Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

MODAL KERJA DALAM KEUANGAN SYARIAH


Disusun guna untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Manajemen Keuangan Syariah

Dosen Pengampu : Kurniyati, S.E., M.M

Disusun Oleh Kelompok 3

Nor Afik 503210078


Prayoga Pangestu 503210083
Putri Andin Wahyudya 503210084
Syuratin 503210098
Dinda Wahdini 503210105
Erika Hari Putri 503210111

PROGRAM STUDI AKUNTANSI SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN THAHA SAIFUDDIN


JAMBI

2023
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarokatuh, Alhamdulillah puji syukur
senantiasa kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
Rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini guna
untuk memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah Manajemen Keuangan
Syariah yang berjudul “Modal Kerja Dalam Keuangan Syariah”.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari
bantuan banyak pihak yang dengan tulus memberikan kritik dan juga saran
sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan tepat pada waktunya. Kami
selaku penyusun makalah ini mengucapkan terima kasih kepada Ibu Kurniyati,
S.E., M.M selaku dosen pengampu Mata Kuliah Manajemen Keuangan Syariah
yang telah memberikan tugas sehingga dapat menambah dan memperdalam
pengetahuan serta wawasan sesuai bidang studi yang kami tekuni. Ucapan
terimkasih juga kami sampaikan kepada seluruh anggota kelompok yang telah
senantiasa berkontribusi membagikan sebagian pengetahuannya untuk
merampungkan makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna dikarenakan
terbatasnya dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu, kami
mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan juga sebuah kritikan
yang membangun dari berbagai pihak, kami juga berharap semoga makalah ini
dapat memberikan manfaat bagi para pembaca. Akhir kata kami ucapkan
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi wabarokatuh.

Jambi, 16 Mei 2023

Tim Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...........................................................................................ii

DAFTAR ISI ..........................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN......................................................................................1

A. Latar Belakang............................................................................................1

B. Rumusan Permasalahan.............................................................................1

C. Tujuan..........................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................2

A. Alasan Perlunya Modal Kerja...................................................................2

B. Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Modal Kerja................................5

C. Strategi Modal Kerja..................................................................................6

BAB III PENUTUP 11

A. Kesimpulan................................................................................................11

B. Saran...........................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................12

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam menjalankan suatu perusahaan banyak hal yang harus
dipertimbangkan. Salah satunya adalah modal kerja. Modal kerja merupakan
modal yang digunakan untuk membiayai operasional perusahaan sehari-hari,
terutama yang memiliki keterkaitan waktu dalam jangka pendek, yaitu kurang dari
satu tahun. Dengan demikian, manajemen modal kerja merupakan pengelolaan
investasi perusahaan dalam aset jangka pendek dan juga bagaimana cara
mendanainya.1 Besarnya kecilnya modal kerja menentukan besar kecilnya
profitabilitas dan risiko. Semakin kecil modal kerja semakin besar
profitabilitasnya dan semakin besarnya risikonya. Berlaku sebaliknya, apabila
semakin besar modal kerja semakin tidak efisien dana yang tertanam dalam modal
kerja tersebut, yang ini menyebabkan profitabilitasnya rendah, tetapi risiko
kekurangan dana untuk membayar kewajiban yang segera dibayar juga rendah.
Agar dapat menopang pencapaian tujuan perusahaan, perusahaan harus
melakukan manajemen modal kerja yang efektif dan efisien.2

B. Rumusan Permasalahan
1. Apa saja alasan perlunya modal kerja?
2. Apa saja faktor yang mempengaruhi tingkat modal kerja?
3. Bagaimana strategi modal kerja?

C. Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu untuk mengetahui lebih jelas
mengenai tentang “Modal Kerja Dalam Keuangan Syariah” yang dimana untuk
mengetahui lebih jelas alasan perlunya modal kerja, faktor yang mempengaruhi
tingakat modal kerja, dan startegi modal kerja yang dimana dapat menambah
wawasan serta pengetahuan terhadap modal kerja dalam keuangan syariah.

1
Miswanto, “Kebijakan Dalam Penentuan Dan Pendanaan Modal Kerja Perusahaan”, hal. 181.
2
Ullul Hidayati Rofi’ah, “Manajemen Modal Kerja Dan Menetapkan Kebijakan Kebutuhan Modal Kerja
Yang Sesuai Syariah”. Vol. 04, Nomor 01, Juni 2017, hal. 39.

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Alasan Perlunya Modal Kerja
Secara bahasa (arab) modal atau harta disebut al-amal (mufrad tunggal), atau
al-amwal (jamak). Adapun dalam istilah syar’i, harta diartikan sebagai segala
sesuatu yang dimanfaatkan dalam perkara yang legal menurut syara‟ (hukum
islam), seperti bisnis, pinjaman, konsumsi dan hibah (pemberian). Pengertian
modal dalam konsep ekonomi Islam berarti semua harta yang bernilai dalam
pandangan syar’i, dimana aktivitas manusia ikut berperan serta dalam usaha
produksinya dengan tujuan pengembangan. 3

Dalam system ekonomi Islam modal diharuskan terus berkembang agar


sirkulasi uang tidak berhenti. Di karenakan jika modal atau uang berhenti
ditimbun/stagnan) maka harta itu tidak dapat mendatangkan manfaat bagi orang
lain, namun seandainya jika uang diinvestasikan dan digunakan untuk melakuakan
bisnis maka uang tersebut akan mendatangkan manfaat bagi orang lain, termasuk
di antaranya jika ada bisnis berjalan maka akan bisa menyerap tenaga kerja.Islam
melarang penimbunan harta dan sebaliknya mendorong sirkulasi harta di antara
semua bagian masyarakat,4

Menurut Khasmir Pengertian modal kerja merupakaan modal yang digunakaan


untuk melakukan kegiatan operasi perusahaan. Modal kerja diartikan sebagai
investasi yang ditanamkan dalam aktiva lancar atau aktiva jangka pendek, seperti
kas, surat-surat berharga, piutang, persediaan dan aktiva lancar. 5
Manajemen
modal kerja bertujuan untuk mengawasi jalannya perusahaan dalam memenuhi
kewajiban jangka pendeknya dan sejauh mana operasi perusahaan dapat dibiayai
dengan sumber pendanaan yang ada, sehingga kekuatan membayar semakin besar
daripada kewajiban finansialnya yang harus dipenuhi oleh pihak lain.

Dalam hal modal, islam meberikan ketentuannya yaitu :

3
Ibid.
4
Kasmir, Manajemen Perbankan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008). hal. 258
5
Khasmir, Pengantar Manajemen Keuangan, (Jakarta: Kencana, 2010), hal.89.

2
1) Modal harus diketahui

Jika modal tidak diketahui jumlahnya maka sama dengan spekulatif yang
berimplikasi pada ketidaksahan transaksi. Dimana modal akan menjadi rujukan
Ketika aliansi usaha bubar.

2) Modal berbentuk rill

Modal harus ada secara rill pada saat transaksi terjadi. Karena jika modal
ada saat transaksi maka aliansi dapat dilanjutkan, namun apabila modal tidak ada
maka aliansi tersebut secara otomatis batal

3) Modal bukan merupakan utang

Hal ini bertujuan untuk menghindari adanya riba. Karena jika modal dianggap
sebagai utang, maka kelebihan pengembalian pokok disebut sebagai riba.

Modal tidak boleh diabaikan, manusia berkewajiban menggunakannya dengan


baik, agar ia terus produktif dan tidak habis digunakan. Karena itu seorang wali
yang menguasai harta orang-orang yang tidak atau belum mampu mengurus
hartanya, diperintahkan untuk mengembangkan harta yang berada dalam
kekuasaannya itu dan membiayai kebutuhan pemiliknya yang tidak mampu itu,
dari keuntungan perputaran modal, bukan dari pokok modal.6 Dalam sistem
ekonomi Islam modal diharuskan terus berkembang agar sirkulasi uang
tidak berhenti.

Dimana suatu perusahaan harus mempunyai modal kerja untuk


mengembangkan usaha, dimana ada beberapa kondisi ketidaksempurnaan yang
membuat keputusan modal kerja menjadi penting. Ketidaksempurnaan itu yang
dimana memaksa suatu perusahaan untuk mempunyai modal kerja. Jika suatu
biaya transaksi tidak ada, maka segala aktivitas bisa diperkirakan dengan jelas
(kondisi kepastian), tidak ada biaya kebangkrutan, maka modal kerja tidak

6
Ullul Hidayati Rofi’ah, Manajemen Modal Kerja Dan Menetapkan Kebijakan Kebutuhan Modal Kerja Yang
Sesuai Syariah . Vol. 04, Nomor 01, Juni 2017, hal. 49.

3
diperlukan, namun keputusan modal kerja dalam situasi tersebut tidak akan
mempengaruhi nilai perusahaan.

Tetapi karena perusahaan hidup dalam situasi ketidaksempurnaan pasar,


keputusan modal kerja menjadi penting. Trade off antara resiko dengan
profitabilitas menjadi acuan yang harus diperhatikan manajer keuangan dalam
kaitannya dengan keputusan modal kerja.

Adapun beberapa kondisi ketidaksempurnaan yang membuat keputusan modal


kerja menjadi penting yaitu :

1) Biaya Transaksi

Biaya transaksi mencakup biaya eksplisit dan biaya implisit. Dimana contoh dari
biaya eksplisit yaitu biaya komisi pembelian/penjualan asset. Dan biaya implisit
yaitu harga yang terlalu murah (mahal) jika perusahaan menjual (membeli) suatu
asset dengan terburu-buru (fire sale atau fire purchase).

2) Kelambatan/Ketidaksinkronan Aktivitas

Dalam situasi normal, dimana ada kemungkinan kelambatan kedatangan bahan


mentah, atau produk yang sudah jadi tidak bisa langsung dikirim langsung
kedistributor, atau permintaan produk tidak diketahui dengan pasti. Dalam situasi
ini, persediaan bahan mentah dan produk diperlukan untuk mengantisipasi
kelambatan kedatangan bahan mentah atau permintaan yang lebih tinggi dari yang
diantisipasi. Dalam situasi ketidaksempurnaan pasar, modal kerja akan diperlukan.

3) Kemungkinan Kebangkrutan/Kesulitan Pembayaran

Biaya kebangkrutan cukup signifikan. Kebangkrutan bisa disebabkan dengan


kondisi perusahaan yang memburuk, tetapi juga bisa dikarenakan
ketidakmampuan memenuhi kewajibannya. 7

B. Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Modal Kerja


1. Faktor yang mempengaruhi aktiva lancar.
- Karakteristik Bisnis
7
Muhamad, Manajemen Keuangan Syariah, Yogyakarta: UPP STIM YKPN, 2014. hal.351-352.

4
Sektor usaha (Industri) mempunyai karakteristik yang berbeda satu sama lain
termasuk dalam penggunaan modal kerja. Sektor retail cenderung mempunyai
persediaan barang dagangan (yang artinya modal kerja) yang lebih besar
dibandingkan perusahaan manufaktur. Sektor tertentu mempunyai utang lancar
yang lebih tinggi dibandingkan dengan aktiva lancarnya.

- Ukuran perusahaan

Perusahaan kecil cenderung mempunyai modal kerja yang lebih tinggi


dibandingkan dengan perusahaan besar. Komposisi aktiva lancar dan kewajiban
lancar untuk perusahaan besar dan kecil bias terdiri dari 65,5% aktiva lancar dan
32,8% utang lancar untuk perusahaan kecil. Sedangkan komposisi untuk
perusahaan besaradalah 31% aktiva lancar dan 24,4% kewajiban lancar. Beberapa
kemungkinan berdasarkan hal tersebut dimana perusahaan besar modalnya
semakin intensif, perusahaan besar mempunyai skala ekonomi modal kerja atau
aliran kas yang stabil, dan perusahaan besar mempunyai akses yang lebih baik
kepasar keuangan sehingga tidak perlu memegang modal kerja lebih besar.

- Aktivitas perusahaan

Jika perusahaan meningkat aktivitasnya (penjualan meningkat), aktiva lancar dan


utang lancar yang bersifat spontan juga akan meningkat. Semakin tinggi penjualan
dengan demikian akan semakin besar aktiva lancar suatu perusahaan.

- Stabilitas penjualan perusahaa

Jika penjualan stabil, aktiva lancar cenderung semakin kecil. Sebaliknya jika
penjualan berfluktuasi, aktiva lancar akan cenderung semakin besar.

2. Faktor yang mempengaruhi utang lancar


- Faktor Eksternal

Industri tertentu cenderung mempunyai utang lancar lebih besar. Contoh, usaha
ritel menggunakan aktiva lancar (biasanya dalam bentuk barang dagangan) yang
lebih besar dibandingkan dengan industry manufaktur. Barang dagangan biasanya

5
diperoleh melalui pendanaan yang spontan (utang dagang), sehingga aktiva lancar
yang tinggi akan mengakibatkan utang dagang yang tinggi juga.

- Faktor internal kebijakan manajemen

Manajemen mempunyai pilihan apakah menggunakan dana likuid (cepat cair)


yang tinggi atau rendah. Jika manajemen yang fleksibilitasnya cukup tinggi,
manajemen akan menggunakan dana likuid yang lebih kecil. Jika manajemen
mempunyai akses kepasar keuangan yang baik, memungkinkan manajemen akan
menggunakan dana likuid yang tinggi karena pada situasi mendadak, manajemen
bisa memperoleh dana tambahan dengan cepat. Manajemen yang agresif akan
menggunakan dana yang lebih tinggi, karena dana yang lebih tinggi memberikan
profitabilitas yang tinggi, meskipun risiko juga semakin meningkat.8

C. Strategi Modal Kerja


1. Strategi Aktiva Lancar

Modal kerja dimana disebut dengan keseluruhan aktiva lancar yang digunakan
dalam operasional perusahaan. Jika perusahaan mempunyai aktiva lancar yang
lebih tinggi, maka perusahaan bisa mengurangi resiko, tetapi konsekuensinya
perusahaan akan memperoleh profitabilitas yang lebih rendah dan sebaliknya.

Suatu perusahaan mempunyai tiga scenario startegi untuk memegang atau


mengelola asset lancarnya yaitu :

a. Relaxed policy (konservatif), dimana perusahaan memegang/menyimpan


banyak kas, surat berharga, piutang, persediaan relative terhadap
penjualan.
b. Restricted policy (Agresif), perusahaan yang saat ini memegang /
menyimpan asset secara menimal.
c. Moderate policy (Moderat), perusahaan memegang asset dengan posisi
diantara relaxed dan restricted.

Berikut adalah gambarannya :

8
Muhamad, Manajemen Keuangan Syariah, Yogyakarta: UPP STIM YKPN, 2014. hal.353-354.

6
.

Perusahaan dengan strategi modal kerja konservatif memiliki asset lancar yang
lebih tinggi dibandingkan dengan kewajibannya. Strategi konservatif lebih
cocok untuk perusahaan yang berfokus pada profitabilitas. Kebalikannya,
perusahaan dengan strategi agresif akan memiliki kewajiban lancar yang lebih
tinggi dibandingkan dengan asset lancar yang ia miliki. Umumnya,
perusahaan dengan strategi agresif adalah perusahaan yang berfokus
meningkatkan pangsa pasar.9

2. Strategi Pendanaan

Terdapat beberapa pendekatan yang dapat digunakan perusahaan untuk


modal kerjanya yaitu Matching (Moderat), Agresif, dan Konservatif. Ketiga
pendekatan atau strategi ini berkaitan dengan resiko dan tingkat keuntungan utang
jangka pendek dengan utang jangka Panjang.10

a) Strategi Maturity Matching (Moderat) `

9
Alvin Leonardo, Juliana Rita, Pengaruh Manajemen Dan Strategi Modal Kerja Terhadap Kinerja
Keuangan Di Berbagai Tahap Siklus Hidup Perusahaan, Jurnal Ilmiah MEA, Vol. 6 No. 1, 2022.
10
Miswanto, Kebijakan Dalam Penentuan Dan Pendanaan Modal Kerja Perusahaan, Jurnal Economia, Vol.
08, No. 02, oktober 2022. Hal. 185.

7
Dalam gambar tersebut pada pendekatan maturity matching semua aktiva
tetap dan aktiva lancar permanen didanai dengan sumber dana jangka Panjang.
Sedangkan aktiva lancar temporary didanai oleh sumber dana jangka pendek
(contoh: utang jangka pendek).

Perusahaan yang menggunakan kebijakan ini akan membelanjai aktiva


tetap dan aktiva lancar permanen dengan sumber dana jangka panjang, sedangkan
aktiva lancar temporary dengan menggunakan sumber dana jangka pendek.
Perusahaan yang menerapkan kebijakan ini, resiko dalam memenuhi kewajiban
jangka pendek lebih kecil dibandingkan dengan perusahaan yang menggunakan
kebijakan modal kerja agresif. Karena penggunaan hutang jangka pendeknya lebih
sedikit dalam pembelanjaan aktiva lancarnya. Dalam pencapaian profitabilitas
perusahaan dengan kebijakan modal kerja moderat akan lebih rendah. Hal tersebut
karena porsi hutang jangka panjang yang memiliki bunga yang lebih tinggi dari
pada hutang jangka pendek mengalami peningkatan dan berlangsung cukup lama,
sehingga biaya bunga yang ditanggung oleh perusahaan semakin besar, yang
akhirnya berdampak pada profitabilitas yang rendah.

b) Strategi Agresif

8
Kebijakan perusahaan dalam membelanjai seluruh aktiva tetap serta sebagian dari
aktiva lancar permanen dengan hutang jangka panjang dan modal sendiri,
sedangkan seluruh aktiva lancar temporer serta sebagian dari aktiva lancar
permanen lainnya didanai dengan hutang jangka pendek. Kebijakan ini disebut
agresif karena penggunaan hutang jangka pendek untuk membelanjai sebagian
aktiva lancar permanen relatif beresiko. Investasi pada aktiva lancar permanen
pengembaliannya dalam waktu yang panjang, oleh karena itu perusahaan yang
menggunakan hutang jangka pendek untuk membelanjai aktiva tersebut beresiko
tidak dapat melunasi hutangnya saat jatuh tempo karena waktu yang relatif
pendek. Hutang jangka pendek bunganya lebih rendah daripada hutang jangka
panjang karena waktunya lebih singkat. Semakin banyak perusahaan
menggunakan hutang jangka pendek maka biaya bunga yang ditanggung oleh
perusahaan akan lebih kecil daripada menggunakan hutang jangka Panjang.

c) Strategi Konservatif

Kebijakan perusahaan dalam membelanjai aktiva lancar menggunakan proporsi


hutang jangka pendek lebih kecil daripada hutang jangka panjang dan modal
sendiri. Perusahaan yang menggunakan kebijakan ini membelanjai seluruh aktiva
tetap, aktiva lancar permanen dan Sebagian aktiva lancar temporer dengan
menggunakan hutang jangka panjang dan modal sendiri. Kebijakan ini relatif
lebih aman karena hampir seluruh aktiva tetap dan lancar didanai dengan hutang
jangka panjang dan modal sendiri. Kebijakan ini meminimalisasi kemungkinan
kesulitan keuangan bagi perusahaan karena hanya menggunakan hutang jangka
pendek yang sedikit untuk mendanai aktiva lancar yang berfluktuasi. Kebijakan

9
ini dinilai mahal karena pada umumnya hutang jangka panjang lebih tinggi suku
bunganya. Tetapi perusahaan memiliki waktu yang cukup lama untuk melunasi
kewajibannya karena semakin lama umur hutang berarti perusahaan memiliki
banyak waktu untuk melunasi pembayarannya. Hutang jangka Panjang disamping
memiliki biaya yang tinggi perusahaan juga akan tetap membayar bunga selama
periode pinjaman yang berdampak pada rendahnya profit.11

BAB III
PENUTUP

11
Musdholifah, Eko Triambodo, Analisis Probabilitas Pada Perusahaan Manufaktur Go Publik Yang
Menerapkan Kebijakan Modal Kerja Agresif, Moderat, dan Konservatif di Bursa Efek Indonesia, Hal. 85-86.

10
A. Kesimpulan
Kebijakan modal kerja dalam keuangan syariah dapat dilakukan dengan
mengembangkan harta untuk usaha (modal) sesuai prinsip syariah yang telah
ditetapkan agar nantinya menghindari risiko-risiko pada perusahaan yang tidak
sesuai dengan prinsip syariah dan diharapkan dapat memberikan kemanfaatan
bagi masyarakat. Alas an perlunya suatu modal kerja tidak lepas dari
ketidaksemprnaan pasar seperti biaya transaksi, ketidaksinkronan aktivias,
kesulitan pembayaran. Dan tingkat modal kerja mempunyai faktor faktor yang
terkait seperti dari segi faktor yang mempengaruhi aktiva lancar dan faktor yang
mempengaruhi utang lancar. Suatu perusahaan memiliki strateginya sendiri dalam
mengelola modal kerja yang dimana dapat dilihat dari strategi aktiva lancar dan
strategi pendanaannya.
B. Saran
Diharapkan makalah ini dapat memberikan wawasan kepada para pembacanya
dan dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan dan kesalahan, jadi
kami membutuhkan kritik dan saran agar lebih baik nantinya dalam pembuatan
makalah ini.

11
DAFTAR PUSTAKA

Alvin Leonardo, Juliana Rita, Pengaruh Manajemen Dan Strategi Modal Kerja

Terhadap Kinerja Keuangan Di Berbagai Tahap Siklus Hidup

Perusahaan, Jurnal Ilmiah MEA, Vol. 6 No. 1, 2022.

Kasmir. 2008. Manajemen Perbankan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Khasmir. 2010. Pengantar Manajemen Keuangan. Jakarta: Kencana.

Muhamad. 2014. Manajemen Keuangan Syariah. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.

Musdholifah, Eko Triambodo. Analisis Probabilitas Pada Perusahaan

Manufaktur

Go Publik Yang Menerapkan Kebijakan Modal Kerja Agresif, Moderat,

dan

Konservatif di Bursa Efek Indonesia.

Miswanto. Kebijakan Dalam Penentuan Dan Pendanaan Modal Kerja `

Perusahaan, Jurnal Economia, Vol. 08, No. 02, oktober 2022

Ullul Hidayati Rofi’ah. Manajemen Modal Kerja Dan Menetapkan Kebijakan

Kebutuhan Modal Kerja Yang Sesuai Syariah. Vol. 04, Nomor 01, Juni

2017,

12

Anda mungkin juga menyukai