310009)

DOSEN PENGAMPU:
Misbahul Munir, M.E

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH (ES)


JURUSAN EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
Sekolah Tinggi Agama Islam Ash-Shiddiqiyah Lempuing Jaya OKI
LEMPUING JAYA
2021
KATA PENGANTAR
ِ‫ْــــــــــــــــــم‬
ِ ‫ِالر ْح َمنِالل ِهبِس‬
َّ ‫الرحِ ْيم‬
َّ

َ ِ‫ِو َر ْح َمةُهللا‬
‫ِوبَ َركَاتُه‬ َ ‫علَ ْيكُ ْم‬
َ ِ‫سالَِ ُم‬
َّ ‫اَل‬
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala rahmatnya
penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul ‘’Bentuk Lembaga
Keuangan Mikro Syariah’’ yang diampu oleh dosen mata kuliah ‘’Lembaga
Keuangan Mikro Syariah’’ Bapak. Misbahul Munir, M.E
Dalam menulis makalah ini penulis menyampaikan terima kasih kepada
pihak-pihak yang ikut membantu dalam menyelesaikan review buku ini. Dan
terkhusus kepada Bapak. Misbahul Munir, M.E Selaku dosen pengampu yang
telah memberikan tugas ini kepada kami dalam mata kuliah ‘’Lembaga Keuangan
Mikro Syariah’’.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan-kekurangan yang
terdapat dalam menyelesaikan tugas ini, oleh sebab itu penulis memerlukan kritik
dan saran dari pembaca sekalian untuk dapat menyempurnakan tugas ini.
Dan pada akhirnya penulis berharap semoga Allah SWT, memberikan
imbalan yang setimpal pada mereka yang telah memberikan bantuan, dan dapat
menjadikan semua bantuan ini sebagai ibadah, Amin ya roball’allamin.
َ ِ‫ِو َرحْ َمةُهللا‬
ُ‫ِوبَ َركَات ُ ِه‬ َ ‫علَ ْي َِك ْم‬
َ ِ‫سالَِ ُم‬
َّ ‫َوال‬

Burnai Jaya, 14 Oktober 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................ i


DAFTAR ISI .............................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ....................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................. 2
C. Tujuan Pembahasan ............................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN
A. BAITUL MAAL WAT TAMWIL ....................................................... 3
1. Pengertian Baitul Maal Wat Tamwil .............................................. 3
2. Prinsip dan Asas Daar Baitul Maal wat Tamwil ............................. 3
3. Prinsip Operasional Baitul Maal wat Tamwil ................................. 4
4. Pendirian dan Permodalan Baitul Maal wat Tawil .......................... 7

B. KOPERASI JASA KEUANGAN SYARIAH ...................................... 9


1. Pengertian Koperasi Jasa Keuangan Syariah .................................. 9
2. Landasan Hukum Koperasi Jasa Keuangan Syariah ........................ 10
3. Macam-macam Produk Koperasi Jasa Keuangan Syariah ............... 10
4. Peran dan Fungsi Koperasi Jasa Keuangan Syariah ........................ 11

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan.......................................................................................... 14
B. Saran ................................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 16

ii
iii
1

BAB I
PEBDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam upaya mendorong pemberdayaan masyarakat, khususnya
masyarakat yang berpenghasilan menengah ke bawah dan usaha mikro, kecil,
dan menengah (UMKM) tentunya diperlukan dukungan yang komperhensif
dari lembaga keuangan. Selama ini UMKM terkendala akses dari sektor
pendanaan ke lembaga keuangan formal. Untuk mengatasi kendala tersebut,
di masyarakat telah tumbuh dan berkembang banyak lembaga keuangan non
bank yang melakukan jasa pengembangan usaha dan pemberdayaan
masyarakat, baik yang didirikan pemerintah atau pun masyarakat.
Lembaga keuangan Mikro (LKM) adalah Sebuah lembaga keuangan
yang khusus didirikan untuk memberikan jasa pengembangan usaha dan
pemberdayaan masyarakat, baik melalui pinjaman ataupun pembiayaan dalam
usaha skala mikro kepada anggota dan masyarakat, pengelolaan simpanan,
dan pemberian jasa konsultasi pengembangan usaha yang tidak semata-mata
mencari keuntungan.1
Lembaga keuangan syariah terdiri dari lembaga keuangan makro dan
lembaga keuangan mikro syariah. Lembaga keuangan mikro syariah adalah
lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa-jasa
lain dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang beroperasi
disesuaikan dengan prinsip-prinsip syariah.
Adapun bentuk lembaga keuangan mikro syariah adalah Baitul Maal Wat
Tamwil atau yang sering disebut dengan BMT, Koperasi Jasa Keuangan
Syariah (KJKS), dan Bank Pengkreditan Rakyat Syariah (BPRS).
Setelah mengetahui uraian di atas terkait dengan apasaja bentuk lembaga
keuangan mikro syariah maka pada makalah kali ini kita akan membahas

1
Tim Penyusun, Informasi Umum Lembaga Keuangan Mikro, https://www.ojk.go.id., (di
akses pada hari Selasa, 12 Oktober 2021, jam 20.17 WIB).

1
2

materi tentang Baitul Maal Wat Tamwil (BMT), dan Koperasi Jasa Keuangan
Syariah (KJKS).

B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan Baitul Maal Wat tamwil?
2. Apasaja asas dan prinsip dasar Baitul Maal Wat Tamwil?
3. Bagaimana prinsip operasional Baitul Maal Wat Tamwil?
4. Bagaimana pendirian dan permodalan Baitul Maal Wat Tamwil?
5. Apakah yang dimaksud dengan Koperasi Jasa Keuangan Syariah?
6. Apasaja landasan hukum Koperasi Jasa Keuangan Syariah?
7. Apasaja macam-macam produk Koperasi Jasa Keuangan Syariah?
8. Bagaimana peran dan fungsi Koperasi Jasa Keuangan Syariah?

C. Tujuan pembahasan
1. Untuk mengetahui apakah yang dimaksud dengan Baitul Maal Wat
Tamwil.
2. Untuk mengetahui apasaja asas dan prinsip dasar Baitul Maal Wat
Tamwil.
3. Untuk mengetahui bagaimana prinsip operasional Baitul Maal Wat
Tamwil.
4. Untuk mengetahui bagaimana pendirian dan permodalan Baitul Maal Wat
Tamwil.
5. Untuk mengetahui apakah yang dimaksud dengan Koperasi Jasa Keuangan
Syariah.
6. Untuk mengetahui apasaja landasan hukum Koperasi Jasa Keuangan
Syariah.
7. Untuk mengetahui apasaja macam-macam produk Koperasi Jasa
Keuangan Syariah.
8. Untuk mengetahui bagaimana peran dan fungsi Koperasi Jasa Keuangan
Syariah.

2
3

BAB II
PEMBAHASAN

A. BAITUL MAAL WAT TAMWIL


1. Pengertian Baitul Maal wat Tamwil (BMT)
BMT adalah kependekan dari Baitul Maal wat Tamwil atau ada juga
yang menyebut Balai Usaha Mandiri Terpadu. BMT adalah lembaga
keuangan non bank yang beroperasi berdasarkan syariah dengan prinsip
bagi hasil, didirikan oleh dan untuk masyarakat disuatu tempat atau
daerah.
Selain itu, BMT terdiri dari dua istilah, yaitu Baitul maal dan Tamwil.2
Baitul Maal lebih mengarahkan pada usaha-usaha pengumpulan dan
penyaluran dana yang non profit, sepertihalnya zakat, infaq, dan shadaqah.
Sedangkan Baitul Maal Tamwil sebagai usaha pengumpulan dan
penyaluran dana komersial. Usaha-usaha tersebut tentunya menjadi bagian
yang tidak terpisahkan dari BMT sebagai lembaga pendukung kegiatan
ekonomi masyarakat kecil dengan berdasarkan syariah.

2. Asas dan Prinsip Dasar Baitul Maal Wat Tamwil (BMT)


BMT didirikan berasaskan pada masyarakat yang salaam, yaitu penuh
keselamatan, kedamaian dan kesejahteraan.
Selanjutnya dalam hal ini, prinsip dasar BMT adalah: 3
a) Ahsan (mutu hasil kerja terbaik), thayyiban (terindah), ahsanu ‘amala
(memuaskan semua pihak), dan sesuai dengan nilai-nilai salaam:
keselamatan, kedamaian dan kesejahteraan.

2
Ahmad Hasan Ridwan, Manajemen Baitul Maal wat Tamwil, (Bandung : Balai Pustaka,
2013), hlm. 23.
3
M. Nur Rianto Al-Arif, Lembaga Keuangan Syariah, (Bandung : Pustaka Setia Bandung,
2012), hlm. 193-194.

3
4

b) Baraqah, artinya berdayaguna, berhasilguna, adanya penguatan


jaringan, transparan (keterbukaan), dan bertenggung jawab
sepenuhnya kepada masyarakat.
c) Spiritual communication (penguatan nilai ruhiyah).
d) Demokratif, partisipatif dan inklusif
e) Keadilan sosial dan kesejahteraan gender, non-diskriminatif.
f) Ramah lingkungan.
g) Peka dan bijak terhadap pengetahuan dan budaya lokal, serta
keanekaragaman budaya.
h) Keberlanjutan, memberdayakan mayarakat dengan meningkatkan diri
dan lembaga masyarakt lokal.

BMT bersifat terbuka, independen, dan tidak partisan, berorientasi


pada pengembangan tabungan dan pembiayaan untuk mendukung bisnis
ekonomi yang produktif bagi anggota dan masyarakat sekitar, terutama
usaha mikro dan pakir miskin.

3. Prinsip Operasional Baitul Maal Wat Tamwil (BMT)


BMT di dalam kegiatan operasionalnya menggunakan prinsip bagi
hasil, sistem balas jasa, sistem profit, akad besyarikat, dan produk
pembiayaan. Masing-masing akan diuraikan sebagai berikut:4
a) Prinsip bagi hasil
Prinsip ini maksudnya adalah terdapat pembagian hasil dari
pemberi pinjaman dengan BMT, yakni dengan konsep mudharabah.
b) Sistem balas jasa
Sistem ini merupakan suatu tata cara jual beli yang dalam
pelaknaannya BMT mengangkat nasabah sebagai agen yang diberi
kuasa melakukan pembeli barang atas nama BMT, dan kemudian

4
Nonie Afrianty, et al., Lembaga Keuangan Syariah, ( Bengkulu : CV. Zigie Utama,
2020), hlm. 59.

4
5

bertindak sebagai penjual, dengan menjual barang yang telah


dibelinya dengan ditambah mark up. Keuntungan BMT nantinya akan
dibagi kepada penyedia dana. Sistem balas jasa yang dipakai antara
lain berprinsip pada bay’al murabahah.
c) Sistem profit
Sistem ini sering disebut dengan kebijakan ini merupakan
pelayanan yang bersifat sosial dan non-komersial. Dalam hal ini
nasabah cukup mengembalikan pokok pinjaman saja.
d) Akad bersyarikat
Adalah akad kerja sama antara dua pihak atau lebih dan masing-
masing pihak mengikut sertakan modal (dalam berbagai bentuk)
dengan perjanjian hasil pembagian keuntungan atau kerugian yang
disepakati. Konsep yang digunakan yaitu musyarakah dan
mudharabah.
e) Produk pembiayaan
Penyediaan uang dan tagihan berdasarkan persetujuan atau
kesepakatan pinjam meminjam diantara BMT dengan pihak lain yang
mewajibkan pihak meminjam atau melunasi utangnya beserta bagi
hasil setelah jangka waktu tertentu.

Produk BMT terdiri dari dua jenis, yaitu produk pembiayaan dan
produk simpanan, diantaranya: 5
a) Produk Pembiayaan
Pembiayaan diberikan oleh BMT pada dasarnya terdiri dari tiga
model pembiayaan, yaitu dengan keuntungan dan pembiayaab
kebijakan.
1) Pembiayan dengan sistem bagi hasil terdiri dari dua bentuk, yaitu
pembiayaan 100% tanpa campur tangan BMT dalam pengelolaan
usaha yang disebut pembiayaan mudharabah, dan pembiayaan yang

5
Ibid., hlm. 60.

5
6

kurang dari 100% dengan pilihan BMT boleh ikut mengelola usaha
atau boleh juga tidak ikut mengelola usaha yang disebut
pengelolaan musyarakah.
2) Pembiayaan jua beli dengan keuntungan terdiri dari dua bentuk,
yaitu pembelian barang untuk nasabah dengan pembayaran dilunasi
pada jangka waktu tertentu yang disebut dengan pembiayaan
murabahah, dan pembelian barang untuk nasabah dengan
pembayaran dilakukan secara mencicil sampai lunas disebut
baiubitsaman ajil.
3) Pembiayan kebajikan merupakan pembiayaan yang dananya
berasal dari titipan BAZIS. Oleh karena itu, hanya diberikan kepda
calon nasabah yang memiliki syarat menerima zakat, infak dan
sedekah. Pembiayaan kebajikan tidak dikenai biaya apapun hanya
diharuskan mengembalikan dalam jumlah semua karena merupakan
titipan amanah.

b) Produk Simpanan (penghimpun dana)


Dalam menjalankan usahanya berbagai akad yang ada pada BMT
mirip dengan akad yang ada pada BPR Syariah. Adapun akad-akad
tersebut pada sistem operasional BMT, pemilik dana menanamkan
uangnya di BMT tidak dengan motif mendapatkan bunga, tetapi dalam
rangka mendapatkan keuntungan bagi hasil. Produk penghimpun dana
BMT adalah sebagai berikut:
1) Giro Wadi’ah, adalah simpanan yang bisa ditarik kapan saja dana
nasabah dititipkan di BMT dan boleh dikelola. Setiap saat nasabah
boleh mengambilnya dan berhak mendapatkan bonus dari
keuntungan pemanfaatan dana oleh BMT. Besarnya bonus tidak
ditetepkan dimuka tetapi benar-benar kebijakan BMT. Walaupun
demikian, nominalnya diupayakan sedemikian rupa untuk

6
7

senantiasa kompetitif (Fatwa DSN-MUI No. 01/DSN-


MUI/IV/2000).
2) Tabungan Mudharabah, Dalam hal ini dana yang disimpan nasabah
akan akan dikelola oleh BMT untuk memperoleh keuntungan.
Keuntungan akan diberikan nasabah berdasarkan kesepakatan
nasabah. Nasabah akan bertindak sebagai shahibul maal dan BMT
bertindak sebagai mudharib (Fatwa DSN-MUI No. 02/DSN-
MUI/IV/2000).
3) Deposito Mudharabah, BMT bebas melakukan usaha yang tidak
bertentangan dengan islam dan mengembangkannya. BMT bebas
mengelola dana (mudharib muthlaqah), BMT berfungsi sebagai
mudharib sedangkan nasabah sebagai shahibul maal. Adapun
nasabah yang dititipkan untuk usaha tertentu, nasabah member
batasan pengguna dana untuk jenis dan tempat tertentu, jenis ini
disebut mudharabah muqayyadah.

4. Pendirian dan Permodalan Baitul Maal Wat Tamwil (BMT)


Seperti yang kita ketahui, Baitul Maal wat Tamwil merupakan
lembaga ekonomi atau lembaga keuangan syariah non perbankan yang
sfatnya informal. Dikatakan informal karena lembaga keuangan didirikan
oleh Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) yang berbeda dengan
lembaga keuangan perbankan dan lembaga keuangan formal lainnya. BMT
dapat didirikan dan dikembangkan dengan suatu proses legalitas hukum
yang bertahap. Awalnya dapat dimulai sebagai kelompok swadaya
masyarakat dengan mendapatkan sertifikat operasi/kemitraan dari
PINBUK dan jika telah mencapai nilai asset tentunya segera menyiapkan
diri kebadan hukum Koperasi.
Pengguna badan hukum kelompok swadaya masyarakat dan koperasi
untuk BMT disebabkan karena BMT tidak termasuk kepada lembaga
keuangan formal seperti yang dijelaskan dalam UU. No. 10 Tahun 1998

7
8

tentang Perbankan, yang dapat dioperasikan untuk menghimpun dan


menyalurkan dana masyarakat. Menurut aturan yang telah belaku, pihak
yang berhak menyalurkan dana dan menghimpun dana masyarakat adalah
Bank Umum dan Bank Pengkreditan Rakyat, baik dioperasikan secara
operasional maupun dengan prinsip bagi hasil. Namun demikian, jika
BMT dengan badan hukum KSM atau koperasi yang telah berkembang
dan telah memenuhi syarat-syarat Bank Pengkreditan Rakyat, maka pihak
manajemen dapat mengusulkan diri kepada pemerintah agar BMT itu
dijadikan sebagai Bank Pengkredian Rakyat Syariah dengan berbadan
hukun koperasi.6
Selanjutnya, sebelum kita membahas mengenai langkah-langkah
mendirikan BMT, ada beberapa hal yang seharusnya diperhatikan, yaitu
mengenai lokasi ataupun tempat dari usaha BMT tersebut. Dalam hal ini,
sebaiknya BMT berlokasi di tempat kegiatan-kegiatan ekonomi para
anggotanya berlangsung, baik anggota penyimpanan dana maupun
pengembang usaha atau pengguna dana.

BMT dapat didirikan oleh:


a) Sekurang-kurangnya 20 (dua puluh) orang.
b) Satu pendiri dengan lainnya sebaiknya tidak boleh memiliki hubungan
vertical dan horizontal.
c) Sekurang-kurangnya 70% anggota pendiri bertempat tinggal di sekitar
daerah kerja BMT.
d) Pendiri dapat bertambah dalam tahun-tahun kemudian jika disepakati
oleh rapat para pendiri.

Modal BMT, terdiri dari:


a) Simpanan Pokok (SP) yang ditentukan besarnya sama besar untuk
semua anggota.

6
M. Nur Rianto Al-Arif, Op. Cit. hlm. 195-196.

8
9

b) Simpanan Pokok Khusus (SPK), yaitu simpanan pokok yang khusus


diperuntukkan untuk mendapatkan sejumlah modal awal sehingga
memungkinkan BMT melakukan persiapan-persiapan pendirian dan
memulai operasinya. Jumlahnya dapat berbeda antar anggota pendiri.
Pada pendirian BMT, para pendiri dapat sepakat agar dalam waktu 4
(empat) bulan sejak disepakati mampu terkumpul uang sejumla:
1) Minimal Rp. 75 juta untuk wilayah JABOTABEK.
2) Minimal Rp. 50 juta untuk wilayah ibukota provinsi.
3) Minimal Rp. 30 juta untuk wilayah ibukota kabupaten.
4) Minimal Rp. 20 juta untuk wilayah kecamatan.
5) Minimal Rp. 15 juta untuk wilayah pedesaan. 7

Setelah BMT berdiri maka perlu diperhatikan struktur organisasi BMT


paling sederhana terdiri dari badan pendiri, badan pengawas, anggota BMT,
dan badan pengelola.

B. KOPERASI JASA KEUANGAN SYARIAH (KJKS)


1. Pengertian Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS)
KJKS adalah kependekan dari Koperasi Jasa Keuangan Syariah.
Secara khusus, istilah ini merujuk pada Keputusan Menteri Negara
Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Nomor
91/Kep/MKUKM/IX/2004, yang disebutkan bahwa Koperasi Jasa
Keuangan Syariah (KJKS) adalah Koperasi yang kegiatan usahanya
bergerak di bidang pembiayaan, investasi dan simpanan sesuai dengan
pola bagi hasil (syaraih).
Dengan mengacu definisi diatas, apa yang telah dijalankan oleh
BMT yang ada di Indonesia selama ini dapat kita golongkan KJKS.
Dengan demikian KJKS dapat dijadikan payung hukum dan legal bagi

7
M. Nur Rianto Al-Arif, Loc. Cit.

9
10

kegiatan operasional BMT disamping ketentuan perundang-undangan


yang terkait dan berlaku.

2. Landasan Hukum Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS)


a) UU No. 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian.
b) UU No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah.
c) Keputusan Menteri Negara dan Usaha Kecil dan Menengah Republik
Indonesia No. 91/Kep/IV/KUKM/IX/2004 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Kegiatan Usaha Koperasi Jasa Keuangan Syariah.
d) Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menegah
Republik Indonesia No. 35.2/PER/M.KUMK/X/2007 tentang
Pedoman Standar Operasional Manajemen Koperasi Jasa Keuangan
Syariah dan Unit Jasa Keuangan Syariah.
e) PP No. 9 Tahun 1995 tentang Usaha Simpan Pinjam.
f) Kopsyah berlandaskan syariah Islam yaitu al-Qur’an dan as-Sunnah
dengan prinsipsaling tolong menolong (ta’awun) dan saling
menguatkan (takafu) dan berlandaskan pada Pancasila dan UUD 1945
serta berdasarkan asas kekeluargaan. 8

3. Macam-Macam Produk Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS)


a) Produk penghimpun dana
1) Simpanan mudharabah
Adalah simpanan yang dilakukan oleh pemilik dana atau
anggota yang selanjutnya akan mendapatkan bagi hasil sesuai
dengan kesepakatan di muka berdasarkan (nisbah) dan dapat
diambil setiap saat.9
2) Simpanan wadi’ah

8
Euis Amalia, Keuangan Mikro Syariah, (Bekasi : Bramata Publishing, 2016), hlm. 40.
9
Ahmad Rodoni dan Abdul Hamid, Lembaga Keuangan Syariah, (Jakarta : Zikrul Hakim,
2008), hlm. 61.

10
11

Adalah titipan atau amanah dari pemilik dana kepada


koperasi syariah sebagai penerima amanat wajib menjaga
keutuhan dan keselamatan dana yang dititipkan dan tidak
mendapatkan bagi hasil karena sifatnya hanyalah titipan biasa.
3) Deposito mudharabah
Adalah simpanan nasabah yang mengambil sesuai dengan
waktu yang telah di tetaokan oleh koperasi syariah. Misalnya 1
bulan, 3 bula, 6 bulan, dan 12 bulan.
b) Produk penyaluran dana
1) Pembiayaan mudharabah
Adalah akad kerjasama antara lembaga keuangan syariah
sebagai pemilik dana dengan nasabah sebagai pelaksana untuk
tujuan-tujuan usaha yang produktif dan halal. Keuntungan usaha
dibagi Shahibul maal dan Mudharib sesuai dengan nisbah yang
disepakati.
2) Pembiayaan murabahah
Adalah transaksi jual beli yang pihak koperasi syariah
bertindak sebagai penjual dan nasabah sebagai pembeli dengan
harga jual ditambah mark up yang disepakati dan pembayarannya
dilakukan sistem tempo waktu bayar. 10
3) Pembiayaan musyarakah
Adalah akad kerjasama antara koperasi syariah dengan
nasabah dengan mencampurkan dana masing-masing untuk usaha
yang halal.

4. Peran dan Fungsi Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS)


Seperti yang kita ketahui dalam koperasi konvensional terdapat peran
dan fungsi yang lebih kepada mencari keuntungan untuk kesejahteraan
anggota, baik dengan cara tunai atau dengan cara membungakan

10
Ibid., hlm. 62.

11
12

pinjaman anggota. Dalam hal ini pinjaman anggota tidak di


pertimbangkan bagaimana penggunaannya, tetapi hanya di
pertimbangkan dari besaran pinjaman dari bunganya, tidak didasarkan
kepada kondisi hasil usaha atas penggunaan uang pinjaman tadi. Bahkan
juga pinjaman yang digunakan anggota untuk memenuhi kebutuhan
pokoknya sehari-hari seperti untuk makan, dan lain-lain. (kebutuhan
konsumtif) diberlakukansama dengan pinjaman lainnya (untuk usaha
produktif) yakni dengan mematok bunga yang sama sebagai jasa
koperasinya.
Pada koperasi syariah tentunya hal ini tidak dibenarkan, mengapa
demikian? Karena setiap transaksi (tasharuf) didasarkan atas penggunaan
yang efektif apakah untuk pembiayaan atau kebutuhan sehari-hari. Kedua
hal tersebut diperlakukan secara berbeda. Pembiayaan untuk uaha
produktif, misalnya digunakan anggota untuk berdagang maka, dapat
menggunakan pinsip bagi hasil (musyarakah atau nudharabah)
sedangkan untuk pembelian alat transportasi atau alat-alat lainnya dapat
menggunakan prinsip jual beli (murabahah).
Pada intinya peran Koperasi Jasa Keuangan Syariah ini adalah sebagai
suatu badan usaha ekonomi syariah yang bertugas membantu orang
ataupun masyarakat yang memilik kemampuan ekonomi terbatas.
Dengan adanya perbedaan antara koperasi konvensional dengan
koperasi syariah maka peran dan fungsi koperasi syariah lainnya adalah
sebagai:11
a) Sebagai Manajer Investasi
Maksudnya adalah koperasi syariah sebagai intermediasi atau
sebagai penghubung bagi para pemilik dana. Koperasi akan
menyalurkan dana kepada anggota yang berhak, atau bisa juga kepada
anggota yang sudah ditunjuk oleh pemilik dana.
b) Sebagai Investor

11
Euis Amalia, Op. Cit. hlm. 38-39.

12
13

Koperasi syariah berperan sebagai investor (Shahibul Maal)


manaka sumber dana yang diperoleh dari anggota maupun pinjaman
dari pihak lain yang dikelola koperasi syariah tanpa persyaratan
khusus dari pemilik dana.
c) Fungsi Sosial
Konsep koperasi syariah mengharuskan adanya pemberian
pelayanan sosial baik kepada anggota maupun kepada masyarakat
dhuafa. Kepada anggota yang membutuhkan pinjaman darurat
(emergency loan) dapat diberikan pinjaman kebajikan (al qard)
dengan pengembalian pokok yang dananya berasal dari modal
maupun laba yang dihimpun. Tidak seperti koperasi konvensional,
pada koperasi syariah ini anggota tidak dibebani tambahan dan
sebagainya. Sementara bagi masyarakat dhuafa dapat diberkan
pinjaman kebajikan dengan atau tanpa pengembalian pokok (qhardul
hasan) yang dananya bersumber dari dana ZIS (Zakat, Infak,
shadaqah). Pinjaman qardhul hasan ini diutamakan sebagai modal
usaha bagi masyarakat dhuafa agar usahanya menjadi besar. Jika
usahanya tidak berkembang atau mengalami masalah, mereka tidak
dibebani dengan pengembalian pokok.

13
14

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) adalah lembaga keuangan non bank
yang beroperasi berdasarkan syariah dengan prinsip bagi hasil, didirikan oleh
dan untuk masyarakat disuatu tempat atau daerah.
BMT didirikan berasaskan pada masyarakat yang salaam, yaitu penuh
keselamatan, kedamaian dan kesejahteraan, dan salah satu prinsip dasar
BMT yakni baroqah yang artinya berdaya guna tentunya dalam kegiatan
operasionalnya. BMT di dalam kegiatan operasionalnya menggunakan prinsip
bagi hasil, sistem balas jasa, sistem profit, akad besyarikat, dan produk
pembiayaan.
Dalam proses pendiriannya, BMT dapat didirikan oleh: sekurang-
kurangnya 20 (dua puluh) orang, satu pendiri dengan lainnya sebaiknya
tidakboleh memiliki hubungan vertical dan horizontal, sekurang-kurangnya
70% anggota pendiri bertempat tinggal di sekitar daerah kerja BMT, pendiri
dapat bertambah dalam tahun-tahun kemudian jika disepakati oleh rapat para
pendiri. Selain itu dalam modal BMT, terdiri dari: Simpanan Pokok (SP)
yang ditentukan besarnya sama besar untuk semua anggota, Simpanan Pokok
Khusus (SPK).
Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS) adalah Koperasi yang kegiatan
usahanya bergerak di bidang pembiayaan, investasi dan simpanan sesuai
dengan pola bagi hasil (syaraih).
Adapun landasan Hukum KJKS diantaranya: UU No. 25 Tahun 1992
tentang Perkoperasian, UU No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil,
dan Menengah, dan Keputusan Menteri Negara dan Usaha Kecil dan
Menengah Republik Indonesia No. 91/Kep/IV/KUKM/IX/2004 tentang
Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Usaha Koperasi Jasa Keuangan Syariah.
Berbicara menganai macam-macam produk KJKS, tentunya sama saja
dengan produk yang terdapat di LKMS lainnya yaitu menggunakan produk

14
15

penghimpun dan penyaluran dana seperti halnya produk simpanan


mudharabah, simpanan wadi’ah, deposito mudharabah, pembiayaan
mudharabah, pembiayaan murabahah, dan pembiayaan musyarakah.
Selanjutnya, peran koperasi syariah tentunya berbeda dengan koperasi
konvensional. Jika koperasi konvensional hanya mencari keuntungan untuk
mensejahterahkan anggotanya, sedangkan koperasi syariah tidak lain untuk
membantu orang atau masyarakat yang memiliki ekonomi terbatas dan
tujuan akhirnya adalah untuk mencapai falah atau kesejahteraan umat.

B. Saran
Demikianlah makalah ini kami buat. Tentunya masih banyakkesalahan
yang ada terdapat dalam makalah ini ntuk menuju yang lebih baik lagi, kritik
dan saran kami butuhkan demi kesempurnaan makalah selanjutnya. Kami
ucapkan terimakasih dan mohon maaf apabila masih banyak kesalahan dalam
pembuatan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita
semua, Amin Yaa Robbal Alamin.

15
16

DAFTAR PUSTAKA

Afrianty Nonie, et al., 2020, Lembaga Keuangan Syariah, (Bengkulu : CV.


Zigie Utama).

Ahmad Rodoni dan Abdul Hamid, 2008, Lembaga Keuangan Syariah, (Jakarta :
Zikrul Hakim).

Al-Arif M. Nur Rianto, 2012, Lembaga Keuangan Syariah, (Bandung : Pustaka


Setia Bandung).

Amalia Euis, 2016, Keuangan Mikro Syariah, (Bekasi : Bramata Publishing).

Ridwan Ahmad Hasan, 2013, Manajemen Baitul Maal wat Tamwil, (Bandung : Balai
Pustaka).

Tim Penyusun, Informasi Umum Lembaga Keuangan Mikro,


https://www.ojk.go.id., (di akses pada hari Selasa, 12 Oktober 2021,
jam 20.17 WIB).

16

Anda mungkin juga menyukai