Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH KONSEP MANAJEMEN INVESTASI SYARIAH

Dosen Pembimbing :

Fitryani, S.EI., M.SEI

Nama Kelompok

1. Nur Solikhah Eka (18011007)


2. Krisno Aji Saputro ( 18011014 )
3. Reni Yulia Rahmawati (18011015)

PROGRAM STUDI ILMU EKONOMI PEMBANGUNAN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS WIJAYA PUTRA KAMPUS 3 PRIGEN
2022

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada saya sehingga saya berhasil menyelesaikan Makalah ini yang berjudul
“Konsep Manajemen Investasi Syariah”. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Evaluasi Proyek Pembangunan yang diampu oleh Ibu Fitryani, S.EI., M.SEI. Kami menyadari
bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak
yang bersifat membangun selalu saya harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Demikian ,semoga makalah ini dapat diterima sebagai ide atau gagasan yang menambah
kekayaan intelektual bangsa.

Prigen , 03 Januari 2022


DAFTAR ISI

Kata Pengantar.....................................................................................................................ii
Daftar Isi..............................................................................................................................iii

BAB I Pendahuluan................................................................................................................
1.1. Latar Belakang.......................................................................................................
1.2. Rumusan Masalah.................................................................................................
1.3. Tujuan Pembahasan...............................................................................................
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................................
2.1. konsep manajemen dan manajemen Islam............................................................
2.2. konsep investasi dalam perspektif Islam...............................................................
2.3. prinsip syariah dalam investasi..............................................................................
2.4. bentuk-bentuk investasi syariah ...........................................................................
2.5. konsep manajemen investasi syariah.....................................................................
2.6. proses manajemen investasi syariah......................................................................
2.7. Syarat Investasi Syariah........................................................................................

BAB III Penutup.....................................................................................................................


3.1. Kesimpulan............................................................................................................
3.2. Saran......................................................................................................................
3.3. Daftar Pustaka.......................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Semakin pesatnya perkembangan bisnis syariah Islam di Indonesia, maka peluang yang
dihadapi oleh para pelaku bisnis syariah Islam dalam mengembangkan sumber daya
masyarakat adalah sosialisasi mengenai mekanisme, transaksi dan operasional-isasi pada
dunia bisnis tersebut. Sehingga bisnis syariah Islam yang telah ada dapat bcrkembang dengan
maksimal. Hal inilah yang menjadi tantangan pada bisnis syariah Islam di Indonesia. Di
mana mayoritas masyarakat Indonesia adalah muslim. Oleh karena itu, partisipasi dari
masyarakat sangat diperlukan.
Sementara tantangan dan rintangan yang dihadapi dalam investasi syariah Islam adalah
konsep bagi hasil yang tidak mampu memberikan patokan tingkat penghasilan yang pasti.
Pintar tidaknya sang pengelola dana akan menjadi ukuran sekaligus ber-dampak pada hasil
yang bisa diperoleh investor. Disadari bahwa instrumen investasi syariah Islam masih
terbatas, sehingga kemampuan pengelola dana dalam mengatur portofolionya juga harus
piawai. Diversifikasi investasi yang terbatas jelas akan me-nyulitkan pengelola dana. Oleh
karena itu, investasi syariah Islam mempunyai risiko yang lebih tinggi.
Secara umum, dapat dikatakan bahwa syariah Islam menghendaki kegiatan ekonomi yang
halal, baik produk yang menjadi objek, cara perolehannya, maupun cara penggunaannya.
Selain itu, prinsip investasi syariah Islam juga harus dilakukan tanpa paksaan (ridha), adil
dan transaksinya berpijak pada kegiatan produksi dan jasa yang tidak dilarang oleh Islam,
termasuk bebas manipulasi dan spekulasi.
Dari sini dapat diasumsikan bahwa bentuk investasi syariah Islam dalam mem-bangun
ekonomi nasional harus diperhitungkan, karena tingkat perkembangannya yang relatif cepat.
Demi terpenuhinya peluang dan tantangan tersebut, maka harus dirumuskan dan
disosialisasikan mengenai manajemen investasi syariah Islam, sehingga partisipasi
masyarakat dalam bisnis ini juga akan meningkat.
Berbicara mengenai manajemen investasi syariah, mungkin bagi kita umat Islam di
Indonesia masih terasa asing mendengar kata investasi syariah. Karena memang umat Islam
di Indonesia sudah akrab dengan yang namanya investasi tetapi secara umum yakni investasi
konvensional. Sebab memang investasi syariah ini baru dikenal oleh masyarakat di Indonesia
pada tahun 2000-an dengan didirikannya Jakarta Islamic Index (Bursa Saham Syariah).

Berkenaan dengan hal tersebut diatas maka kami dalam hal ini akan mencoba membahas
mengenai “Konsep Dasar Manajemen Investasi Syariah” pada makalah kami yang berikut ini.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep manajemen dan manajemen Islam ?
2. Bagaimana konsep investasi dalam perspektif Islam ?
3. Bagaimana prinsip syariah dalam investasi ?
4. Bagaimana bentuk-bentuk investasi syariah ?
5. Bagaimana konsep manajemen investasi syariah ?
6. Bagaimana proses manajemen investasi syariah ?
7. Bagaimana Syuarat Investasi Syariah ?
1.3 Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetahui konsep manajemen dan manajemen islam
2. Untuk mengetahui investasi dalam perspektif islam
3. Untuk mengetahui prinsip syariah dalam investasi
4. Untuk mengetahui bentuk – bentuk investasi syariah
5. Untuk mengetahui konsep manajemen investasi syariah
6. Untuk mengetahui proses manajemen investasi syariah
7. Untuk mengetahui syarat investasi syariah

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Konsep manajemen dan manajemen Islam


1. Pengertian Manajemen Syariah

Sebelum mengenal lebih jauh apa itu manajemen syariah maka yang harus kita ketahui
terlebih dahulu adalah apa arti dari manajemen syariah itu sendiri, manajemen syariah adalah
suatu pengelolaan untuk memperoleh hasil optimal yang bermuara pada pencarian keridhaan
Allah. Oleh sebab itu maka segala sesuatu langkah yang diambil dalam menjalankan manajemen
tersebut harus berdasarkan aturan-aturan Allah. Atura-aturan itu tertuang dalam Al-Quran, Al-
Hadist dan beberapa contoh yang dilakukan oleh para sahabat.

Dari definisi yang dipaparkan maka dapat kita ketahui bahwa ruang lingkup manajemen syariah
sangatlah luas, antar lain yaitu mencakup tentang pemasaran, produksi, mutu, keuangan, sumber
daya alam, sumber daya manusia, dan masih banyak hal lagi yang belum tersebutkan.

Secara umum dapat dikatakan bahwa syariah menghendaki kegiatan ekonomi yang halal, baik
produk yang menjadi objek, cara perolehannya, maupun cara penggunaannya. Selain itu, prinsip
investasi syariah juga harus dilakukan tanpa paksaan (ridha), adil dan transaksinya berpijak pada
kegiatan produksi dan jasa yang tidak dilarang oleh Islam, termasuk bebas manipulasi dan
spekulasi.
Seperti halnya manajemen konvensional, dalam manajemen syariah juga menerapkan empat
fungsi standar seperti yang dipaparkan oleh G.R Terry, diantaranya yaitu :

1. Perencanaan (planning)

Planning merupakan fungsi manajemen yang berkenaan dengan pendefinisian sasaran untuk
kinerja badan usaha/organisasi dimasa depan dan untuk memutuskan tugas-tugas dan sumber
daya yang digunakan dan dibutuhkan untuk mencapai sasran tersebut.

2. Pengorganisaisan (organizing)

Organizing merupakan fungsi manajemen yang berkenaan dengan suatu proses untuk merancang
atau mengelompokkan dan mengatur serta membagi tugas atau pekerjaan diantara para anggota
organisasi untuk mencapai tujuan organisasi dengan efisien.

3. Pengarahan (actuating)

Actuating merupakan fungsi manajemen yang berkenaan dengan bagaimana menggunakan


pengaruh memotivasi karyawan dalam mencapai sasaran organisasi.

4. Pengawasan (controlling)

Controlling merupakan fungsi manajemen yang berkenaan dengan proses kegiatan pemantauan
untuk menyakinkan bahwa semua kegiatan organisasi terlaksana seperti yang direncanakan dan
sekaligus juga merupakan kegiatan untuk megkoreksi dan memperbaiki bila ditemukan adanya
penyimpangan yang akan mengganggu pencapaian.

Selain memiliki empat fungsi standar, manajemen syariah juga memiliki beberapa prinsip.
Prinsip tersebut didasarkan pada UU No.10 tahun 1998 tentang syariah, didalam UU tersebut
menerangkan bahwa syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank
dengan pihak lain untuk menyimpan dana atau pembiayaan kegiatan usaha atau kegiatan lainnya
yang dinyatakan sesuai dengan prinsip syariah, antara lain :

1. Pembiayaan prinsip bagi hasil (mudharabah)

2. Pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal (musharakah)

3. Prinsip jual beli barang dengan memperoleh keuntungan (murabahah)

4. Pembiayaan barang modal berdasarkan prinsip sewa murni tanpa pilihan (ijarah)

5. Pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa dari pihak bank oleh pihak lain (ijarah
waiqtina).
2. Manajemen sebagai Ilmu dan Seni

Manajemen sebagai suatu ilmu dan seni, mengapa disebut demikian, karena antara
keduanya tidak bisa dipisahkan. Manajemen sebagai suatu ilmu pengetahuan, sebab telah
dipelajari sejak lama, dan telah diorganisasikan menjadi suatu teori. Hal ini dikarenakan di
dalamnya menjelaskan tentang gejala-gejala manajemen, gejala-gejala ini lalu diteliti dengan
menggunakan metode ilmiah yang dirumuskan dalam bentuk prinsip-prinsip yang diwujudkan
dalam bentuk suatu teori.

Sedang manajemen sebagai suatu seni, di sini memandang bahwa di dalam mencapai
suatu tujuan diperlukan kerja sama dengan orang lain. Pada hakikatnya kegiatan manusia pada
umumnya adalah managing (mengatur) dan mengatur disini diperlukan suatu seni, bagaimana
orang lain memerlukan pekerjaan untuk mencapai tujuan bersama.

4. Manajemen sebagai Suatu Profesi


Dewasa ini, semua jenis kegiatan harus selalu dimanajemeni, dalam arti aturan yang jelas, dan
sekarang boleh dikatakan bahwa bidang manajemen sudah merupakan suatu profesi bagi
ahlinya. Karena dalam kegiatan apapun pekerjaan harus dikerjakan secara efisien dan efektif,
sehingga memperoleh masukan atau input yang besar.
5. Perspektif Manajemen Islami
Manajemen dalam islam dipandang sebagai perwujudan amal sholeh yang harus
bertitik tolak dari niat baik. Niat baik tersebut akan memunculkan motivasi aktivitas
untuk mencapai hasil yang bagus demi kesejahteraan bersama.
Hal yang paling penting dalam manajemen menurut perspektif islam adalah harus
adanya sifat ri’ayah atau jiwa kepemimpinan. Hal ini merupakan faktor yang paling
utama dalam konsep manajemen. Watak dasar ini merupakan bagian penting dari
manusia sebagai khalifah di muka bumi.
Ada empat pilar etika manajemen bisnis dalam perspektif islam seperti yang
dicontohkan oleh nabi Muhammad SAW, yaitu tauhid, adil, kehendak bebas, dan
tanggung jawab. Keempat pilar tersebut akan membentuk konsep etika manajemen yang
fair ketika melakukan kontrak-kontrak kerja dengan perusahaan lain ataupun antara
pimpinan dengan bawahan.

Menurut Ibrahim Abu Sin, ada empat hal yang harus dipenuhi untuk dapat
dikategorikan sebagai manajemen islami, yaitu:

-Manajemen islami harus didasari nilai-nilai dan akhlak-akhlak islam.

-Kompensasi ekonomis dan penekanan terpenuhinya kebutuhan dasar pekerja.

-Faktor kemanusian dan spiritual sama pentingnya dengan kompensasi ekonomis.

-Sistem dan struktur organisasi sama pentingnya.


6. Manajemen Menurut Islam

Manajemen menurut pandangan Islam merupakan manajemen yang adil. Batasan adil ada
lah pimpinan tidak ''menganiaya'' bawahan dan bawahan tidak merugikan pimpinan maupun peru
sahaan yang ditempati. Bentuk penganiayaan yang dimaksudkan adalah mengurangi atau tidak m
emberikan hak bawahan dan memaksa bawahan untuk bekerja melebihi ketentuan. Seyogyanya k
esepakatan kerja dibuat untuk kepentingan bersama antara pimpinan dan bawahan. Jika seorang 
manajer mengharuskan bawahannya bekerja melampaui waktu kerja yang ditentukan, maka sebe
narnya manajer itu telah mendzalimi bawahannya. Dan ini sangat bertentangan dengan ajaran ag
ama Islam.
Nabi Muhammad SAW adalah seorang yang sangat terpercaya dalam menjalankan manaj
emen bisnisnya. Manajemen yang dicontohkan Nabi Muhammad SAW, adalah menempatkan ma
nusia bukan sebagai faktor produksi yang semata diperas tenaganya untuk mengejar target produ
ksi.
Nabi Muhammad SAW mengelola (manage) dan mempertahankan (mantain) kerjasama 
dengan stafnya dalam waktu yang lama dan bukan hanya hubungan sesaat. Salah satu kebiasaan 
Nabi adalah memberikan reward atas kreativitas dan prestasi yang ditunjukkan stafnya.
Menurut Hidayat, manajemen Islam pun tidak mengenal perbedaan perlakuan (diskrimina
si) berdasarkan suku, agama, atau pun ras. Nabi Muhammad SAW bahkan pernah bertransaksi bi
snis dengan kaum Yahudi. Ini menunjukkan bahwa Islam menganjurkan pluralitas dalam bisnis 
maupun manajemen.
Hidayat mengungkapkan, ada empat pilar etika manajemen bisnis menurut Islam seperti 
yang dicontohkan Nabi Muhammad SAW.
Pilar pertama, tauhid artinya memandang bahwa segala aset dari transaksi bisnis yang terj
adi di dunia adalah milik Allah, manusia hanya mendapatkan amanah untuk mengelolanya.
Pilar kedua, adil artinya segala keputusan menyangkut transaksi dengan lawan bisnis atau 
kesepakatan kerja harus dilandasi dengan akad saling setuju.
Pilar ketiga, adalah kehendak bebas artinya manajemen Islam mempersilahkan umatnya u
ntuk menumpahkan kreativitas dalam melakukan transaksi bisnisnya sepanjang memenuhi asas h
ukum ekonomi Islam, yaitu halal.
Dan keempat adalah pertanggungjawaban artinya Semua keputusan seorang pimpinan har
us dipertanggungjawabkan oleh yang bersangkutan.
Keempat pilar tersebut akan membentuk konsep etika manajemen yang fair ketika melak
ukan kontrak-kontrak kerja dengan perusahaan lain atau pun antara pimpinan dengan bawahan.
Ciri lain manajemen Islami yang membedakannya dari manajemen Barat adalah seorang 
pimpinan dalam manajemen Islami harus bersikap lemah lembut terhadap bawahan. Contoh kecil 
seorang manajer yang menerapkan kelembutan dalam hubungan kerja adalah selalu memberikan 
senyum ketika berpapasan dengan karyawan karena senyum salah satu bentuk ibadah dalam Isla
m dan mengucapkan terima kasih ketika pekerjaannya sudah selesai. Namun kelembutan tersebut 
tidak lantas menghilangkan ketegasan dan disiplin. Jika karyawan tersebut melakukan kesalahan, 
tegakkan aturan. Penegakkan aturan harus konsisten dan tidak pilih kasih.
8. Perbedaan Antara Manajemen Konvensional dan Syariah
 Semua orang telah mengetahui bahwa prinsip-prinsip ekonomi pada umumnya da
n manajemen pada khususnya selalu mengagungkan perolehan hasil sebesar-
besarnya dengan kerja sekecil-kecilnya, prinsip konvensional ini berkembang pes
at didunia barat . Islam tidak menentang prinsip konvensional ini bahkan mendoro
ng prinsip itu. Masalahnya adalah manajemen syariah hanya menambahkan batasa
n dalam penerapan prinsip konvensional agar tidak hanya ditujukan untuk mempe
roleh hasil didunia saja melainkan harus dibarengi dengan perolehan hasil di akhir
at.
 Untuk memahami manajemen syariah ini harus terlebih dahulu mengetahui panda
ngan Islam tentang harta dan dasar-dasar sistem ekonominya. Diterangkan dalam 
AI-Quran bahwa harta adalah sebuah obyek yang digunakan menguji manusia dan 
harta juga sebuah sarana untuk melaksanakan taqwa. Selain itu diperingatkan pula 
bahwa harta dapat membawa mala petaka manusia di akherat nanti bila salah men
yikapinya. Ada dua pandangan Islam dalam melihat harta; sebagai suatu hak atau 
kepemilikan sesama manusia, Islam sangat menghargainya sedang dalam hubung
an manusia terhadap tuhannya, manusia tidak mempunyai hak sama sekali. 
 Bertolak dari dasar-dasar tersebut diatas maka semua yang dilakukan dalam mana
jemen syariah yang dititik beratkan pada bidang ekonomi tidak akan lepas dari ke
hati-hatian dalam menyikapi harta. Maka penerapan manajemen syariah secara ut
uh tidak akan membuat orang saling menindas dalam menjalankan roda perekono
mian. Semua orang akan merasa diuntungkan karenanya. 

2.2 Investasi dalam Perspektif Islam

Istilah investasi merupakan kata dari bahasa inggris, yaitu investment. Kata invest sebagai
kata dasar dari investment memiliki arti menanam. Dalam kamus istilah Pasar Modal dan
keuangan menurut Wirasasmita, (1999) kata investasi diartikan sebagai penanaman uang atau
modal dalam suatu perusahaan atau proyek untuk tujuan memperoleh keuntungan. Tandelilin,
(2001) dalam Huda dan Edwin Nasution (2007:7-8) mengemukakan investasi diartikan sebagai
komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan
tujuan memperoleh sejumlah keuntungan dimasa mendatang.

Pendapat lain dikemukakan oleh Ahmad (2004:13) mengatakan investasi adalah


menempatkan uang atau dana dengan harapan untuk memproleh tambahan atau keuntungan
tertentu atas uang atau dana tersebut.

Dalam Islam investasi merupakan bentuk aktif dari ekonomi syariah. Sebab setiap harta
ada zakatnya, jika harta tersebut didiamkan maka lambat laun akan termakan oleh zakatnya.
Salah satu hikmah dari zakat ini adalah mendorong untuk setiap muslim menginvestasikan
hartanya. Harta yang diinvestasikan tidak akan termakan oleh zakat, kecuali keuntungannya saja.
Dalam investasi mengenal harga. Harga adalah nilai jual atau beli dari sesuatu yang
diperdagangkan. Selisih harga beli terhadap harga jual disebut profit margin. Harga terbentuk
setelah terjadinya mekanisme pasar.

Maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud investasi dalam Islam adalah melakukan
usaha secara aktif terhadap harta atau sumberdaya yang ia miliki melalui cara-cara yang
sesuai dengan prinsip syariah.

Investasi dilihat dari sudut kerohanian merupakan sebuah amal shaleh yang menjadi
bekal manusia untuk hari perhitungan kelak. Karena tidak ada seorang pun di dunia ini yang
mengetahui masa depan, sehingga Allah memerintahkan untuk melakukan investasi sebagai
bekal dunia akhirat.

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap
diri memperhatikan apa yang Telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah
kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
Investasi sangat dianjurkan agar harta yang dimiliki tidak habis dengan zakat. Harta yang
tidak berputar merupakan harta yang menjadi objek zakat. Dengan demikian, agar harta tersebut
tidk habis karena zakat maka perlu diinvestasikan. Hadis Rasulullah Saw.:
“Hadis Yahya dari Malik yang menyampaikannya dari Umar bin Khattab berkata:
berdaganglah (berinvestasilah) dalam harta anak yatim (agar harta tersebut) tidak habis oleh
zakat.” (HR. Syaibani)

2.3 Prinsip syariah dalam Investasi

Beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam investasi menurut Islam, antara lain :
1. Halal
Suatu bentuk investasi harus terhindar dari bidang bisnis yang syubhat atau haram.
Kehalalan juga menyangkut pada penggunaan barang atau jasa yang ditransaksikan. Contoh
industri yang dikategorikan haram adalah: industri alkohol, industri pornografi, jasa keuangan
ribawi, judi dan lain-lain. Prosedur juga harus terhindar dari hal-hal yang syubhat atau haram
tersebut. Selain itu, kehalalan juga meliputi niat seseorang saat bertransaksi dan selama prosedur
pelaksanaan transaksi. Kehalalan juga ternyata terkait dengan niat atau motivasi. Motivasi yang
halal ialah transaksi yang berorientasi kepada hasil yang dapat memberikan manfaat kepada
pihak-pihak yang terlibat di dalamnya.
2.Maslahah
Maslahah (manfaat) merupakan hal yang paling esensial dalam semua tindakan muamalah.
Para pihak yang terlibat dalam investasi, masing-masing harus dapat memperoleh manfaat sesuai
dengan porsinya. Misalnya, manfaat yang timbul harus dirasakan oleh pihak yang bertransaksi
dn harus dapat dirasakan oleh masyarakat pada umumnya.
Adapun manfaat-manfaat investasi itu antara lain :

-Manfaat bagi yang menginvestasikan, yaitu mendapatkan bagi hasil sesuai dengan besar
investasi yang ditanamkan dan sesuai dengan akad awal menurut prinsip syariah.
-Manfaat bagi yang mendapat tambahan investasi, yaitu mendapatkan tambahan modal sehingga
memiliki kemampuan untuk meneruskan usahanya.

Untuk melindungi perusahaan dalam lilitan hutang karena tidak mampu mengembalikan modal
yang diterima dan tidak mampu memberikan manfaat bagi investor, maka diatur secara syariah
oleh DSN (Dewan Syariah Nasional) bahwa perusahaan yang memenuhi syarat untuk dijadikan
lahan investasi adalah perusahaan yang :
-Mendapatkan dana pembiayaan atau sumber dana dari hutang tidak lebih dari 30% dari rasio
modalnya.
-Pendapatan bunga yang diperoleh perusahaan tidak lebih dari 15.
-Memiliki aktiva kas atau piutang yang totalnya tidak lebih dari 50%.
Sesuai dengan peringatan Allah dalam firmannya QS. Al-Baqarah ayat 280 bahwa: ”Orang yang
berhutang tidak pernah tenang dalam tidurnya”, maka dengan fatwa yang ditetapkan oleh DSN
tersebut diharapkan perusahaan debitur dapat mengembalikan investasi sesuai dengan perjanjian
yang dilakukan.

2.4 Bentuk-bentuk investasi syariah

Deposito Syariah
Deposito syariah adalah produk keuangan beupa simpanan berjangka yang dikelola
berdasarkan prinsip syariah. Deposito syariah ditujukan bagi nasabah perorangan dan
perusahaan. Perbedaan antara deposito konvensional dengan deposito syariah terletak pada cara
pengelolaannya yaitu menggunakan akad mudharabah. Deposito syariah tidak menggunakan
bunga melainkan menawarkan nisbah, yaitu sistem bagi hasil. investasi penanaman modal di
bank syar’iah akan diteruskan pada sektor usaha yang halal.

Dalam deposito syariah nasabah disebut sebagai shahibul maal atau pemilik dana dan bank
disebut sebagai mudharib atau pengelola dana. Return dari deposito syariah berfluktuasi sesuai
tingkat keuntungan dan kinerja bank syariah dalam jangka waktu tertentu. Ketentuan nisbah
ditetapkan pada awal mendaftar deposito, sebagai contoh 65:35 yang berarti keuntungan diberi
ke pada shahibul maal sebesar 65% dan sisanya sebesar 35% diberi ke mudharib.

Pasar Modal Syariah


Pengertian pasar modal secara umum merupakan suatu tempat bertemunya para penjual dan
pembeli untuk melakukan transaksi dalam rangka memperoleh modal. Penjual (emiten) dalam
pasar modal merupakan perusahaan yang membutuhkan modal, sehingga mereka berusaha untuk
menjual efek di pasar modal. Sedangkan pembeli (investor) adalah pihak yang ingin membeli
modal diperusahaan yang menurutmereka menguntungkan. Pasar modal dikenal dengan nama
bursa efek, dan di Indonesia dewasa ini ada dua buah bursa efek yaitu Bursa Fek Jakarta (BEJ)
dan Bursa Efek Surabaya (BES).

Modal yang diperdagangkan dalam pasar modal merupakan modal yang bila diukur dari
waktunya merupakan modal jangka panjang. Oleh karena itu bagi emiten sangat menguntungkan
mengingat masa pengembaliannya relatif panjang, baik yang bersifat kepemilikan maupun yang
bersifat hutang. Khusus untuk modal bersifat kepemilikan, jangka waktunya lebih panjang jika
dibandingkan dengan yang bersifat hutang.

Adapun yang dimaksud dengan pasar modal syariah adalah kegiatan yang bersangkutan
dengan Penawaran Umum dan Perdagangan Efek, Perusahaan Publik yang berkaitan dengan
Efek yang diterbitkannya serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan Efek yang
menjalankan kegiatannya sesuai dengan prinsip-prinsip syariah Islam.

Obligasi Syariah

Menurut Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN MUI), yaitu, fatwa
No.32/DSN-MUI/IX/2002 tentang Obligasi Syariah, bahwa yang dimaksud dengan obligasi
syariah adalah suatu surat berharga jangka panjang berdasarkan prinsip syariah yang
dikeluarkan emiten kepada pemegang obligasi syariah yang mewajibkan emiten untuk
membayar pendapatan kepada pemegang obligasi syariah berupa bagi hasil serta membayar
kembali dana obligasi pada saat jatuh tempo.
Adapun jenis-jenis obligasi, terdiri dari :
     - Obligasi Mudharabah adalah kerja sama dengan skema bagi hasil pendapatan atau keuntungan.
Obligasi jenis ini akan memberikan return dengan penggunaan term indicative/expected return
karena sifatnya yang floating dan tergantung pada kinerja pendapatan yang dibagihasilkan.
- Obligasi Ijarah. Dengan akad ijarah sebagai bentuk jual beli dengan skema cost plus basis,
obligasi jenis ini akan memberikan fixed return.

Reksadana Syariah

Reksadana adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat
pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio efek oleh manajer investasi. Yang
dimaksud dengan portofolio efek adalah kumpulan-kumpulan surat berharga seperti: saham,
obligasi, surat pengakuan hutang, surat berharga komersial, tanda bukti utang yang dimiliki oleh
pihak investor. Reksa dana merupakan jalan keluar bagi para pemodal kecil yang ingin ikut serta
dalam pasar modal dengan modal minimal yang relatif kecil dan kemampuan menanggung resiko
yang sedikit. Sedangkan jika dilihat dari asal kosa katanya, reksa dana erdiri dari 2 suku kata,
yaitu “reksa” yang berarti jaga atau pelihara dan kata “dana” yang berarti (kumpulan) uang.
Dengan demikian, reksa dana dapat diartikan sebagai kumpulan uang yang dipelihara (bersama
untuk suatu kepentingan).
Adapun reksadana syariah adalah reksadana yang beroperesi menurut ketentuan dalam
prinsip syariah, baik dalam bentuk akad, pengelolaan dana dan penggunaan dana. Akad antara
investor dengan lembaga hendaknya dilakukan dengan sistem mudharabah.

2.5 Konsep Manajemen Investasi Syariah

Pengertian Manajemen Investasi Syariah


Manajemen Investasi adalah manajemen profesional yang mengelola beragam sekuritas atau
surat berharga seperti saham, obligasi, dan asset lainnya seperti properti dengan tujuan untuk
mencapai target investasi yang menguntungkan bagi investor. Investor tersebut dapat berupa
institusi (perusahaan asuransi, dana pension, perusahaan, dll). Atau pun dapat juga merupakan
investor perorangan, dimana sarana yang digunakan biasanya berupa kontrak investasi atau yang
umumnya digunakan adalah kontrak investasi kolektif (KIK) seperti, rekasadana.
Lingkup jasa pelayanan manajemen investasi adalah termasuk melakukan analisa keuangan,
pemilihan saham, implementasi perencanaan serta melakukan pemantauan terhadap investasi. Di
luar industri keuangan, terminologi “manajemen investasi” merujuk pada investasi lainnya selain
dari investasi di bidang keuangan seperti misalnya proyek, merek, paten, dan banyak lainnya
selain saham dan obligasi. Ada yang mengartikan secara praktis tentang Manajemen investasi
sebagai suatu industri global yang sangat besar serta memegang peran penting dalam
pengelolaan triliunan dollar, euro, pound, dan yen.
Sedangkan Manajemen syariah adalah seni dalam mengelola semua sumber daya yang
dimiliki dengan tambahan sumber daya dan metode syariah yang telah diajarkan oleh nabi
Muhammad SAW. Jadi secara utuh pemahaman manajemen investasi syariah dapat dirangkum
pengertiannya menjadi suatu kegiatan atau seni mengelola modal atau sumber-sumber
penghidupan ekonomi maupun sumber daya, secara profesional untuk masa depan, baik di
dunia maupun di akhirat sesuai dengan syari’at dan prinsip-prinsip yang telah diajarkan oleh
rasulullah SAW.
Prinsip-prinsip yang diajarkan Rasulullah sebagaimana dimaksud merupakan asas yang
mendasari manajemen investasi syariah seperti perencanaan matang dalam mengarungi
kehidupan dunia adalah bekal (investasi) pada kehidupan yang abadi di akhirat. Hal ini tersirat
dan tersurat dalam al-Quran dan al-Hadis. Prinsip ini penting dalam melakukan i’mal liduniaka
ta’ishu abadan wa’mal liakhiratika ta’ishu ghodan. (Berusaha keraslah untuk sukses di dunia,
seakan–akan kamu hidup di dumiss selamanya dan beribadahlah untuk akhiratmu seakan akan
kamu mati esok). Prinsip ini penting dalam melandasi pengertian manajemen investasi syariah
seperti di atas.

Landasan Filosofi Manajemen Investasi Syariah


Dalam Islam, semua kegiatan dan aktivitas manusia termasuk kegiatan investasi tidak boleh
melanggar aturan yang telah yang disyariatkan oleh agama. Meskipun pada dasarnya semua
perbuatan yang dilakukan manusia dalam bermuamalah boleh, kecuali ada aturan yang
melarangnya. Berbeda dalam ibadah mahdah (teologis), kegiatan apapun dilarang kecuali ada
perintah untuk mengerjakannya.
Kegiatan investasi yang merupakan bagian dari muamalah dianggap dapat diterima, kecuali
terdapat implikasi dari dalil al-Qur’an dan al-Hadis yang melarangnya secara eksplisit maupun
implisit. Karena itu, investasi tidak lepas dari landasan normatif etika yang bersumber dan
diilhami oleh ajaran islam yaitu al-Qur’an dan hadis Rasulullah Saw.
Dengan demikian ada dua hal pokok yang menjadi landasan dalam berinvestasi, yaitu al-
Qur’an dan al-Hadis, serta hukum-hukum yang bersumber dari keduanya. Maka jelas bahwa
investasi harus seiring dengan syariah yang menjadi panduan dalam bertindak. Sesuai dengan
filosofi islam yang sangat mendorong setiap muslim berinvestasi, maka aktivitas investasi
menjadi suatu kegiatan ekonomi yang sangat dianjurkan untuk dilaksanakan.
Memang investasi dilihat dari sudut pandang non-ekonomi dapat dinilai dari adanya amal
saleh yang telah dilakukan manusia sebagai bekal simpanannya (investasi) untuk berhitungan
amal pada hari kiamat kelak. Dalam hal ini investasi akhirat merupakan perintah Allah kepada
seluruh manusia sebagai bekal untuk hari perhitungan. Karena tidak ada seorang pun di alam
semesta ini yang dapat mengetahui apa yang akan terjadi pada esok hari, sehingga Allah
memerintahkan untuk melakukan investasi amal sebagai bekal dunia akhirat.
Dilihat dari sudut pandang ekonomi, investasi merupakan suatu komitmen untuk
mengorbankan dana dengan jumlah yang pasti pada saat sekarang ini untuk mendapatkan
keuntungan di masa depan. Namun demikian, investasi dari sudut pandang ekonomi pun tidak
boleh jauh dari kedua rambu-rambu di atas, yaitu al-qur’an dan al-hadis. Jadi, islam sangat
menganjurkan investasi baik dari sudut non-ekonomi maupun sudut pandang ekononi. Sebab
dalam islam ada perintah yang menganjurkan umatnya untuk mengembangkan harta kekayaan,
bukan menumpuk kekayaan. Mengembangkan kekayaan berarti memanfaatkan fadzilah Allah,
sedangkan menumpuk-numpuk harta kekayaan merupakan perbuatan yang sangat tidak
dibenarkan. Sebagaimana Ahmad al-Haritsi dalam bukunya fiqh ekonomi Umar bin al-Khattab
yang dikutip Mochammad Nadjib (2008:35), menulis bahwa khalifah Umar pernah menyuruh
kaum muslimin untuk menggunakan modal mereka secara produktif, “siapa saja yang memiliki
uang, hendaklah ia menginvestaasikannya dan siapa saja yang memiliki tanah hendaklah ia
menanaminya”.
Tuntunan khalifah Umar ini berlatar belakang bahwa pengembangan tanah dan investasi
produktif dari simpanan sangat diperlukan untuk memenuhi kebutuhan untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat muslim akan bahan-bahan pokok dan kenyamanan hidup. Melakukan hal
yang demikian jelas merupakan suatu amalan kebajikan menurut filosofi islam.
Belajar dari khalifah Umar di atas, maka investasi dapat dilakukan pada dua sektor, yakni
sektor riil berupa tanah dan sektor keuangan berupa modal. Investasi pada sektor riil dilakukan
dengan membeli atau menyimpan benda-benda riil yang diharapkan akan mempunyai nilai jual
lebih tinggi seperti tanah, apalagi diproduktifkan, bangunan, emas, benda seni, atau lainnya.
Sedangkan investasi sektor keuangan (modal) dilakukan di pasar keuangan (financial
market), baik pasar uang (money market) yang memperdagangkan surat berharga jangka pendek
(deposito,sbi, surat utang, suku, dll). Atau pasar modal (capital market) seperti
memperdagangkan surat berharga jangka panjang (saham dan obligasi/sukuk).
Namun demikian norma-norma ajaran agama tidak boleh dilanggar dalam melakukan semua
aktivitas tersebut. Seperti tidak boleh mengandung riba, gharar, maysir (tadlis), sesuatu yang
haram, dan kebathilan serta ketidakadilan. Itulah landasan atau nilai filosofis investasi syariah
yang berdasarkan al-quran dan al-hadis an-nabawi.

2.6 Proses Manajemen Investasi Syariah


Untuk mencapai tujuan investasi, investasi membutuhkan suatu proses dalam pengambilan
keputusan, sehingga keputusan tersebut sudah mempertimbangkan ekspektrasi retrun yang di
dapatkan dan juga risiko yang akan dihadapi. Pada dasarnya ada beberapa tahapan terhadap
dalam pengambilan keputusan investasi syariah :
1.        Melakukan screening obyek investasi (portoflio investasi).
Pada investasi syari’ah terdapat resiko bahwa instrumen investasi yang dipilih tidak sesuai
dengan syariah, yaitu transaksi masih pada derajat tertentu masih mengandung unsur transaksi
gharar, maysir dan riba. Instrumen investasi syari’ah memiliki instrumen yang terbatas dalam
melaksanakan teknik hedging atau lindung nilai tukar. Instrumen terbatas ini dapat membuat
pemilik dana terpapar risiko yang lebih besar dibandingkan dengan transaksi hedging yang
menggunakan intrumen investasi non-syari’ah. Namun disisi lain risiko investasi syari’ah yang
selalu mensyaratkan adanya underlying asset (asset turunan) menyebabkan instrumen investasi
syari’ah lebih kecil risikonya dibandingkan dengan intrumen investasi non-syariah.
2.        Menetukan tujuan investasi.
Dalam tahapan ini, investor menentukan tujuan investasi dan kemampuan/kekayaannya yang
dapat diinvestasikan. Dikarenakan ada hubungan positif antara risiko dan retrun, maka hal yang
tepat di bagi para investor untuk menyatakan tujuan investasinya tidak hanya untuk memperoleh
banyak keuntugan saja, tetapi juga memahami bahwa ada kemungkinan risiko yang berpotensi
menyebabkan kerugian, jadi, tujuan investasi harus di nyatakan baik dalam keuntungan maupun
risiko. Dalam islam menyatakan bahwa segala sesuatu perbuatan maupun amal tergantung pada
niatnya.
3.        Analisis sekuritas.
Pada tahapan ini berarti melakukan analisis sekuritas yang meliputi penilaian terhadap
sekuritas atau surat hutang yang mudah dicairkan ke dalam kas secara individual atau beberapa
kelompok sekuritas. Salah satu tujuan penilaian tersebut adalah untuk mengidentifikasi sekuritas
yang salah harga.
4.        Pembentukan portofolio.
Pada tahapan ini adalah membentuk portofolio yang melibatkan identifikasi aset khusus
mana akan diinvestasikan dan juga menentukan seberapa besar investasi pada setiap aset
tersebut. Disini masalah selektivitas, penentuan waktu dan siversifikasi perlu menjadi perhatian
investor.
5.        Melakukan revisi portofolio.
Pada tahapan ini, berkenan dengan pengulangan secara periodik dari tiga langkah
sebelumnya. Sejalan dengan waktu, investor mungkin mengubah tujuan investasinya yaitu
membentuk portofolio baru dengan yang lebih optimal. Motivasi lainnya disesuaikan dengan
preferensi investor tentang risiko dan retrun itu sendiri.
6.        Evaluasi kinerja portofolio.
Pada tahap ini investor melakukan penilaian terhadap kinerja portofolio secara periodik
dalam arti tidak hanya retrun yang di perhatikan tetapi juga resiko yang di hadapi. Jadi,
diperlukan ukuran yang tepat tentang return dan risiko juga standar yang relevan.
Pada hasil-hasil investasi yang dihasilkan dalam beberapa periode terakhir volatilitas
instrumen-instumen investasi yang serupa intrumen investasi syari’ah dan non-syari’ah
menunjukkan bahwa intrumen investasi syari’ah relatif lebih stabil. Intrumen investasi syari’ah
tersebut merupakan saham yang memenuhi kriteria saham syari’ah, reksa dana syari’ah dan
sukuk.

2.7 Syarat Investasi Syariah

1. Tidak Mengandung Gharar dan Maysir

Gharar adalah pemberian informasi yang cacat dan tidak lengkap yang membuat nasabah
kebingungan. Sedangkan Maysir adalah risiko investasi yang berlebihan. Dalam investasi
syariah, kedua hal tersebut tidak boleh ada.

2. Akad Wakalah bil Ujrah dan Mudharabah

Syarat investasi syariah selanjutnya adalah akad wakalah bil ujrah dan mudharabah. Dalam hal
ini akad wakalah bil ujrah merupakan penjamiman atas wali dalam investasi berbasis syariah.
Sedangkan akad mudharabah adalah bentuk kepercayaan pemilik modal kepada investor dan
sebaliknya.

3. Ada Proses Pembersihan Keuntungan

Syarat berikutnya adalah terdapat proses pembersihan pendapatan pada investasi. Secara berkala
akan dilakukan pengecekan apakah investasi dihasilkan dari sumber yang syar’i atau tidak.

4. Hanya Berinvestasi di Perusahaan-Perusahaan Halal

Syarat yang paling penting dari investasi syariah adalah penempatan dana hanya dilakukan di
perusahaan yang halal. Tujuannya adalah untuk menghindari riba dan hal-hal lain yang tidak
dibenarkan dalam islam.

Tujuan Investasi Syariah

Tujuan semua investasi pada dasarnya adalah sama, yakni untuk mendapatkan keuntungan
finansial berupa imbal hasil (return) dengan nilai yang setinggi mungkin. Hal ini juga berlaku
untuk tujuan dari investasi syariah. Namun, pada tujuan investasi syariah, return bukanlah satu-
satunya hal yang menjadi tujuan utama. Sebab ada hal lain yang menjadi value dari investasi
berbasis syariah ini, yaitu mengedepankan Socially Responsible Investment (SRI).

SRI merupakan keseimbangan antara keuntungan (return) yang tinggi dengan nilai kebajikan
sosial. Investasi berbasis syariah bertujuan untuk dapat membangun dan membantu
perekonomian masyarakat sebagai salah satu bentuk amal ibadah disamping dari mendapatkan
return atau keuntungan yang tinggi.

Jenis Investasi Syariah

1. Deposito Syariah

Deposito syariah merupakan suatu produk simpanan yang memiliki jangka waktu tertentu
dengan mempertimbangkan prinsip syariah dalam mengelolanya. Deposito syariah dapat
diperuntukkan bagi nasabah perorangan maupun bagi perusahaan. Konsep yang diterapkan
dalam deposito syariah adalah dengan menempatkan nasabah sebagai pemilik dana (shahibul
maal) yang secara langsung bertindak sebagai pengelola dana (mudharib).

Adapun rasio keuntungan yang dapat diraih dengan menggunakan deposito syariah ditentukan
oleh akad mudharabah. Sebagai contoh jika rasio yang disepakati adalah 65:35, maka kamu akan
mendapatkan nilai bagi hasil dengan besaran 65 %. Nantinya pihak bank akan mendapatkan bagi
hasil senilai 35 %.

2. Investasi Saham Syariah

Investasi berbasis syariah juga mencakup saham syariah. Investasi saham syariah ini merupakan
salah satu jenis investasi syariah yang banyak dilirik masyarakat di Indonesia. Terhitung pada
akhir tahun 2018, investasi saham syariah yang masuk ke dalam daftar Indeks Saham Syariah
Indonesia (ISSI) sudah mencapai angka sekitar 400 saham.

Investasi saham syariah merupakan aplikasi dari konsep syirkah/musyarakah. Artinya, aktivitas
tersebut mencakup penyertaan modal dengan sistem bagi hasil bagi pihak yang terlibat. Investasi
saham syariah menerapkan prinsip-prinsip islam dalam operasionalnya, sehingga tidak
mengandung unsur riba.

3. Investasi Emas Syariah

Salah satu bentuk investasi syariah lainnya adalah dalam bentuk emas. Emas dapat digunakan
sebagai salah satu investasi syariah karena penggunaannya membawa banyak manfaat. Harga
emas sendiri setiap tahunnya cenderung naik. Walaupun sempat turun pada beberapa
kesempatan, namun nilai kenaikannya lebih spesifik. Inilah yang membuat investasi emas
syariah banyak diminati.
4. Investasi Properti

Bisnis properti merupakan salah satu bisnis yang tidak pernah sepi peminatnya. Banyak yang
menganggap bahwa Investasi properti syariah merupakan pilihan yang tepat karena sesuai
dengan prinsip islam. Investasi properti yang menjanjikan juga menjadi alasan utama mengapa
investasi ini diminati.

5. Reksadana Syariah

Reksadana syariah adalah salah satu jenis investasi syariah yang tengah populer belakangan ini,
terutama di kalangan millennial. Kamu bisa memilih berbagai jenis reksadana syariah seperti
pasar uang, pendapatan campuran atau tetap, hingga saham.

Hal yang menarik dari reksadana syariah jika dibandingkan dengan reksadana konvensional
adalah adanya opsi ‘pembersihan (cleansing)” yang bertujuan untuk membersihkan reksadana
apabila ditemukan pendapatan yang tidak sesuai dengan syariat islam. Hasil dari pembersihan
reksadana tersebut nantinya akan disalurkan untuk amal.

6. Obligasi Syariah

Jenis lainnya dari investasi syariah adalah investasi obligasi syariah. Obligasi syariah sangat
cocok untuk kamu yang masih pemula dalam dunia investasi. Obligasi syariah atau sukuk
merupakan surat berharga jangka panjang yang dikeluarkan emiten kepada pemegang surat
obligasi. Pelaksanaan obligasi syariah menggunakan proses akad yang sesuai dengan syariat
islam, seperti Ijarah, Istisna, Salam, Murabahah, Mudharabah, serta Musyarakah.

7. P2P Lending Syariah

Terakhir, bentuk investasi berbasis syariah yang dapat kamu pertimbangkan adalah P2P Lending
Syariah. P2P Syariah atau Peer to Peer Lending Syariah adalah jenis investasi syariah yang
biasanya dikaitkan dengan bisnis fintech (financial-technology). Hubungan antara P2P Lending
dengan suatu bisnis adalah sebagai pemasok pendanaan. P2P Lending memberikan banyak
manfaat terutama bagi usaha-usaha rintisan (Start Up) maupun UMKM.

Cara Investasi Syariah

Setelah mengetahui jenis investasi syariah, selanjutnya kamu juga perlu tahu bagaimana
cara memulai investasi syariah. Hal ini penting untuk memudahkan kamu dalam melakukan
proses investasi. Berikut ini langkah yang perlu kamu lakukan untuk memulai investasi berbasis
syariah.
1. Pilih Instrumen Investasi Syariah yang Sesuai Kebutuhan

Dalam investasi syariah, terdapat banyak jenis dan instrumen investasi yang bervariasi. Sebelum
memulai investasi, kamu perlu tahu kebutuhan dan tujuan investasimu. Setelah paham kebutuhan
dan tujuan, kamu baru bisa memilih instrumen investasi syariah mana yang cocok untuk kamu.

2. Pastikan Praktik Sesuai dengan Ajaran Islam

Investasi syariah pada dasarnya adalah investasi yang mengedepankan dan menjunjung syariat
dalam agama islam. Oleh sebab itu, pastikan investasi syariah yang kamu pilih benar-benar
berlandaskan pada nilai dan syariat islam.

3. Buka Rekening Investasi Syariah

Selanjutnya, setelah kamu menentukan dan memilih jenis atau produk investasi, maka kamu
dapat membuka rekening investasi syariah. Pembukaan rekening investasi syariah dapat
dilakukan secara offline dengan datang langsung ke bank terkait atau secara online.

4. Lakukan Analisis Sebelum Memulai Investasi

Penting bagi kamu untuk melakukan analisis terlebih dahulu sebelum memulai investasi.
Analisis ini dapat dilakukan dengan melihat trend pasar modal, saham, nilai investasi, imbal
balik atau return, serta analisis terhadap rencana investasi kamu kedepannya agar lebih terarah
dan terhindar dari resiko-resiko yang tidak diinginkan.

5. Gunakan SOTS

SOTS merupakan Sharia Online Trading System, yaitu suatu sistem transaksi saham syariah
yang dapat dilakukan secara online. Kamu dapat menggunakan SOTS dalam aktivitas investasi
syariah sehingga kegiatan investasi akan semakin mudah dan menyenangkan.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, dan


pengontrolan sumber daya untuk mencapai sasaran (goals) secara efektif dan efisisen.
2. Investasi dalam Islam adalah melakukan usaha secara aktif terhadap harta atau
sumberdaya yang ia miliki melalui cara-cara yang sesuai dengan prinsip syariah, sesuai
dengan firman Allah QS. Al-Hasyr : 18.
3. Beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam investasi menurut Islam adalah halal,
maslahah, terbebas dari riba (bunga), bebas dari Gharar dan Maysir (Spekulasi).
4. Bentuk-bentuk investasi syariah adalah deposito syariah, pasar modal syariah, obligasi
syariah, dan reksadana syariah.
5. Manajemen investasi syariah adalah suatu kegiatan atau seni mengelola modal atau
sumber-sumber penghidupan ekonomi maupun sumber daya, secara profesional untuk
masa depan, baik di dunia maupun di akhirat sesuai dengan syari’at dan prinsip-prinsip
yang telah diajarkan oleh rasulullah SAW.
6. Proses manajemen investasi syariah terdiri dari melakukan screening obyek investasi
(portoflio investasi), menetukan tujuan investasi, analisis sekuritas, pembentukan
portofolio, melakukan revisi portofolio, dan evaluasi kinerja portofolio.

B. Saran

Kami sadar bahwa makalah ini merupakan proses dalam menempuh pembelajaran, untuk itu
kami mengharapkan kritik serta saran yang membangun demi kesempurnaan hasil diskusi kami.
Harapan kami semoga dapat dijadikan suatu ilmu yang bermanfaat bagi kita semua. Amin.!

DAFTAR PUSTAKA
 

Azis, Abdul. 2010. Manajemen Investasi Syariah. Bandung: Alfabeta.

Rodoni, Ahmad. 2009. Investasi Syariah. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta.
Susyanti, Jeni. 2016. Pengelolaan Lembaga Keuangan Syariah. Malang: Empat Dua.

http://combobook.blogspot.com/2015/02/teori-investasi-syariah.html

http://idolanajwa.blogspot.com/2013/04/manajemen-investasi-syariah.html

https://mujahidinimeis.wordpress.com/2011/01/18/konsep-dasar-manajemen-investasi-syariah/
http://warungekonomiislam.blogspot.com/2013/investasi-syariah/html

Anda mungkin juga menyukai