Dosen Pembimbing :
Nama Kelompok
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada saya sehingga saya berhasil menyelesaikan Makalah ini yang berjudul
“Konsep Manajemen Investasi Syariah”. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Evaluasi Proyek Pembangunan yang diampu oleh Ibu Fitryani, S.EI., M.SEI. Kami menyadari
bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak
yang bersifat membangun selalu saya harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Demikian ,semoga makalah ini dapat diterima sebagai ide atau gagasan yang menambah
kekayaan intelektual bangsa.
Kata Pengantar.....................................................................................................................ii
Daftar Isi..............................................................................................................................iii
BAB I Pendahuluan................................................................................................................
1.1. Latar Belakang.......................................................................................................
1.2. Rumusan Masalah.................................................................................................
1.3. Tujuan Pembahasan...............................................................................................
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................................
2.1. konsep manajemen dan manajemen Islam............................................................
2.2. konsep investasi dalam perspektif Islam...............................................................
2.3. prinsip syariah dalam investasi..............................................................................
2.4. bentuk-bentuk investasi syariah ...........................................................................
2.5. konsep manajemen investasi syariah.....................................................................
2.6. proses manajemen investasi syariah......................................................................
2.7. Syarat Investasi Syariah........................................................................................
PENDAHULUAN
Semakin pesatnya perkembangan bisnis syariah Islam di Indonesia, maka peluang yang
dihadapi oleh para pelaku bisnis syariah Islam dalam mengembangkan sumber daya
masyarakat adalah sosialisasi mengenai mekanisme, transaksi dan operasional-isasi pada
dunia bisnis tersebut. Sehingga bisnis syariah Islam yang telah ada dapat bcrkembang dengan
maksimal. Hal inilah yang menjadi tantangan pada bisnis syariah Islam di Indonesia. Di
mana mayoritas masyarakat Indonesia adalah muslim. Oleh karena itu, partisipasi dari
masyarakat sangat diperlukan.
Sementara tantangan dan rintangan yang dihadapi dalam investasi syariah Islam adalah
konsep bagi hasil yang tidak mampu memberikan patokan tingkat penghasilan yang pasti.
Pintar tidaknya sang pengelola dana akan menjadi ukuran sekaligus ber-dampak pada hasil
yang bisa diperoleh investor. Disadari bahwa instrumen investasi syariah Islam masih
terbatas, sehingga kemampuan pengelola dana dalam mengatur portofolionya juga harus
piawai. Diversifikasi investasi yang terbatas jelas akan me-nyulitkan pengelola dana. Oleh
karena itu, investasi syariah Islam mempunyai risiko yang lebih tinggi.
Secara umum, dapat dikatakan bahwa syariah Islam menghendaki kegiatan ekonomi yang
halal, baik produk yang menjadi objek, cara perolehannya, maupun cara penggunaannya.
Selain itu, prinsip investasi syariah Islam juga harus dilakukan tanpa paksaan (ridha), adil
dan transaksinya berpijak pada kegiatan produksi dan jasa yang tidak dilarang oleh Islam,
termasuk bebas manipulasi dan spekulasi.
Dari sini dapat diasumsikan bahwa bentuk investasi syariah Islam dalam mem-bangun
ekonomi nasional harus diperhitungkan, karena tingkat perkembangannya yang relatif cepat.
Demi terpenuhinya peluang dan tantangan tersebut, maka harus dirumuskan dan
disosialisasikan mengenai manajemen investasi syariah Islam, sehingga partisipasi
masyarakat dalam bisnis ini juga akan meningkat.
Berbicara mengenai manajemen investasi syariah, mungkin bagi kita umat Islam di
Indonesia masih terasa asing mendengar kata investasi syariah. Karena memang umat Islam
di Indonesia sudah akrab dengan yang namanya investasi tetapi secara umum yakni investasi
konvensional. Sebab memang investasi syariah ini baru dikenal oleh masyarakat di Indonesia
pada tahun 2000-an dengan didirikannya Jakarta Islamic Index (Bursa Saham Syariah).
Berkenaan dengan hal tersebut diatas maka kami dalam hal ini akan mencoba membahas
mengenai “Konsep Dasar Manajemen Investasi Syariah” pada makalah kami yang berikut ini.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep manajemen dan manajemen Islam ?
2. Bagaimana konsep investasi dalam perspektif Islam ?
3. Bagaimana prinsip syariah dalam investasi ?
4. Bagaimana bentuk-bentuk investasi syariah ?
5. Bagaimana konsep manajemen investasi syariah ?
6. Bagaimana proses manajemen investasi syariah ?
7. Bagaimana Syuarat Investasi Syariah ?
1.3 Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetahui konsep manajemen dan manajemen islam
2. Untuk mengetahui investasi dalam perspektif islam
3. Untuk mengetahui prinsip syariah dalam investasi
4. Untuk mengetahui bentuk – bentuk investasi syariah
5. Untuk mengetahui konsep manajemen investasi syariah
6. Untuk mengetahui proses manajemen investasi syariah
7. Untuk mengetahui syarat investasi syariah
BAB II
PEMBAHASAN
Sebelum mengenal lebih jauh apa itu manajemen syariah maka yang harus kita ketahui
terlebih dahulu adalah apa arti dari manajemen syariah itu sendiri, manajemen syariah adalah
suatu pengelolaan untuk memperoleh hasil optimal yang bermuara pada pencarian keridhaan
Allah. Oleh sebab itu maka segala sesuatu langkah yang diambil dalam menjalankan manajemen
tersebut harus berdasarkan aturan-aturan Allah. Atura-aturan itu tertuang dalam Al-Quran, Al-
Hadist dan beberapa contoh yang dilakukan oleh para sahabat.
Dari definisi yang dipaparkan maka dapat kita ketahui bahwa ruang lingkup manajemen syariah
sangatlah luas, antar lain yaitu mencakup tentang pemasaran, produksi, mutu, keuangan, sumber
daya alam, sumber daya manusia, dan masih banyak hal lagi yang belum tersebutkan.
Secara umum dapat dikatakan bahwa syariah menghendaki kegiatan ekonomi yang halal, baik
produk yang menjadi objek, cara perolehannya, maupun cara penggunaannya. Selain itu, prinsip
investasi syariah juga harus dilakukan tanpa paksaan (ridha), adil dan transaksinya berpijak pada
kegiatan produksi dan jasa yang tidak dilarang oleh Islam, termasuk bebas manipulasi dan
spekulasi.
Seperti halnya manajemen konvensional, dalam manajemen syariah juga menerapkan empat
fungsi standar seperti yang dipaparkan oleh G.R Terry, diantaranya yaitu :
1. Perencanaan (planning)
Planning merupakan fungsi manajemen yang berkenaan dengan pendefinisian sasaran untuk
kinerja badan usaha/organisasi dimasa depan dan untuk memutuskan tugas-tugas dan sumber
daya yang digunakan dan dibutuhkan untuk mencapai sasran tersebut.
2. Pengorganisaisan (organizing)
Organizing merupakan fungsi manajemen yang berkenaan dengan suatu proses untuk merancang
atau mengelompokkan dan mengatur serta membagi tugas atau pekerjaan diantara para anggota
organisasi untuk mencapai tujuan organisasi dengan efisien.
3. Pengarahan (actuating)
4. Pengawasan (controlling)
Controlling merupakan fungsi manajemen yang berkenaan dengan proses kegiatan pemantauan
untuk menyakinkan bahwa semua kegiatan organisasi terlaksana seperti yang direncanakan dan
sekaligus juga merupakan kegiatan untuk megkoreksi dan memperbaiki bila ditemukan adanya
penyimpangan yang akan mengganggu pencapaian.
Selain memiliki empat fungsi standar, manajemen syariah juga memiliki beberapa prinsip.
Prinsip tersebut didasarkan pada UU No.10 tahun 1998 tentang syariah, didalam UU tersebut
menerangkan bahwa syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank
dengan pihak lain untuk menyimpan dana atau pembiayaan kegiatan usaha atau kegiatan lainnya
yang dinyatakan sesuai dengan prinsip syariah, antara lain :
4. Pembiayaan barang modal berdasarkan prinsip sewa murni tanpa pilihan (ijarah)
5. Pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa dari pihak bank oleh pihak lain (ijarah
waiqtina).
2. Manajemen sebagai Ilmu dan Seni
Manajemen sebagai suatu ilmu dan seni, mengapa disebut demikian, karena antara
keduanya tidak bisa dipisahkan. Manajemen sebagai suatu ilmu pengetahuan, sebab telah
dipelajari sejak lama, dan telah diorganisasikan menjadi suatu teori. Hal ini dikarenakan di
dalamnya menjelaskan tentang gejala-gejala manajemen, gejala-gejala ini lalu diteliti dengan
menggunakan metode ilmiah yang dirumuskan dalam bentuk prinsip-prinsip yang diwujudkan
dalam bentuk suatu teori.
Sedang manajemen sebagai suatu seni, di sini memandang bahwa di dalam mencapai
suatu tujuan diperlukan kerja sama dengan orang lain. Pada hakikatnya kegiatan manusia pada
umumnya adalah managing (mengatur) dan mengatur disini diperlukan suatu seni, bagaimana
orang lain memerlukan pekerjaan untuk mencapai tujuan bersama.
Menurut Ibrahim Abu Sin, ada empat hal yang harus dipenuhi untuk dapat
dikategorikan sebagai manajemen islami, yaitu:
Manajemen menurut pandangan Islam merupakan manajemen yang adil. Batasan adil ada
lah pimpinan tidak ''menganiaya'' bawahan dan bawahan tidak merugikan pimpinan maupun peru
sahaan yang ditempati. Bentuk penganiayaan yang dimaksudkan adalah mengurangi atau tidak m
emberikan hak bawahan dan memaksa bawahan untuk bekerja melebihi ketentuan. Seyogyanya k
esepakatan kerja dibuat untuk kepentingan bersama antara pimpinan dan bawahan. Jika seorang
manajer mengharuskan bawahannya bekerja melampaui waktu kerja yang ditentukan, maka sebe
narnya manajer itu telah mendzalimi bawahannya. Dan ini sangat bertentangan dengan ajaran ag
ama Islam.
Nabi Muhammad SAW adalah seorang yang sangat terpercaya dalam menjalankan manaj
emen bisnisnya. Manajemen yang dicontohkan Nabi Muhammad SAW, adalah menempatkan ma
nusia bukan sebagai faktor produksi yang semata diperas tenaganya untuk mengejar target produ
ksi.
Nabi Muhammad SAW mengelola (manage) dan mempertahankan (mantain) kerjasama
dengan stafnya dalam waktu yang lama dan bukan hanya hubungan sesaat. Salah satu kebiasaan
Nabi adalah memberikan reward atas kreativitas dan prestasi yang ditunjukkan stafnya.
Menurut Hidayat, manajemen Islam pun tidak mengenal perbedaan perlakuan (diskrimina
si) berdasarkan suku, agama, atau pun ras. Nabi Muhammad SAW bahkan pernah bertransaksi bi
snis dengan kaum Yahudi. Ini menunjukkan bahwa Islam menganjurkan pluralitas dalam bisnis
maupun manajemen.
Hidayat mengungkapkan, ada empat pilar etika manajemen bisnis menurut Islam seperti
yang dicontohkan Nabi Muhammad SAW.
Pilar pertama, tauhid artinya memandang bahwa segala aset dari transaksi bisnis yang terj
adi di dunia adalah milik Allah, manusia hanya mendapatkan amanah untuk mengelolanya.
Pilar kedua, adil artinya segala keputusan menyangkut transaksi dengan lawan bisnis atau
kesepakatan kerja harus dilandasi dengan akad saling setuju.
Pilar ketiga, adalah kehendak bebas artinya manajemen Islam mempersilahkan umatnya u
ntuk menumpahkan kreativitas dalam melakukan transaksi bisnisnya sepanjang memenuhi asas h
ukum ekonomi Islam, yaitu halal.
Dan keempat adalah pertanggungjawaban artinya Semua keputusan seorang pimpinan har
us dipertanggungjawabkan oleh yang bersangkutan.
Keempat pilar tersebut akan membentuk konsep etika manajemen yang fair ketika melak
ukan kontrak-kontrak kerja dengan perusahaan lain atau pun antara pimpinan dengan bawahan.
Ciri lain manajemen Islami yang membedakannya dari manajemen Barat adalah seorang
pimpinan dalam manajemen Islami harus bersikap lemah lembut terhadap bawahan. Contoh kecil
seorang manajer yang menerapkan kelembutan dalam hubungan kerja adalah selalu memberikan
senyum ketika berpapasan dengan karyawan karena senyum salah satu bentuk ibadah dalam Isla
m dan mengucapkan terima kasih ketika pekerjaannya sudah selesai. Namun kelembutan tersebut
tidak lantas menghilangkan ketegasan dan disiplin. Jika karyawan tersebut melakukan kesalahan,
tegakkan aturan. Penegakkan aturan harus konsisten dan tidak pilih kasih.
8. Perbedaan Antara Manajemen Konvensional dan Syariah
Semua orang telah mengetahui bahwa prinsip-prinsip ekonomi pada umumnya da
n manajemen pada khususnya selalu mengagungkan perolehan hasil sebesar-
besarnya dengan kerja sekecil-kecilnya, prinsip konvensional ini berkembang pes
at didunia barat . Islam tidak menentang prinsip konvensional ini bahkan mendoro
ng prinsip itu. Masalahnya adalah manajemen syariah hanya menambahkan batasa
n dalam penerapan prinsip konvensional agar tidak hanya ditujukan untuk mempe
roleh hasil didunia saja melainkan harus dibarengi dengan perolehan hasil di akhir
at.
Untuk memahami manajemen syariah ini harus terlebih dahulu mengetahui panda
ngan Islam tentang harta dan dasar-dasar sistem ekonominya. Diterangkan dalam
AI-Quran bahwa harta adalah sebuah obyek yang digunakan menguji manusia dan
harta juga sebuah sarana untuk melaksanakan taqwa. Selain itu diperingatkan pula
bahwa harta dapat membawa mala petaka manusia di akherat nanti bila salah men
yikapinya. Ada dua pandangan Islam dalam melihat harta; sebagai suatu hak atau
kepemilikan sesama manusia, Islam sangat menghargainya sedang dalam hubung
an manusia terhadap tuhannya, manusia tidak mempunyai hak sama sekali.
Bertolak dari dasar-dasar tersebut diatas maka semua yang dilakukan dalam mana
jemen syariah yang dititik beratkan pada bidang ekonomi tidak akan lepas dari ke
hati-hatian dalam menyikapi harta. Maka penerapan manajemen syariah secara ut
uh tidak akan membuat orang saling menindas dalam menjalankan roda perekono
mian. Semua orang akan merasa diuntungkan karenanya.
Istilah investasi merupakan kata dari bahasa inggris, yaitu investment. Kata invest sebagai
kata dasar dari investment memiliki arti menanam. Dalam kamus istilah Pasar Modal dan
keuangan menurut Wirasasmita, (1999) kata investasi diartikan sebagai penanaman uang atau
modal dalam suatu perusahaan atau proyek untuk tujuan memperoleh keuntungan. Tandelilin,
(2001) dalam Huda dan Edwin Nasution (2007:7-8) mengemukakan investasi diartikan sebagai
komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan
tujuan memperoleh sejumlah keuntungan dimasa mendatang.
Dalam Islam investasi merupakan bentuk aktif dari ekonomi syariah. Sebab setiap harta
ada zakatnya, jika harta tersebut didiamkan maka lambat laun akan termakan oleh zakatnya.
Salah satu hikmah dari zakat ini adalah mendorong untuk setiap muslim menginvestasikan
hartanya. Harta yang diinvestasikan tidak akan termakan oleh zakat, kecuali keuntungannya saja.
Dalam investasi mengenal harga. Harga adalah nilai jual atau beli dari sesuatu yang
diperdagangkan. Selisih harga beli terhadap harga jual disebut profit margin. Harga terbentuk
setelah terjadinya mekanisme pasar.
Maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud investasi dalam Islam adalah melakukan
usaha secara aktif terhadap harta atau sumberdaya yang ia miliki melalui cara-cara yang
sesuai dengan prinsip syariah.
Investasi dilihat dari sudut kerohanian merupakan sebuah amal shaleh yang menjadi
bekal manusia untuk hari perhitungan kelak. Karena tidak ada seorang pun di dunia ini yang
mengetahui masa depan, sehingga Allah memerintahkan untuk melakukan investasi sebagai
bekal dunia akhirat.
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap
diri memperhatikan apa yang Telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah
kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
Investasi sangat dianjurkan agar harta yang dimiliki tidak habis dengan zakat. Harta yang
tidak berputar merupakan harta yang menjadi objek zakat. Dengan demikian, agar harta tersebut
tidk habis karena zakat maka perlu diinvestasikan. Hadis Rasulullah Saw.:
“Hadis Yahya dari Malik yang menyampaikannya dari Umar bin Khattab berkata:
berdaganglah (berinvestasilah) dalam harta anak yatim (agar harta tersebut) tidak habis oleh
zakat.” (HR. Syaibani)
Beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam investasi menurut Islam, antara lain :
1. Halal
Suatu bentuk investasi harus terhindar dari bidang bisnis yang syubhat atau haram.
Kehalalan juga menyangkut pada penggunaan barang atau jasa yang ditransaksikan. Contoh
industri yang dikategorikan haram adalah: industri alkohol, industri pornografi, jasa keuangan
ribawi, judi dan lain-lain. Prosedur juga harus terhindar dari hal-hal yang syubhat atau haram
tersebut. Selain itu, kehalalan juga meliputi niat seseorang saat bertransaksi dan selama prosedur
pelaksanaan transaksi. Kehalalan juga ternyata terkait dengan niat atau motivasi. Motivasi yang
halal ialah transaksi yang berorientasi kepada hasil yang dapat memberikan manfaat kepada
pihak-pihak yang terlibat di dalamnya.
2.Maslahah
Maslahah (manfaat) merupakan hal yang paling esensial dalam semua tindakan muamalah.
Para pihak yang terlibat dalam investasi, masing-masing harus dapat memperoleh manfaat sesuai
dengan porsinya. Misalnya, manfaat yang timbul harus dirasakan oleh pihak yang bertransaksi
dn harus dapat dirasakan oleh masyarakat pada umumnya.
Adapun manfaat-manfaat investasi itu antara lain :
-Manfaat bagi yang menginvestasikan, yaitu mendapatkan bagi hasil sesuai dengan besar
investasi yang ditanamkan dan sesuai dengan akad awal menurut prinsip syariah.
-Manfaat bagi yang mendapat tambahan investasi, yaitu mendapatkan tambahan modal sehingga
memiliki kemampuan untuk meneruskan usahanya.
Untuk melindungi perusahaan dalam lilitan hutang karena tidak mampu mengembalikan modal
yang diterima dan tidak mampu memberikan manfaat bagi investor, maka diatur secara syariah
oleh DSN (Dewan Syariah Nasional) bahwa perusahaan yang memenuhi syarat untuk dijadikan
lahan investasi adalah perusahaan yang :
-Mendapatkan dana pembiayaan atau sumber dana dari hutang tidak lebih dari 30% dari rasio
modalnya.
-Pendapatan bunga yang diperoleh perusahaan tidak lebih dari 15.
-Memiliki aktiva kas atau piutang yang totalnya tidak lebih dari 50%.
Sesuai dengan peringatan Allah dalam firmannya QS. Al-Baqarah ayat 280 bahwa: ”Orang yang
berhutang tidak pernah tenang dalam tidurnya”, maka dengan fatwa yang ditetapkan oleh DSN
tersebut diharapkan perusahaan debitur dapat mengembalikan investasi sesuai dengan perjanjian
yang dilakukan.
Deposito Syariah
Deposito syariah adalah produk keuangan beupa simpanan berjangka yang dikelola
berdasarkan prinsip syariah. Deposito syariah ditujukan bagi nasabah perorangan dan
perusahaan. Perbedaan antara deposito konvensional dengan deposito syariah terletak pada cara
pengelolaannya yaitu menggunakan akad mudharabah. Deposito syariah tidak menggunakan
bunga melainkan menawarkan nisbah, yaitu sistem bagi hasil. investasi penanaman modal di
bank syar’iah akan diteruskan pada sektor usaha yang halal.
Dalam deposito syariah nasabah disebut sebagai shahibul maal atau pemilik dana dan bank
disebut sebagai mudharib atau pengelola dana. Return dari deposito syariah berfluktuasi sesuai
tingkat keuntungan dan kinerja bank syariah dalam jangka waktu tertentu. Ketentuan nisbah
ditetapkan pada awal mendaftar deposito, sebagai contoh 65:35 yang berarti keuntungan diberi
ke pada shahibul maal sebesar 65% dan sisanya sebesar 35% diberi ke mudharib.
Modal yang diperdagangkan dalam pasar modal merupakan modal yang bila diukur dari
waktunya merupakan modal jangka panjang. Oleh karena itu bagi emiten sangat menguntungkan
mengingat masa pengembaliannya relatif panjang, baik yang bersifat kepemilikan maupun yang
bersifat hutang. Khusus untuk modal bersifat kepemilikan, jangka waktunya lebih panjang jika
dibandingkan dengan yang bersifat hutang.
Adapun yang dimaksud dengan pasar modal syariah adalah kegiatan yang bersangkutan
dengan Penawaran Umum dan Perdagangan Efek, Perusahaan Publik yang berkaitan dengan
Efek yang diterbitkannya serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan Efek yang
menjalankan kegiatannya sesuai dengan prinsip-prinsip syariah Islam.
Obligasi Syariah
Menurut Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN MUI), yaitu, fatwa
No.32/DSN-MUI/IX/2002 tentang Obligasi Syariah, bahwa yang dimaksud dengan obligasi
syariah adalah suatu surat berharga jangka panjang berdasarkan prinsip syariah yang
dikeluarkan emiten kepada pemegang obligasi syariah yang mewajibkan emiten untuk
membayar pendapatan kepada pemegang obligasi syariah berupa bagi hasil serta membayar
kembali dana obligasi pada saat jatuh tempo.
Adapun jenis-jenis obligasi, terdiri dari :
- Obligasi Mudharabah adalah kerja sama dengan skema bagi hasil pendapatan atau keuntungan.
Obligasi jenis ini akan memberikan return dengan penggunaan term indicative/expected return
karena sifatnya yang floating dan tergantung pada kinerja pendapatan yang dibagihasilkan.
- Obligasi Ijarah. Dengan akad ijarah sebagai bentuk jual beli dengan skema cost plus basis,
obligasi jenis ini akan memberikan fixed return.
Reksadana Syariah
Reksadana adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat
pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio efek oleh manajer investasi. Yang
dimaksud dengan portofolio efek adalah kumpulan-kumpulan surat berharga seperti: saham,
obligasi, surat pengakuan hutang, surat berharga komersial, tanda bukti utang yang dimiliki oleh
pihak investor. Reksa dana merupakan jalan keluar bagi para pemodal kecil yang ingin ikut serta
dalam pasar modal dengan modal minimal yang relatif kecil dan kemampuan menanggung resiko
yang sedikit. Sedangkan jika dilihat dari asal kosa katanya, reksa dana erdiri dari 2 suku kata,
yaitu “reksa” yang berarti jaga atau pelihara dan kata “dana” yang berarti (kumpulan) uang.
Dengan demikian, reksa dana dapat diartikan sebagai kumpulan uang yang dipelihara (bersama
untuk suatu kepentingan).
Adapun reksadana syariah adalah reksadana yang beroperesi menurut ketentuan dalam
prinsip syariah, baik dalam bentuk akad, pengelolaan dana dan penggunaan dana. Akad antara
investor dengan lembaga hendaknya dilakukan dengan sistem mudharabah.
Gharar adalah pemberian informasi yang cacat dan tidak lengkap yang membuat nasabah
kebingungan. Sedangkan Maysir adalah risiko investasi yang berlebihan. Dalam investasi
syariah, kedua hal tersebut tidak boleh ada.
Syarat investasi syariah selanjutnya adalah akad wakalah bil ujrah dan mudharabah. Dalam hal
ini akad wakalah bil ujrah merupakan penjamiman atas wali dalam investasi berbasis syariah.
Sedangkan akad mudharabah adalah bentuk kepercayaan pemilik modal kepada investor dan
sebaliknya.
Syarat berikutnya adalah terdapat proses pembersihan pendapatan pada investasi. Secara berkala
akan dilakukan pengecekan apakah investasi dihasilkan dari sumber yang syar’i atau tidak.
Syarat yang paling penting dari investasi syariah adalah penempatan dana hanya dilakukan di
perusahaan yang halal. Tujuannya adalah untuk menghindari riba dan hal-hal lain yang tidak
dibenarkan dalam islam.
Tujuan semua investasi pada dasarnya adalah sama, yakni untuk mendapatkan keuntungan
finansial berupa imbal hasil (return) dengan nilai yang setinggi mungkin. Hal ini juga berlaku
untuk tujuan dari investasi syariah. Namun, pada tujuan investasi syariah, return bukanlah satu-
satunya hal yang menjadi tujuan utama. Sebab ada hal lain yang menjadi value dari investasi
berbasis syariah ini, yaitu mengedepankan Socially Responsible Investment (SRI).
SRI merupakan keseimbangan antara keuntungan (return) yang tinggi dengan nilai kebajikan
sosial. Investasi berbasis syariah bertujuan untuk dapat membangun dan membantu
perekonomian masyarakat sebagai salah satu bentuk amal ibadah disamping dari mendapatkan
return atau keuntungan yang tinggi.
1. Deposito Syariah
Deposito syariah merupakan suatu produk simpanan yang memiliki jangka waktu tertentu
dengan mempertimbangkan prinsip syariah dalam mengelolanya. Deposito syariah dapat
diperuntukkan bagi nasabah perorangan maupun bagi perusahaan. Konsep yang diterapkan
dalam deposito syariah adalah dengan menempatkan nasabah sebagai pemilik dana (shahibul
maal) yang secara langsung bertindak sebagai pengelola dana (mudharib).
Adapun rasio keuntungan yang dapat diraih dengan menggunakan deposito syariah ditentukan
oleh akad mudharabah. Sebagai contoh jika rasio yang disepakati adalah 65:35, maka kamu akan
mendapatkan nilai bagi hasil dengan besaran 65 %. Nantinya pihak bank akan mendapatkan bagi
hasil senilai 35 %.
Investasi berbasis syariah juga mencakup saham syariah. Investasi saham syariah ini merupakan
salah satu jenis investasi syariah yang banyak dilirik masyarakat di Indonesia. Terhitung pada
akhir tahun 2018, investasi saham syariah yang masuk ke dalam daftar Indeks Saham Syariah
Indonesia (ISSI) sudah mencapai angka sekitar 400 saham.
Investasi saham syariah merupakan aplikasi dari konsep syirkah/musyarakah. Artinya, aktivitas
tersebut mencakup penyertaan modal dengan sistem bagi hasil bagi pihak yang terlibat. Investasi
saham syariah menerapkan prinsip-prinsip islam dalam operasionalnya, sehingga tidak
mengandung unsur riba.
Salah satu bentuk investasi syariah lainnya adalah dalam bentuk emas. Emas dapat digunakan
sebagai salah satu investasi syariah karena penggunaannya membawa banyak manfaat. Harga
emas sendiri setiap tahunnya cenderung naik. Walaupun sempat turun pada beberapa
kesempatan, namun nilai kenaikannya lebih spesifik. Inilah yang membuat investasi emas
syariah banyak diminati.
4. Investasi Properti
Bisnis properti merupakan salah satu bisnis yang tidak pernah sepi peminatnya. Banyak yang
menganggap bahwa Investasi properti syariah merupakan pilihan yang tepat karena sesuai
dengan prinsip islam. Investasi properti yang menjanjikan juga menjadi alasan utama mengapa
investasi ini diminati.
5. Reksadana Syariah
Reksadana syariah adalah salah satu jenis investasi syariah yang tengah populer belakangan ini,
terutama di kalangan millennial. Kamu bisa memilih berbagai jenis reksadana syariah seperti
pasar uang, pendapatan campuran atau tetap, hingga saham.
Hal yang menarik dari reksadana syariah jika dibandingkan dengan reksadana konvensional
adalah adanya opsi ‘pembersihan (cleansing)” yang bertujuan untuk membersihkan reksadana
apabila ditemukan pendapatan yang tidak sesuai dengan syariat islam. Hasil dari pembersihan
reksadana tersebut nantinya akan disalurkan untuk amal.
6. Obligasi Syariah
Jenis lainnya dari investasi syariah adalah investasi obligasi syariah. Obligasi syariah sangat
cocok untuk kamu yang masih pemula dalam dunia investasi. Obligasi syariah atau sukuk
merupakan surat berharga jangka panjang yang dikeluarkan emiten kepada pemegang surat
obligasi. Pelaksanaan obligasi syariah menggunakan proses akad yang sesuai dengan syariat
islam, seperti Ijarah, Istisna, Salam, Murabahah, Mudharabah, serta Musyarakah.
Terakhir, bentuk investasi berbasis syariah yang dapat kamu pertimbangkan adalah P2P Lending
Syariah. P2P Syariah atau Peer to Peer Lending Syariah adalah jenis investasi syariah yang
biasanya dikaitkan dengan bisnis fintech (financial-technology). Hubungan antara P2P Lending
dengan suatu bisnis adalah sebagai pemasok pendanaan. P2P Lending memberikan banyak
manfaat terutama bagi usaha-usaha rintisan (Start Up) maupun UMKM.
Setelah mengetahui jenis investasi syariah, selanjutnya kamu juga perlu tahu bagaimana
cara memulai investasi syariah. Hal ini penting untuk memudahkan kamu dalam melakukan
proses investasi. Berikut ini langkah yang perlu kamu lakukan untuk memulai investasi berbasis
syariah.
1. Pilih Instrumen Investasi Syariah yang Sesuai Kebutuhan
Dalam investasi syariah, terdapat banyak jenis dan instrumen investasi yang bervariasi. Sebelum
memulai investasi, kamu perlu tahu kebutuhan dan tujuan investasimu. Setelah paham kebutuhan
dan tujuan, kamu baru bisa memilih instrumen investasi syariah mana yang cocok untuk kamu.
Investasi syariah pada dasarnya adalah investasi yang mengedepankan dan menjunjung syariat
dalam agama islam. Oleh sebab itu, pastikan investasi syariah yang kamu pilih benar-benar
berlandaskan pada nilai dan syariat islam.
Selanjutnya, setelah kamu menentukan dan memilih jenis atau produk investasi, maka kamu
dapat membuka rekening investasi syariah. Pembukaan rekening investasi syariah dapat
dilakukan secara offline dengan datang langsung ke bank terkait atau secara online.
Penting bagi kamu untuk melakukan analisis terlebih dahulu sebelum memulai investasi.
Analisis ini dapat dilakukan dengan melihat trend pasar modal, saham, nilai investasi, imbal
balik atau return, serta analisis terhadap rencana investasi kamu kedepannya agar lebih terarah
dan terhindar dari resiko-resiko yang tidak diinginkan.
5. Gunakan SOTS
SOTS merupakan Sharia Online Trading System, yaitu suatu sistem transaksi saham syariah
yang dapat dilakukan secara online. Kamu dapat menggunakan SOTS dalam aktivitas investasi
syariah sehingga kegiatan investasi akan semakin mudah dan menyenangkan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Kami sadar bahwa makalah ini merupakan proses dalam menempuh pembelajaran, untuk itu
kami mengharapkan kritik serta saran yang membangun demi kesempurnaan hasil diskusi kami.
Harapan kami semoga dapat dijadikan suatu ilmu yang bermanfaat bagi kita semua. Amin.!
DAFTAR PUSTAKA
Rodoni, Ahmad. 2009. Investasi Syariah. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta.
Susyanti, Jeni. 2016. Pengelolaan Lembaga Keuangan Syariah. Malang: Empat Dua.
http://combobook.blogspot.com/2015/02/teori-investasi-syariah.html
http://idolanajwa.blogspot.com/2013/04/manajemen-investasi-syariah.html
https://mujahidinimeis.wordpress.com/2011/01/18/konsep-dasar-manajemen-investasi-syariah/
http://warungekonomiislam.blogspot.com/2013/investasi-syariah/html