Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Dalam sebuah perekonomian sektor industri dianggap sebagai sektor yang mampu menjadi
pimpinan dari sektor lain. Produk industri mempunyai nilai jual yang tinggi dari pada sekor lain.
Hal tersebut dikarenakan produk inustri sangat beragam dan memberika nilai dan manfaat yang
tinggi bagi masyarakat. Industri menjadi penolong bagi perekonomian suatu negara, sehingga
pemerintah banyak memberikan kebijaksanaan- kebijaksanaan tentang industri. Namun
kebijaksanaan itu terkadang tidak atau kurang diadaptasi dengan kondisi sosial masyarakat
setempat, misalnya penguasaan teknologi, ketersediaan sumber daya, dll. Perkembangan sektor
industri harus sejajar dan sejalan dengan sektor lain yang non industri seperti sektor pertnian,
perkebunan, perikanan, dan sektor- sektor lain.
B.
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Rumusan masalah
Bagaimana konsep industri dan industrialisasi?
Bagaimana sejarah dan klasifikasi industri di indonesia?
Bagaimana konsep makro ekonomi sektor industri di indonesia?
Bagaimana konsep mikro ekonomi struktur industri di indonesia?
Bagaimana konsentrasi, daya saing, da kebijaksanaan industri yang indonesia terapkan?
Bagaimanna tantangan perkembangan sektor industri di indonesia dan bagaimana kontribusinya
pada masyarakat?
7. Bagaiana pengembangan industri di indonesia?
C.
1.
2.
3.
4.
5.

Tujuan penulisan
Mengetahui bagaimana konsep industri dan industrialisasi
Mengetahui bagaimana sejarah dan klasifikasi industri di indonesia
Mengetahui bagaimana konsep makro ekonomi sektor industri di indonesia
Mengetahui bagaimana konsep mikro ekonomi struktur industri di indonesia
Mengetahui bagaimana konsentrasi, daya saing, da kebijaksanaan industri yang
indonesia terapkan
6. Mengetahui bagaimanna tantangan perkembangan sektor industri di indonesia dan bagaimana
kontribusinya pada masyarakat
7. Mengetahui bagaimana pengembangan industri di indonesia

BAB II
PEMBAHASAN
A. Industri dan Industrialisasi
Pengertian Industri
Semua kegiatan manusia dalam bidang ekonomi yang sifatnya produktif dan komersial.
Jumlah dan macam industri berbeda-beda untuk tiap negara atau daerah. Pada umumnya, makin
maju tingkat perkembangan perindustrian di suatu negara atau daerah, makin banyak jumlah dan
macam industri, dan makin kompleks pula sifat kegiatan dan usaha tersebut.
Argumentasi industrialisasi
Ada empat argumentasi dalam industrialisasi, dimana masing- masing dari argumentasi
mempunyai kelebihan dan kekurangan.
Jenis keunggulan
kelebihan
kekurangan
Argumentasi
keunggulan Industri akan unggul, Jenis produk kurang
komparatif
(compartive sumber daya ekonomi diminati
advantage)
akan
teralokasikan
dengan baik
Teori keterkaitan industrial Mampu
menggerakan Kurang efisien
(industrial linkage)
sektor lain
Argumentasi
kesempatan Sangat manusiawi karena Kurang
dapat
kerja
berbasis pada penciptaan menggerakan sektor lain
lapangan kerja
Argumentasi
loncatan Memicu perkembangan Boros defisa
teknologi
industri sektor lain

Strategi industrialisasi
Terdapat dua macam pola dalam industrialisasi yang
kekurangan masing- masing.
Pola strategi industrialisasi
kelebihan
Pola substitusi impor
Industri akan bertumbuh
besar
Pola substitusi ekspor

Menumbuhkan
negara

mempunyai kelebihan dan

kekurangan
Industri
akan
tidak
kunjung
dewasa
(ketergantungan)
devisa Tergantung pada pasar

Argumentasi dan strategi industrialisasi di indonesia


Selaras dengan negara- negara lain, di indonesia sektor industri juga diharapkan mampu
menjari penggerak sektor- sektor lain. Dalam perkembangan perekonomian indonesia selalu
diwarnai dengan pertumbuhan dan perkembangan industrialisasi. Argumentasi industrialisasi
indonesia pada mulanya didominasi dengan argumentasi keterkaitan industrial (industrial
linkage), namun sekarang berubah menjadi argumentasi loncatan teknologi (hi- tech). Industri di
indonesia pada awalnya mengembangkan substansi impor namun seiring berkembangnya zaman
indonesia mengubah sustansi industrialisasinya menjadi substansi ekspor.
B. Sejarah dan Klasifikasi Industri Di Indonesia
Lintasan sejarah sektor industri
Pada tahun 1920an sektor industri di indonesia masih banyak yang dikuasai asing. Jenis
industri yng ada ada saat itu adalah alat- alat rumah tangga. Tenaga kerja terpusat pada pertanian
dan perkebunan demi memenuhi kebutuhan kolonial balanda. Perusahaan besar hanya ada dua
buah saja. Pada tahun 1939 mayoritas tenaga kerja bekerja pada pengolahan makanan, tekstil,
dan barang logam. Investasi pada masa itu sebagian besar dikuasai swasta. Pada masa
kependudukan jepang industri berkembang buruk, ha itu karena larangan impor bahan mentah.
Pada tahun 1951 pemerintah mendorong perkembangan industri kecil dan membatasi
berkembangnya industri besar yang ikuasai asing. Tahun 1957 sektor indstri mulai mengalami
kemunduran karena situasi politik yang belum mendukung dan kurangnya tenaga kerja yang
trampil. Pada saat orde baru kebijakan ekonomi dikomplekskan dan salah satunya adalah
mengundang investor asing. Kebijakan- kebijakan ekonomi ini mampu membawa indonesia
kedalam kondisi yang lebih baik.
Klasifikasi Industri
Di Indonesia, industri dapat digolongkan berdasarkan kelompok komoditas, skala usaha,
dan berdasarkan hubungan arus produknya. Penggolongan paling universal berdasarkan baku
internasional klasifikasi industri (International Standard of Industrial Classification, ISIC)
penggolongan tersebut dibedakan menjadi 9 yaitu:
Kode
Kelompok Industri

31
32
33
34
35
36
37
38
39

1.
2.
3.

a.

b.

c.

d.

Industri makanan, minuman, dan tembakau


Industri tekstil, pakaian jadi, dan kulit
Industri kayu, dan barang-barang dari kayu, termasuk perabot rumah tangga
Industri kertas dan barang-barang dari kertas, percetakan, dan penerbitan
Industri kimia dan barang-barang dari bahan kimia, minyak bumi, batu bara,
karet, dan plastik
Industri barang galian bukan logam, kecuali minyak bumi, dan batu bara
Industri logam dasar
Industri barang dari logam, mesin, dan peralatannya
Industri pengolahan lainnya

Untuk keperluan perencanaan anggaran negara dan analisis pembangunan, pemerintah


membagi sektor industri pengolahan menjadi tiga subsektor yaitu:
Subsektor industri pengolahan nonmigas
Subsektor pengilangan minyak bumi, dan
Subsektor pengolahan gas alam cair.
Klasifikasi industri berdasarkan tenaga kerja
Berdasarkan jumlah tenaga kerja yang digunakan, industri dapat dibedakan menjadi:
Industri rumah tangga, yaitu industri yang menggunakan tenaga kerja kurang dari empat orang.
Ciri industri ini memiliki modal yang sangat terbatas, tenaga kerja berasal dari anggota keluarga,
dan pemilik atau pengelola industri biasanya kepala rumah tangga itu sendiri atau anggota
keluarganya. Misalnya: industri anyaman, industri kerajinan, industri tempe/tahu, dan industri
makanan ringan.
Industri kecil, yaitu industri yang tenaga kerjanya berjumlah sekitar 5 sampai 19 orang, Ciri
industri kecil adalah memiliki modal yang relatif kecil, tenaga kerjanya berasal dari lingkungan
sekitar atau masih ada hubungan saudara. Misalnya: industri genteng, industri batubata, dan
industri pengolahan rotan.
Industri sedang, yaitu industri yang menggunakan tenaga kerja sekitar 20 sampai 99 orang. Ciri
industri sedang adalah memiliki modal yang cukup besar, tenaga kerja memiliki keterampilan
tertentu, dan pimpinan perusahaan memiliki kemapuan manajerial tertentu. Misalnya: industri
konveksi, industri bordir, dan industri keramik.
Industri besar, yaitu industri dengan jumlah tenaga kerja lebih dari 100 orang. Ciri industri besar
adalah memiliki modal besar yang dihimpun secara kolektif dalam bentuk pemilikan saham,
tenaga kerja harus memiliki keterampilan khusus, dan pimpinan perusahaan dipilih melalui uji
kemampuan dan kelayakan (fit and profer test). Misalnya: industri tekstil, industri mobil, industri
besi baja, dan industri pesawat terbang.

Klasifikasi industri berdasarkan lokasi usaha


Keberadaan suatu industri sangat menentukan sasaran atau tujuan kegiatan industri. Berdasarkan
lokasi unit usahanya, industri dapat dibedakan menjadi :
a. Industri berorientasi pada pasar (market oriented industri), yaitu industri yang didirikan
mendekati daerah persebaran konsumen.

b. Industri berorientasi pada tenaga kerja (employment oriented industri), yaitu industri
yang didirikan mendekati daerah pemusatan penduduk, terutama daerah yang memiliki banyak
angkatan kerja tetapi kurang pendidikannya.
c. Industri berorientasi pada pengolahan (supply oriented industri), yaitu industri yang
didirikan dekat atau di tempat pengolahan. Misalnya: industri semen di Palimanan Cirebon
(dekat dengan batu gamping), industri pupuk di Palembang (dekat dengan sumber pospat dan
amoniak), dan industri BBM di Balongan Indramayu (dekat dengan kilang minyak).
d. Industri berorientasi pada bahan baku, yaitu industri yang didirikan di tempat tersedianya bahan
baku. Misalnya: industri konveksi berdekatan dengan industri tekstil, industri pengalengan ikan
berdekatan dengan pelabuhan laut, dan industri gula berdekatan lahan tebu.
e. Industri yang tidak terikat oleh persyaratan yang lain (footloose industri), yaitu industri
yang didirikan tidak terikat oleh syarat-syarat di atas. Industri ini dapat didirikan di mana saja,
karena bahan baku, tenaga kerja, dan pasarnya sangat luas serta dapat ditemukan di mana saja.
Misalnya: industri elektronik, industri otomotif, dan industri transportasi.

Klasifikasi industri berdasarkan proses produksi


Berdasarkan proses produksi, industri dapat dibedakan menjadi :
a. Industri hilir, yaitu industri yang mengolah barang setengah jadi menjadi barang jadi sehingga
barang yang dihasilkan dapat langsung dipakai atau dinikmati oleh konsumen. Misalnya: industri
pesawat terbang, industri konveksi, industri otomotif, dan industri meubel.
b. Industri hulu, yaitu industri yang hanya mengolah bahan mentah menjadi barang setengah jadi.
Industri ini sifatnya hanya menyediakan bahan baku untuk kegiatan industri yang lain. Misalnya:
industri kayu lapis, industri alumunium, industri pemintalan, dan industri baja.

a.

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Klasifikasi industri berdasarkan Surat Keputusan Menteri Perindustrian


Selain pengklasifikasian industri tersebut di atas, ada juga pengklasifikasian industri berdasarkan
Surat Keputusan Menteri Perindustrian Nomor 19/M/ I/1986 yang dikeluarkan oleh Departemen
Perindustrian dan Perdagangan. Adapun pengklasifikasiannya adalah sebagai berikut :
Industri Kimia Dasar (IKD)
Industri Kimia Dasar merupakan industri yang memerlukan modal yang besar, keahlian yang
tinggi, dan menerapkan teknologi maju. Adapun industri yang termasuk kelompok IKD adalah
sebagai berikut :
Industri elektronika, misalnya : radio, televisi, dan komputer.
Industri mesin listrik, misalnya : transformator tenaga dan generator.
Industri kereta api, misalnya : lokomotif dan gerbong.
Industri kendaraan bermotor (otomotif), misalnya : mobil, motor, dan suku cadang kendaraan
bermotor.
Industri pesawat, misalnya : pesawat terbang dan helikopter.
Industri logam dan produk dasar, misalnya : industri besi baja, industri alumunium, dan industri
tembaga.
Industri perkapalan, misalnya : pembuatan kapal dan reparasi kapal.
Industri mesin dan peralatan pabrik, misalnya : mesin produksi, peralatan pabrik, dan peralatan
kontruksi.

b. Industri Mesin Logam Dasar dan Elektronika (IMELDE)


Industri ini merupakan industri yang mengolah bahan mentah logam menjadi mesin-mesin berat
atau rekayasa mesin dan perakitan. Adapun yang termasuk industri ini adalah sebagai berikut :
1. Industri mesin dan perakitan alat-alat pertanian, misalnya : mesin traktor, mesin hueler, dan
mesin pompa.
2. Industri alat-alat berat/konstruksi, misalnya : mesin pemecah batu, buldozer, excavator, dan
motor grader.
3. Industri mesin perkakas, misalnya : mesin bubut, mesin bor, mesin gergaji, dan mesin pres.
c.

1.
2.
3.
4.
5.

Aneka Industri (AI)


Industri ini merupakan industri yang tujuannya menghasilkan bermacam-macam barang
kebutuhan hidup sehari-hari. Adapun yang termasuk industri ini adalah sebagai berikut :
Industri tekstil, misalnya : benang, kain, dan pakaian jadi.
Industri alat listrik dan logam, misalnya : kipas angin, lemari es, dan mesin jahit, televisi, dan
radio
Industri kimia, misalnya : sabun, pasta gigi, sampho, tinta, plastik, obatobatan, dan pipa.
Industri pangan, misalnya : minyak goreng, terigu, gula, teh, kopi, garam dan makanan kemasan.
Industri bahan bangunan dan umum, misalnya : kayu gergajian, kayu lapis, dan marmer.

d. Industri Kecil (IK)


Industri ini merupakan industri yang bergerak dengan jumlah pekerja sedikit, dan teknologi
sederhana. Biasanya dinamakan industri rumah tangga, misalnya : industri kerajinan, industri
alat-alat rumah tangga, dan perabotan dari tanah (gerabah).
e.

Industri Pariwisata
Industri ini merupakan industri yang menghasilkan nilai ekonomis dari kegiatan wisata.
Bentuknya bisa berupa wisata seni dan budaya (misalnya : pertunjukan seni dan budaya), wisata
pendidikan (misalnya : peninggalan, arsitektur, alat-alat observasi alam, dan museum geologi),
wisata alam (misalnya : pemandangan alam di pantai, pegunungan, perkebunan, dan kehutanan),
dan wisata kota (misalnya : melihat pusat pemerintahan, pusat perbelanjaan, wilayah pertokoan,
restoran, hotel, dan tempat hiburan).
C. Konsep Makro Ekonomi Sektor Industri
Perkembangan Jumlah Perusahaan
Perusahaan yang bergerak di sektor industri pengolahan di Indonesia tahun 2003 mencapai
4,21 juta, sebagian besar merupakan industri makanan dan minuman serta kerajinaan. Hasil ini
dua kali lipat lebih banyak dari tahun- tahun. Sayangnya pertumbuhan jumlah perusahaan belum
diiringi dengan perbaikan dalam hal komposisi skala usaha. Industri-industri berskala kecil dan
rumah tangga masih sangat dominan, sedangkan industri berskala sedang dan besar meningkat
sangat sedikit.
Kinerja ekspor
Meskipun Indonesia beberapa tahun terakhir ini dilanda krisis multi dimensi, tetapi
perkembangan ekspor dan impor masih cukup mengembirakan. Contohnya saja di derah jawa

timur. Berikut adalah data komoditi utama ekspor Jawa Timur dalam tahun 2000 adalah sebagai
berikut :
No

JENIS KOMODITI

1.

Kertas, kertas karton dan produk kertas, barang dari Pulp

2.

Perabot rumah, kasur tempat tidur, bantal dan kelengkapannya

3.

Ikan, Udang, binatang lunak dan binatang air lainnya

4.

Kayu dan batang dari kayu, arang kayu

5.

Tembaga dan barang terbuat dari tembaga

6.

Alas kaki, pelindung kaki dan semacam itu dan bagiannya

7.

Bahan kimia organik

8.

Plastik dan barang dari plastik

9.

Serat Steple buatan

10.

Tembakau

11.

Kopi, teh, mete dan rempah-rempah

12.

Aluminium dan barang-barang dari aluminium

13.

Mutiara, batu permata, logam mulia, perhiasan imitasi

14.

Reaktor nuklir, ketel uap, mesin dan pesawat mekanik dan bagiann

15.

Besi baja

16.

Barang dan besi baja

17.

Mesin dan alat listrik, barang elektronikdan bagiannya

18.

Kaca dan barang dari kaca

19.

Kendaraan dan bagian serta kelengkapannya

20.

Minyak dan lemak hewani/nabati, lemak olahan malam

Ekspor manufaktur nasional tidak kehilangan daya saingnya. Kinerja ekspor manufaktur yang
cukup baik membuktikan bahwa manufaktur Indonesia masih punya taring di pasar dunia.

Kinerja pendapatan
Strategi pembangunan di indonesia contohnya daerah Nusa Tenggara Timur (NTT)
dilakukan berdasarkan pertumbuhan melalui pemerataan dengan prinsip membangun dari apa
yang dimiliki rakyat dan apa yang ada pada rakyat, dengan titik berat pembangunan yang
berlandaskan pada pembangunan ekonomi rakyat, pendidikan rakyat, dan kesehatan
rakyat.Strategi pembangunan yang menjadi pilihan tersebut memerlukan langkah-langkah
operasional yang terukur dan disesuaikan dengan paradigma baru pembangunan. Kinerja
pendapatan per kapita penduduk diukur berdasarkan PDRB atas dasar harga konstan tahun 1993
dibagi dengan jumlah penduduk tengah tahun. Pendapatan per kapita dari Provinsi Nusa
Tenggara Timur berdasarkan harga konstan 1993 pada tahun 2001 adalah sebesar Rp 732.100 per
tahun atau Rp 61.008 per bulan atau berdasarkan harga yang berlaku pada tahun 2001 adalah
sebesar Rp 1.811.696 per tahun atau Rp 150.975 per bulan (NTT dalam Angka Tahun 2001, hlm.
469). Jika menggunakan nilai kurs $US 1 = Rp 9000-an (rata-rata nilai kurs pada tahun 2001),
maka pendapatan per kapita NTT pada tahun 2001 atas dasar harga yang berlaku adalah setara
dengan $US 200-an.
Kinerja Penciptaan kerja
Kinerja penciptaan kerja di Nusa Tenggara Timur pada tahun 2001 atas dasar harga
konstan 1993 adalah sebesar Rp 1.717.650. Kinerja penciptaan lapangan kerja di kabupatenkabupaten di Provinsi Nusa Tenggara Timur terdapat 10 kabupaten sebagai berikut: Sumba Barat
(Rp 1.017.750), Manggarai (Rp 1.148.580), Timor Tengah Utara (Rp 1.281.730), Belu (Rp
1.406.250), Ngada (Rp 1.523.980), Timor Tengah Selatan (Rp 1.534.660), Flores Timur (Rp
1.575.030), Sikka (Rp 1.597.360), Alor (Rp 1.652.970), dan Ende (Rp 1.703.280).

D. Mikroekonomi Struktur Pasar


Keluaran yang dihasilkan oleh sebuah perusahaan disektor industri tidak hanya berupa
barang hasil produksinya. Beberapa jenis industri tertentu menghasilkan pula tenaga listrik yang
kelebihannya kemudian dijual, beroleh penghasilan dari industri yang diberikan kepada pihak
lain, serta penerimaan dari industri lain yang sifatnya nonindustri.
1. Keluaran, Masukan, dan Nilai Tambah
Nilai keluaran (output value) industri kerajinan/rumah tangga tahun 2003 rata-rata sebesar
Rp 3,71 juta per unit usaha. Dengan nilai masukan (input value atau input cost) Rp 2,32 juta,
maka tiap unit usaha industri rumah tangga pada tahun tersebut rata-rata menghasilkan nilai
tambah (value added) sebesar 1.39 juta. Dalam perbandingan antar bidang, perusahaan
besar/sedang yang paling besar nilai tambahnya ialah yang bergerak dalam industri makanan dan
minuman.
2.
Struktur Biaya
Biaya yang dikeluarkan perusahaan-perusahaan di sektor industripengolahan dapat dirinci
atas biaya bahan baku; biaya sewa kapital; dan biaya jasa-jasa. Jumlah dari keempat macam
biaya ini dinamakan biaya masukan. Nilai keluaran dikurangi biaya masukan disebut biaya
tambah. Disamping itu tentu saja dikeluarkan biaya tenaga kerja yang terdiri atas gaji, upah serta
berbagai tunjangan dan bonus. Biaya tenaga kerja merupakan bagian dari nilai tambah yang
dihasilkan oleh suatu industri. Biaya masukan ditambah biaya tenaga kerja kemudian
membentuk biaya total. Selisih antara nilai keluaran dan biaya total merupakan keuntungan kotor
atau profit bruto. Secara garis besar, struktur biaya suatu industri dapat dirumuskan sebgai
berikut:
Biaya masukan = biaya bahan baku + biaya bahan lain + biaya sewa kapital + biaya jasa-jasa;
Biaya tenaga kerja = gaji + upah + bonus;
Biaya total = biaya masukan + biaya tenaga kerja;
Nilai tambah = nilai keluaran biaya masukan;
Profit bruto = nilai keluaran biaya total.

Nilai tambah dan profit bruto dapat pula dirumuskan sebagai berikut:

Nilai tambah = biaya tenaga kerja + profit bruto;


Profit bruto = nilai tambah biaya tenaga kerja.

Upah dan Produktifitas Kerja


Upah Minimum Regional adalah suatu standar minimum yang digunakan oleh
para pengusaha atau
pelaku industri untuk
memberikan upahkepada pegawai, karyawan atau buruh di dalam lingkungan usaha atau
kerjanya. Pemerintah mengatur pengupahan melalui Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.
05/Men/1989 tanggal 29 Mei 1989 tentang Upah Minimum.
Penetapan upah dilaksanakan setiap tahun melalui proses yang panjang. Mula-mula
Dewan
Pengupahan
Daerah
(DPD)
yang
terdiri
dari birokrat,akademisi, buruh dan pengusaha mengadakan rapat,
membentuk tim surveidan turun ke lapangan mencari tahu harga sejumlah kebutuhan yang
dibutuhkan oleh pegawai, karyawan dan buruh. Setelah survei di sejumlah kota dalam propinsi
tersebut yang dianggap representatif, diperoleh angkaKebutuhan Hidup Layak (KHL) - dulu
disebut Kebutuhan Hidup Minimum (KHM). Berdasarkan KHL, DPD mengusulkan upah
minimum regional (UMR) kepada Gubernur untuk disahkan. KOmponen kebutuhan hidup layak
digunakan sebagai dasar penentuan upah minimum berdasarkan kebutuhan hidup pekerja lajang
(belum menikah).
Saat ini UMR juga dienal dengan istilah Upah Minimum Propinsi (UMP) karena ruang
cakupnya biasanya hanya meliputi suatu propinsi. Selain itu setelah otonomi daerah berlaku
penuh, dikenal juga istilah Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK).
Tahun
UMR / UMP
Tanggal Berlaku Kenaikan
UMR / UMP dlm
US$
2000
Rp231,000
1-Jan-00
16.7%
$27,64
2000
Rp286,000
1-Apr-00
23.8%
$34,22
2000
Rp344,257
1-Sep-00
20.4%
$41,20
2001
Rp426,257
1-Jan-01
23.8%
$41,78
2002
Rp591,266
1-Jan-02
38.7%
$63,68
2003
Rp631,554
1-Jan-03
6.8%
$73,60
2004
Rp671,550
1-Jan-04
6.3%
$75,22
2005
Rp711,843
1-Jan-05
6.0%
$73,43
2006
Rp819,100
1-Jan-06
15.1%
$89,44
2007
Rp900,560
1-Jan-07
9.9%
$98,55
2018
Rp972,604
1-Jan-08
8.0%
$100,99
2009
Rp1,069,865
1-Jan-09
10.0%
$103,62
2010
Rp1,118,009
1-Jan-10
4.5%
$124,22
Tingkat upah menunjukkan jumlah yang diterima oleh pekerja dari perusahaan atau
indutri tempatnya bekerja. Produktifitas tenaga kerja mencerminkan jumlah yang disumbangkan
oleh pekerja kepada perusahaan atau industri tempat bekerja. Semakin tinggi tingkat upah berarti
semakin besar jumlah yang diterima pekerja.
3.

4.

Konsentrasi dan Daya Saing

a.
b.
c.
d.
E.

Untuk mengukur kadar konsentrasi suatu industri ada beberapa alat analisis yang bisa
digunakan. Dintaranya yang paling lazim diterapkan adalah CR-4 dan Herfindahl Index
(Concercration Ratio of the 4 largest conpanies) adalah suatu koefisien yang menjelaskan
presentase penguasaan pangsa pasar oleh 4 perusahaan terbesar dalam suatu industri. Koefisien
CR-4 yang semakin kecil mencerminkan struktur yang semakin bersaing sempurna. Pasar suatu
indutri dinyatakan berstruktur oligopolistik apabila koefisien CR-4 melebihi 40%. Indeks
Herfindahl juga mencerminkan derajat peguasaan pasar dalam suatu indutri dari tahun ke tahun.
Apabila indeks itu meningkat dari tahun ke tahun berarti pasar industri yang bersangkutan
cenderung berstruktur oligopoli, atau bahkan monopoli. Jika sebaliknya, berarti struktur pasar
mengarah ke persaingan sempurna.
Daya saing suatu komoditas industri di pasar dunia dapat ditelaah dengan tiga macam
kriteria yaitu Constant Market Shares (CMS), Effective Rate of Protection (ERP), dan Domestik
Resource Cost (DRC). Kriteria CMS didasarkan pada tiga efek yaitu efek pertumbuhan pasar
dunia; efek komposisi komoditas; dan efek daya saing itu sendiri. Sedangkan ERP
membandingkan nilai keluaran suatu komoditas dalam struktur ndustri yang protektif dengan
nilai keluarannya andaikata tidak dilindungi. Adapun DRC mengukur keunggulan komparatif
suatu komoditas indutri berdasarkan muatan sumber daya alam dalam negeri yang digunakan
untuk menghasilkan komoditas yang bersangkutan.
5.
Sasaran dan Kebijaksanaan
Sasaran PJP II. Sasaran pembangunan industri pada akhir PJP II ialah terwujudnya sektor
industri yang kuat dan maju sehingga mampu menunjang terciptanya perekonomian yag mandiri
dan andal.
Sasaran Repelita VI. Khusus untuk Repelita VI yang tengah berjalan sekarang
pertumbuhan nilai tambah sektor industri diperkirakan mencapai rata-rata 9,4% per tahun,
termasuk indutri pengolahan migas.
Kebijaksanaan
Untuk mendukung tercapainya sasaran diatas, dalam repelita yaang telah berjalan
sekarang pemerintah menempuh serangkaian kebijaksaan pembangunan indutri yang didasarkan
pada empat macam strategi:
Pembangunan industri berspektrum luas yang berorientasi pada pasar internasional
Pembangunan industri dengan percepatan peguasaan teknologi
Pembangunan industri bertumpu pada mekanisme pasar dengan dunia usaha sebagai pemeran
utama
Pembangunan industri yang mengutamakan tercapainya pertumbuhan bersamaan dengan
pemerataan.
Peranan Sektor Industri dalam Pembangunan Ekonomi
Industrialisasi sebenarnya merupakan satu jalur kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan
rakyat dalam arti tingkat yang lebih maju maupun taraf hidup yang lebih bermutu. Dengan kata
lain, pembangunan industri itu merupakan suatu fungsi dari tujuan pokok kesejahteraan rakyat,
bukan merupakan kegiatan yang mandiri untuk hanya sekedar mencapai fisik saja.
Industrialisasi juga tidak terlepas dari usaha untuk meningkatkan mutu sumber daya manusia
dan kemampuannya memanfaatkan secara optimal sumber daya alam dan sumber daya lainya.
Hal ini berarti pula sebagai suatu usaha untuk meningkatkan produktivitas tenaga manusia
disertai usaha untuk meluaskan ruang lingkup kegiatan manusia. Dengan demikian dapat

diusahakan secara vertikal semakin besarnya nilai tambah pada kegiatan ekonomi dan
sekaligus secara horizontal semakin luasnya lapangan kerja produktif bagi penduduk yang
semakin bertambah. Banyak pendapat muncul bahwa industri itu mempunyai peranan penting
sebagai sektor pemimpin (leading sektor). Sektor pemimpin ini maksudnya adalah dengan
adanya pembangunan industri maka akan memacu dan mengangkat pembangunan sektor-sektor
lainya seperti sektor pertanian dan sektor jasa. Pertumbuhan industri yang pesat akan
merangsang pertumbuhan sektor pertanian untuk menyediakan bahan-bahan baku bagi industri.
Sektor jasapun berkembang dengan adanya industrialisasi tersebut, misalnya berdirinya lembagalembaga keuangan, lembaga-lembaga pemasaran/periklanan, dan sebagainya, yang kesemuanya
itu nanti akan mendukung lajunya pertumbuhan industri. Seperti diungkapkan sebelumnya,
berarti keadaan menyebabkan meluasnya peluang kerja yang pada akhirnya akan meningkatkan
pendapatan dan permintaan masyarakat (daya beli). Kenaikan pendapatan dan peningkatan
permintaan (daya beli) tersebut menunjukkan bahwa perekonomian itu tumbuh sehat
UNIDO (United Nations for Industrial Development Organization) mengelompokkan
negara-negara sebagai berikut (Muhammad, 1992) :
1.
Kelompok negara non-industri apabila sumbangan sektor industri terhadap PDB kurang
dari 10 persen.
2.
Kelompok negara dalam proses industrialisasi apabila sumbangan tersebut antara 10-20
persen.
3.
Kelompok negara semi industrialisasi jika sumbang tersebut antara 20-30 persen.
4.
Kelompok negara industri jika sumbangan tersebut lebih dari 30 persen.
Perroux mengatakan, pertumbuhan tidak muncul di berbagai daerah pada waktu yang sama.
Pertumbuhan hanya terjadi di beberapa tempat yang disebut pusat pertumbuhan dengan
intensitas yang berbeda. Inti pendapat Perroux (dalam Muhammad, 1992) adalah sebagai
berikut :
1.
Dalam proses pembangunan akan timbul industri pemimpin yang merupakan industri
penggerak utama dalam pembangunan suatu daerah. Karena keterkaitan antar industri sangat
erat, maka perkembangan industri pemimpin akan mempengaruhi perkembangan industri lain
yang berhubungan erat dengan industri pemimpin tersebut.
2.
Pemusatan industri pada suatu daerah akan mempercepat pertumbuhan perekonomian,
karena pemusatan industri akan menciptakan pola konsumsi yang berbeda antar daerah sehingga
perkembangan industri di daerah tersebut akan mempengaruhi perkembangan daerah-daerah
lainya.
3.
Perekonomian merupakan gabungan dari sistem industri yang relatif aktif dengan
industri-industri yang relatif pasif yaitu industri yang tergantung dari industri pemimpin atau
pusat pertumbuhan. Daerah yang relatif maju atau aktif akan mempengaruhi daerah-daerah yang
relatif pasif.
F. Keterkaitan antar Industri
Pendapat-pendapat yang mendukung investasi dalam bidang industri sebagai suatu prioritas
pembangunan bukan hanya didasarkan pada hasil penelitian yang menunjukkan bahwa
pertumbuhan industri menyertai pembangunan. Para penganjur industri menunjukkan bahwa
industri merupakan suatu sektor pemimpin karena industri tersebut merangsang dan mendorong
investasi-investasi di sektor-sektor lain juga. Pola perkembangan industri dimana barang hasil

produksi suatu industri dimanfaatkan oleh industri lainnya adalah bentuk keterkaitan antar
industri.
Konsep pertumbuhan tidak seimbang menunjukkan bahwa pertumbuhan yang cepat dari satu
atau beberapa industri mendorong perluasan industri-industri lainnya yang terkait dengan sektor
industri yang tumbuh lebih dahulu tersebut. Keterkaitan-keterkaitan ini bisa keterkaitan ke
belakang, misalnya industri tekstil menyebabkan peningkatan produksi kapas atau zat-zat
pewarna untuk disediakan bagi industri tekstil tersebut. Keterkaitan tersebut bisa juga keterkaitan
ke depan, misalnya adanya industri tekstil domestik mendorong tumbuhnya investasi dalam
industri pakaian jadi.
G. Industri dan Tujuan Pembangunan
Setelah melihat industri dari berbagai perspektif, maka dapat disimpulkan peranan yang
diharapkan dari industri terhadap pembangunan. Pertama, industrialisasi bukanlah suatu obat
yang paling mujarab untuk mengobati keterbelakangan. Tidak ada satupun faktor produksi, atau
kebijaksanaan, atau sektor, yang bisa menyelesaikan secara sendiri-sendiri proses pembangunan.
Demikian pula halnya dengan industri. Tetapi sektor industri mempunyai 2 pengaruh yang
penting dalam setiap program pembangunan. Pertama, produktivitas yang lebih besar dalam
industri merupakan kunci untuk meningkatkan pendapatan per kapita. Kedua, industri
pengolahan memberikan kemungkinan-kemungkinan yang lebih besar bagi Industri Subsitusi
Impor (ISI) yang efesien dan meningkatkan ekspor daripada industri primer.
Jika industrialisasi bukan merupakan obat yang mujarab bagi keterbelakangan, demikian
juga halnya pembangunan perdesaan. Masing-masing membutuhkan yang lainnya, dan akan
gagal jika pertumbuhan tidak seimbangserta terlalu jauh. Industri bisa menyediakan input-input
produktif, terutama pupuk dan peralatan pertanian yang sederhana, bagi pertanian. Jika
kebijaksanaan luar negeri dijalankan dan industri pengolahan telah efisien, input-input tersebut
bisa ditawarkan dengan harga yang lebih murah daripada harga impor. Hubungan tersebut bisa
kebalikannya, karena pertanian menyediakan bahan-bahan baku untuk industri, misalnya kapas,
tembakau atau karet.
Pertanian dan industri juga saling menyediakan pasar bagi barang-barang produksinya
masing-masing. Jika pendapatan sektor pertanian tersebut tumbuh secara merata. Dimana di
butuhkan land-reform dan pembangunan pedesaan yang sangat meluas, maka industri akan
menikmati pasar yang lebih luas bagi barang-barang konsumsinya. Sejalan dengan itu.
Pertumbuhan pendapatan di perkotaan yang didorong oleh perluasan industri, akan mendorong
pertumbuhan output pertanian dan produktivitas melalui kenaikan permintaan akan pangan.
Namun demikian, kunci dari permintaan akan pangan tersebut adalah tingkat pengerjaan yang
meningkat dan perbaikan distribusi pendapatan di perkotaan.
Industri Subsitusi Impor (ISI)
Salah satu strategi industrialisasi yang dilaksanakan Indonesia, sejak zaman pemerintahan
Orde Baru adalah Industri Subsitusi Impor (ISI). ISI ini diharapkan bisa menghasilkan barangbarang baru dalam negeri yang semula diimpor. Setelah subsitusi impor berhasil, baru kemudian
sebagian hasil produknya diekspor. Jadi subsitusi impor ini memegang peranan penting dalam
mengenalkan barang-barang baru yang dulunya diimpor dan kemudian dihasilkan sendiri.

Alasan untuk mengadakan ISI ini sebenarnya berbeda-beda antara suatu negara dengan
negara lain. Namun demikian, berikut dijelaskan beberapa alasan penting.
ISI dimaksudkan untuk mengurangi atau menghemat penggunaan devisa. Seperti diketahui,
hampir semua negara berkembang seringkali mengalami kekurangan devisa. Oleh karena itu,
devisa yang sedikit harus digunakan secara efektif dan efesien.
Dengan adanya ISI biasanya pemerintah melakukan proteksi terhadapnya dengan cara
pembatasan barang-barang impor. Pembatasan barang-barang impor tersebut tentu saja akan
mengurangi jumlah barang-barang impor, sementara itu permintaan di dalam negeri masih tetap
besar, sehingga pada akhirnya para pengusaha dalam negeri terdorong untuk meningkatkan
produksi barang-barang yang terkena pembatasan impor tersebut. Dengan kata lain, ISI ini bisa
merangsang kegiatan ekonomi para pengusaha di dalam negeri.
ISI bisa dimaksudkan untuk segera dapat memenuhi kebutuhan sendiri akan berbagai barang
industri dan juga karena semangat kemerdekaan yang timbul di negara berkembang, yang
kemudian diikuti pula oleh keinginan untuk mencapai kemerdekaan dalam bidang ekonomi.
Alasan lain bagi adanya ISI adalah untuk mengembangkan kegiatan ekonomi di dalam negeri.
Walaupun suatu negara tidak mengalami kesulitan devisa, tetapi untuk memajukan
perekonomian dan mendorong timbulnya industri-industri utama di dalam negeri, Negara
tersebut melakukan proteksi dan memberikan berbagai macam fasilitas kepada para pengusaha.
Dengan demikian keuntungan yang diperoleh para pengusaha bisa meningkat dan dapat
mendorong kegiatan ekonomi lebih lanjut.

Dalam pelaksanaannya kebijaksanaan ISI, ada berbagai masalah yang dihadapi oleh negara
berkembang yang melaksanakannya. Pertama, kualitas barang yang dihasilkan. Kualitas barang
yang dihasilkan di dalam negeri sebagai barang subsitusi impor sering jauh lebih rendah daripada
hasil produksi luar negeri. Kualitas yang rendah ini akan sulit untuk diekspor. Dengan demikian,
ISI bukannya menghemat penggunaan devisa tetapi juga menurunkan penerimaan ekspor. Kedua,
biaya produksi.pada tahap awal industrialisasi bisanya dibutuhkan biaya yang sangat besar
digunakan untuk tenaga kerja, membeli mesin-mesin, dan membeli bahan-bahan baku yang
diperlukan. Jadi modal yang diperlukan sangat banyak. Jika suatu negara mempuyai modal yang
sedikit, maka dalam tahap awal indutrialisasinya terpaksa mendatangkan modal dan tenaga kerja
dari luar negeri.
1. Kaitan sektor pertanian dengan sektor industri
Pengalaman beberapa negara berkembang, antara lain India, RRC dan Filipina, telah
menunjukan bahwa suatu sektor pertanian yang pertumbuhannya lamban dapat menghambat
pertumbuhan ekonomi pada umumnya dan sektor industri pada khususnya. Hal ini dapat terjadi
karena produksi pertanian yang lamban akan meningkatkan harga pangan, sehingga tingkat upah
juga cenderung naik, sehingga pada akhirnya akan dapat menghambat pertumbuhan sektor
industri.
2. Skala ekonomis
Dapat memberikan dorongan yang lebih kuat kepada perusahaan-perusahaan yang baru daripada
strategi ISI, karena perusahaan-perusahaan ini dapat menyusun rencana investasi, produksi, dan
pemasaran mereka atas dasar potensi pasar domestik dan pasar ekspor. Dengan strategi promosi
ekspor sejak semula dapat dibangun pabrik dengan skala ekonomi yang efisien, oleh karena

dalam membangun pabrik-pabrik tersebut para pengusaha sudah merencanakan untuk


memasarkan sebagian dari produksi mereka di pasar dunia.
3. Dampak persaingan atas prestasi perusahaan
Produksi pertanian yang lamban akan meningkatkan harga pangan, sehingga tingkat upah juga
cenderung naik, sehingga pada akhirnya akan dapat menghambat pertumbuhan sektor industri.
Suatu segi positif yang penting dari strategi promosi ekspor adalah bahwa persaingan di pasar
ekspor mengharuskan para pengusaha untuk menjajaki berbagai cara untuk menekan biaya
produksi mereka sampai ke tingkat yang serendah-rendahnya, sehingga hasil produksi mereka
dapat bersaing dalam harga di pasar ekspor.
4. Kekurangan devisa atas pertumbuhan ekonomi
Jika kekurangan devisa dapat menghambat pertumbuhan ekonomi yang pesat pada tingkat makro
ekonomi, skala investasi nasional perludikurangi, jika diperkirakan bahwa pada tahun mendatang
akan dihadapi masalah kekurangan devisa.
.
H. Tantangan Perkembangan Sektor Industri dan Kontribusi Bagi Masyarakat
Tantangan perkembangan sektor industri
1. Meningkatnya daya saing dan keunggulan kompetitif industri nasional yang mengandalkan pada
keterampilan dan kreativitas sumber daya manusia, kemampuan teknologi dan kemampuan
manajemen dengan tetap memanfa atkan keungulan komparatif yang dimiliki.
2. Peningkatan kemampuan tenaga kerja industrial yang ahli dan trampil dalam jumlah dan mutu
yang sesuai dengan kebutuhan berbagai jenis industri termasuk mendorong untuk menguasai dan
melaksanakan pengalihan berbagai jenis teknologi guna mendukung proses industrialisasi
3. Menumbuhkan motivasi dan daya kreasi inovatif yang luas serta menciptakan iklim usaha dan
persaingan yang sehat termasuk perlindungan hasil inovasi.
4. Menggerakkan tabungan masyarakat dan menyalurkannya ke arah investasi yang produktif di
sektor industri, dan secara efektif mampu memberikan dampak ganda terhadap proses akumulasi
modal.
5. Mengembangkan iklim investasi dan berbagai sistem insentif yang dapat lebih meningkatkan
daya tarik investasi di sektor indsutri
6. Perluasan basis pendukung industri dengan mengembangkan keterkaitan, persebaran, struktur
produksi-ekspor-impor sebagai prasyarat terciptanya struktur industri yang kukuh
7. Membangun perangkat kelembagaan yang mantap sehingga sektor industri senantiasa mampu
tanggap dan terandalkan dalam menghadapi berbagai perkembangan ataupun perubahan yang
timbul
8. Mengembangkan dan mempercepat pertumbuhan industri kecil dan menengah secara lebih
terarah, terpadu dan efektif sehingga menjadi tulang punggung struktur industri nasional
9. Meningkatkan kemampuan industri kecil dan menengah yang telah mulai berkembang untuk
memanfaatkan relokasi industri yang berasal dari negara maju ke Indonesia, khususnya industri
skala menengah.
10. Menentukan pilihan kebijakan yang tepat untuk melaksanakan pembangunan industri yang
berkelanjutan dan berwawasan lingkungan dengan pengaturan tata ruang yang tepat.
Kontribusi bagi masyarakat

1.
2.
3.
4.

Dalam upaya meningkatkan kepedulian terhadap masyarakat sekitar sekitar, ada berbagai macam
kegiatan yang dapat dilakukan oleh perusahaan dengan memberdayakan masyarakat dalam
bidang :
Pengembangan Ekonomi misalnya kegiatan di bidan pertanian, peternakan, koperasi dan Usaha
Kecil Menengah (UKM).
Kesehatan dan Gizi Masyarakat misalnya penyuluhan, pengobatan, pemberian gizi bagi balita,
program sanitasi masyarakat dan sebagainya.
Pengelolaan Lingkungan misalnya penanganan limbah, pengelolaan sampah rumah tangga,
reklamasi dan penanganan dampak lingkungan lainnya.
Pendidikan, Ketrampilan dan Pelatihan misalnya pemberian beasiswa bagi siswa berprestasi dan
siswa tidak mampu, magang atau job training, studi banding, peningkatan ketrampilan, pelatihan
dan pemberian sarana pendidikan.
Pola pengembangan industri
Indonesia mengenal tiga kelompok pemikiran dalam kaitannya dengan langkah-langkah yang
perlu diambil untuk menentukan keberadaan sekotr industry, ketig kelompok pemikir tersebut:
Pengembangan sector industry hanya diarahkan kapada yang memiliki keunggulan kompetitif
(competitive adventage). Pemikiran seperti ini boleh dikatakan diwakili oleh kalagan
ekonom akademis.
Konsep delapan wahana transformasi teknologi dan industry yang dikemukakan oleh Menteri
Riset dan Teknologi, yaitu pada dasarnya memprioritaskan pengembangan industri-industri hulu
secara serentak (simuultan).
Konsep keterkaitan antar industry, khususnya keterkaitan antara hulu-hilir. Konsep ini
merupakan konsep Menteri Perindustrian.
Pengelompokkan pola pikir industrialisasi diatas sebenarnya secara keseluruhana telah tercakup
dalam Pola Pengembangan Industri Nasional (PPIN) yang dibuat oleh Departemen Perindustrian.
PPIN tersebut berintikan 6 butir kebijasanaan:
Pengembangan industry yang diarahkan untuk pendalaman dan pemantapan struktur industri
serta dikaitkan dengan sector ekonomi lainnya.
Pengembangan industry permesinan dan elektronika penghasil barang model.
Pengembangan industry kecil.
Pengembangan ekspor komoditi industry
Pengembangan kemampuan penelitian, pengambangan dan rancang bangun khususnya
perangkat lunak dan perekayasaan
Pembangunan kemampuan para wiraswasta dan tenaga kerja industrial berupa managemen,
keahlian kejujuran serta keterampilan.
9.

1.

2.

3.

1.
2.
3.
4.
5.
6.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Istilah industri mempunyai dua arti. Pertama, industri dapat berarti himpunan perusahaanperusahaan penghasil produk-produk kosmetik, industri tekstil maksudnya himpunan pabrik atau
perusahaan tekstil. Kedua, industri dapat pula merujuk ke suatu sektor ekonomi yang didalamnya
terdapat kegiatan produktif yang mengolah bahan mentah menjadi bahan mentah, bahan jadi
atau bahan setengah jadi. Kegiatan pengolahan itu sendiri dapat bersifat manual, elektrikal, atau
bahkan manual.
Kehadiran sektor industri diyakini sebagai sektor yang dapat memimpin sektor-sektor lain
dalam sebuah perekonomian menuju kemajuan. Produk-produk industri selalu memiliki dasar
tukar yang tinggi atau lebih menguntungkan serta menciptakan nilai tambah yang lebih besar
diabndingkan produk-produk sektor lain. Hal ini disebabkan karena industri memiliki variasi
produk yang sangat beragam dan mampu memnerikan manfaat marjinal yang tinggi kepada
pemakainya.
B. Saran
Di era globalisasi seperti sekarang ini nampaknya jika suatu Negara mampu menumbuh
kembangkan sektor industrinya, maka dapat dipastikan Negara tersebut akan tumbuh menjadi
Negara yang maju. Khusus indonesia, Negara kita selama ini memang cenderung untuk bergerak
disektir pertanian. Penulis sangat mendukung adanya pasar perdaganagn bebas cina, mudahmudahan akibat dari adanya perdagangan bebas tersebut indonesia mampu menunjukkan tajinya
untuk kemudian mampu bersaing dengan Negara-negara maju lainnya. Oleh karena itu,
seharusnya kebijakan-kebijakan perekonomian indonesia lebih menitikberatkan sektor indsutri
tapi tanpa mengecualikan sektor-sektor penting lainnnya.

DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, Lincolin. 2004. Ekonomi Pembangunan. Yogyakarta: STIE YKPN
Dumairy. 1996. Perekonomian Indonesia. Jakarta: Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai