Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

MENGENAL PASAR MODAL DAN PASAR MODAL SYARIAH

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah “Pasar Modal Syariah”

Dosen Pengampu :

Citra Mulya Sari, S.E.Sy., M.E

Disusun oleh:
Disusun oleh kelompok 1 kelas ES 6B :

1. Kharisma Sofi Nadia 12402183049


2. Tribilly Yuniar Sari 12402183054
3. Ratih Puspita Sari 12402183061
4. Hanik Kusnawati 12402183082
5. Gangga 12402183084

JURUSAN EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI TULUNGAGUNG
MARET 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan kepada Allah SWT atas berkat,
rahmat, hidayah dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
dengan baik walaupun masih banyak kekurangan di dalamnya. Makalah ini
membahas mengenai “Mengenal Pasar Modal dan Pasar Modal Syariah”.
Pembuatan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas kelompok mata
kuliah “Pasar Modal Syariah”. Kami berharap semoga pembuatan makalah ini
dapat bermanfaat bagi para pembaca untuk menambah wawasan dan pengetahuan.
Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini, diantaranya:
1. Bapak Dr. Maftukhin, M.Ag. selaku Rektor IAIN Tulungagung.
2. Bapak Dr. H. Dede Nurrohman, M.Ag. selaku Dekan FEBI.
3. Citra Mulya Sari, S.E.Sy., M.E selaku Dosen Pembimbing Mata Kuliah
Pasar Modal Syariah.
4. Teman-teman kelas 6B, serta pihak-pihak lain yang turut membantu
memberikan sumber-sumber referensi.
Semoga makalah ini dapat dipahami sehingga dapat berguna bagi penulis
sendiri maupun orang yang membacanya. Penulis mohon maaf apabila terdapat
kesalahan pengetikan maupun kata-kata yang kurang berkenan. Serta tidak lupa
penulis memohon kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi perbaikan
makalah ini diwaktu yang akan datang.

Tulungagung, 15 Maret 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL...................................................................................i

KATA PENGANTAR....................................................................................ii

DAFTAR ISI...................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................2
C. Tujuan ..................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN
A. Sejarahnya Pasar Modal.......................................................................3
B. Sejarahnya Pasar Modal Syariah..........................................................4
C. Urgensi Kebutuhan Pasar Modal Syariah.............................................5
D. Konsep dan Prinsip Pasar Modal Syariah.............................................6
E. Perbedaan Pasar Modal Syariah dan Konvensional.............................7
F. Emiten Sesuai Syariah..........................................................................10
G. JII..........................................................................................................11
H. Pasar Perdana dan Pasar Sekunder.......................................................12

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan...........................................................................................16
B. Saran.....................................................................................................17

DAFTAR RUJUKAN.....................................................................................18

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pasar modal pada umumnya sama dengan pasar – pasar yang lainnya di
Indonesia, yakni suatu kegiatan yang mempertemukan antara penjual dan pembeli.
Yang menjadikan perbedaan pasar modal dengan pasar lainnya di Indonesia yaitu
terletak pada jenis produk yang diperjual- belikan. Seperti yang diketahui bahwa
yang diperjual- belikan dalam pasar modal yaitu merupakan instrument surat-
surat berharga, diantaranya yaitu saham, obligasi, reksadana, Exchange Trade
Fund (ETF), dan Derivatif. Merupakan pasar untuk instrument keuangan jangka
panjang yang bisa diperjual – belikan. Pasar modal merupakan sarana pendanaan
bagi perusahaan maupun instusi lain, dan sebagai sarana bagi kegiatan investasi.1

Menurut buku “Effectengids” yang dikeluarkan Vereneging voor den


Effectenhandel pada tahun 1939. Transaksi efek telah berlangsung sejak 1880
namun dilakukan tanpa organisasi resmi sehingga catatan tentang transaksi
tersebut tidak lengkap. Sekitar awal abad ke – 19 pemerintah kolonial Belanda
mulai membangun perkebunan secara besar-besaran di Indonesia. Sebagai salah
satu sumber dana adalah dari para penabung yang telah dikerahkan sebaik-
baiknya. Atas dasar itulah maka pemerintah kolonial waktu itu mendirikan pasar
modal. Setelah mengadakan persiapan, akhirnya Amsterdamse Effectenbueurs
mendirikan cabang yang terletak di Batavia (Jakarta) pada tanggal 14 Desember
1912 yang menjadi penyelenggara adalah Vereneging voor den Effectenhandel
dan langsung memulai perdagangan.2

Merupakan seluruh kegiatan yang ada di pasar modal dan tidak bertentangan
dengan prinsip- prinsip syariah, juga merupakan bagian dari industri keuangan
syariah yang diatur oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK), yang khususnya adalah

1
Ali Geno Berutu, Pasar Modal Syariah Indonesia: Konsep dan Produk, (Salatiga:
Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M) IAIN Salatiga,)), hlm. 10
2
Wikipedia Bahasa Indonesia, Pasar Modal, dalam
https://id.wikipedia.org/wiki/Pasar_modal, (Rabu, 10 Maret 2021 pukul 22.42 WIB)

1
direktorat pasar modal syariah. Pasar modal syariah lahir di Indonesia ditandai
dengan diterbitkannya reksa dana syariah pertama pada tahun 1997, yang
kemudian diikuti dengan Jakarta Islamic Index (JII) sebagai indeks saham syariah
pertama, dan sukuk pertama menggunakan akan mudarabah. Peraturan Otoritas
Jasa Keuangan (OJK) tentang pasar modal syariah pertama kali dikeluarkan pada
tahun 2006 dan dilanjutkan dengan dikeluarkannya Daftar Efek Syariah (DES)
yang berisi panduan bagi pelaku pasar saham dalam memilih saham yang
memenuhi prinsip syariah.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah dari pasar modal?
2. Bagaimana sejarah dari pasar modal syariah?
3. Apa yang dimaksut dengan urgensi kebutuhan pasar modal syariah?
4. Bagaimana konsep dan prinsip pasar modal syariah?
5. Apa perbedaan pasar modal syariah dan konvensional?
6. Bagaimana emiten sesuai syariah?
7. Apa yang dimaksut dengan JII?
8. Apa yang dimaksut dengan pasar perdana dan pasar sekunder?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui sejarah dari pasar modal.
2. Untuk mengetahui sejarah dari pasar modal syariah.
3. Untuk mengetahui urgensi kebutuhan pasar modal syraiah.
4. Untuk mengetahui konsep dan prinsip dari pasar modal syariah.
5. Untuk mengetahui perbedaan dari pasar modal syariah dan
konvensional.
6. Untuk mengetahui bagaimana emiten yang sesuai syariah.
7. Untuk mengetahui maksut dari JJI.
8. Untuk mengetahui pasar perdana dan pasar sekunder.
9.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarahnya Pasar Modal

Pasar Modal yang ada di Indonesia sebenarnya merupakan kelanjutan dari


pasar modal yang telah ada dan didirikan dari sejak zaman penjajahan Belanda.
Sekitar awal abad ke-19 pemerintahan kolonial Belanda mulai membangun
perkebunan secara besar-besaran di Indonesia. Sebagai salah satu sumber dana
adalah dari para penabung yang telah dikerahkan sebaik-baiknya. Para penabung
tersebut terdiri dari orang-orang Belanda dan Eropa lainnya yang penghasilannya
sangat jauh lebih tinggi dari penghasilan penduduk pribumi. Atas dasar itulah
maka memerintahan kolonial waktu itu mendirikan pasar modal.

Pasar modal secara resmi berdiri di Batavia ( Jakarta ) pada tanggal 14


Desember 1912 dan bernama Veregening voor de Effectenhandel (bursa efek) dan
langsung memulai perdagangan. Pada saat awal terdapat 13 anggota bursa efek
yang aktif, sedangkan efek yang diperjualbelikan adalah saham dan obligasi
perusahaan/perkebunan Belanda yang beroperasi di Indonesia. Meskipun pasar
modal telah didirikan 1912, perkembangan dan pertumbuhannya tidak berjalan
seperti yang diharapkan.

Bahkan, kegiatannya mengalami kevakuman pada beberapa periode, hal itu


disebabkan oleh Perang dunia I dan II, perpindahan kekuasaan dari pemerintah
kolonial kepada pemerintah Republik Indonesia, dan berbagai kondisi yang
menyebabkan operasi bursa efek tidak dapat berjalan sebagaimana mestinya. Dan
pemerintah Republik Indonesia mengaktifkan kembali pasar modal pada tahun
1977. Beberapa tahun kemudian, pasar modal mengaami pertumbuhan seiring
dengan berbagai insentif dan regulasi yang dikeluarkan Pemerintah RI.

Dengan hal itu maka bisa dijelaskan bahwa sejarah perkembangan pasar
modal di indonesia dapat dibagi dalam beberapa periode. Karena ada hal yang
sudah terjadi dalam periode perkembangannya baik dilihat dari sisi peraturan
maupun sisiekonomi, bahkan juga dari sisi politik dan keamanan. Adapun periode
yang dimaksud adalah sebagai berikut:

3
1. Periode permulaan (1878-1912)
2. Periode Pembentukan Bursa (1912-1925)
3. Periode Awal Kemerdekaan (1925-1952)
4. Periode Kebangkitan (1952-1977)
5. Periode Pengaktifan Kembali (1977-1987)
6. Periode Deregulasi (1987-1995)
7. Periode Kepastian Hukum (1995-sekarang)
8. Periode Menyonsong Independensi Bapepam3

Dalam pekembangan ekonomi nasional suatu negara, diperlukan pembiayaan


baik dari pemerintah maupun dari masyarakat. Kebutuhan pembiayaan
pembangunan di masa mendatang akan semakin besar. Kebutuhan ini tidak dapat
dibiayai oleh pemerintah saja melalui penerimaan pajak dan penerimaan lainnya. 4

B. Sejarahnya Pasar Modal Syariah


Secara umum, yang dimaksud dengan pasar modal syariah atau pasar modal
Islam adalah seluruh aktivitas di pasar modal yang memenuhi prinsip-prinsip
islam. Terdapat dua faktor utama yang membentuk pasar modal syariah, yaitu
pasar modal dan prinsip islam di pasar modal. Artinya, untuk memahami pasar
modal syariah maka mempelajari konsep pasar modal dan juga prinsip-prinsip
islam yang mendasarinya menjadi suatu keharusan, dan tidak bisa dipilih antara
keduanya.5
Sejarah Pasar Modal Syariah di Indonesia di mulai dengan diterbitkannya
Reksa Dana Syariah oleh PT. Danareksa Investment Management pada 3 Juli
1997. Selanjutya Management meluncurkan JII pada tanggal 3 juli 2000 yang
bertujuan untuk memandu investor yang ingin menginvestasikan dananya secara
syariah. Dengan hadirnya indeks tersebut, maka para pemodal telah di sediakan

Iswi Hariyani, Buku Pintar Hukum Bisnis Pasar Modal: strategi tepat...,( Jakarta:
3

visimedia, 2010), hal 4


Jusuf Anwar, Pasar Modal Sebagai Sarana pembiayaan dan Invetasi, (Bandung: Alumni
4

Bandung, 2007), Hal 1


Irwan Abdalloh, Pasar Modal Syariah: sebuah Pengenalan Dasar Tentang Pasar Modal
5

Islam, ( Jakarta: Gramedia, 2018), Hal 79

4
saham-saham yang dapat dijadikan sarana berinvestasi sesuai dengan prinsip
syariah.
Pada tanggal 18 April 2001, untuk pertama kali Dewan Syariah Nasional
Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI) mengeluarkan fatwa yang berkaitan
langsung dengan pasar modal, yaitu fatwa Nomor 20/DSN-MUI/IV/2001 tentang
Pedoman Pelaksanaan Investasi untuk Reksa Dana Syariah. Selanjutnya, untuk
investasi syariah di pasar moda terus bertambah dengan kehadiran Obligasi
Syariah dengan menggunakan akad mudharabah.
Sejarah pasar modal syariah juga dapat ditelusuri dari perkembangan
institusional yang terlibat dalam pengaturan pasar modal syariah tersebut. Pada
tanggal 14 Maret 2003 mulai mengembangkannya pasar modal berbasis syariah di
Indonesia. 6
C. Urgensi Kebutuhan Pasar Modal Syariah

Dilihat dari sisi syariah, pasar modal merupakan salah satu sarana atau produk
muamalah, yang dimana transaksi di dalam pasar modal tersebut adalah menurut
prinsip hukum syariah yaitu tidak dilarang atau dibolehkan selama tidak terdapat
transaksi yang bertentangan dengan ketentuan yang digariskan oleh syariah.
Transaksi tersebut, yang dilarang oleh syariah adalah transaksi yang mengandung
bunga dan riba. Larangan transaksi bunga (riba) sangat jelas, sehingga pada
transaksi tersebut di pasar modal tidak diperkenankan oleh syariah.

Di tengah maraknya pertumbuhan kegiatan ekonomi syariah di Indonesia,


perkembangan dari kegiatan investasi syariah di pasar modal Indonesia masih
dianggap belum mengalami cukup kemajuan yang signifikan, yang walaupun
kegiatan investasi syariah tersebut sudah diperkenalkan sejak tahun 1997 melalui
instrument reksa dana syariah. Beberapa masalah sudah pasti akan menjadi
kendala, misalnya pada tingkat pengetahuan dan pemahaman tentang pasar modal
syariah sendiri, ketersediaan informasi tentang pasar modal syariah yang kurang
cukup,minat pemodal, kerangka peraturan tentang penerbitan efek syariah, pola
pengawasan dari sudut pandang syariah oleh lembaga terkait, pra-proses

Nur Khalisah, Pasar Modal Syariah, (Malang: Universitas Brawijaya), hlm. 33


6

5
penerbitan efek syariah dan kelembagaan yang bertugas mengatur dan mengawasi
seluruh kegiatan pasar modal syariah di Indonesia.7

Beberapa hal yang dapat digunakan dalam mendorong dan mengembangkan


kegiatan investasi syariah di pasar modal syariah diantaranya yaitu perlu
dilakukannya program sosialisasi secara intensif tentang seperti apa kegiatan
investasi syariah di pasar modal syariah yang mencangkup prinsip – prinsip dasar,
produk, mekanisme transaksi, peraturan dan pola pengawasan, penyusunan
kerangka peraturan yang lebih jelas dalam rangka penerbitan efek syariah dan
kegiatan investasi syariah di pasar modal syariah, serta pembentukan pola
kelembagaan (hubungan antara Bapepam, SROs, DSN, dan Profesi) yang efisien
dalam fungsi dan peran mengatur, membina, mengawasi serta menjalankan
kegiatan investasi syariah di pasar modal syariah.

D. Konsep dan Prinsip Pasar Modal Syariah

Pasar modal syariah adalah pasar yang dijadikan dengan prinsip-prinsip


syariah, setiap transaksi surat berharga di pasat modal dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan syari’at Islam. Pasar uang syariah adalah pasar yang dimana
diperdagangkan surat berharga yang diterbitkan sehubungan dengan penempatan
atau peminjaman uang dalam jangka pendek dan memanage likuiditas secara
efisien, dapat memberikan keuntungan dan sesuai dengan syariah. Dana ini bisa
dimiliki masyarakat yang hanya menanamkan modalnya dalam jangka pendek,
serta lembaga keuangan lainnya yang memiliki kelebihan likuiditas sementara
yang bersifat jangka pendek bukan jangka panjang.8
Pasar syariah tidak hanya berkembang di negara-negara yang mayoritas
muslim, tetapi berkembang juga di negara-negara sekuler yang tidak ingin
menyia-nyiaan kesempatan emas ini. Bursa efek dunia New York Stock Exchange
meluncurkan produk yang bernama Dow Jones Islamic Market Index (DJIMI)
pada bulan Februari 1999. Untuk menjaga agar investasi yang dilakukan pasar
modal syariah ini aman dari hal-hal yang bertentangan dengan prinsip syariah,

7
Amelia Handayani, Pasar Modal Syariah Sebagai Sarana Investasi Syariah, Skripsi
Minor, (Medan: Universitas Islam Negeri Sumatera Utara), hlm. 20
8
Ibid., hlm. 23

6
maka dibentuklah Dewan Pengawas Syariah yang disebut dengan nama Syariah
Supervisiry Board.

E. Perbedaan Pasar Modal Syariah dan Konvensional


Adapun perbedaan sistem pasar modal konvensional dengan sistem pasar
modal syari’ah terdapat dalam beberapa hal, antara lain :
1. Indeks saham konvensional dan Indeks saham Islam
Perbedaan mendasar antara indeks konvensional dengan indeks Islam
adalah indeks konvensional memasukkan seluruh saham yang tercatat di bursa
dengan mengabaikan aspek halal haram, yang penting saham emiten yang
terdaftar (listing) sudah sesuai aturan yang berlaku (legal). Akibatnya
bukanlah suatu persoalan jika ada emiten yang menjual sahamnya di bursa
bergerak di sektor usaha yang bertentangan dengan Islam atau yang memiliki
sifat merusak kehidupan masyarakat. Secara lebih rinci Dow Jones dalam
websitenya membuat kriteria saham yang tidak boleh dimasukkan ke dalam
perhitungan Indeks Pasar Islam (DJ Islamic Market Indexes), yaitu perusahaan
yang bergerak dalam produksi:

a. Alkohol (minuman keras)


b. Babi dan yang terkait dengannya
c. Industri hiburan, seperti hotel, kasino dan perjudian, bioskop, media
porno dan industri musik.
d. Perbankan dan bisnis keuangan lainnya yang terkait dengan bunga
(interest)
e. Alkohol.
Pada dasarnya perusahan yang mengeluarkan emiten buka usaha
yang dilarang oleh prinsip-prinsip syariah, antara lain:
a. Usaha perjudian dan permainan yang tergolong judi atau perdagangan
yang dilarang;
b. Usaha lembaga keuangan konvensional (ribawi), termasuk perbankan
dan asuransi konvensional
c. Usaha yang memproduksi, mendistribusi, serta memperdagangkan
makanan dan minuman haram.

7
d. Usaha yang memproduksi, mendistribusi, dan atau menyediakan
barang-barang ataupun jasa yang merusak moral dan bersifat
mudharat.
2. Instrumen

Adapun instrumen yang diharamkan dalam pasar modal syari’ah, ialah


sebagai berikut:

a. Preffered Stock (saham istimewa)


Saham istimewa ialah saham yang memberikan hak lebih besar
daripada saham biasa dalam dividen pada waktu perseroan dilikuidasi.
Alasan diharamkannya saham ini, ialah:
1) Adanya keuntungan yang bersifat tetap (pre-determined
revenue), hal ini termasuk dalam kategori riba.
2) Pemilik saham preferen diperlakukan secara istimewa terutama
pada saat likuidasi, hal ini bertentangan dengan prinsip
keadilan.
b. Forward Contract
Forward contract merupakan salah satu jenis transaksi yang
diharamkan karena bertentangan dengan syari’ah. Forward contract
merupakan jual beli utang yang didalamnya terdapat unsur riba, sedangkan
transaksinya dilakukan sebelum tanggal jatuh tempo.
c. Option
Option merupakan transaksi yang tidak disertai dengan underlying
asset atau real asset, atau dengan kata lain objek yang ditransaksikan tidak
dimiliki oleh penjual. Option termasuk dalam kategori gharar dan maysir.
Tetapi, jika transaksi option merupakan representasi dari nilai intangible
asset, maka dianggap sebagai nilai dari real asset dan dapat dibenarkan
menurut syari’ah.
d. Short Selling
Transaksi ini marupakan suatu bentuk transaksi jual beli, di mana
penjualan terhadap surat berharga belum di miliki pada waktu akad.

8
Transaksi ini dilarang dalam Islam karena memiliki unsur-unsur yang
bersifat spekulatif dan penipuan.
3. Mekanisme Transaksi

Pada konteks pasar modal syari’ah, idealnya pasar modal syari’ah itu tidak
mengandung transaksi ribawi, transaksi yang meragukan (gharar), dan saham
perusahaan yang bergerak pada bidang yang diharamkan oleh syariat. Pasar modal
syari’ah harus bebas dari transaksi yang tidak beretika, seperti manipulasi pasar,
transaksi yang memanfaatkan orang dalam (insider trading), menjual saham yang
belum dimiliki dan membelinya belakangan (short selling). Indiser Trading dalam
Islam tidak boleh diprektekkan, karena adanya rekayasa dalam penawaran yang
bertujuan untuk mendapatkan keuntungan di atas laba normal. Pada transaksi
Indiser Trading ada orang dalam perusahaan (internal perusahaan/insider)
memberikan informasi kepada calon pembeli atau dia sendiri (insider) yang
membeli surat berharga yang diterbitkan perusahaan tersebut, sehingga
mengurangi bahkan menghilangkan kesempatan pembeli lain untuk membeli
sekuritas perusahaab tersebut. Insider Trading juga merupakan praktek yang yang
melanggar prinsip transparansi dan praktek tersebut sangat tidak fair. Oleh karena
itu Insider Trading merupakan yang dilarang dalam Fatwa DSN MUI NO:
40/DSN-MUI/X/2003 tentang Pasar Modal dan Pedoman Umum Penerapan
Prinsip Syariah di Bidang Pasar Modal.
Sementara itu Obaidullah mengemukakan etika di pasar modal syari’ah, yaitu
setiap orang bebas melakukan akad (asas kebebasan berkontrak/freedom contract)
selama masih sesuai syari’ah, bersih dari unsur riba (freedom from al-riba), gharar
(excessive uncertainty), al-qimar/judi (gambling), al-maysir (unearned income),
manipulasi dan kontrol harga (price control and manipulation), darar (detriment)
dan tidak merugikan kepentingan publik (unrestricted public interest), juga harga
terbentuk secara fair (entitlement to transact at fair price) dan terdapat informasi
yang akurat, cukup dan apa adanya (entitlement to equal, adequate, and accurate
infromation). Intinya ialah pasar modal syari’ah harus membuang jauh-jauh
setiap transaksi yang berlandaskan spekulasi. Inilah bedanya dengan pasar modal
konvensional yang meletakkan spekulasi saham sebagai cara untuk mendapatkan
keuntungan. Meskipun dalam kasus-kasus tertentu seperti insider trading dan

9
manipulasi pasar dengan membuat laporan keuangan palsu dilarang dalam pasar
modal konvensional.
Irfan Syauqi menjelaskan perihal spekulasi ini, pertama, spekulasi hakikatnya
bukanlah kegiatan investasi, kedua, spekulasi menyebabkan peningkatan
pendapatan bagi sekelompok masyarakat tanpa memberikan konstribusi apapun
baik yang bersifat positif maupun produktif, ketiga, spekulasi merupakan sumber
penyebab krisis keuangan, dan keempat, spekulasi datang dari mental ingin cepat
kaya.9

F. Emiten Sesuai Syariah


Emiten adalah suatu perusahaan terbatas (badan usaha) yang mencatatkan
sahamnya di Bursa Efek yang kemudian dijual kepada investor dengan tujuan
menambah dana untuk pengembangan perusahaan.10 Emiten merupakan sebutan
bagi perusahaan yang menerbitkan saham atau obligasi (bond) dan pembelinya
adalah masyarakat umum.
 Emiten saham menjual saham melalui penawaran umum baik penawaran
umum perdana (initial public offering, IPO) kepada investor publik,
penawaran kepada pemegang saham yang ada (right issue), maupun
penawaran saham berikutnya (seasoned equity offering).
 Emiten obligasi menjual obligasi melalui penawaran umum baik IPO
maupun penawaran obligasi berikutnya.
Selanjutanya, saham atau obligasi baru tersebut dapat dicatatkan di bursa efek
untuk diperdagangkan antar-investor. Jadi seluruh perusahaan yang saham atau
obligasinya tercatat di BEI (dahulu BEJ atau BES) disebut juga sebagai emiten.
Namun tidak semua emiten mencatatkan saham atau obligasinya di bursa efek.11
Kriteria emiten yang sesuai dengan penerapan pasar modal syariah yaitu:

9
Faqih El Wafa, , “Komparasi Beberapa Aspek Praktik Pasar Modal Syariah dan
Konvensional di Indonesia”, Jurnal Ekonomi Syariah dan Hukum Ekonomi Syariah, Vol.3, No. 2,
2017, Hlm. 142-147
10
Ali Geno Berutu, “Pasar Modal Syariah Indonesia”, (Salatiga: Lembaga Penelitian dan
Pengabdian kepada Masyarakat (LP2M) IAIN Salatiga, 2020), Hlm. 16
11
Sri Handini dan Erwin Dyah Astawinetu, “Teori Portofolio dan Pasar Modal
Indonesia”, (Surabaya: Scopindo Media Pustaka, 2020), Hlm. 19

10
1. Jenis usaha, produk barang, jasa yang diberikan dan akad serta tata cara
pengelolaan perusahaan Emiten atau perusahaan publik yang menerbitkan
efek syariah tidak boleh bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah.
2. Emiten tau perusahaan publik yang bermaksud menerbitkan efek syariah
wajib untuk menandatangani dan memenuhi ketentuan akad yang sesuai
syariah.
3. Emiten atau perusahaan publik yang menerbitkan efek syariah wajib
menjamin bahwa kegiatan usahanya memenuhi prinsip-prinsip syariah dan
memiliki sharia compliance officer.
4. Dalam hal emiten atau perusahaan publik yang menerbitkan efek syariah
sewaktuwaktu tidak memenuhi persyaratan tersebut di atas, maka efek
yang diterbitkan dengan sendirinya sudah bukan lagi efek syariah.12

G. JII (Jakarta Islamic Index)

JII atau Jakarta Islamic Index adalah suatu indeks saham yang ada di
Indonesia yang menghitung indeks harga rata-rata saham yang memennuhi
kriteria syariah. JII telah dikembangkan sejak tanggak 3 juli 2000. Pembentukan
instrument syariah ini untuk mendukung pembentukan pasar modal syariah yang
kemudian diluncurkan dijakarta pada tanggal 14 maret 2003.

Jakarta Islamic Index merupakan index terakhir yang dikembangkan oleh


bursa efek Jakarta (BEJ) yang bekerja sama dengan Danareksa Investement
Manageman. Adapun indeks yang sebelum JII, adalah indesks individual, indeks
Harga Saham Sektor, Indeks LQ 45, dan Indeks Harga Saham gabungan. Sebelum
masuk kedalam indeks syariah, saha-saham melewati beberapa tahapan ataupun
seleksi, antara lain sebagai berikut memeilih beberapa saham, memilih saham
berupa laporan, memilih 60 saham dari susunansaham, dan memilih samah 30
dari urutan berdasarkan tingkat

Kehadiran Jakara Islamic Index (JII) ditengah kancah pasar modal


konvensional yang kerap menghalalkan segala cara untuk mendapatkan return

12
Indra Rahmatullah , “Legal Opinion Ahli Syariah Pasar Modal (ASPM) dalam Industri
Pasar Modal di Indonesia”, Junal Law and Justice, Vol.3, No.1, 2018, Hlm. 24

11
yang besar, diharapkan dapat memberikan nuansa dan warna yang berbeda.
Investor yang menenamkan modalnya pada perusahaan tergabung dalam JII harus
menyingkirkan tindakan rasioanal dengan mengetahui seluk beluk perusahaan
dengan baik. Hal ini bedasarkan alasan bahwa nilai atau harga yang sebenarnya
dari saham tersebut, sebelum memutuskan untuk membeli atau menjual suatu
saham. Nilai fundamental dapat dihitung menggunakan dua jenis analisa sekuritas
yaitu analisa sekuritas fundamental dan analisa sekuritas teknital.13

Jakarta Islamic index (JII) dibentuk dimaksudkan untuk digunakan


sebagai tolak ukur (benchmark) guna mengukur kinerja sesuatu investasi pada
saham dengan basis syariah. Melalui indeks ini diharapkan dapat meningkatkan
kepercayaan investor untuk mengembangkan investasi dalam ekuitas secara
syariah. Tercatat 30 jenis saham yang diperdagangkan di JII.14

H. Pasar Perdana dan Pasar Sekunder

Transaksi di pasar modal secara garis besar dibagi ke dalam dua jenis
pasar yaitu transaksi di pasar perdana (primary market) dan pasar sekunder
(secondary market). Pasar perdana terjadi sebelum pasar sekunder sehingga
transaksinya tidak melalui bursa efek, sedangkan pasar sekunder terjadi di bursa
efek. Keberadaan kedua pasar tersebut saling melengkapi dan tidak dapat
dipisahkan. Pasar perdana ada karena keberadaan pasar sekunder dan sebaliknya,
pasar sekunder ada karena keberdaan pasar perdana. Oleh sebab itu, tidak
mungkin salah satu dari kedua pasar tersebut dihilangkan atau dilarang
keberadaannya karena otomatis akan menghilangkan seluruh aktivitas di pasar
modal.15

13
Fitri Aulia, “Pengaruh Factor Fundamental dan Risiko Tematik Terhadap Harga Saham
di Pasar Modal Syariah“ (studi empiris JII di bei tahun 2007-2010), Volume VI, No.1, Juli 2013
14
Prof. DR.H.Abdul Manah , S.H., S.IP.,M.Hum., “Aspek Hukum dalam Penyelenggaraan
Investasi di Pasar Modal Syariah Indonesia”, April 2017, 394 hlm
15
Irwan Abdalloh, Pasar Modal Syariah, (Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2018),
Hlm. 14

12
a. Pasar Perdana

Pasar perdana secara sederhana diartikan sebagai mekanisme transaksi jual


beli saham yang pertama kali terjadi antara investor dengan emiten. Investor
sebagai pihak pembeli saham sedangkan emiten adalah pihak penjual saham.
Transaksi di pasar perdana harus melalui agen atau wakil yaitu perusahaan
efek yang menjadi penjamin emisi Efek. Pasar perdana disebut sebagai
penawaran saham yang pertama kali ke publik atau sering disebut dengan
Initial Public Offering (IPO). Pasar perdana memiliki waktu yang terbatas,
maksimal 5 hari kerja.

Salah satu tujuan transaksi di pasar perdana adalah untuk menentukan


harga pasar terbaik yang nantinya akan dijadikan dasar penentuan harga pada
saat saham dicatatkan di bursa efek. Harga saham di pasar perdana dapat
ditawarkan dalam dua metode, pertama emiten menawarkan satu harga yang
tetap (fixed price) atau menawarkan harga dalam suatu rentang harga tertentu.
Harga yang tercipta di pasar perdana menjadi harga pertama yang akan
ditawarkan di bursa efek atau disebut dengan harga pencatatan perdana. Jadi,
harap diingat bahwa harga penawaran di pasar perdana (IPO price) belum
tentu sama dengan harga pencatatan perdana (listing price).

Proses penawaran saham di pasar perdana dilakukan dengan metode lelang


terbatas. Apabila saham yang ditawarkan ternyata sangat diminati pasar, ada
kemungkinan jumlah permintaan investor lebih besar dari volume saham yang
akan dilepas ke pasar sehingga terjadi kelebihan permintaan (over subscribe).
Pada kondisi tersebut, emiten akan melakukan penjatahan penjualan saham.
Investor yang tidak mendapatkan jatah pembelian saham maka uang yang
sudah disetor untuk membeli saham akan dikembalikan.

Jadi, pasar perdana itu seperti transaksi jual beli barang baru yang belum
dilepas ke pasar (kadang ada yang menggunakan istilah pre-order). Pembeli
bertransaksi langsung dengan produsen barang melalui pedagang yang
ditunjuk menjadi agen pertama penawaran barang. Kalau barangnya bagus,
biasanya antrean pembeli lebih banyak daripada barang yang akan dijual di

13
pasar perdana. Apabila kondisi tersebut terjadi biasanya diadakan penjatahan
pembelian produk. Contoh lain dari pasar perdana adalah seperti kita membeli
rumah baru langsung dari pengembang dengan pembayaran melalui bank.

b. Pasar Sekunder

Pasar sekunder adalah mekanisme transaksi jual beli saham yang terjadi
antara investor beli dengan investor jual. Transaksi di pasar sekunder sudah
tidak melibatkan lagi emiten. Transaksi di pasar sekunder terjadi di BEI
dengan waktu yang tidak terbatas sepanjang emitennya masih ada dan
sahamnya masih tercatat. Sama seperti di pasar perdana, transaksi di pasar
sekunder juga melalui agen atau wakil yaitu perusahaan Efek yang
mempunyai izin sebagai perantara pedagang Efek. Investor harus membuka
rekening Efek terlebih dahulu di perusahaan Efek sebelum melakukan
transaksi jual maupun beli saham.

Transaksi di pasar sekunder dapat dilakukan dengan dua cara: pertama,


investor dapat melakukan transaksi jual beli saham di pasar reguler bursa efek.
Artinya, transaksi jual beli melalui mekanisme perdagangan Efek seperti
biasa, di mana para pihak melakukan lelang jual atau beli saham secara
berkelanjutan (continous auction) melalui perusahaan Efek. Pada saat
transaksi terjadi, baik investor jual maupun beli tidak saling mengenal karena
transaksi terjadi berdasarkan urutan lelang melalui sistem bursa efek.

Kedua, investor dapat melakukan transaksi jual beli saham melalui pasar
negosiasi, di mana investor beli dan jual bertemu di luar bursa efek dan
sepakat untuk melakukan transaksi jual beli saham dengan harga tertentu.
Biasanya, para pihak sudah terlebih dahulu saling berinteraksi, mengetahui
dan mengenal satu sama lainnya. Setelah terjadi kesepakatan harga dan jumlah
yang akan ditransaksikan, maka para pihak melaporkan transaksi tersebut ke
BEI untuk dicatatkan sebagai bagian dari perdagangan di bursa efek.

Nah, kalau pasar sekunder itu seperti kita membeli rumah dari pemilik
rumah sebelumnya dengan pembayaran melalui perantara bank. Transaksi

14
terjadi antara pembeli (calon pemilik rumah yang baru) dengan pemilik rumah
sebelumnya (penjual) tanpa melibatkan pengembang perumahan.16

Pasar Perdana Pasar Sekunder

Pembeli Investor Investor (beli)

Penjual Emiten Investor (jual)

Waktu transaksi terbatas tidak terbatas

Tempat transaksi Di luar BEI Di BEI

Wakil (Perusahaan Penjamin emisi Efek Perantara Pedagang Efek


Efek)

Metode transaksi Penjahatan (biasanya Continous auction


dengan book building)

Harga Harga penawaran perdana Harga pencatatan perdana


(IPO price) (listing price)

16
Ibid., hlm. 14-18

15
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Sejarah perkembangan pasar modal di indonesia dapat dibagi dalam beberapa


periode. Karena ada hal yang sudah terjadi dalam periode perkembangannya baik
dilihat dari sisi peraturan maupun sisiekonomi, bahkan juga dari sisi politik dan
keamanan. Adapun periode yang dimaksud adalah sebagai berikut:

1. Periode permulaan (1878-1912)


2. Periode Pembentukan Bursa (1912-1925)
3. Periode Awal Kemerdekaan (1925-1952)
4. Periode Kebangkitan (1952-1977)
5. Periode Pengaktifan Kembali (1977-1987)
6. Periode Deregulasi (1987-1995)
7. Periode Kepastian Hukum (1995-sekarang)
8. Periode Menyonsong Independensi Bapepam

Sejarah Pasar Modal Syariah di Indonesia di mulai dengan diterbitkannya


Reksa Dana Syariah oleh PT. Danareksa Investment Management pada 3 Juli
1997. Selanjutya Management meluncurkan JII pada tanggal 3 juli 2000 yang
bertujuan untuk memandu investor yang ingin menginvestasikan dananya secara
syariah. Dengan hadirnya indeks tersebut, maka para pemodal telah di sediakan
saham-saham yang dapat dijadikan sarana berinvestasi sesuai dengan prinsip
syariah.Pasar syariah tidak hanya berkembang di negara-negara yang mayoritas
muslim, tetapi berkembang juga di negara-negara sekuler yang tidak ingin
menyia-nyiaan kesempatan emas ini

Perbedaan mendasar antara indeks konvensional dengan indeks Islam adalah


indeks konvensional memasukkan seluruh saham yang tercatat di bursa dengan
mengabaikan aspek halal haram, yang penting saham emiten yang terdaftar
(listing) sudah sesuai aturan yang berlaku (legal).

16
Emiten saham menjual saham melalui penawaran umum baik penawaran
umum perdana (initial public offering, IPO) kepada investor publik, penawaran
kepada pemegang saham yang ada (right issue), maupun penawaran saham
berikutnya (seasoned equity offering). Emiten obligasi menjual obligasi melalui
penawaran umum baik IPO maupun penawaran obligasi berikutnya.

JII atau Jakarta Islamic Index adalah suatu indeks saham yang ada di
Indonesia yang menghitung indeks harga rata-rata saham yang memennuhi
kriteria syariah. JII telah dikembangkan sejak tanggak 3 juli 2000. Pembentukan
instrument syariah ini untuk mendukung pembentukan pasar modal syariah yang
kemudian diluncurkan dijakarta pada tanggal 14 maret 2003.

Pasar perdana terjadi sebelum pasar sekunder sehingga transaksinya tidak


melalui bursa efek, sedangkan pasar sekunder terjadi di bursa efek. Keberadaan
kedua pasar tersebut saling melengkapi dan tidak dapat dipisahkan. Pasar perdana
ada karena keberadaan pasar sekunder dan sebaliknya, pasar sekunder ada karena
keberdaan pasar perdana

B. Saran

Dengan terselesaikannya makalah ini tentu penulis menyadari bahwamakalah


ini jauh dari kesempurnaan dan masih banyak kekurangan. Oleh karena itu penulis
senantiasa dengan lapang dada menerima bimbingan,arahan, serta saran dan kritik
yang sifatnya membangun demi perbaikan makalah berikutnya. Semoga dapat
menambah ilmu pengetahuan bagi penulis dan pembaca.

17
DAFTAR RUJUKAN

Abdalloh, Irwan. 2018. Pasar Modal Syariah: Sebuah Pengenalan Dasar


Tentang Pasar Modal Islam. Jakarta: Gramedia

Anwar, Jusuf. 2007. Pasar Modal Sebagai Sarana pembiayaan dan Invetasi.
Bandung: Alumni Bandung

Aulia, Fitri. 2013. Pengaruh Factor Fundamental dan Risiko Tematik Terhadap
Harga Saham di Pasar Modal Syariah. (studi empiris JII di bei tahun 2007-
2010), Volume VI, No.1, Juli

Berutu, Ali Geno. Pasar Modal Syariah Indonesia: Konsep dan Produk. Salatiga:
Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M) IAIN Salatiga,))

Handayani, Amelia. 2018. Pasar Modal Syariah Sebagai Sarana Investasi


Syariah. Skripsi Minor. Medan: Universitas Islam Negeri Sumatera Utara

Handini, Sri dan Erwin Dyah Astawinetu. 2020. Teori Portofolio dan Pasar
Modal Indonesia. Surabaya: Scopindo Media Pustaka

Hariyani, Iswi. 2010. Buku Pintar Hukum Bisnis Pasar Modal: strategi tepat...
Jakarta: visimedia

Khalisah, Nur. Pasar Modal Syariah. Malang: Universitas Brawijaya

Manah, Prof. DR. H. Abdul, S.H., S.IP.,M.Hum. 2017. Aspek Hukum dalam
Penyelenggaraan Investasi di Pasar Modal Syariah Indonesia

Rahmatullah, Indra. 2018. Legal Opinion Ahli Syariah Pasar Modal (ASPM)
dalam Industri Pasar Modal di Indonesia. Junal Law and Justice. Vol.3,
No.1

Wafa, Faqih El. 2017. Komparasi Beberapa Aspek Praktik Pasar Modal Syariah
dan Konvensional di Indonesia. Jurnal Ekonomi Syariah dan Hukum
Ekonomi Syariah, Vol.3, No. 2

18
Wikipedia Bahasa Indonesia, Pasar Modal, dalam
https://id.wikipedia.org/wiki/Pasar_modal, (Rabu, 10 Maret 2021 pukul
22.42 WIB)

19

Anda mungkin juga menyukai