Anda di halaman 1dari 14

Makalah Manajemen Keuangan Syari'ah

PASAR MODAL SYARIAH


Dosen Pembimbing :
Shabarullah, M.H.

Disusun Oleh :
Kelompok 6
Alfi Zahara (190102029)
Azmul Atia (190102111)
Hafizatun Nufus (190102102)
Rizka Hidayati (190102100)

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARI’AH


FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY BANDA ACEH
TAHUN AJARAN 2021/2022

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT. Atas segala rahmat dan kasih
serta karuniaNya yang telah memberikan kekuatan dan kesehatan kepada kami penulis
sehingga dapat menyelesaikan makalah ini. Adapun makalah yang berjudul “Kejahatan
Bisnis Bidang Moneter, Kepabeanan, dan Perbankan ” ini diperbuat dengan tujuan
memenuhi pengerjaan tugas kelompok mata kuliah “Hukum Investasi Dan Pasar Uang
Syari’ah”.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih terbatas dan jauh dari
sempurna. Namun demikian, kami telah berusaha dan bekerja keras demi menyelesaikan
makalah ini, dan supaya makalah ini bermanfaat bagi kami sebagai penyusun maupun bagi
para pembaca. Saya juga menyadari bahwa makalah ini tidak dapat terselesaikan tanpa ada
dorongan dan dukungan serta bimbingan yang sangat berarti dari berbagai pihak, terutama
kepada dosen pembimbing kami bapak Shabarullah, M.H.
Terimakasih kami sampaikan kepada kedua Orangtua kami, yang dengan penuh
kasih sayang telah membimbing kami dan memberikan dorongan baik moral maupun
materil kepada kami. Dan kami juga menerima kritik dan saran yang bersifat membangun
dari saudara-saudara pembaca. Demikian makalah ini dapat kami perbuat. Lebih dan
kurangnya kami mohon maaf. Atas perhatian dari saudara-saudara, kami ucapkan
terimakasih.

Banda Aceh, 1 November 2021

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................................... 2


DAFTAR ISI ...................................................................................................................................... 3
BAB I ................................................................................................................................................. 4
PENDAHULUAN.............................................................................................................................. 4
1.1. Latar Belakang ................................................................................................................... 4
1.2. Rumusan Masalah .............................................................................................................. 5
1.3. Tujuan Masalah .................................................................................................................. 5
BAB II ................................................................................................................................................ 6
PEMBAHASAN ................................................................................................................................ 6
2.1. Pengertian Pasar Modal Syariah ........................................................................................ 6
2.2. Dasar Hukum Dari Nash .................................................................................................... 7
2.3. Dasar Hukum Dari Fatwa DSN/ MUI dan Perundang-Undangan ..................................... 8
2.4. Perbedaan Pasar Modal Dengan Pasar Modal Syari’ah ................................................... 10
BAB III............................................................................................................................................. 13
PENUTUP ........................................................................................................................................ 13
3.1. Kesimpulan ...................................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................................... 14

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Keberadaan pasar modal dalam aktifitas perekonomian sebuah negara sangat
penting sebagai media investasi dan wadah penyediaan modal bagi perusahaan untuk
membesarkan aktivitas perdagangannya. Pasar modal juga berfungsi sebagai tempat
pencairan kepemilikan saham sebuah perusahaan dengan menjualnya. Dengan demikian,
pentingnya peranan pasar modal adalah dalam rangka memobilisasi dana dari mayarakat
dan dapat juga dijadikan sebagai indikator perekonomian negara (Muhammad, 2004: 147).
Namun demikian, pasar modal yang ada selama ini diakui mengandung berbagai hal yang
menyimpang dari prinsip-prinsip syariah, seperti riba, maisir dan gharar.
Gelombang gerakan Islamisasi ekonomi pada abad 20 yang dipelopori oleh
beberapa tokoh umat Islam mengajak penerapan prinsip-prinsip dan nilai-nilai syariah pada
lembaga-lembaga keuangan dan aktifitasnya, seperti pada pasar modal. Akhirnya di
Indonesia pada tahun 2003, Dewan Syariah Nasional (DSN) Majelis Ulama Indonesia
(MUI) mengeluarkan fatwa mengenai mekanisme beroperasinya pasar modal syariah,
objek yang diperdagangkan dan syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh suatu emtien yang
terlibat di dalamnya.
Setelah itu, pada tahun yang sama diresmikanlah pasar modal syariah oleh Menkeu
Boediono dan dihadiri oleh wakil dari MUI, Bapepam dan lainnya. (Sudarsono, 2007: 95)
Pasar modal syariah sebetulnya telah bermunculan di berbagai negara Islam ataupun Barat,
seperti Amerika serikat. Keberadaan pasar modal syariah merupakan suatu usaha positif
untuk mempertemukan emiten yang bergerak di bidang usaha yang sesuai dengan syariah
dan investor muslim yang ingin menanamkan modalnya di bursa saham. Walaupun di akui
proses berjalannya pasar modal syariah sekarang belum sepenuhnya berjalan sesuai dengan
ajaran-ajaran ekonomi yang ditetapkan Islam karena masih ada beberapa kendala.
Dalam tulisan ini, penulis akan membahas tentang pasar modal syariah dan hal-hal
yang berkaitan dengannya. Hal-hal yang diangkat dalam pembahasan ini mencakup
pengertian pasar modal syariah, sejarahnya, fungsinya, hukumnya, para pelaku yang

4
terlibat didalamnya, jenis-jenis pasar modal, instrumen-instrumennya, bagaimana
beropeasinya Jakarta Islamic Index, bagaimana mekanisme beropasinya pasar modal
syariah, cara menentukan harga saham, karakteristik pasar modal, bagaimana tinjuan Islam
terhadap spekulasi, kendala-kendala pengembangan pasar modal syariah dan bagaimana
strategi pengembangannya.

1.2. Rumusan Masalah


2. Apa Definisi dari Pasar modal syariah?
3. Apa dasar hukum dari nash tentang pasar modal syariah?
4. Bagaimanakah dasar hukum dari Fatwa MUI dan UUD tentang pasar modal
syariah?
5. Apa saja perbedaan antara pasar modal konvensional dengan pasar modal
syariah?

1.3. Tujuan Masalah


2. Mengetahui dan memahami definisi dari pasar modal syariah.
3. Mengetahui apa saja dasar hukum dari nash yang mendasari pasar modal
syariah.
4. Mengetahui apa dasar hukum yang mendasari pasar modal syariah dari fatwa
MUI dan perundang-undangan.
5. Memahami apa saja perbedaan dari pasar modal syariah dengan pasar modal
konvensional.

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Pasar Modal Syariah


Pasar dalam arti sempit adalah tempat para penjual dan pembeli bertemu untuk
melakukan transaksi. Pembeli dan penjual langsung bertemu untuk melakukan transaksi
dalam suatu tempat yang disebut dengan pasar. Dalam pengertian yang luas, pasar
merupakan tempat melakukan transaksi dan pembeli. Dalam pengertian ini, antara penjual
dan pembeli tidak harus bertemu dalam suatu tempat secara langsung. Hubungan antara
keduanya dapat dilakukan dengan menggunanakan sarana informasi yang ada seperti
internet, telepon seluler ataupun sarana-sarana yang lain.
Secara umum, pengertian pasar modal adalah suatu tempat bertemunya para
penjual dan pembeli saham untuk melakukan suatu transaksi dalam rangka memperoleh
modal. Penjual dalam pasar modal ialah suatu perusahaan yang membutuhkan modal
(emiten), dengan cara menjual efek-efek. Pembeli atau investor adalah pihak yang ingin
membeli modal pada perusahaan yang menurutnya akan mendatangkan keuntungan. Pasar
modal juga dikenal dengan nama bursa efek. Menurut Undang-Undag Pasar Modal No. 8
tahun 1995, pasar modal adalah kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan
perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya,
serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek.
Pasar modal merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang
yang bisa diperjualbelikan, baik dalam bentuk utang ataupun modal sendiri. Pasar modal
merupakan juga pasar untuk untuk surat berharga jangka panjang. Sedangkan, pasar uang
merapakan pasar surat berharga jangka pendek. Baik pasar modal maupun pasar uang
merupakan bagian dari pasar keuangan. Instrumen keuangan yang diperjualbelikan pada
pasar modal adalah saham, obligasi, waran, right, obligasi konvertabel, dan berbagai
produk turunan seperti opsi dan lain-lain. Sedangkan, yang diperjualbelikan di antaranya
adalah Surat Bank Indonesia (SBI), Surat Berharga Pasar Uang (SBPU), Commercial
Paper Notes, Call Monery, Repurchase Agreement, Banker's Acceptence, Treasury Bill
dan lain-lain.

6
Prinsip instrumen pasar modal syariah berbeda dengan pasar modal konvensional.
Saham yang diperdagangkan pada pasar modal syariah harus datang dari emiten yang
memenuhi kriteria-kriteria syariah. Obligasi yang diterbitkanpun harus menggunakan
prinsip syariah, seperti mudharabah, musyarakah, ijarah, istishna’, salam, dan murabahah.
Selain saham dan obligasi syariah, yang diperjual belikan pada pasar modal syariah adalah
reksa dana syariah yang merupakan sarana investasi campuran yang menggabungkan
saham dan obligasi syariah dalam satu produk yang dikelola oleh manajer investasi.
Sebelum mengetahui pengertian dari pasar modal syariah, terlebih dahulu harus
mengetahui pengertian dari pasar modal. Menurut Undang-undang No. 8 Tahun 1995
tentang pasar modal menyebutkan bahwa pasar modal adalah kegiatan yang berkaitan
dengan penawaran umum dan perdagangan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan
profesi yang berkaitan dengan efek. Pasar modal dapat diartikan sebagai pasar yang
memperdagangkan berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang dapat
diperjualbelikan, baik dalam bentuk utang maupun modal sendiri.
Sedangkan pengertian dari pasar modal syariah adalah pasar modal yang sesuai
dengan syariah islam atau dengan kata lain instrument yang digunakan Berdasarkan pada
prinsip-prinsip syariah dan mekanisme yang digunakan juga tidak bertentangan dengan
prinsip-prinsip syariah antara lain tidak boleh ada riba, gharar dan maysir.

2.2. Dasar Hukum Dari Nash


1) Al-Qur'an
a. QS. Al-Baqarah [2]:275
".. dan Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.
b. QS. An-Nisaa' [4]:29
"Hai orang yang beriman! Janganlah kamu saling memakan harta sesamamu
dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan
suka sama suka di antara kamu..."
c. QS. Al-Maa'idah [5]:1
"Hai orang yang beriman! Penuhilah akad-akad itu..."

7
2) Hadits
a. "Rasulullah SAW bersabda, 'Allah Ta'ala berfirman: 'Aku adalah pihak ketiga
dari dua pihak yang berserikat selama salah satu pihak tidak mengkhianati yang
lainnya. Maka, apabila salah satu pihak mengkhianati yang lain. Aku pun
meninggalkan keduanya." (HR. Abu Dawud, al-Daruquthni, al-Hakim, dan al-
Baihaqi).
b. "Nabi SAW melarang pembelian ganda pada satu transaksi pembelian." (HR.
Abu Dawud, al-Tirmidzi, dan al-Nasa'i)
3) Kaidah Fiqh
"Pada dasarnya, segala bentuk muamalah boleh dilakukan sepanjang tidak ada dalil
yang mengharamkannya".
4) Pendapat Ulama
a. Pendapat Ibnu Qudamah dalam Al-Mughni Juz 5/173 (Beirut: Dal al Fikr, tanpa
tahun): "Jika salah seorang dari dua orang berserikat membeli porsi mitra
serikatnya, hukumnya boleh karena ia membeli pihak lain".
b. Pendapat Dr. Wahab al-Zuhaili dalam Al-Fiqh Al-Islami wa Adillatuhu Juz
3/1841:"Bermuamalah dengan (melakukan kegiatan transaksi di atas) saham
hukumnya boleh, karena pemilik saham adalah mitra dalam perseroan sesuai
dengan saham yang dimilikinya".
c. Keputusan muktamar ke-7 Majma' Fiqh Islami tahun 1992 di Jeddah: "Boleh
menjual atau menjaminkan saham dengan tetap memperhatikan peraturan yang
berlaku pada perseroan".
.
2.3. Dasar Hukum Dari Fatwa DSN/ MUI dan Perundang-Undangan
Dewan Syariah Nasional (DSN) Majelis Ulama Indonesia (MUI) pada tahun 2003
mengeluarkan fatwa tentang kebolehan bertransaksi di pasar modal selama mekanisme dan
objeknya tidak bertentangan dengan prinsip syari’ah. Fatwa yang dikeluarkan oleh DSN
berkaitan dengan ketentuan umum pasar modal syariah, prinsip-prinsipnya, emiten yang
menerbitkan efek syariah, kriteria dan jenis efek syariah, transaksi yang dilarang dan
penentuan harga saham (DSN-MUI, 2006: 264-277).

8
Kemunculan fatwa DSN-MUI di atas dilatarbelakangi oleh beberapa hal sebagai
berikut (DSN-MUI, 2006: 264): a) Perkembangan ekonomi suatu negara tidak mungkin
lepas dari perkembangan pasar modal; b) Beberapa negara telah mengembangkan pasar
modal syariah; c) Umat Islam Indonesia memerlukan pasar modal yang aktivitasnya
sejalan dengan prinsip syariah.
Di bawah ini akan dipaparkan tentang fatwa DSN yang berkaitan dengan
mekanisme transaksi di pasar modal syariah. Fatwa ini terdapat pada bab V tentang
Transaksi Efek dan Pasal 5 yang berkaitan dengan Transaksi yang dilarang, sebagai berikut
(DSN-MUI, 2006: 276-277):
1. Pelaksanaan transaksi harus dilakukan menurut prinsip kehati-hatian serta tidak
boleh melakukan spekulasi dan manipulasi yang di dalamnya mengandung unsur
dharar, Gharar, riba, maisir, risywah, maksiat dan kezaliman.
2. Tindakan spekulasi transaksi yang mengandung unsur dharar, gharar, riba, maisir,
risywah, maksiat dan kezaliman sebagaimana di maksud dalam ayat 1 di atas
meliputi: a) Najsy, yaitu melakukan penawaran palsu; b) Bagi al-ma'dum yaitu
melakukan penjualan atas barang (efek syariah) yang belum dimiliki (short selling);
c) Insider Trading, yaitu memakai informasi orang dalam untuk memperoleh
keuntungan atas transaksi yang dilarang; d) Menimbulkan informasi yang
menyesatkan; e) Melakukan investasi pada emiten (perusahaan) yang pada saat
transaksi tingkat (nisbah) utang perusahaan kepada lembaga keuangan ribawi lebih
dominan dari modalnya; f) Margin trading, yaitu melakukan transaksi atas efek
syariah dengan fasilitas pinjaman berbasis bunga atas kewajiban penyelesaian
pembelian efek syariah tersebut; g) Ikhtikar (penimbunan), yaitu melakukan
pembelian atau dan pengumpulan suatu efek syariah untuk menyebabkan
perubahan harga efek syariah, dengan tujuan mempengaruhi pihak lain; h) Dan
transaksi-transaksi lain yang mengandung unsur di atas.
kegiatan pasar modal di Indonesia diatur dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun
1995 tentang Pasar Modal (“UUPM”) di mana di dalamnya tidak dibedakan apakah
kegiatan pasar modal dilakukan dengan prinsip-prinsip syariah atau tidak. Dengan
demikian, berdasarkan UUPM, kegiatan pasar modal di Indonesia dapat dilakukan sesuai

9
dengan prinsip syariah dan dapat juga dilakukan tidak sesuai dengan prinsip-prinsip
syariah.
Sebagai bagian dari sistem pasar modal Indonesia, kegiatan di Pasar modal yang
menerapkan prinsip-prinsip syariah juga mengacu kepada Undang-Undang Nomor 8
Tahun 1995 tentang Pasar Modal, berikut peraturan pelaksananaannya (Peraturan
Bapepam-LK, Peraturan Pemerintah. Peraturan Bursa dan lain-lain). Bapepam-LK selaku
regulator pasar modal di Indonesia, memiliki beberapa peraturan khusus terkait pasar
modal syariah, sebagai berikut:
a. Peraturan Nomor II.K.1 tentang Kriteria dan Penerbitan Daftar Efek Syariah
b. Peraturan Nomor IX.A.13 tentang Penerbitan Efek Syariah
c. Peraturan Nomor IX.A.14 tentang Akad-akad yang digunakan dalam Penerbitan
Efek Syariah
Perkembangan Pasar Modal Syariah mencapai tonggak sejarah baru dengan
disahkannya UU Nomor 19 tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN)
pada tanggal 7 Mei 2008. Undang-undang ini diperlukan sebagai landasan hukum untuk
penerbitan surat berharga syariah negara atau sukuk negara. Pada tanggal 26 Agustus 2008
untuk pertama kalinya Pemerintah Indonesia menerbitkan SBSN seri IFR0001 dan
IFR0002.

2.4. Perbedaan Pasar Modal Dengan Pasar Modal Syari’ah


Perbedaan Pasar Modal Syariah dengan Konvensional dilihat dari berbagai aspek.
Yaitu, dari segi Indeks saham konvensional dan Indeks saham Islam, Instrumen yang
diperdagangkan, dan Mekanisme transaksinya.
a. Indeks saham konvensional dan Indeks saham Islam
Indeks Islam tidak hanya dapat dikeluarkan oleh pasar modal syariah saja tetapi
juga oleh pasar modal konvensional. Perbedaan mendasar antara indeks konvensional
dengan indeks Islam adalah indeks konvensional memasukkan seluruh saham yang tercatat
di bursa dengan mengabaikan aspek halal haram, yang penting saham emiten yang
terdaftar (listing) sudah sesuai aturan yang berlaku (legal). Akibatnya bukanlah suatu
persoalan jika ada emiten yang menjual sahamnya di bursa bergerak di sektor usaha yang
bertentangan dengan Islam atau yang memiliki sifat merusak kehidupan masyarakat.

10
Garis pemisah antara indeks Islam dan indeks konvensional:
• Pertama, jika indeks Islam dikeluarkan oleh suatu institusi yang bernaung dalam
pasar modal konvensional, maka perhitungan indeks tersebut berdasarkan kepada
saham-saham yang digolongkan memenuhi kriteria-kriteria syariah sedangkan
indeks konvensional memasukkan semua saham yang terdaftar dalam bursa efek
tersebut.
• Kedua, jika indeks Islam dikeluarkan oleh institusi pasar modal syariah, maka
indeks tersebut didasarkan pada seluruh saham yang terdaftar di dalam pasar modal
syariah yang sebelumnya sudah diseleksi oleh pengelola.
b. Instrumen
Dalam pasar modal konvensional instrumen yang diperdagangkan adalah suratsurat
berharga (securities) seperti saham, obligasi, dan instrumen turunannya (derivatif) opsi,
right, waran, dan Reksa Dana. Dalam pasar modal syariah, instrumen yang diperdagangkan
adalah saham, obligasi syariah dan Reksa Dana Syariah, sedangkan opsi, waran dan right
tidak termasuk instrumen yang dibolehkan.
c. Mekanisme transaksi
Dalam konteks pasar modal syariah, menurut Alhabshi, idealnya pasar modal
syariah itu tidak mengandung transaksi ribawi, transaksi yang meragukan (gharar), dan
saham perusahaan yang bergerak pada bidang yang diharamkan. Dalam pasar modal
konvensional investor dapat membeli atau menjual saham secara langsung dengan
menggunakan jasa broker atau pialang. Keadaan ini memungkinkan bagi para spekulan
untuk mempermainkan harga. Akibatnya perubahan harga saham ditentukan oleh kekuatan
pasar bukan karena nilai intrinsik saham itu sendiri.
Adapun perbedaan-perbedaan lain yang dapat dilihat pada pasar Pasar Modal
konvensional dan Pasar Modal Syariah antara lain :
a. Pasar modal syariah efek yang diperdagangkan haruslah dari perusahaan yang
dalam menjalankan kegiatan operasional perusahaannya tidak bertentangan dengan
prinsip-prinsip syariah. Sedangkan dalam pasar modal biasa tidak ada aturan yang
mengatur tentang kegiatan operasional perusahaan.
b. Landasan hukum pasar modal syariah pada dasarnya adalah Al-Qur’an dan Hadis
di pertegas dengan Fatwa Dewan Syariah Nasinonal (DSN) sedangkan pasar modal

11
konvensional adalah Undang-Undang Pasar Modal yaitu Undang-Undang No.8
Tahun 1995.
c. Dalam pelaksanaan kegiatannya pasar modal syariah diawasi oleh DSN (Dewan
Syariah Nasional), sedangkan pasar modal konvensional tidak.
d. Indeks harga saham konvensional anatara lain IHSG, LQ45, Kompas 100 dll, dan
Indeks harga saham syariah ialah JII (Jakarta Islamic Index) dan DES (Daftar Efek
Syariah).

12
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
1. Pasar modal syariah adalah pasar modal yang sesuai dengan syariah islam atau dengan
kata lain instrument yang digunakan Berdasarkan pada prinsip-prinsip syariah dan
mekanisme yang digunakan juga tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah
antara lain tidak boleh ada riba, gharar dan maysir.
2. Dasar hukum Pasar Modal Syariah dari nash antara lain:
• Al-Qur'an, yakni adalah surat Al-Baqarah ayat 275, surat An-Nisaa' ayat 29,
dan surat Al-Maa'idah ayat 1.
• Hadits, yakni "Rasulullah SAW bersabda, 'Allah Ta'ala berfirman: 'Aku adalah
pihak ketiga dari dua pihak yang berserikat selama salah satu pihak tidak
mengkhianati yang lainnya. Maka, apabila salah satu pihak mengkhianati yang
lain. Aku pun meninggalkan keduanya." (HR. Abu Dawud, al-Daruquthni, al-
Hakim, dan al-Baihaqi).
3. Sebagai bagian dari sistem pasar modal Indonesia, kegiatan di Pasar modal yang
menerapkan prinsip-prinsip syariah juga mengacu kepada Undang-Undang Nomor 8
Tahun 1995 tentang Pasar Modal. Terdapat pula Fatwa MUI yang menjadi dasar dari
hukum Pasar Modal Syari’ah ini, Fatwa ini terdapat pada bab V tentang Transaksi Efek
dan Pasal 5 yang berkaitan dengan Transaksi yang dilarang. Kemunculan fatwa DSN-
MUI di atas di latar belakangi oleh beberapa hal sebagai: a) Perkembangan ekonomi
suatu negara tidak mungkin lepas dari perkembangan pasar modal; b) Beberapa negara
telah mengembangkan pasar modal syariah; c) Umat Islam Indonesia memerlukan
pasar modal yang aktivitasnya sejalan dengan prinsip syariah.
4. Perbedaan Pasar Modal Syariah dengan Konvensional dilihat dari berbagai aspek.
Yaitu, dari segi Indeks saham konvensional dan Indeks saham Islam. Instrumen yang
diperdagangkan, dan Mekanisme transaksinya.

13
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Al-Mushlih dan Shalah Al-Shawi. 2004. Fikih Ekonomi Keungan Islam. Terj.
Abu Umar Basyir. Jakarta: Darul Haq.

Heri Sudarsono, 2018. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah Deskripsi dan Ilustrasi.
Yogyakarta: Ekonisia FE UII

Burhanuddin.s, Pasar Modal Syariah (Tinjauan Hukum)

Muhammad. 2014. Manajemen Keuangan Syariah: Analisis Fiqih dan Keuangan.


Yogyakarta: UPP STIM YKPN

Andi Seomitra. 2012. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah. Jakarta: Prenada Media
Group

Otoritas Jasa Keuangan, 2017. " Pasar Modal Syariah: Sejarah Pasar Modal Syariah ",
https://www.ojk.go.id/id/kanal/pasar-modal/pages/syariah.aspx, diakses pada 5
November 2021 pukul 15.08.

Abdurrahman Al-Faqiih, 2021. "Perbedaan Pasar Modal dan Pasar Modal Syariah",
https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/cl3025/perbedaan-pasar-modal-
konvensional-dan-pasar-modal-syariah/, diakses pada 5 November 2021 pukul
16.03.

14

Anda mungkin juga menyukai