Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

STUDI KELAYAKAN BISNIS ISLAM

Disusun oleh : KELOMPOK 2

Ayu Anggraini Siagian 71190215001

Rokiba 71190215012

Dimas Irwansyah 71190215034

FAKULTAS AGAMA ISLAM

PROGRAM EKONOMI SYARIAH

UNIVERSITAS ISLAM SUMATRA UTARA

2021
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, puji syukur
kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan Rahmat, Hidayah, dan Inayah-
Nya sehingga kami dapat merampungkan penyusunan makalah matapelajaan "Studi kelayakan
Bisnis Islam" tepat pada waktunya. Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari
sepenuhnya bahwa masih terdapat kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa dan aspek
lainnya.
Oleh karena itu, dengan lapang dada kami membuka selebar-lebarnya pintu bagi para
pembaca yang ingin memberi saran maupun kritik demi memperbaiki makalah ini. Akhirnya
kami sebagai penyusun sangat mengharapkan semoga dari makalah sederhana ini dapat diambil
manfaatnya dan besar keinginan kami dapat menginspirasi para pembaca untuk mengangkat
permasalahan lain yang relevan pada makalah-makalah selanjutnya.

                                                                          Medan, 30 September 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...............................................................................................1
B. Rumusan Masalah..........................................................................................1
C. Tujuan Masalah..............................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Studi Kelayakan Bisnis Syari’ah..................................................2
B. Tujuan dan Fungsi Sudi Kelayakan Bisnis Syariah.......................................4
C. Tahapan Membuat Laporan Studi Kelayakan Bisnis Syariah........................5
D. Investasi Dalam Syariah Islam.......................................................................7
E. Kaidah-Kaidah Dalam Investasi....................................................................9
F. Perbandingan Kurva Investasi Konvensional Dengan Syariah......................10
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan....................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................13

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Pembahasan mengenai studi kelayakan bisnis tidak terlepas dari pemahaman


manajemen ditambah dengan melihat beberapa aspek yang terkait disana seperti aspek
ekonomi, teknologi, politik-hukum dan sosial-budaya. Dimana kesemua aspek ini saling
memiliki keterkaitan satu sama lainnya untuk mendukung kelayakan suatu bisnis baik
dilihat dari segi mikro dan makro.Aspek-aspek ini didalam manajemen dilihat sebagai
bagian yang mampu mempengaruhi keputusan bisnis, terutama sebagaimana dikatakan
oleh Iman Soeharto (1999: 76) bahwa pengkajian yang bersifat menyeluruh dan mencoba
menyoroti segala aspek kelayakan proyek atau investasi dikenal sebagai studi kelayakan.
Sedangkan Yakob Ibrahim (1996: 92) mendefinisikan studi kelayakan bisnis merupakan
gambaran kegiatan usaha yang direncanakan, sesuai dengan kondisi, potensi, serta
peluang yang tersedia dari berbagai aspek.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian studi kelayakan bisnis syariah
2. Apa saja tujuan dan fungsi sudi kelayakan bisnis syariah
3. Bagaimana tahapan membuat laporan studi kelayakan bisnis syariah
4. Apa factor inveatasi dalam syariah islam
5. Apa kaidah-kaidah dalam investasi
6. Bagaimana perbandingan kurva investasi konvensional dengan syariah.

C. Tujuan Masalah
1. Menghindari resiko kerugian
2. Memudahkan perencanaan
3. Memudahkan pelaksaan pekerjaan
4. Memudahkan pengawasan
5.  Memudahkan pengendalian

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Studi Kelayakan Bisnis Syari’ah


Studi Kelayakan Bisnis sangat penting, khususnya investor yang memberi dana
investasi perusahaan, bank bertugas memberi kredit dan pemerintah memfasilitasi dengan
peratwan hukum dan undang-undang. Investor harus tahu keuntungannya dalam
berinvestasi, sedangkan bank harus tahu keamanan terhadap kredit yang diberikan demi
kelancaran untuk pengembaliannya.
Semua pasti ada risiko, maka dari itu sebelum melangkah perlu pertimbangan dalam
Studi Kelayakan Bisnis. Karena dalam studi kelayakan terdapat berbagai aspek yang
harus dikaji lebih dalam agar hasil dari studi tersebut bisa digunakan untuk mengambil
keputusan apakah bisnis tersebut layak dikerjakan atau tidak.
Pengertian Studi Kelayakan Bisnis sendiri ada dua dari segi konvensional atau secara
umum dan dari segi syariah. Studi Kelayakan Bisnis secara umum berarti suatu kegiatan
yang dilakukan untuk menilai kelayakan investasi pada suatu bisnis yang dijalankan
untuk mengetahui bisnis tersebut layak atau tidak untuk diteruskan. 1
Sedangkan Studi Kelayakan Bisnis Syariah ialah sebuah laporan penelitian yang
sistematis mengenai kelayakan bisnis tersebut layak atau tidak dengan menggunakan
analisis ilmiah dan untuk mengetahui halal haramnya usaha kita berdasarkan syariat
Islam. Laporan yang dibuat merupakan bentuk ikhtiar manusia kepada Allah untuk
memperoleh ridhonya. Selain untuk berikhtiar laporan Studi Kelayakan Bisnis Syariah
biasanya digunakan untuk mengetahui keuntungan usaha agar usahanya lebih maju dan
berkembang dan layak untuk diteruskan. 2

1
Sunarji Harahap, Studi Kela) akan Bisnis, Cetakan Pertama, Sumatera Febi UIN-SU Pres, 2018, hlm. 1-3.
2
Hamdi Agustin, Studi Kela yakan Bisnis S yariah, Cet 3, Depok : Rajawali Pers, hlm, 7.

2
Manfaat Studi Kelayakan Bisnis Syariah untuk mengambil keputusan dan
mengetahui usulan kita diterima atau ditolak. Biasanya jika usulan kita diterima maka
pihak tertentu akan membuat laporan Studi Kelayakan Bisnis untuk mengkaji ulang.
Jika terjadi kesalahan saat pengambilan data atau rekayasa data biasanya
pihak pengkaji menolak laporan Studi Kelayakan Bisnis, maka dari itu laporan dan
data yang dibuat harus benar.
Pihak-pihak yang berhak menerima dan menolak laporan Studi Kelayakan
Bisnis, yaitu:
a) Investor : Biasanya pihak investor akan mengkaji lebih dalam laporan Studi
Kelayakan Bisnis Syariah yang sudah dibuat, mereka akan mempertimbangkan
keuntungan dan kerugian yang mereka dapat dari bisnis tersebut. Selain itu
mereka juga melihat kesanggupan perusahaan dalam menangani kerugian yang
mungkin bisa terjadi, terutama jumlah dana yang akan ditanggung oleh
perusahaan. Pihak investor biasanya akan mendapatkan keuntungan dari
pembiayaan yang diberikannya kepada perusahaan. Dengan laporan Studi
Kelayakan Bisnis Syariah perusahaan investor akan melakukan realisasi
terhadap jumlah dana yang dibutuhkan untuk usaha. Selain itu manajemen
dalam perusahaan tersebut harus mempertimbangkan usahanya karena itu
menentukan kesanggupan investor untuk memberikan dana.
b) Manajemen . manajemen membuat laporan SKBS untuk mengembangkan
kinerja perusahaan tersebut. Selain untuk meningkatkan kinerja karyawan di
perusahaan hal tersebut juga dapat mempengaruhi peningkatan keuntungan baik
materi atau bukan. Selain itu manajemen akan membuat strategi untuk
meningkatkan perusahaan tersebut agar terus bertahan dan maju.
c) Pemerintah : laporan SKBS juga harus dîkaji oleh pemerintah karena itu juga
berpengaruh dalam perundangan pusat maupun daerah dimana usaha tersebut
berada. Selain karena perundangan tempat alasan pemerintah ikut campur atas
laporan SKBS yang ada adalah untuk mempertimbangkan usaha tersebut
berdampak pada masyarakat atau tidak, baik dampak positif atau negatif.
B. Tujuan dan Fungsi Sudi Kelayakan Bisnis Syariah
Dalam studi bisnis pasti ada tujuan dan fungsi tersendiri. Tanpa adanya tujuan pasti

3
bisnis tersebut sulit untuk berjalan. Tujuan dan fungsi dari Studi Kelayakan Bisnis
Syariah ini yaitu :
a) Ikhtiar merupakan tujuan dari Studi Kelayakan dengan masud agar usaha yang
dijalankan sukses dan mendapat ridha Allah.
b) Meminimalisir risiko hal tersebut bertujuan agar kita adapt mencegah risiko
kerugian yang mungkin saja biar terjadi. Namun dalam usaha pasti risiko selalu
ada, tapi setidaknya kita sudah berusaha untuk meminimalisirnya agar tidak terjadi
karena pada dasarnya kita tidak bias menentukan keadaan yang akan terjadi,
sebagai umat muslim kita hanya bias berusaha dan selebihnya kita serahkan
kepada Allah.
c) Pengumpulan data, sebelum memulai usaha kita harus mencari informasi dan data
yang benar supaya ide kita nantinya juga prospek dengan usaha yang akan kita
jalankan.
d) Data dan informasi yang sudah terkumpul selanjutnya diolah.
e) Data yang sudah diolah selanjutnya dianalisis untuk memperoleh ide yang akan
digunakan untuk Studi Kelayakan Bisnis.
f) Mengevaluasi standar kelayakan bisnis.
g) Melakukan pengwutan usulan kelayakan, mengambil usulan yang benar-benar
layak yang akan dipakai untuk memulai bisnis yang akan dijalankan.
h) Istiqarah, bukan hanya soal mencari pasangan hidup, dalam mencari rezeki kita
juga dianjwkan untuk melakukan sholat istiqarah, hal ini dapat digunakan untuk
meminta petunjuk kepada Allah agar bisnis kita benar yang jodoh rezeki kita.
i) Perencanaan kerja, sebelum melaksanakan studi kita harus melakukan rencana
kerja agar pekerjaan yang kita lakukan hasilnya juga maksimal.
j) Pelaksanaan tahap akhir, setelah melakukan berbagai tahap dan rencana kerja
setelah itu kita melakukan pelaksanaan tahap tahap ini kita benar-benar
mematangkan rencana untuk studi bisnis agar bisnis kita nantinya diterima dan
menghasilkan sebuah keputusan yang diinginkan.
C. Tahapan Membuat Laporan Studi Kelayakan Bisnis Syariah
Tahapan studi kelayakan bisnis islam terdiri dari lima tahapan yaitu3:

4
1. Identifikasi
a. Menemukan Ide
Apakah akan membeli perangkat keras, membuat produk baru, membuat usaha
baru, atau menggunakan sumber daya tertentu.
b. Ide untuk membuat produk baru atau diversifkasi dapat di peroleh dari
konsumen, supplier, salespeople, distributor, pesaing dan pemerintah.
2. Seleksi Awal
3. Seleksi awal di lakukan untuk menentukan apakah studi lebih detal dengan screening
awal, comparative rating dan pre studi kelayakan.
4. Analisis
Analisis yang di lakukan pada studi kelayakan bisnis islam terdiri :
 Analisis Aspek Islam (Shariah)
Untuk menentukan apakah produk dan transaksi yang di lakukan sudah sesuai
dengan ketentuan Qur’an dan Hadist.
 Analisis Aspek Pasar
Untuk menentukan apakah produk atau bisnis memiliki potensi pasar sehingga
memiliki permintaan.
 Analisis Aspek Teknik
Untuk menentukan apakah produk atau bisnis memiliki ketersediaan bahan,
teknologi, lokasi, layout yang akan membuat proses produksi menjadi lancer.
 Analisis Aspek Keuangan
Untuk menentukan apakah secara financial, produk atau bisnis dapat dilakukan
dengan menghitung estimasi pendapatan, estimasi biaya, estimasi laba, estimasi
modal dibutuhkan, estimasi kelayakan bisnis dari sisi keuangan, dan evaluasi
operasional keuangan.
 Analisis Aspek Sosial Ekonomi

3
Ibid, hlm. 29

5
Untuk menentukan kemanfaatan produk atau bisnis pada masyarakat baik dari
sisi positif ataupun sisi negative produk atau bisnis.Analisis Aspek Manajemen.
Untuk menentukan kelayakan usaha berdasarkan manajemen dan fungsinya.
 Analisis Aspek Dampak Lingkungan
Untuk menentukan kelayakan produk atau bisnis terhadap lingkungannya secara
fisik maupun non fisik.
5. Evaluasi
 Hasil SKBI positif
Jika hasil analisis studi kelayakan bisnis islam positif, artinya usaha atau bisnis
dapat dilanjutkan pada tahap implementasi.
 Hasil SKBI negative
Jika hasil analisis studi kelayakan bisnis islam negative, artinya usaha atau bisnis
tidak akan dilanjutkan pada implementasi.
6. Implementasi
Setelah melakukan berbagai analisis dan hasil studi kelayakan bisnis islam adalah
positif, maka tahapan berikutnya adalah melakukan implementasi bisnis. Pada tahap
implementasi, beberapa hal yang bisa dilakukan adalah4:
 Melakukan kontrak kerjasama
Konntrak kerjasama di lakukan misalnya dalam hal permodalan, area
pemasaran, supply bahan atau material, supply teknologi, kerjasama
manajemen dan keahlian.
 Mendesain produk dan melakukan proses produksi.
 Memilih bahan.
 Mendirikan/membuat/membeli perangkat keras
Perangkat keras dan teknologi yang akan di gunakan dibeli atau dibuat sendiri.

4
Ibid, hlm. 30

6
D. Inveatasi Dalam Syariah Islam
Mencari harta merupakan bagian dari aktivitas ekonomi yang merupakan salah
satu aspek dari kegiatan bermuamalah. Kaidah fiqih dari muamalah semuanya halal
kecuali yang haram dan dilarang dalam Al-Quran dan Hadits.Islam telah mengatur
kaidah-kaidah kegiatan ekonomi, dalam Islam kegiatan ekonomi dan agama tidak dapat
terpisahkan, sebab setiap umat muslim yang menjalankan kegiatan ekonomi harus
menggunakan syariat Islam.
Dalam perspektif Islam, keuntungan dan kerugian perhitungannya jangka panjang, selain
itu umat muslim selalu mempertimbangkan keuntungan untuk akhirat bukan untuk
kehidupan dunia. Sebab di dunia hanya sementara dan akhirat kekal. Hal tersebut
dijelaskan di dalam Al- Quran swat At-Taubat ayat 39 :
Artinya : Jika kamu tidak berangkat untuk berperang, niscaya Allah akan
menghukummu dengan a7ab yang amat pedih dan menggantikanmu dengan lain, dan
kamu tidak merugikan-N ya sama sekali. Allah maha kuasa atas segala sesuatu. (Qs. At-
Taubat : 39).
Dalam perspektif Islam investasi tidak hanya bertujuan mendapat untung yang bersifat
materil. Tujuan dari investasi dalam Islam adalah untuk kegiatan pengembangan uang
dan memperoleh pahala dan keberkahan dengan membayar zakat dari sebagian hartanya.
Prinsip Islam investasi merupakan bentuk dari ekonomi syariah Islam, setiap harta yang
di dapat ada zakat yang harus dikeluarkan. Namun investasi tidak akan kena zakat,
kecuali keuntungannya. Keuntungan merupakan imbalan yang di dapat dan kompensasi
dari waktu yang sudah termakan lama. Pada hakikatnya harta yang kita miliki adalah
milik Allah taala, Allah memberi amanah kepada manusia untuk memanfaatkan harta
tersebut dengan sebaik mungkin. Harta hanya perantara selebihnya manusia harus
berusaha untuk memperoleh harta tersebut tanpa harus merugikan orang lain. Dijelaskan
dalam tırman Allah surat Al-Mulk ayat 15 :
Artinya : Dialah yang menciptakan bumi untuk kamu yang mudah dikelilingi,
maka kelilingilah di segala penjuru dan makanlah rejeki darinya. Dan hanya kepada
Allah kamu kembali. (Qs. Al-Mulk : 15).
Berdasarkan dalil di atas dapat disimpulkan bahwa harta yang kita miliki hanya titipan
dari Allah, karena itu kita harus memanfaatkan dengan sebaik mungkin seperti

7
mengolahnya dalam usaha atau industri, harta diinvestasikan.
Faktor investasi dalam syariah Islam:
1) Dalam Islam seorang muslim selalu dikenakan zakat dari aset produktifnya dan
zakat yang harus dibayar sesuai dengan nisabnya.
2) Investasi dilakukan karena adanya motivasi sosial, untuk membantu mereka yang
tidak punya modal dalam membangun usaha namun memiliki keahlian untuk
membangun usaha tersebut.
3) Al-Muhafadzah alal maal (menjaga harta). Tujuan investasi salah satunya untuk
mendapat keuntungan dan menjaga harta yang diinvestasikan, namun harus tetap
menjaga hak dari orang lain juga.
4) Tadawuluts tsarwah (mendistribusikan harta), investasi tidak hanya mencari
keuntungan tapi juga berperan dalam kehidupan sosial tanpa memandang agama
dan golongan.
5) At-Tanmi yah Al-lqtisodi yah (pengembangan ekonomi), pengembangan ekonomi
bisa dilihat dari diharamkannya monopoli atau menimbun barang, hal ini dapat
merusak kegiatan ekonomi.
6) Al-adl (keadilan), dalam berinvestasi harus diperhatikan keseimbangan dari harta
investor dan kemaslahatan untuk orang lain., begitupun hak orang fakir dan
miskin harus dipenuhi seorang investor dalam bentuk zakat.
7) Mencari ridho Allah, dalam membangun bisnis harus sesuai dengan syariat Islam
agar mendapat ridho dari Allah.
8) Plesure of Allah (kebahagiaan), dengan meyakini bahwa bisnis yang dijalankan
memperoleh ridho dari Allah maka mendatangkan kesenangan, kebahagiaan dan
kesejahteraan dalam hati.
9) Mercy of Allah (mencari Rahmat Allah), yang dimaksud adalah mendapat karunia
dan berkah dari Allah, bisnis yang didirikan dengan investasi dengan keinginan
untuk mendapat rahmat dan berkah dari Allah.
10) Mendapat pahala, keuntungan materi dan ekonomi bukan menjadi tujuan utama
namun tujuan utama dengan menginginkan pahala dan ganjaran dari Allah.

8
E. Kaidah-Kaidah Dalam Investasi
Secara khusus fatwa DSN-MUI No. 80/DSNMUI/III/2011 mengatur bagaimana
memilih investasi yang dibolehkan syariat dan melarang kegiatan yang bertentangan
dengan prinsip syariah dalam kegiatan investasi dan bisnis, yaitu:
a) Maisīr, yaitu setiap kegiatan yang melibatkan perjudian dimana pihak yang
memenangkan perjudian akan mengambil taruhannya.
b) Gharar, yaitu ketidakpastian dalam suatu akad, baik mengenai kualitas atau kuantitas
objek akad maupun mengenai penyerahannya.
c) Riba, tambahan yang diberikan dalam pertukaran barang-barang ribawi (al-amwāl al-
ribawiyyah) dan tambahan yang diberikan atas pokok utang dengan imbalan
penangguhan imbalan secara mutlak.
d) Bāṭil, yaitu jual beli yang tidak sesuai dengan rukun dan akadnya (ketentuan asal/
pokok dan sifatnya) atau tidak dibenarkan oleh syariat Islam.
e) Bay‘i ma‘dūm, yaitu melakukan jual beli atas barang yang belum dimiliki.
Iḥtikār, yaitu membeli barang yang sangat dibutuhkan masyarakat (barang pokok)
pada saat harga mahal dan menimbunnya dengan tujuan untuk menjual kembali pada
saat harganya lebih mahal.
f) Taghrīr, yaitu upaya mempengaruhi orang lain, baik dengan ucapan maupun
tindakan yang mengandung kebohongan, agar terdorong untuk melakukan transaksi.
g) Ghabn, yaitu ketidakseimbangan antara dua barang (objek) yang dipertukarkan
dalam suatu akad, baik segi kualitas maupun kuantitas.
h) Talaqqī al-rukbān, yaitu merupakan bagian dari ghabn, jual beli atas barang dengan
harga jauh di bawah harga pasar karena pihak penjual tidak mengetahui harga
tersebut.
i) Tadlīs, tindakan menyembunyikan kecacatan objek akad yang dilakukan oleh penjual
untuk mengelabui pembeli seolah-olah objek akad tersebut tidak cacat.
j) Ghishsh, merupakan bagian dari tadlīs, yaitu penjual menjelaskan atau memaparkan
keunggulan atau keistimewaan barang yang dijual serta menyembunyikan kecacatan.
k) Tanājush/Najsh, yaitu tindakan menawar barang dangan harga lebih tinggi oleh pihak
yang tidak bermaksud membelinya, untuk menimbulkan kesan banyak pihak yang
berniat membelinya.

9
l) Dharar, tindakan yang dapat menimbulkan bahaya atau kerugian bagi pihak lain.
m) Rishwah, yaitu suatu pemberian yang bertujuan untuk mengambil sesuatu yang
bukan haknya, membenarkan yang bathil dan menjadikan yang bathil sebagai
ssesuatu yang benar.
n) Maksiat dan zalim, yaitu perbuatan yang merugikan, mengambil atau menghalangi
hak orang lain yang tidak dibenarkan secara syariah, sehingga dapat dianggap
sebagai salah satu bentuk penganiayaan.
Mengacu pada paparan di atas, dalam aktivitas muamalah selama tidak ditemukan
unsur-unsur yang dilarang syariah seperti yang diuraikan di atas, maka kegiatan investasi
boleh dilakukan apapun jenisnya. Disamping itu, dengan aturan seperti itu akan
memberikan keleluasaan investor dan pengelola investasi (manager investasi) untuk
berkreasi, berinovasi, dan berakselerasi dalam pengembangan produk maupun usahanya.
Dasar dari kegiatan ekonomi, bisnis dan investasi adalah kreatifitas yang dibingkai dalam
tatanan prinsip syariah. Muara akhir dari kegiatan ekonomi, bisnis dan investasi dengan
berlandaskan syariah dimaksudkan untuk mencapai kemuliaan hidup (falāh) yaitu
bahagia dunia dan akhirat.
F. Perbandingan Kurva Investasi Konvensional Dengan Syariah
Perbedaan investasi syariah dan investasi konvensional. Pertama soal perolehan
keuntungan, kalau investasi konvensional pasti menggunakan suku bunga, sementara
investasi syariah akan konsen menggunakan sistem bagi hasil. Artinya investasi versi ini
bebas dari unsur riba, gharar, dan hal yang merugikan lainnya yang justru diharamkan
dalam Islam. Kemudian yang paling penting, diawal menjalankan investasi syariah mesti
pakai akad, meliputi akad kerjasama atau musyarakah, sewa-menyewa atau ijarah, dan
akad bagi hasil atau mudharabah. Sementara kalau konvensional simpel, hanya
menekankan kesepakatan tanpa jelas aturan halal atau haramnya.
Poin ketiga yang membedakan investasi syariah dan konvensional adalah tujuan
dari investasi itu sendiri. Umumnya hanya untuk meraih return setinggi-tingginya. Beda
dengan investasi syariah, hal itu bukan tujuan utama, justru mengedepankan Socially
Responsible Investment (SRI).
SRI sendiri adalah suatu bentuk strategi investasi yang menggabungkan antara
perolehan keuntungan yang sebesar-besarnya dengan kebajikan sosial. Maksudnya

10
investasi syariah memang menggunakan misi pemberdayaan umat dalam aktivitas
ekonomi sekalian menyelipkan unsur ibadahnya melalui sedekah.
Terkait emiten penjual saham juga diperhatikan status halal haramnya. Kalau
pasar modal konvensional bebas,emiten manapun bisa melakukan penjualan sahamnya di
pasar modal. Sehingga kemungkinan terjadinya transaksi yang spekulatif dan manipulatif
juga sangat terbuka. Sedangkan, dalam pasar modal syariah, emiten yang menjual saham
mesti memenuhi syarat-syarat syariah yang sesuai. Sehingga transaksi yang dilakukan
pun tentunya bebas bunga, begitu pula instrumen transaksi yang digunakan seperti
prinsip mudharabah, musyarakah, dan salam. Artinya pasar modal syariah juga bebas dari
manipulasi pasar dan transaksi yang meragukan.
Terakhir aspek pengawasan. Khusus investasi syariah menempatkan Dewan
Pengawas Syariah (DPS). Lembaga ini memiliki tanggung jawab untuk memastikan
pengelolaan reksadana sesuai dengan prinsip syariah.Pengawasan ini disesuaikan dengan
mekanisme pasar serta faktor-faktor lain sesua kondisi perekonomian. Namun, untuk
regulasi investasi reksadana tetap diserahkan kepada Otoritas Jasa Keuangan, sebagai
regulator yang menyiapkan segala macam bentuk investasi di Indonesia.

11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Studi kelayakan usaha merupakan cara untuk mengetahui hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam memulai suatu bisnis atau usaha. Dalam memulai usaha banyak yang
harus diperhatikan, mulai dari lokasi, barang yang akan di gunakan untuk usaha, sasaran atau
objek yang akan menerima barang, dana yang yang dibutuhkan untuk menjalankan usaha
tersebut. Sehingga perlunya studi kelayakan usaha.
Didalam melakukan usaha atau bisnis harus diperhatikan hal-hal yang yang penting,
antara lain: tujuan kelayakan usaha usaha tersebut.

12
DAFTAR PUSTAKA

13

Anda mungkin juga menyukai